peradaban Bangsa Timur yang berkembang dengan pesat. Tiongkok. Ketiga Negara ini sangat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN TIONGKOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang rumit. Perebutan suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

SENGKETA INTERNASIONAL

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

Penjelasan SBY tentang Ketegangan Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Analisis Wacana

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

Sumber Hk.

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MI STRATEGI

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

Mahendra Putra Kurnia Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Blok Ambalat Terindikasi Mengandung

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kawasan Asia Timur memiliki letak Geografis yang cukup strategis dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sehingga Negara yang terhimpun di dalamnya memiliki nilai pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan dengan Negara Asia lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor sejarah serta peradaban Bangsa Timur yang berkembang dengan pesat. Dari sinilah penulis memfokuskan pada dua Negara yaitu Jepang dan Tiongkok. Ketiga Negara ini sangat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi Asia maupun dalam ruang lingkup yang lebih global. Antara Jepang dan Tiongkok tidak hanya memiliki letak geografis yang saling berdekatan namun dapat juga dikatakan sebagai Negara serumpun sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa kedua Negara kerap melakukan kerjasama dalam berbagai sektor. Sektor-sektor tersebut antara lain adalah politik, ekonomi, pertahanan, perdagangan, dan budaya. Kerjasama yang sudah dilakukan ini telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Kedua Negara menyadari bahwa dengan adanya kerjasama tersebut dapat membantu mereka untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing. Namun didalam perjalanan kerjasama tersebut terkadang menimbulkan beberapa persoalan dan masalah karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan masing-masing Negara. Salah satu yang masih hangat diperbincangkan hingga tahun 2014 ini adalah persengketaan Pulau Senkaku atau Dioyu yang diperebutkan oleh Jepang dan Tiongkok. Dimana kedua Negara saling mengklaim pulau tersebut adalah 1

bagian dari wilayah Negaranya, karena Kepulauan tersebut memiliki kekayaan melimpah. Pulau Senkaku atau Dioyu adalah gugus kepulauan tandus, letaknya 190 kilometer timur laut Taiwan. Kepulauan yang menjadi sengketa ini terdiri dari lima pulau kecil dan tiga karang bebatuan yang tandus. Pulau ini disengketakan oleh dua Negara yaitu Jepang dan Tiongkok, karena Pulau ini diperkirakan memiliki kandungan hidrokarbon yang cukup besar. 1 Dua Negara tersebut juga saling memberi bukti bahwa wilayah tersebut adalah miliknya. Jepang mengakui wilayah tersebut sejak tahun 1972, sedangkan pada catatan navigasi Tiongkok selama berabad-abad menyebutkan bahwa kepulauan tersebut adalah miliknya. Pada tanggal 8 September 2010 hubungan Tiongkok dan Jepang memanas, penyebabnya adalah penangkapan nelayan Tiongkok yang dianggap mengganggu tugas penjaga pantai Jepang. Peristiwa Penangkapan nelayan Tiongkok itu membuat hubungan diplomatik memanas, sebagai bukti adalah Beijing menunda pembicaraan dengan Jepang terkait kandungan mineral yang ada di bawah Laut Cina Selatan. Hingga tahun 2014 permasalahan tersebut masih menjadi prioritas utama Jepang dan Tiongkok, bahkan saat itu pemerintah Jepang membuat suatu kebijakan yang cukup ekstrim yaitu mengeluarkan perintah travel warning 2 kepada rakyatnya sebagai bukti bahwa permasalahan ini tidak bisa dianggap remeh lagi oleh kedua Negara tersebut. Akibat dari sengketa kepulauan senkaku tersebut menimbulkan efek pada hubungan Diplomatik Tiongkok dan Jepang.Sehingga berujung pada dampak 1 Jawa Pos, Minggu 19 September 2010 2 Travel warning adalah himbauan untuk tidak pergi ke suatu negara yang dianggap tidak aman. Biasanya dikeluarkan pemerintah suatu negara untuk melindungi warganya dari ancaman yang mungkin terjadi di negara yang dicekal tersebut. 2

dampak lain nya seperti pada bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya yang mau atau tidak mau harus di hadapi oleh Jepang dan Tiongkok selaku Negara yang sedang bersengketa. Ketegangan Tiongkok dan Jepang pasca insiden tabrakan kapal di dekat Pulau senkaku atau Dioyu tersebut kembali menghangatkan sengketa yang hingga kini belum berakhir. Jika Beijing menyebut Kepulauan itu Dioyu dan Tokyo menamai Pulau itu Senkaku. Jepang dan Tiongkok sama-sama mempunyai kepentingan yang jika di lihat mengarah kepada motif ekonomi. Hal ini di karenakan oleh adanya sumber mineral yang melimpah yang berada di dalam Pulau Senkaku. Kedua Negara menginginkan keadaan ekonominya akan mengalami kemajuan yang pesat jika berhasil memiliki wilayah yang di sengketakan ini Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi penelitian skripsi. Penulis berupaya untuk mendalami langkah langkah dan upaya yang di tempuh oleh Jepang, Tiongkok dan Taiwan dalam menyelesaikan masalah sengketa kepulauan.. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dilihat jelas permasalahan yang muncul, adapun rumusan msalahnya adalah: Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan sengketa Pulau Senkaku? 3

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah agar memperoleh gambaran gambaran tentang dasar klaim dan upaya apa saja yang telah di lakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan sengketa yang terjadi di Pulau Senkaku. Selain itu dengan penelitian ini penulis berharap dapat memberi latihan bagi penulis untuk memahami resolusi konflik 1.3.2 MANFAAT 1.3.2.1 MANFAAT AKADEMIS Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi penerapan teori-teori dan konsep-konsep resolusi konflik seputar yang sedang terjadi atau sudah terjadi. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang hubungan internasional. 1.3.2.2 MANFAAT PRAKTIS Secara praktis penelitian ini juga bermanfaat untuk bahan bacaan, bahan diskusi serta sebagai bahan referensi bersama untuk memahami fenomena konflik perebutan wilayah antar Negara serta memahami Resolusi konflik yang diambil dalam menyelesaikan masalah sengketa ini. 1.4 KAJIAN PUSTAKA 1.4.1 LITERATUR REVIEW Telah ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang permasalahan sengketa Pulau antar Negara antara lain penelitian yang dilakukan oleh Illa Siti 4

Jamila 3, dengan judul Pengaruh Sengketa pulau Dokdo / Takeshima di Semenanjung Korea terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang. Sengketa Pulau Dokdo / Takeshima antara Korea Selatan dan Jepang terjadi pada tahun 1905 dan hingga saat ini permasalahan sengketa ini belum terselesaikan. Permasalahan sengketa ini diawali dengan status kedaulatan Pulau Dokdo yang terletak di Semenanjung Korea yang diakui Kedaulatan nya dibawah kekuasaan teritorial Korea di bawah kepemimpinan Dinasti Shila pada atahun 512M, namun sejak tahun 1905-1945 Jepang melakukan Imperialisasi atas wilayah Korea yang berdampak dengan diakuinya Pulau Dokdo menjadi Pulau Takeshima berada dibawah yuridiksi Dewan Prefektur Shimane pada rahun 1905. Pada dasarnya kasus sengketa Pulau Dokdo mempunyai kesamaan dengan kasus sengketa Pulau Senkaku yaitu sama-sama belum terselesaikan kasusnya hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan perspektif historis, dimana terdapat suatu penggambaran fenomena mengenai permasalahan sengketa Pulau Dokdo / Takeshima yang juga ditinjau dari perspektif historis guna memperoleh bentuk penggambaran generalisasi permasalahan tersebut secara empirik yang menuju pada arah status kedaulatan Pulau Dokdo / Takeshima di masa yang akan datang. Hasil penelitian dituangkan dalam kesimpulan yang menyatakan bahwa sengketa Pulau Dokdo / Takeshima memberikan pengaruh secara akomodatif dalam perspektif hubungan bilateral antara Korea Selatan dan Jepang yang ditandai dengan adanya peristiwa ketegangan hubungan diplomatis yang berdampak pada aspek perdagangan dan terganggunya aktifitas kebudayaan kedua Negara. 3 Illa Siti Jamila, Pengaruh Sengketa pulau Dokdo / Takeshima di Semenanjung Korea terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang, Unikom Bandung, 2006. 5

Selain penelitian diatas, ada penelitian yang dibuat untuk menjelaskan kasus-kasus sengketa pulau antar Negara lainnya. Penelitian yang berjudul Sengketa wilayah Perbatasan Perairan Ambalat-Karang Unarang Pasca Kasus Sipadan-Ligitan ( Tinjauan Hukum Laut Internasional ) yang ditulis oleh B. Tjandra Wulandari, SH, MH. Kasus ini muncul sedikit banyak masih berkaitan dengan masalah klaim atas Pulau Sipadan-Ligitan yang pada tanggal 17 Desember 2002 melalui putusan Mahkamah Internasional di Den Haag disahkan menjadi bagian dari wilayah Malaysia. Dengan diakuinya Pulau Sipadan dan Ligitan secara Internasional sebagai milik Malaysia, maka hal ini dijadikan dasar Malaysia sebagai penentu penarikan garis batas maritim sejauh 12 mil, sehingga jika didasarkan pada penghitungan mil ini, maka sesuai letak geografisnya blok Mabalat akan masuk menjadi bagian wilayah Malaysia yang secara otomatis akan mengurangi wilayah Indonesia. Sementara selama ini Indonesia telah mengelola pertambangan minyak dan gas lepas pantai Blok Ambalat dan Blok Ambalat Timur yang berada di perairan sekitar Kalimantan Timur yang berada dalam wilayah Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut diatas sebenarnya setelah putusan Mahkamah Internasional tentang status Pulau Sipadan dan Ligitan Pemerintah Indonesia dan Malaysia sudah harus menentukan batas wilayah maritim baru. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut, maka dianggap blok tersebut tetap sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Ada juga sengketa Pulau Kuril antara Jepang dan Rusia, sengketa ini dimulai pada pertengahan Perang dunia II yang mengakibatkan Rusia mengakui Pulau Kuril sebaga bagian dari Negaranya, padahal jika dilihat secara geografis letak pulau Kuril sangat berdekatan dengan Jepang. Sudah ada banyak perjanjian 6

antara Rusia dan Jepang untuk membahas kepemilikan Pulau Kuril seperti Perjanjian Shimoda pada tahun 1855, ini adalah perjanjian pertama antara Jepang dan Rusia. Perjanjian Shimoda yang menjelaskan mengenai perbatasan mencantumkan perbatasan kedua Negara di tetapkan terletak diantara Pulau Etofuru dan Pulau Uruppu. Seluruh Pulau Etofuru merupakan milik Jepang dan Kepulauan Kuril yang berada di utara termasu di dalam Pulau Uruppu yang merupakan milik Rusia. Pulau-pulau seperti Kunashiri, Shikotan dan Kepulauan Habomai yang berada di selatan Etofuru tidak secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian, dan dimengerti pada waktu itu sebagai wilayah teritorial Jepang yang tidak dalam sengketa. Perjanjian Shimoda juga mencantumkan Pulau Sakhalin / Karafuto tidak untuk dibagi dua melainkan berada dibawah pengawasan bersama Rusia-Jepang *Tabel 1.1 Posisi Penelitian No Nama Peneliti atau Judul Metodologi dan Hasil Penelitian Pendekatan 1 Illa Siti Jamila Deskriptif analis dan - Sengketa Pulau Dokdo Perspektif Historis memberikan pengaruh Sengketa Pulau Dokdo / secara akomodatif dalam Takeshima di Semenanjung perspektif hubungan Korea Terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang bilateral antara Korea Selatan dan Jepang yang ditandai dengan adanya peristiwa ketegangan hubungan diplomatis yang 7

bedampak pada aspek perdagangan terganggunya dan aktifitas 2 B. Tjandra Wulandari,SH.,MH Deskriptif analis dan Perspektif Historis kebudayaan kedua Negara - Dalam masalah sengketa Karang Unarang, wilayah ini hendaknya tetap di Sengketa wilayah Perbatasan perjuangkan sebagai Perairan Mabalat Karang Unarang Pasca kasus Sipadan Ligitan ( Tinjauan Hukum Laut Internasional ) wilayah NKRI baik secara politis dan diplomatis dan di jadikan sebagai titik dasar kepulauan. Di samping itu Pemerintah harus melaksanakan segera Peraturan Pemerintah no 38 tahun 2002 pada sekjen PBB agar mendapatkan 3 Sengketa Pulau Kuril antara Jepang dan Rusia Deskriptif analis dan Perspektif Historis pengesahan tentang batas wilayah Negara. - AdanyaPerjanjian Shimoda tahun 1855, yang menjelaskan tentang perbatasan kedua Negara 8

di tetapkan di antara Pulau Etofuru dan Pulau Uruppu. Seluruh Pulau Etofuru adalah milik Jepang dan Kepulauan Kuril yang berada di utara Pulau Uruppu merupakan milik Rusia. 4 Prasasti Lakshita Deskriptif dan - Belum ada upaya dari Perspektif Historis Jepang, Tiongkok dan Upaya penyelesaian Taiwan untuk membawa Sengketa Gugus Kepulauan Senkaku atau Dioyu antara permasalahan sengketa ini ke ranah hukum, yang Jepang Tiongkok dan Taiwan selama ini di hanyalah lakukan mencoba membuat pertemuan pertemuan yang di fasilitasi salah satu negara yang sedang bersengketa untuk kepemilikan membahas Pulau Senkaku. Akan tetapi sampai saat ini masalah sengketa pulau ini seperti 9

bom waktu yang bisa meledak kapanpun di saat ada salah satu negara yang sedang memasuki kepulauan bersengketa kawasan Senkaku tersebut maka Negara lain nya akan memberi peringatan bahkan menangkap orang yang memesuki wilayah tersebut. 1.4.2 LANDASAN KONSEP DAN TEORI 1.4.2.1 KONSEP DIPLOMASI Diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional adalah seni mengedepankan kepentingan suatu Negara dengan Negara lain. 4 Sebuah Negara menggunakan media diplomasi sebagai alat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Setiap Negara pasti mempunyai kepentingan nasional yang berbedabeda, dalam pencapaian kepentingan tersebut terkadang menimbulkan konflik antara dua Negara. Media diplomasi dapat di gunakan untuk meredakan konflik yang terjadi antara Negara-negara yang sedang berselisih, yakni dengan menggunakan sarana lobbying dan bargaining. Namun apabila cara tersebut tidak 4 S. L. Roy, Diplomasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal 3 10

berhasil maka dibutuhkan manajemen perubahan, melalui alternatif-alternatif lain yang tujuannya untuk mencapai kepentingan Nasional. Diplomasi dapat mengalami perubahan yang disesuaikan oleh kebutuhan suatu Negara, yakni diplomasi dengan cara damai dapat berubah menjadi kekerasan seperti halnya ancaman dan tindakan tegas untuk menekan Negara lain. Adanya perubahan sarana diplomasi dikarenakan antara Negara yang sedang berselisih tidak memiliki trust ( kepercayaan ), respect ( rasa saling menghormati ), dan keselarasan, sehingga sarana diplomasi melalui alternatif tindakan tegas dan ancaman dapat dipakai untuk membuat kesepakatan bersama. Salah satu media Diplomasi adalah Mediasi, yang merupakan salah satu perangkat Negosiasi penyelesaian konflik menggunakan pihak ketiga netral untuk mendekatkan pihak-pihak yang bertikai melalui komunikasi sehingga tercapai suatu kompromi yang paling baik untuk masing-masing pihak. Mediasi dalam konteks hubungan internasional dapat di terjemahkan menjadi 3 fitur utama yaitu perekrutan mediator, isu dan terciptanya kompromi. Syarat kehadiran mediator adalah ia bisa diterima oleh pihak yang sedang bersengketa. Selain itu, mediator berfungsi untuk hadir menengahi argumen serta menawarkan konsesus mutual yang bisa diterima keduanya. Mediator hadir untuk menyediakan komunikasi utamanya ketika situasi bersifat sangat emosional. Selain itu mediator mesti memiliki kapabilitas untuk menyediakan alternatif-alternatif yang visibel, diharapkan sanggup menjelaskan sudut pandang masing-masing pihak sesuai dengan kemampuan membaca fakta yang ada. 5 5 ibid 11

Dalam kasus sengketa Pulau Senkaku proses Diplomasi sangat penting agar tercapai ketenangan dan kedamaian bagi Jepang, Tiongkok dan Taiwan. Selain itu juga agar semakin memperjelas kepemilikan pulau dan tidak ada lagi saling klaim wilayah yang pada akhirnya malah memperuncing hubungan diplomatik ketiga Negara tersebut. 1.4.2.2 KONSEP KONFLIK Dalam bukunya international politics, K. J Holsti mengemukakan bahwa konflik yang menimbulkan kekerasan yang teroganisir muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak, pandangan yang berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan dan tipe-tipe tindakan diplomatik dan militer tertentu. 6 Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem Negara Kebangsaan yang dilandasi oleh konsep egosentrisme. 7 Bila suatu Negara terlalu berpegang teguh kepada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya dan kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilema karena ia pun harus menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap Negar lain, artinya keselamatan Negara tergantung kepada usaha-usaha sendiri, karena itu setiap Negara harus bersikap hati-hati dalam memelihara hubungan dengan Negara lain. Dalam kasus sengketa Kepulauan Senkaku antara Jepang dan Tiongkok konflik yang terjadi adalah saling klaim wilayah Kepulauan Senkaku, dimana ketiga Negara saling menunjukkan keegoisannya dalam menyikapi masalah tersebut sehingga memunculkan banyak reaksi di masing-masing Negara. Reaksi- 6 K. J Holsti. Politik Internasional, kerangka untuk analisis jilid 2. 7 Egosentrisme adalah aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan Negara dalam hubungannya dengan Negara lain. 12

reaksi tersebut lebih menunjukkan sikap mendukung aksi Negara masing-masing dan menghujat Negara lain yang ikut bersengketa sehingga membuat masalah persengketaan tersebut semakin meruncing. 1.4.2.3 KONSEP RESOLUSI KONFLIK Resolusi konflik merupakan suatu Terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik. Tahapan tahapan tersebut adalah : 1. De eskalasi konflik, yang di maksud di sini adalah konflik yang terjadi masih di warnai oleh pertikaian senjata yang memakan korban jiwa, sehingga pengusung Resolusi konflik berupaya untuk menemukan waktu yang tepat untuk memulai proses Resolusi Konflik. 2. Intervensi nasional dan Negosiasi Politik, Prinsip ini merupakan salah satu perubahan dasar dari intervensi kemanusiaan di dekade 90-an, mengharuskan intervensi kemanusiaan untuk tidak lagi bergerak di lingkungan pinggiran konflik bersenjata tetapi harus bisa mendekati titik sentral peperangan. 3. Problem solving Approach, tahap ketiga dari proses resolusi konflik adalah problem-solving yang memiliki orientasi sosial. Tahap ini diarahkan menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi pihak-pihak antagonis untuk melakukan transformasi suatu konflik yang spesifik ke arah resolusi konflik. 4. Peace Building, Tahap keempat adalah peace-building yang meliputi tahap transisi, tahap rekonsiliasi, tahap mediasi dan tahap konsolidasi. 13

Tahap ini merupakan tahapan terberat dan akan memakan waktu paling lama karena memiliki orientasi struktural dan kultural. Dalam kasus sengketa Kepulauan Senkaku tahapan resolusi konflik yang berlaku disini adalah proses Diplomasi, karena dalam kasus ini tidak sampai terjadi konflik berdarah yang menyebabkan peperangan antara Jepang, Tiongkok dan Taiwan. Diplomasi disini juga bertujuan untuk meredakan konflik perebutan Pulau Senkaku dengan cara membuat perundingan perundingan yang bertujuan untuk mendamaikan kedua Negara yang sedang bersengketa ini. Perundingan perundingan ini di harapkan akan membuat status kepemilikan Pulau Senkaku menjadi jelas, ataupun jika memang belum ada kejelasan status maka di harapkan bisa membuat perjanjian tetntang pengelolaan bersama tentang sumber energi yang ada di dalam Kepuluan Senkaku tersebut. 1.5 METODOLOGI PENELITIAN 1.5.1 METODE PENELITIAN 1.5.1.1 MODEL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif, 8 yaitu dimana sebuah penelitian yang menggambarkan atau menyederhanakan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variable yang terjadi di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atau variable-variable tertentu. 9 Penelitian deskriptif akan menjawab bagaimana upaya yang 8 Tim Penyusun Jurusan Hubungan Internasional UMM. 2009. Pedoman Skripsi Jurusan Hubungan Internasional. Malang, hal 13 9 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial format-format kuantitatif dan kualitatif hal 48 14

dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan sengketa Pulau Senkaku atau Dioyu. 1.5.1.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yaitu dengan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data sekunder, seperti artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah, buku, jurnal ilmiah, buletin, laporan, arsip organisasi serta bahan-bahan lainnya. Dan tidak menutup kemungkinan pula untuk menggunakan berbagai buku, terbitan, jurnal, makalah, surat kabar serta dokumen yang berbentuk elektronik ( yang bisa didapat melalui instrumen internet ). 1.5.1.3 TEKNIK ANALISA DATA Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan uraian satuan dasar. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui lintas disiplin ilmu, dari berbagai buku-buku yang dianggap penting dan didalamnya memuat tentebg perilaku Negara Jepang dan Tiongkok dalam upaya penyelesaian sengketa Pulau Senkaku. 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1 BATASAN WAKTU Batasan waktu dari penelitian ini adalah di mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2014, dan peristiwa peristiwa yang terjadi setelah perang Dunia II dimana AS meminta jepang untuk menyerahkan sebagian pulau pulaunya termasuk kepulauan senkaku. Dan selain itu juga peristiwa diumumkannya sebuah hasil penelitian tentang sumber daya alam yang terkandung di Pulau Senkaku, yang merupakan awal terjadinya sengketa 15

teritorial Kepulauan Senkaku. Penetapan jangka waktu ini dimaksudkan untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas dan dapat memudahkan dalam seleksi data. 1.6.2 BATASAN MATERI Agar tidak membiaskan penelitian ini, penulis membatasi permasalahan di atas pada konflik yang terjadi antara Jepang dan Tiongkok untuk memperebutkan Pulau Senkaku. Selain itu juga penulis akan fokus pada upaya-upaya yang telah dilakukan oleh ketiga Negara tersebut dalam upaya menyelesaikan permasalahan tersebut. 1.7 ALUR PENELITIAN Konsep serta teori Hubungan Internasional yang ada dalam penelitian ini akan digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, tentang bagaimana upaya-upaya yang telah di lakukan oleh Jepang dan Tiongkok dalam menyelesaikan permasalahan sengketa kepemilikan Pulau Senkaku atau Dioyu. Dari permasalahan tersebut maka yang menjadi fokus penelitian adalah upaya penyelesaian sengketa Pulau Senkaku dan yang menjadi objek penelitian ini adalah Hubungan Negara yang sedang bersengketa yaitu jepang dan Tiongkok. 16

STRUKTUR PENULISAN BAB 1 : Dalam Bab 1 ini berupa Pendahuluan yang terdiri atas ; Latar belakang masalah, Rumusan masalah, kajian pustaka dan metode penelitian BAB II : Dalam Bab II akan dijelaskan tentang kronologis sejarah kepulauan senkaku, letak geografis dan perjanjian-perjanjian yang di buat untuk pulau senkaku BAB III : Dalam Bab III akan dijelaskan dasar klaim pulau senkaku dan faktor-faktor yang menyebabkan pulau senkaku di sengketakan BAB IV : Dalam Bab IV akan berisi kesimpulan 17