PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara perairan dengan potensi hasil perikanan cukup besar, baik dari komoditas konsumsi maupun nonkonsumsi. Salah satu komoditas nonkonsumsi yang berpengaruh terhadap sistem perekonomian masyarakat adalah ikan hias (Yuliani, 2013). Ekspor ikan hias diharapkan mampu menghasilkan devisa negara dan meningkatkan kesejahterakan masyarakat perikanan, khususnya petani ikan hias (Mulyani, 2013). Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi yaitu komoditas ikan hias di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Namun, besarnya potensi tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar ikan hias di dunia. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik adalah salah satu faktor yang menyebabkan produksi nasional tidak dapat menghasilkan kualitas yang mampu bersaing di pasar global Indonesia. Salah satu permasalahan yang ditemukan antara lain warna dan morfologi ikan hias produksi Indonesia kurang menarik. Berbeda dengan ikan yang dikonsumsi, ikan hias mempunyai keunikan tersendiri. Apabila ikan konsumsi nilai atau harganya ditentukan dari bobot badan dan rasanya, nilai ikan hias ditentukan dari penampilannya. Daya tarik ikan hias dapat diukur dari warna yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan atau staminanya (Lesmana dan Daelami, 2009). Warna yang cerah dan cemerlang merupakan daya tarik utama ikan hias dalam penentuan nilainya. Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin
tinggi nilainya. Oleh karena itu, warna harus dapat ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pakan ikan adalah dengan teknik manipulasi pigmen, yang dilakukan dengan cara memperkaya kandungan sel pigmen dalam tubuh ikan melalui pemberian pakan yang mengandung astaxanthin (carophyll pink). Dalam akuakultur, astaxanthin merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai sumber pigmen dalam meningkatkan penampilan warna ikan hias. Astasanthin juga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan, makanan, dan pengobatan. Hal ini karena astaxanthin memiliki kandungan beta-karoten. Astaxanthin banyak ditemukan pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti moluska, krustase dan ikan (Oryza, 2010). Selain diperoleh dari sumbersumber alami, astaxanthin juga diproduksi secara sintetis dan sudah diperjualbelikan dalam bentuk bubuk dengan merek dagang tergantung pabrik pembuatannya. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat adalah ikan maskoki (Carassius auratus). Ikan maskoki berasal dari Cina, namun varietasnya semakin berkembang saat merambah ke negeri Jepang, dan dikenal dengan nama Catassius auratus Var Japonicus. Ikan ini memiliki keistimewaan dalam hal keanekaragaman warna, jenis, dan keindahan sirip-siripnya. Saat ini, ikan maskoki digunakan sebagai hiasan akuarium ataupun kolam di rumah karena memiliki bentuk warna yang indah. Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pemberian pakan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan dapat membuat ikan kehilangan warna, padahal warna ikan maskoki mempengaruhi nilai seni dan akan
meningkatkan nilai jual. Astasanthin merupakan pakan sintetis yang dapat meningkatkan kualitas warna ikan maskoki. Sejauh ini belum diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan maskoki, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus). Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas warna ikan maskoki yang akan diikuti dengan meningkatnya nilai/harga jual, dan selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan (pembudidaya), serta meningkatkan kepuasan bagi penikmatnya. Perumusan Masalah 1. Apakah penambahan tepung astaxanthin dalam pakan ikan berpengaruh terhadap peningkatan warna ikan mas koki? 2. Berapakah dosis tepung astaxanthin yang ditambahkan dalam pakan ikan untuk menghasilkan peningkatan warna yang baik untuk ikan mas koki? Kerangka Pemikiran Ikan maskoki merupakan ikan yang paling banyak digemari serta banyak ditemukan di lingkungan masyarakat Indonesia. Ikan maskoki mempunyai banyak keunggulan, diantaranya: harganya stabil dan cukup terjangkau, cepat besar dan responsif terhadap pemberian pakan tambahan. Ikan maskoki juga merupakan ikan hias yang mengandalkan warna dan bentuk tubuhnya yang sangat indah. Namun, seringkali pemberian pakan yang tidak mengandung pigmen warna yang
dibutuhkan dapat membuat ikan kehilangan warna. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan suplemen dalam pakan, yaitu astaxanthin. Kidd (2011), mengatakan bahwa astaxanthin akan memberikan warna merah cerah terhadap daging dan eksoskeleton hewan, serta dapat memberikan pengaruh yang baik untuk budidaya perikanan dalam hal pewarnaan tubuh ikan. Capelli dan Cysewski (2008) juga mengungkapkan bahwa ikan yang mengkonsumsi astaxanthin akan memiliki warna yang lebih berkilau, namun dosis yang optimal untuk meningkatkan kualitas warna ikan maskoki belum diketahui. Secara ringkas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan Hias Warna Morfologi Gerakan Lingkungan Pakan Pigmen Gen Tepung Astaxanthin Peningkatan Warna Ikan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung astaxanthin pada pakan ikan dalam peningkatan warna ikan mas koki. 2. Mengetahui dosis penambahan tepung astaxanthin yang optimal untuk merubah warna ikan mas koki. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi kepada masyarakat terutama pembudidaya mengenai pakan yang dibutuhkan untuk perubahan warna ikan mas koki dan dosis penambahan tepung astaxanthin yang optimal pada pakan buatan untuk memperoleh warna yang baik untuk ikan mas koki.