BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikan nilai karakter dalam berjalannya kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kepedulian terhadap lingkungan saat ini hanya dimiliki oleh segelintir

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

BAB I PENDAHLUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaitu el-nino

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

2016 IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBUD AYA LINGKUNGAN D AN PED ULI LINGKUNGAN WARGA SEKOLAH D I SMA NEGERI 9 BAND UNG

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk mampu berdikari dalam perannya. Pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu: (1) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kementerian agama.hal ini dikarenakan MAN 3 Medan mengemban visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan di Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi

SEKSI PENINGKATAN KAPASITAS

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan semakin dirasakan oleh manusia baik pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. manusia juga bisa mentransfer ilmu yang mereka miliki.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Azhar, M. Djahir Basyir, Alfitri

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbaik bagi siswa sehingga membuat siswa-siswanya merasa sejahtera (wellbeing)

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk di berbagai belahan dunia termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur

2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Sutiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. (Sagala, 2007:1). Pendidikan tidaklah semata-mata untuk menciptakan individu

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1 PAUD DAN SD ALAM DI SEMARANG TUGAS AKHIR 115 ALIZA MELINDA (L2B ) 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

Upaya Olahraga pada Anak Sekolah 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu Alam atau sains (termasuk biologi di dalamnya) adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat meningkatkan kecakapan dan kemampuan yang diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

ARTIKEL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI ADIWIYATA SEKOLAH (Studi Analisis di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter di sekolah memiliki peran yang sangat penting

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semua tuntutan kebutuhan setiap makhluk hidup. pembangunan negara itu sendiri muncul, karena dalam dokumen World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang rusak menjadi baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu, proses, dan sumber daya. Atas dasar itulah pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu diupayakan agar dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan lingkungan. Berkaitan dengan perilaku manusia terhadap kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang cenderung tidak peduli, maka mengubah perilaku menjadi prioritas utama dalam mengatasi krisis lingkungan. Harus diakui bahwa sampai dengan saat ini kepedulian terhadap lingkungan hanya dimiliki segelintir individu. Banyak masyarakat yang belum peduli dengan permasalahan lingkungan secara sungguh-sungguh. Cukup banyak ditemukan penanganan masalahan lingkungan masih sebatas retorika dan administratif sehingga belum terwujud dalam tindakan nyata yang memadai. Kalaupun ada aksi yang dilaksanakan, terkadang masih sebatas seremonial yang dilakukan dalam kegiatan dan acara tertentu. Bilamana kondisi kekurangpedulian 1

seperti ini terus berlanjut, tidak ubahnya seperti memelihara bom waktu yang pada saatnya akan muncul dalam bentuk bencana lingkungan. Upaya mencegah seakan tidak pernah tersentuh oleh banyak individu. Perencanaan pencegahan lebih banyak terlupakan, kalaupun ada, terkesan dilakukan seadanya. Program yang disiapkan lebih terkonsentrasi pada penanggulangan dampak bencana, bukan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya bencana. Ironisnya, masalah pencegahan ini pada banyak daerah juga tidak kunjung menjadi perhatian. Studi terhadap kemungkinan terjadinya bencana dan langkah-langkah pencegahan munculnya permasalahan lingkungan seharusnya telah dilakukan sebelum bencana tersebut benar-benar melanda kehidupan (Hamzah, 2010). Kondisi di Indonesia secara umum sudah mengalami tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi. Tentunya hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan fungsi linkungannya. Jawabannya mungkin tepat yaitu dimulai melalui pendidikan lingkungan hidup, dengan pendidikan lingkungan yang dimulai dari sekolah diharapkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan hidup juga mendasar ketika siswa ini suatu saat menjadi pembuat keputusan di negara ini, maka akan membuat keputusan dengan mempertimbangkan keseimbangan lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup tidak hanya diberikan pada kegiatan formal saja, akan tetapi dapat juga diberikan pada jalur non-formal seperti kegiatan Pramuka, Pecinta Alam, Palang Merah Remaja, dan Prokasih serta pembinaan dan 2

pelatihan lingkungan di luar sekolah formal. Hal tersebut dikuatkan dalam Deklarasi Cimanggis (2007) poin kedua bahwa salah satu cara meningkatkan pendidikan tentang alam dan lingkungan, melalui jalur formal (SD, SMP, dan SMA) maupun jalur non-formal untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap alam, lingkungan dan orang lain. Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) dalam Sudaryanti (2009), merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalahmasalah lingkungan hidup yang baru. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik pengertian bahwasanya pendidikan lingkungan hidup selayaknya didapatkan oleh setiap lapisan masyarakat, sehingga akan timbul pemahaman yang baik seterusnya akan tumbuh kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup di sekitarnya. Banyak yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan, diantaranya yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan, 2000). Selanjutnya Neolaka (2007) menambahkan ada 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran lingkungan, yaitu faktor ketidaktahuan, faktor kemiskinan, faktor kemanusiaan, dan faktor gaya hidup. 3

Berdasarkan alasan tersebutlah, dapat dibenarkan bahwasanya pendidikan lingkungan merupakan salah satu cara yang sangat potensial untuk menjaga kelestarian lingkungan, dimana dengan pendidikan tersebut, akan muncul pemahaman, kebiasaan, dan pelaksanaan. Hal ini ditegaskan juga oleh ahli yang menyatakan sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif apabila didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang hal tersebut (Kusumawati, 2006). Sebenarnya pendidikan lingkungan hidup direalisasikan di Indonesia sejak Tahun 1991 diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia (Yustina, 2006). Namun, dampak dan hasil pendidikan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan (Hamzah, 2004). Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) jangan berupa teori saja, akan tetapi harus benar-benar dipraktekkan dan dicerminkan dalam kehidupannya sehari-hari, agar tertanam kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup sudah lama diajarkan di sekolahsekolah, akan tetapi dampak dan hasil pendidikan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan (Hamzah, 2004). Indikasinya bahwa pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan di sekolah lebih banyak pada teori, tatanan ide, dan instrumental, sehingga untuk tatanan praktis dan pelaksanaannya kurang, terutama tatanan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan lingkungan hidup dijadikan solusi, karena dengan pendidikan lingkungan maka siswa akan mendapatkan pengetahuan mengenai lingkungan 4

hidup, kemudian akan menimbulkan kesadaran pada dirinya sendiri dan orang lain dan akhirnya melakukan tindakan yang positif terhadap lingkungan. Implementasi pendidikan lingkungan hidup di Indonesia diberlakukan dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dalam bentuk Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH), Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL), sekolah hijau (Green School) dan yang sekarang digalakkan berupa sekolah Adiwiyata, yang dikembangkan pemerintah melalui kerjasama kementrian lingkungan hidup dan kementrian pendidikan nasional. Adiwiyata merupakan program sekolah berwawasan lingkungan, program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif (KNLH, 2010). Program Adiwiyata diharapkan dapat mengubah pola pikir generasi terhadap pentingnya keseimbangan lingkungan, sehingga apabila generasi sudah memahami dan mengerti tentang konsep keseimbangan lingkungan. Program ini sudah berjalan di beberapa sekolah di Sumatera Utara, namun yang menjadi persoalan apakah ada manfaatnya terkhusus bagi siswa, dan bagaimana siswa itu dalam kesehariannya terhadap lingkungan. Jika memang bermanfaat dan dapat menciptakan generasi pelestari lingkungan, mengapa tidak segera seluruh sekolah mendapatkan dan melaksanakan program tersebut. Hal inilah yang belum pernah diteliti dalam upaya mendapatkan jawaban dalam menciptakan calon-calon pemimpin yang berbudaya lingkungan. Penelitian ini 5

juga dikuatkan dalam Jurnal Penelitian dari BAPPEDA Kota Yogjakarta yang merekomendasikan bahwa belajar lingkungan harus mengalami apa yang dipelajari bukan mengetahui dalam artian studi kasus dan studi lapangan harus diperbanyak (Bappeda Yogjakarta, 2007). Hiswari (1997) menyatakan bahwa tingkat pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup hasil proses belajar mengajar lingkungan hidup memberikan kontribusi berarti dengan sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Wantania (1998) mengemukakan ada hubungan yang cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelesatarian lingkungan. Dengan alasan itulah peneliti mencoba menindaklanjuti penelitian sebelumnya dengan melihat pengaruh program Adiwiyata yang sedang dan telah diikuti oleh beberapa sekolah apakah benar-benar bermanfaat bagi siswa tersebut dalam melestarikan lingkungan sekitarnya ditinjau dari ranah kognitif dan sikap peduli lingkungan. 6

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. 2. Program perencanaan penanggulangan bencana yang kurang diberdayakan. 3. Menurunnya kualitas lingkungan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang lingkungan. 4. Dampak dan hasil pendidikan lingkungan hidup belum banyak direalisasikan. 5. Pendidikan lingkungan hidup yang masih berupa teori saja. 6. Pemberdayaan program Adiwiyata pada beberapa sekolah dengan gelar sekolah Adiwiyata yang masih belum terpenuhi. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sekolah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sudah mendapat predikat sekolah Adiwiyata dan yang belum mendapatkan predikat Adiwiyata di kota Medan. 2. Penilaian yang diuji dalam penelitian ini adalah dari segi pengetahuan dan sikap peduli lingkungan hidup siswa. 7

1.4 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh program Adiwiyata terhadap pengetahuan lingkungan hidup siswa SMA Negeri di Kota Medan? 2. Apakah terdapat pengaruh program Adiwiyata terhadap sikap peduli lingkungan hidup siswa SMA Negeri di Kota Medan? 3. Apakah pengetahuan lingkungan hidup siswa SMA dengan program Adiwiyata lebih tinggi dibandingkan dengan SMA yang bukan Adiwiyata di Kota Medan? 4. Apakah sikap peduli lingkungan hidup siswa SMA dengan program Adiwiyata lebih baik dibandingkan dengan SMA yang bukan Adiwiyata di Kota Medan? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap pengetahuan lingkungan hidup siswa SMA Negeri di Kota Medan. 2. Mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap sikap peduli lingkungan hidup siswa SMA Negeri di Kota Medan. 3. Mengetahui perbandingan pengetahuan lingkungan hidup siswa antara SMA Adiwiyata dengan SMA bukan Adiwiyata di Kota Medan. 4. Mengetahui perbandingan sikap peduli lingkungan hidup siswa antara SMA Adiwiyata dengan SMA bukan Adiwiyata di Kota Medan. 8

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi, sumbangan pemikiran dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan pengetahuan dan sikap peduli lingkungan hidup sejak dini. 2. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, siswa, pegawai, dan petugas kebersihan sekolah yang sudah mendapat gelar program Adiwiyata serta kepada pihak penyelenggara program Adiwiyata. 9