EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI EKSTRAKSI SILIKA DAN ALUMINA DARI LUMPUR SIDOARJO ABSTRAK ABSTRACT

EKSTRAKSI SILIKA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN METODE KONTINYU ABSTRAK ABSTRACT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 14 April 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

PENGARUH PENAMBAHAN DOLOMIT TERHADAP KEKERASAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERAMIK DARI LUMPUR LAPINDO ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

SINTESIS GARAM TIMAH KLORIDA (SnCl 2 ) BERBAHAN DASAR LIMBAH ELEKTRONIK

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Pupuk dolomit SNI

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

3. Metodologi Penelitian

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

Bab III Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

Cation Exchange Capacity of Zeolite X from Bagasse Ash against Magnesium(II)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Analisis Kation Golongan III

Pengaruh Posisi Masukan dan Laju Alir Gas CO 2 Pada Tahap Pembentukan Aluminium Hidroksida Dari Spent Catalyst

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PREPARASI DAN APLIKASI SILIKA GEL YANG BERSUMBER DARI BIOMASSA UNTUK ADSORPSI LOGAM BERAT

Transkripsi:

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA Riska Yudhistia A 1), Rachmat Triandi T 2), Danar Purwonugoho 3) 1) D-III Anafarma, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jl. Besar Ijen no 77 C Malang 2),3 ) Jurusan Kimia,Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran Malang Email : riskayudhistia@gmail.com Abstrak. Lumpur Lapindo Sidoarjo dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber logam aluminium di Indonesia, melihat kandungan Al 2 O 3 yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,27 %. Kandungan oksida silika yang juga cukup tinggi dalam lumpur Lapindo menjadi perhatian khusus untuk memisahkan oksida tersebut dari oksida alumina. Oksida silika tidak larut dalam asam sedangkan oksida aluminium larut dalam asam. Ekstraksi Al 2 O 3 dilakukan menggunkan pelarut asam klorida. Sampel yang telah dikalsinasi pada 700 o C selama 1 jam, ditumbuk kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh. Sampel yang lolos kemudian diekstraksi menggunakan HCl konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 M dengan metode pemanasan dan tanpa pemanasan untuk tiap konsentrasi. Alumina yang didapatkan kemudian diendapkan sebagai Al(OH) 3 pada ph 8. Endapan Al(OH) 3 yang telah dikeringkan dalam oven kemudian dikalsinasi 600 o C selama satu jam untuk membentuk Al 2 O 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam klorida dan pemanasan mempengaruhi massa Al 2 O 3 yang didapatkan. Meningkatnya konsentrasi HCl dan metode pemanasan meningkatkan massa endapan Al 2 O 3 yang didapatkan. Massa endapan Al 2 O 3 maksimum diperoleh pada ekstraksi dengan metode pemanasan dan konsentrasi HCl 6 M. Massa endapan yang didapatkan sebesar 6,2454 gram dengan prosentase rendemen 62,45% dengan tingkat kemurnian 57,21%. Kata kunci : Alumina, lumpur Lapindo, asam klorida, ekstraksi, pemanasan. 1. Pendahuluan Logam berperan penting dalam kehidupan modern saat ini, khususnya berhubungan dengan perkembangan dunia industri. Dalam dunia perindustrian, proses recovery penggunaan logam tidak berjalan secara efektif. Hal ini mengakibatkan industri sangat bergantung pada sumber logam yang diperlukan [1]. Salah satunya dapat kita lihat pada penggunaan logam aluminium. Aplikasi aluminium termasuk paling banyak diantara logam-logam lainnya bahkan kedua terbanyak setelah baja [2]. Alumina, Al 2 O 3 merupakan sumber utama untuk mendapatkan aluminium melalui proses elektrolisis. Sedangkan alumina sendiri dapat diekstrak dari sumber logam yang mengandung Al 2 O 3 [3]. Salah satu sumber logam aluminium yang sering digunakan yaitu bauksit. Proses ekstraksi aluminium dari bauksit dikenal dengan proses Bayer. Dalam proses Bayer, digunakan NaOH sebagai pelarut [2]. Selain bauksit, sumber logam aluminium yang juga sering digunakan yaitu kaolin. Dalam proses ekstraksi aluminium dari kaolin, pelarut yang digunakan adalah H 2SO 4 [4]. Aluminium merupakan logam amfoter yang larut baik dalam asam maupun basa, tetapi komposisi oksida yang berbeda pada bauksit dan kaolin menyebabkan penggunaan pelarut yang berbeda untuk mempermudah pemisahan aluminium dengan pengotornya. Kandungan oksida pengotor Fe 2 O 3 yang cukup tinggi dalam bauksit menyebabkan penggunaan pelarut basa lebih efektif dibandingkan pelarut asam, menilik bahwa besi tidak larut dalam basa. Pada kaolin, kandungan oksida pengotor yang cukup tinggi adalah SiO 2. Oksida silika tidak larut dalam asam, oleh karena itu penggunaan pelarut asam lebih efektif dibandingkan pelarut basa. Lumpur Lapindo Sidoarjo dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber logam aluminium di Indonesia. Lumpur Lapindo terdiri dari 18,27% Al 2 O 3, 53,08 SiO 2, 5,6% Fe 2 O 3, dan 0,57% TiO 2 [5]. Komposisi oksida logam dalam Lumpur lapindo hampir sama dengan kaolin. Kandungan oksida silika yang tinggi dalam lumpur Lapindo menjadi perhatian khusus untuk memisahkan oksida tersebut dari oksida alumina. Oksida silika tidak larut dalam asam sedangkan oksida aluminium larut dalam asam. SENIATI 2018 Institut Teknologi Nasional Malang 365

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 Penggunaan pelarut asam merupakan pilihan yang tepat untuk mengekstraksi aluminium dari lumpur Lapindo. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan alumina bebas pengotor (khususnya silika). Pengunaan asam klorida sebagai pelarut memiliki keuntungan tersendiri dari pada asam-asam lain, seperti mudah dalam pemisahan residu silika dengan cara penyaringan cepat dan penghilangan titanium dioksida yang biasa terdapat dalam lempung atau lumpur [6].Asam klorida, HCl juga merupakan asam kuat yang akan terionisasi secara sempurna dalam larutan. Kemudahan terionisasinya asam kuat HCl ini akan mengoptimalkan proses ekstraksi Al 2 O 3. Harga HCl yang relatif lebih murah dibandingkan asam kuat lainnya, juga menjadi salah satu alasan penggunaan HCl untuk mengekstraksi alumina pada lumpur Lapindo Sidoarjo. Salah satu faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah temperatur. Peningkatan temperatur akan meningkatkan hasil ekstrak yang didapatkan [7]. Peningkatan temperatur dapat dilakukan dengan cara pemanasan. Dalam penelitian ini akan dipelajari ekstraksi alumina dari lumpur Lapindo Porong Sidoarjo menggunakan asam kuat HCl dengan metode pemanasan dan tanpa pemanasan. 2. Metodologi Ekstraksi Menggunakan dan Tanpa Sebanyak 10 gram sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat kemudian ditambahkan HCl 1 M sebanyak 100 ml. Dilakukan refluks selama satu jam kemudian didiamkan 20 menit. Larutan dipisahkan dari material tidak larut dengan cara disaring menggunakan kertas saring whatman. Filtrat dikondisikan ph nya sampai ph 3 dengan menambahkan larutan NaOH 6 M kedalamnya untuk mengendapkan kandungan Fe didalamnya. Endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring whatman. Filtrat yang didapatkan dikondisikan phnya sampai mencapai ph 8, untuk mengendapkan Al 3+ sebagai Al(OH) 3. Endapan yang didapatkan disaring menggunakan kertas whatman, dilakukan pencucian dengan akuades untuk menghilangkan NaCl, kemudian dikeringkan dalam oven selama dua jam. Hal yang sama dilakukan dengan mengganti pelarut HCl 1M dengan HCl 2, 3, 4, 5, dan 6 M untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap endapan Al 2 O 3. Untuk perlakuan metode tanpa pemanasan dilakukan hal yang sama hanya proses refluks diganti dengan pengocokan selama satu jam dengan kecepatan 160 rpm. Kalsinasi Endapan Al(OH) 3 yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan pemanasan maupun tanpa pemanasan masing-masing dimasukkan dalam cawan porselin. Endapan kemudian dikalsinasi pada suhu 600 0 C selama satu jam. Hasil kalsinasi dalam bentuk padatan Al 2 O 3 dan ditimbang teliti sebagai hasil akhir ekstraksi. 3. Pembahasan Pada penelitian ini dipelajari pengaruh pemanasan dan konsentrasi larutan HCl yang digunakan pada proses ekstraksi Alumina (Al 2 O 3 ) dari lumpur Lapindo Sidoarjo terhadap endapan Al 2 O 3 yang didapat. Penambahan larutan HCl ke dalam sampel lumpur Lapindo dapat melarutkan aluminium sebagai ion Al 3+. Ion Fe 3+ yang berasal dari Fe 2 O 3 yang terdapat dalam lumpur Lapindo juga akan larut dalam asam. Untuk memisahkan ion Fe 3+ ini dilakukan pengendapan dalam bentuk Fe(OH) 3 dengan penambahan larutan NaOH 6M kedalam larutan sampai larutan memiliki ph 3. Mengendapnya Fe(OH) 3 ini memudahkan pemisahan endapan dari larutan asam. Reaksi Al dengan HCl saat ekstraksi tampak pada persamaan (1): Al 2 O 3 + 6HCl 2Al 3+ + 6Cl - + 3H 2 O... (1) Endapan Al didapatkan dengan cara mengendapkannya sebagai hidroksida, Al(OH) 3 berdasarkan harga Kspnya dengan proses kaustik, reaksi yang terjadi tampak pada persamaan (2): 2Al 3+ + 6Cl - + 3H 2 O + 6NaOH 2Al(OH) 3(s) + 6NaCl + 3H 2 O... (2) Aluminium hidroksida akan mengendap pada ph 6-13 [8], tetapi untuk mendapatkan endapan Al secara maksimum dilakukan pada ph 8 [9]. Aluminium hidroksida yang baru didapatkan ini akan 366 SENIATI 2018 Institut Teknologi Nasional Malang

membentuk gel berwarna putih keruh, sebab molekul air yang mengelilingi ion Al 3+ terperangkap didalam polimer Al(OH) 3. Reaksi pembentukan Al(OH) 3 ini juga menyebabkan terbentuknya garam NaCl. Untuk mengurangi residu NaCl dalam endapan, maka dilakukan pencucian dengan menggunakan akuades. Untuk mendapatkan padatan Al 2 O 3, dilakukan proses kalsinasi endapan Al(OH) 3 pada suhu 600 o C. Reaksi yang terjadi pada proses kalsinasi ditunjukkan pada persamaan (3): 2Al(OH) o 600 3 Al (s) 2O3(s) + 3H2O (g) C...(3) Pengaruh terhadap Massa Al(OH) 3 dan Al 2 O 3 Penggunaan pelarut HCl dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 M untuk mengetahui konsentrasi maksimal pelarut untuk mendapatkan padatan Al 2 O 3 yang maksimum. Variasi konsentrasi dilakukan, baik pada metode pemanasan maupun tanpa pemanasan. Pada saat setelah proses ekstraksi, warna filtrat menjadi lebih kuning dengan semakin meningkatnya konsentrasi HCl yang digunakan,. Semakin tingginya konsentrasi yang digunakan, maka semakin banyak pula Al 3+ yang terekstrak, sehingga warna filtrat semakin kuning. Reaksi Al 3+ dengan HCl menghasilkan warna kuning pada larutan[10]. Massa endapan Al 2 O 3 yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa baik pada metode pemanasan maupun tanpa pemanasan, massa endapan yang didapat berbanding lurus dengan semakin meningkatnya konsentrasi HCl. Semakin pekat konsentrasi HCl yang digunakan, semakin banyak endapan yang didapatkan. Hal tersebut dikarenakan, dengan semakin pekatnya konsentrasi HCl yang digunakan maka semakin banyak ion H + yang terionisasi kedalam larutan, sehingga semakin banyak pula kandungan Al 2 O 3 dalam lumpur Lapindo yang terekstrak. Massa Endapan Al2O3 ( Gram ) 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 3.0543 2.001.4118 1.00 0.2608 0.00 3.9365 4.1461 1.3685 0.7119 5.0010 1.4015 6.2454 1.4251 1.8586 0 1 2 3 4 5 6 ( M ) Tanpa Gambar 1 Grafik hubungan konsentrasi HCl dengan massa Al 2 O 3 Pada penelitian ini, pada variasi konsentrasi yang digunakan, didapatkan data yang berbeda dan terus naik sampai konsentrasi maksimum yang digunakan 6 M. Hal ini berarti pada penelitian ini konsentrasi 6 M adalah konsentrasi maksimum untuk ekstraksi Al 2 O 3 dari lumpur Lapindo bukan konsentrasi optimum. Pengaruh pada Proses Ekstraksi Al 2 O 3 dari Lumpur Lapindo Sidoarjo. Proses ekstraksi dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pemanasan dan tanpa pemanasan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemanasan terhadap endapan Al 2 O 3 yang didapat. Hasil yang diperoleh dari perlakukan kedua variasi ini ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan metode tanpa pemanasan, hasil rendemen pada proses pemanasan lebih besar. Mengacu pada azas Le Chatelier, Bila dilakukan suatu paksaan pada suatu sistem kesetimbangan, sistem itu cenderung berubah sedemikian untuk mengurangi akibat paksaan itu. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut, cenderung lebih larut pada temperatur yang lebih tinggi. Aluminium larut dalam HCl dengan menyerap kalor, hal ini dibuktikan dengan penurunan suhu lingkungan saat reaksi Al dan HCl terjadi. Rekasi Al dengan HCl bersifat endotermis, hal ini sesuai dengan persamaan (4): SENIATI 2018 Institut Teknologi Nasional Malang 367

Prosentase Kemurnian (%) Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 4Al + 6HCl 2Al 2 (Cl) 3 + 3H 2 ΔH = 1468 kj. (4) merupakan paksaan yang dilakukan, dalam hal ini penambahan energi panas. Penambahan energi panas ini menyebabkan kelarutan Al 2 O 3 pada metode pemanasan lebih besar, sehingga endapan Al 2 O 3 yang didapatkan juga semakin banyak. Rendemen yang didapatkan baik pada metode pemanasan maupun tanpa pemanasan, tampak pada Tabel 1 M Tabel 1 Rendemen Al 2 O 3 Rendemen % Tanpa 1 2,61 14,12 2 7,12 30,54 3 13,69 39,37 4 14,02 41,46 5 14,25 50,01 6 18,59 62,45 Dengan adanya pemanasan saat proses ekstraksi entropi meningkat sehingga frekuensi molekulmolekul bertabrakan untuk menghasilkan reaksi juga meningkat. Akibatnya pada metode pemanasan endapan Al 2 O 3 yang didapatkan menjadi lebih banyak, sehingga meningkatkan hasil perhitungan rendemen. Nilai rendemen endapan Al(OH) 3 dan Al 2 O 3 yang didapatkan pada penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rendemen yang didapatkan dari percobaan Nurhawi [11] yang menggunakan pelarut basa pada saat ekstraksi. Pada percobaan Nurhawi [11] juga tidak dilakukan pemanasan saat proses ekstraksi. Berdasarkan uji pada taraf nyata 0,05 diperoleh F hitung baik pada kolom maupun baris memiliki harga yang lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi pelarut HCl pada kolom dan metode pada baris menampilkan hasil yang berbeda, yang berarti keduanya mempengaruhi penelitian yang sedang dilakukan. Karakterisasi Endapan Al 2 O 3 Karakterisasi endapan Al 2 O 3 yang diperoleh, dilakukan dengan cara mengukur kadar Al sebagai Al 2 O 3 menggunakan metode SSA. Setiap endapan Al 2 O 3 yang diperoleh pada tiap variasi didestruksi, kemudian diukur nilai absorbansinya. Dari harga absorbansi yang didapatkan dapat dihitung harga konsentrasi dan kadar Al 2 O 3 yang didapat. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan kadar Al sebagai Al 2 O 3 pada tiap variasi tampak pada Gambar 2: 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 60.00 30.00 34.91 20.00 27.92 10.00 0.00 64.19 34.88 71.16 32.39 61.40 28.26 43.26 27.95 1 2 3 4 5 6 ( M ) 57.21 Tanpa Gambar 2. Grafik perbandingan kemurnian Al 2 O 3 yang didapatkan 368 SENIATI 2018 Institut Teknologi Nasional Malang

Prosentase kemurnian yang didapatkan menunjukkan bahwa pada setiap endapan yang diduga Al 2O 3 ternyata mengandung Al. Prosentase kemurnian yang tidak mencapai 100% ini berarti masih adanya pengotor dalam endapan Al 2 O 3 yang didapatkan. Hal ini dimungkinkan adanya endapan garam NaCl yang merupakan produk samping reaksi yang terjadi saat ekstraksi. Endapan Al 2 O 3 yang didapatkan dengan metode pemanasan lebih murni dibandingkan dengan metode tanpa pemanasan, hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya harga prosentase kemurnian pada metode pemanasan. 4. Simpulan Proses ekstraksi Alumina yang terdapat dalam lumpur Lapindo Sidoarjo dipengaruhi oleh pemanasan dan konsentrasi pelarut HCl yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi HCl dan temperatur ekstraksi yang digunakan, semakin banyak massa Al 2 O 3 yang didapatkan Hasil rendemen tertinggi didapatkan pada variasi konsentrasi HCl 6 M. Nilai hasil rendemen Al 2 O 3 yang didapatkan dari metode pemanasan lebih besar dibandingkan dengan metode tanpa pemanasan. Daftar Pustaka [1]. David, E, 2007, Extraction of Valuable metals from amorphous solid wastes, Journal of Achivements in Materials and Manufacturing Engineering Vol 25 [2]. Ghorbani, Y., Oliazadeh, M., dan Shahverdi, Ahmad Reza, 2008, Microbiological Leaching of Al from the Waste of Bayer Process by Some Selective Fungi, Vol. 28, No. 1, 2009, Iran. J. Chem. Chem. Eng [3]. Bazin, Claude, dkk, 2005, Alumina From Clays, Department of Mining, Metallurgical and Materials Engineering Laval University [4]. Al-Zahrani,A.A, A.Majid,M.H., 2004, Extraction of Koagulan Alumina, JKAU: Eng. Sci., Vol. 21 No.2, pp: 29-41 (2009 A.D. / 1430 A.H.),Faculty of Engineering, King Abdulaziz University,Jeddah, Saudi Arabia [5]. Aristianto, 2006, Pemeriksaan Pendahuluan Lumpur Panas Lapindo Sidoarjo, Balai Besar Keramik Dapartemen Perindustrian, Bandung [6]. Al-Zahrani,A.A, 2009, Extraction of Alumina from Local Clays by Hydrochloric Acid Process, JKAU: Eng. Sci., Vol. 20 No.2, pp: 29-41 (2009 A.D. / 1430 A.H.),Faculty of Engineering, King Abdulaziz University,Jeddah, Saudi Arabia [7]. Si, P., dkk, 2009, Extraction of Aluminum from Combustion Ash of Coal Spoil, Worid of Coal Ash (WOCA) Comperence-May4-7, in Lexington, KY, USA [8]. Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi Kelima, Alih Bahasa: L. Setiono dan A. H. Pudjaatmaka, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta, hal. 72-91, 89-102, 300, 303-304 [9]. Sugiharto, E., 1982, Spektrofotomter Serapan Atom, UGM, Yogyakarta, hal. 25-28. [10]. Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Alih Bahasa : A. Saptorahardjo, Universitas Indonesia- Press, Jakarta, hal. 201-204,237-240 [11]. Nurhawi, 2011, Ekstraksi Al 2 O 3 dari Lumpur Lapindo Menggunakan Natrium Hidroksida, Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya Malang SENIATI 2018 Institut Teknologi Nasional Malang 369