PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
membunuh menghambat pertumbuhan

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS SUKASADA II PADA BULAN MEI JUNI 2014

DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) OF ANTIBIOTICS USE ON INPATIENTS CHILDREN IN SARI MEDIKA CLINIC AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENGGUNAANCEFADROXYL SIRUP PADA BALITA PENDERITA ISPA DI APOTEK KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

6.2. Alur Penelitian Selanjutnya

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

SENSITIVITAS BAKTERI Staphylococcus aureus HASIL ISOLASI SPUTUM PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KEMBARAN I KABUPATEN BANYUMAS TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI. Ahmad Rajidin 1 ; Riza Alfian 2 ; Erna Prihandiwati 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN.

TINGKAT PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS X TAHUN 2012 DAN 2013 DENGAN METODE ATC/DDD NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: LUSI DIANA ALBERTIN S K

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

Informasi penyakit ISPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

Transkripsi:

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA Rizki Khairunnisa*, Hajrah, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur *email: icirizki@gmail.com ABSTRAK Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang berlangsung hingga 14 hari dan biasanya menular. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi. Sebagian besar ISPA yang terjadi disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serta pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA. Penelitian ini di lakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik pasien penderita ISPA sebanyak 221 pasien. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin diperoleh persentasi pasien laki-laki dan perempuan berturut-turut (45,25%) dan (54,75%). Pasien penderita ISPA paling banyak terjadi di usia 36-45 tahun (29,41%), 18-25 tahun (28,96%), 26-35 tahun (25,34%) dan 46-55 tahun (19,29%). Hasil diagnosa dokter meliputi influenza oleh virus (4,22%), influenza (virus tidak teridentifikasi) (18,99%), faringitis akut (45,15%), tonsillitis akut (24,48%), nesofaringitis akut (4,22%), bronkitis akut (0,42%), laringitis akut (0,42%), ISPA tidak dispesifikasi (1,26%) dan sinusitis akut (0,84%). Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin 500 mg (83,71%), amoksisilin 250 mg (0,45%), kotrimoksazol 480 mg (8,15%), kloramfenikol 250 mg (0,45%), siprofloksasin 500 mg (4,07%), sefadroksil 500 mg (2,72%) dan eritromisin 250 mg (0,90%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penderita ISPA lebih banyak terjadi pada perempuan dan antibiotik yang banyak digunakan sebagai terapi ISPA adalah amoksisilin 500 mg. Kata kunci : Antibiotik, ISPA, amoksisilin ABSTRACT Acute Respiratory Infections (ARI) is a respiratory disease and can be classified as upper respiratory track infection and lower respiratory track infection. This disease usually contagious and can last up until 14 days. Acute respiratory infection (ARI) is a disease is a high prevalence. Most of ARI is caused by viruses and do not require antibiotics. This study aims was to determine the characteristics and patterns of antibiotic use in patients with ARI. This study was done retrospectively by taking data from medical records of 221 ARI patients. Characteristic of patient was 45.25% male and 54.75% female. The most prevalent of patients with ARI was 36-45 years (29.41%), 18-25 years (28.96%), 26-35 years (25.34%) and 46-55 years (19,29%). The doctor diagnosis was influenza caused virus (4.22%), influenza (virus not identified) (18.99%), acute pharyngitis (45.15%), acute tonsillitis (24.48%), acute nesofaringitis (4, 22%), acute bronchitis (0.42%), acute laryngitis (0.42%), ARI unspecified (1.26%) and acute sinusitis (0.84%). The antibiotics used were amoxicillin 500 mg (83.71%), amoxicillin 250 mg (0.45%), cotrimoxazole 480 mg (8.15%), chloramphenicol 250 mg (0.45%), ciprofloxacin 500 mg (4.07%), cefadroxil 500 mg 316

(2.72%) and erythromycin 250 mg (0.90%). It can be concluded that ARI occurs more frequently in women and amoxicillin 500 mg as antibiotics are widely used in a ARI therapeutic. Keywords: Antibiotics, ISPA, amoxicillin PENDAHULUAN Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi saluran nafas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi khususnya di Kota Samarinda. Infeksi pada saluran pernapasan atas adalah kondisi akut yang paling sering didapati di pelayanan kesehatan dasar (puskesmas). Sebagian besar ISPA yang terjadi disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari setengah kasus ISPA pada usia dewasa diberikan antibiotik spektrum luas pada resep mereka (setelah dilakukan kontrol untuk diagnosis dan komorbiditas). Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan menjadi inhibitor sintesis dinding sel bakteri (golongan beta laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam dan antibiotik lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin dan daptomysin), inhibitor sintesis protein bakteri (aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin), menghambat sintesis folat (sulfonamida dan trimetoprim), mengubah permeabilitas membran sel (polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin), mengganggu sintesis DNA (metronidasol, kinolon, novobiosin) dan mengganggu sintesis RNA (rifampisin). Tingginya angka kejadian infeksi menyebabkan tidak terhindarkannya penggunaan antibiotik sebagai salah satu obat anti infeksi. Hal tersebut meningkatkan peluang terjadinya insiden penggunaan antibiotik yang tidak rasional yang dapat menyebabkan kejadian resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik telah menjadi perhatian masyarakat di seluruh belahan dunia, hal tersebut memerlukan kesadaran bersama akan adanya hubungan antara tingkat resistensi antibiotik dengan pola penggunaan antibiotik. Informasi mengenai pola penggunaan antibiotik dapat digunakan sebagai alat deteksi dini adanya ketidakrasionalan dan sebagai sumber informasi dalam pengendalian resistensi antibiotik. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di beberapa Puskesmas Kota Samarinda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pasien serta pola penggunaan antibiotik pasien ISPA di beberapa Puskesmas Kota Samarinda METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik pasien penderita ISPA di beberapa Puskesmas di Kota Samarinda pada periode September sampai Oktober 2016. Data dikumpulkan berdasarkan kriteria inklusi yaitu responden dengan diagnosa ISPA, usia >18 tahun, menggunakan antibiotik dan pasien memiliki data rekam medik yang lengkap. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. 317

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di beberapa Puskesmas Kota Samarinda dengan mengumpulkan data rekam medik pasien ISPA. Sampel yang digunakan yaitu pasien penderita ISPA yang mendapatkan antibiotik. Jumlah pasien yang didapatkan yaitu sebanyak 221 pasien. Karakteristik usia pasien penderita ISPA dapat dilihat pada tabel 1. Karakteristik pasien ISPA usia tertinggi adalah usia 36-45 tahun sebanyak 29,41%. Tabel 1. Distribusi usia pasien penderita ISPA dibeberapa puskesmas Kota Samarinda Usia (tahun) Jumlah Pasien Persentase (%) 18-25 64 28,96 26-35 56 25,34 36-45 65 29,41 46-55 36 19,29 Hasil yang didapatkan tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan karena pada usia ini merupakan usia produktif dimana banyak orang melakukan aktivitas di luar rumah sehingga mudah terkena ISPA dikarenakan pencemaran udara seperti yang berasal dari asap kendaraan ataupun asap rokok. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin diperoleh persentasi pasien laki-laki dan perempuan berturut-turut (45,25%) dan (54,75%). Tabel 2. Distribusi jenis kelamin penderita ISPA dibeberapa Puskesmas Kota Samarinda Jenis Kelamin Laki-laki 100 45,25 Perempuan 121 54,75 Dari data pasien pada tabel 2, terlihat bahwa jenis kelamin perempuan mengalami ISPA paling banyak dibandingkan laki-laki. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA. Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini, kemungkinan dikarenakan perempuan memiliki aktivitas yang banyak dilingkungan rumah dan sekitarnya yang terdapat pencemaran udara dari penggunaan biomasa untuk memasak dan asap rokok. Karakteristik pasien berdasarkan diagnosa dokter diperoleh presentasi influenza oleh virus (4,22%), influenza (virus tidak teridentifikasi) (18,99%), faringitis akut (45,15%), tonsillitis akut (24,48%), nesofaringitis akut (4,22%), bronkitis akut (0,42%), laringitis akut (0,42%), ISPA tidak dispesifikasi (1,26%) dan sinusitis akut (0,84%). Persentasi tertinggi yaitu pasien dengan diagnosa faringitis akut (45,15%). Dari tabel 3 terlihat bahwa faringitis merpakan penyakit yang paling banyak terjadi. Hal ini dikarenakan iklim panas pada kota Samarinda sehingga masyarakat cenderung 318

memilih minuman yang dingin. Keadaan seperti mengkonsumsi minuman dingin secara berkala dapat mengiritasi mukosa faring dan esofagus yang meningkatkan terjadinya inflamasi kronik. Tabel 3. Distribusi pasien berdasarkan diagnosa dokter diagnosa Influenza oleh virus 10 4,22 Influenza (virus tidak teridentifikas) 45 18,99 Faringitis akut 107 45,15 Tonsilitis akut 58 24,48 Laringitis akut 1 0,42 ISPA tidak dispesifikasi 3 1,26 Bronkitis akut 1 0,42 Nesofaringitis akut 10 4,22 Sinusitis akut 2 0,84 Total 237 100 Faringitis akut yaitu salah satu penyakit yang ditandai dengan adanya infeksi yang biasanya terjadi pada saluran nafas bagian atas dan merupakan suatu gejala infeksi lokal yang spesifik di bagian faring atau tenggorokan Biasa juga disebut sebagai radang tenggorokan. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Banyak penyebab yang dapat membuat penyakit ini datang, dari mulai merokok, memiliki riwayat penyakit sinus, debu dan polusi. Bakteri yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis. Tabel 4. Distribusi Jenis dan Dosis Antibiotik Jenis antibiotik Amoksisilin 500 mg 185 83,71 Amoksisilin 250 mg 1 0,45 Kotrimoksazol 480mg 18 8,15 Kloramfenikol 250mg 1 0,45 Siprofloksasin 500 mg 9 4,07 Sefadroksil 500 mg 6 2,72 Eritromisin 250 mg 1 0,45 Penggunaan antibiotik 38,63% hal ini melebihi dari angka rasional yang telah ditetapkan yaitu 20%. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak 319

negatif di sini dapat berupa: a. Dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan resistensi kuman), b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau). Antibiotik paling banyak digunakan yaitu golongan penisilin. Antibiotik ini merupakan jenis antibiotik spektrum luas yang memiliki aktifitas baik terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negative. Amoksisilin sebagai antibiotik golongan beta laktam spektrum luas yang umum digunakan untuk infeksi pernafasan. Efek samping yang umum terjadi pada antibiotik beta laktam seperti amoksisilin dan sefadroksil adalah kemerahan, diare dan peningkatan nilai SGOT/SGPT, selain itu kedua obat ini memiliki potensi alergi yang tinggi sehingga penggunaannya harus berhati-hati untuk menghindari efek yang tidak diiinginkan. Begitu juga penggunaan antibiotik untuk ISPA non pneumonia sebesar 38,63% hal ini melebihi dari angka yang telah ditetapkan yaitu 20%. Frekuensi pemberian antibiotik yang terbanyak yaitu amoksisilin 3 1 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi frekuensi pemberian Frekuensi Amoksisilin 3 1 178 80,55 Amoksisilin 2 1 8 3,62 Kotrimoksazol 2 2 18 8,14 Kloramfenikol 4 1 1 0,45 Siprofloksasin 2 1 9 4,07 Sefadroksil 2 1 6 2,72 Eritromisin 4 1 1 0,45 Frekuensi pemberian antibiotik yang terbanyak yaitu amoksisislin 3 1. Waktu pemberian obat juga dipengaruhi oleh frekuensi penggunaan obat. Ketika obat memiliki frekuensi 3x sehari maka untuk mendapatkan hasil yang optimal (24jam/3 = 8 jam) obat diminum tiap 8 jam. Obat memiliki indeks terapi/dosis didalam tubuh yang memberikan efek terapi. Ketika obat masuk dalam indeks terapi maka akan memberikan efek terapi. Bila kadar obat didalam tubuh dibawah indeks terapi maka efek terapi akan hilang/tidak berefek. Sedangkan ketika kadar obat didalam tubuh diatas indeks terapi maka akan terjadi over dosis. Lama pemberian antibiotik yang terbanyak yaitu selama 5 hari, disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi lama pemberian Lama Pemberian (hari) Jumlah Pasien Persentase (%) 3 51 23,08 4 4 1,81 5 161 72,85 6 4 1,81 7 1 0,45 320

Lama pemerian antibiotik terbanyak yaitu selama 3-5 hari. Lama penggunaan antibiotika dikelompokkan berdasarkan studi literatur yang dilakukan dimana lama pemberian antibiotik untuk sebagian besar penyakit infeksi adalah selama 3-7 hari [9]. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan masalah penting di seluruh dunia, penggunaan antibiotik pada infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus dan penggunaan berlebihan antibiotik spektrum luas meningkatkan resistensi antibiotikefek peresepan penggunaan antibiotik dalam jangka pendek pada pelayanan pengobatan dasar dapat meningkatkan kejadian resistensi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dapat disimpulakan: 1. Pasien penderita ispa terbanyak diderita oleh wanita, usia diantara 36-45 dengan diagnosa faringitis akut 2. Hasil dari persentase menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik untuk pasien ISPA yaitu sebesar 38,64% melebihi angka yang telah di tetapkan yaitu 20%. 3. Antibiotik paling banyak yang digunakan yaitu amoksisilin 500 g dengan pemberian 3 1 hari selama 5 hari. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2001, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, 1 4. Pani Sarini, Barliana MI, Halimah Eli, Pradipta IS, Annisa Nurul, 2015. Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara. Indonesian Journal Clinic Pharmacy.4. (4). 275-280 Neal dan Michael. J. 2006. Medical Pharmacology At Glance Edisi 5. Penerbit Erlangga: Jakarta. Stringer dan Janet. L. 2006. Basic Concepts in Pharmacology: a Student s Survival Guide. Edisi 3. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Hal. 186 199 Pradipta IS, Febrina E, Ridwan MH, Ratnawati R, 2012. Identifikasi pola penggunaan antibiotik sebagai upaya pengendalian resistensi antibiotik.indonesian Journal Clinic Pharmacy 1.(1):16 24. WHO. 2016. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10 th Revision. www.who.int Resse R. E., Betts. R., dan Gumustop. B. 2000. Handbook of Antibiotics 3rd Ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia Kermenkes, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/2011. Kemenkes RI. 2011. Modul penggunaan Obat Rasional. Jakarta 321