I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini telah berperan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Iklim yang bervariasi serta lahan yang subur menjadikan Indonesia kaya akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN. famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN. commit to user

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kentang di Indonesia semakin meningkat akibat pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terkandung dalam sayur dan buah. Sayuran dan buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

1 Universitas Indonesia

Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis karena manfaat yang di peroleh komoditi tersebut cukup banyak dan

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

PROSPEK PENGEMBANGAN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi per Kapita per Tahun Buah-Buahan di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990).

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanurn tuberosurn L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di dunia. Tanaman ini pertama kali ditanam di lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti Wonosobo, Pangalengan, Brastagi dan Malang (IPC, 1984). Di lndonesia kentang diusahakan oleh petani secara komersial sebagai tanaman sayuran. Bahkan telah beberapa tahun terakhir kentang dijadikan sebagai prioritas utama tanaman penghasil pangan, yaitu dalam rangka diversifikasi pangan alternatif selain beras (Wagih dan Wiersema,l996). Hal ini dimungkinkan karena kentang memiliki kandungan karbohidrat dan nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga mendapatkan prioritas utama untuk dikembangkan di negara-negara berkembang seperti lndonesia (AVRDC, 1991). Data dari IPC (1984) menunjukkan bahwa kentang mengandung bahan makanan bergizi yang terdiri dari protein, vitamin B, vitamin C serta mineral fosfor, magnesium dan kalium. Selanjutnya Perez (1999), melaporkan bahwa nutrisi yang terkandung dalam I00 g umbi kentang terdiri dari 1,56 g protein, 0,25 g lemak, 19,83 g karbohidrat, 1,34 g serat, 10-40 mg vitamin C, 100 mcg vitamin B1, 30 mcg vitamin 82, 8 mg kalsium, 56 mg fosfor, 0,7 mg besi dan 72-80 kalori.

Dengan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan komoditi tersebut, maka luas pertanaman kentang pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Bottema, Utomohadi dan Ferrari (1991) luas pertanaman kentang di lndonesia meningkat dari 32.350 Ha dengan jumlah produksi 373.000 ton pada tahun 1985, menjadi 40.000 Ha dengan jumlah produksi 510.000 ton pada tahun 1989. Konsumsi perkapita juga mengalami peningkatan dari 1,4 kg pada tahun 1980 menjadi 1,9 kg pada tahun 1985. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, lndonesia melakukan ekspor kentang segar ke beberapa negara tetangga sepert~ Malaysia dan Singapura. Pada tahun 1989 tercatat ekspor komoditi ini ke negara-negara tersebut sebesar 71.000 ton dengan total nilai 10 juta USS. padahal pada tahun 1986 nilainya baru mencapai 22.000 ton. Selanjutnya pada tahun 1990, dalam kurun waktu tujuh bulan pertama lndonesia telah mampu mengekspor 58.000 ton kentang ke Malaysia dan Singapura. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan ekspor kentang dari tahun ke tahun secara kontinu. Pada tahun 1997, luas panen kentang di lndonesia mencapai 39.620 Ha, dengan total produksi 525.839 ton dan produktivitas 13.272 tonlha (BPS, 1997). Jika kebutuhan bibit per hektar sebesar 1,5-2,O ton (Wattimena, 1992) maka jumlah bibit yang dibutuhkan setiap tahunnya adalah 59.430-79.240 ton. Dengan dilakukannya usaha untuk meningkatkan produksi kentang tersebut maka penyediaan bibit yang memadai menjadi mutlak diperlukan. Memadai di sini tidak hanya

memenuhi jumlah yang diminta saja, akan tetapi juga harus memiliki kualitas yang baik sehingga dapat diterima oleh pasar. Saat ini jenis kentang yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah kentang kultivar Granola. Jenis kentang tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut : produktivitasnya tinggi, kulit dan daging 'umbi benvarna kekuningan, kadar air tinggi, mata pada umbi dangkal dan biasa digunakan untuk konsumsi segar. Selain kultivar Granola sebagian petani membudidayakan kentang tertentu untuk keperluan industri seperti kultivar Atlantic dan Panda sebagai bahan baku potato chip. Karakteristik kentang industri tersebut diantaranya: produktivitas tinggi, kulit umbi putih kekuningan, daging umbi putih, mata umbi dangkal, bentuk umbi bulat, kadar air rendah dan tidak mengalami perubahan setelah proses. B. ldentifikasi Masalah Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri, dapat disimpulkan bahwa kentang tidak diragukan lagi memiliki keunggulan sebagai bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Hal ini mendorong pemerintah untuk memilihnya menjadi salah satu bahan pangan alternatif dalam program diversifikasi pangan yang tujuan utamanya adalah mengatasi masalah kekurangan pangan dan gizi masyarakat. Agaknya pemerintah cukup berhasil dalam mensosialisasikan program tersebut, terbukti dari tahun ke tahun permintaan kentang terus menunjukkan peningkatan. 3

Pertumbuhan permintaan dalam negeri terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah produksi dan konsumsi kentang serta produk olahannya. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya usaha-usaha yang memilih kentang sebagai bahan baku utamanya seperti: PT. lndofood Frito Lay, Mc. Donald, California Fried Chiken, dan Kentucky Fried Chicken. Berdasarkan data-data di atas nampaknya prospek pemasaran kentang cukup menjanjikan untuk masa yang akan datang. Namun sayangnya ha1 itu tidak didukung dengan supply bibit yang berkualitas. Data yang diperoleh dari Direktorat Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman (2000) menunjukkan bahwa pada tahun 1998 total produksi kentang di lndonesia hanya mencapai 813.368 kg, padahal kebutuhan kentang untuk industri pada tahun itu adalah 3.961.926 kg. Artinya total produksi baru mampu memenuhi kebutuhan sekitar 30% saja dari permintaan pasar. Menurut ~rmini, Wattimena dan Gunawan (1992), salah satu penyebab utama rendahnya standar mutu dan tingkat produktivitas kentang di lndonesia adalah masalah penyediaan bibit kentang, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Para petani umumnya menyediakan bibit dengan cara memisahkan sebagian dari hasil panennya untuk ditanam kembali. Cara ini merupakan teknik penyediaan bibit yang sangat sederhana, mudah dan murah. Akan tetapi resikonya cukup tinggi karena kemungkinan bibit tercemar oleh penyakit ketika masih di lapangan sangat

besar, yang dapat menyebabkan penurunan pada tingkat produkstivitas kentang berikutnya. Bagi para petani yang memiliki modal cukup banyak, kebutuhan bibitnya sebagian besar dipenuhi dari bibit impor. Bibit-bibit tersebut diimpor dari beberapa negara produsen bibit kentang terkemuka seperti Belanda, Australia, Amerika Serikat dan Jerman. Menurut data dari Balai Benih Nasional menunjukkan bahwa impor bibit kentang Indonesia pada tahun 1999 mencapai angka 363.373 kg. Sedangkan luas panen kentang pada tahun tersebut adalah 62.776 ha (Direktorat Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, 2000). Jika untuk I hektar penanaman kentang diperlukan bibit kentang sejumlah 1.500-2.000 kg (Wattimena, 1992), maka jumlah bibit yang diperlukan tahun 1999 adalah sejumlah 94.164.000 kg- 125.552.000 kg. Oleh karenanya kebutuhan bibit kentang terpaksa dipenuhi dari bibit lokal yang kurang bermutu (Armini eta/. 1992). Kurangnya pasokan bibit lokal bermutu dan tingginya jumlah bibit impor yang masuk ke pasaran domestik ini disebabkan belum banyaknya perusahaan lokal yang secara intensif memproduksi bibit kentang unggul. Padahal jika dilihat dari prospek pasarnya, usaha pembibitan ini sangat menjanjikan. PT. lntisa adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang usaha pembibitan tanaman unggul asal kultur jaringan, merupakan anak perusahaan PT. Pusat Pengembangan Agribisnis (PT. PPA). Salah satu bidang usaha yang sedang dikembangkan di sini adalah penyediaan bibit kentang unggul dengan menggunakan metode

perbanyakan secara in vifro (teknik kultur jaringan). Kelebihan metode ini dibandingkan metode konvensional adalah kemampuannya untuk menghasilkan bibit kentang yang relatif seragam dan bebas penyakit, dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat. Untuk menunjang pengembangan usahanya, maka pada pertengahan +tahun 1998, PT. lntisa memulai pembangunan fasilitas produksi Laboratorium kultur jaringari beserta kelengkapannya di Desa Kalaparea, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Pembangunan Laboratorium untuk fasilitas produksi planflet kentang tersebut telah dapat diselesaikan dan siap untuk digunakan sebagai fasilitas produksi plantlet pada awal tahun 2000. Selama pelaksanaan produksinya yaitu sampai dengan pertengahan tahun 2001, jumlah produksi yang dihasilkan tidak pernah sesuai dengan rencana kapasitas Laboratorium produksi yang telah dibuat. Hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang, karena mengakibatkan kenaikan biaya produksi rata-rata dalam satu tahun produksi. Beberapa faktor penting yang menyebabkan rendahnya produksi tersebut adalah sebagai berikut : (1) Penggunaan fasilitas terpasang produksi yang belum optimal, yang menyebabkan perusahaan perlu melakukan perencanaan kapasitas produksi yang tepat dengan memperhatikan kendala yang ada

. (2) Adanya permasalahan teknis dan finansial yang harus dicapai secara bersamaan oleh perusahaan, sehingga untuk memberikan solusi yang memuaskan diperlukan suatu pendekatan matematis (3) Kesediaan pasar yang masih terbatas.untuk menampung bibit kentang yang dihasilkan. Datadata yang ada memang menunjukkan besarnya kebutuhan bibit yang haws dipenuhi oleh petani produsen kentang, itu e artinya &hang pasar untuk usaha pembibitan ini cukup besar. Namun pada kenyataannya pemanfaatan bibit kentang hasil kultur jaringan oleh para petani masih sangat kurang. Hal ini diduga karena bibit kentang produksi lokal belum memiliki brand image yang baik dihadapan user, jika dibandingkan dengan produk bibit impor. (4) Perlunya dibuat suatu strategi untuk mengimplementasikan solusi yang dihasilkan daiam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan perusahaan Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, ternyata PT. lntisa belum pernah menghitung tingkat optimal kapasitas produksi, yang sesuai dengan kemampuan fasilitas dan peralatan yang dimilikinya. Berdasarkan.. :-"pengamatan di lapangan, PT. lntisa saat ini memiliki kapasitas teknis Laboratorium produksi untuk menghasilkan planflef kentang sebagai bahan baku untuk pembuatan umbi bibit (mini tuber) kentang G-0 dan GI sebanyak kurang lebih 1.144.000 tanaman per tahun. Agar perusahaan tidak merugi, maka manajemen PT. lntisa berkeinginan untuk dapat berproduksi pada tingkat yang optimal sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Manajemen PT. lntisa bersedia untuk

menambah atau menyesuaikan fasilitas dan peralatan produksi lain seperti sumberdaya manusia, laminar air flow, dan autoclave yang dibutuhkan untuk menunjang hasil produksi pada tingkatan yang optimal, sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan. C. Rumusan Masalah, ~erdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa masalah yang dihadapi PT. lntisa adalah belum optimalnya penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga perusahaan tidak dapat mencapai sasaran keuntungan yang diinginkan. Secara lebih spesifik permasalahan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapa kapasitas optimal produksi bibit kentang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan memperhatikan kendaia-kendala yang ada, sehingga sasaran keuntungan perusahaan dapat tercapai. 2. Bagaimana strategi yang dapat diimplementasikan perusahaan sesuai dengan hasil perhitungan kapasitas optimal. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat produksi pembibitan kentang yang optimal di PT. lntisa disesuaikan dengan sumberdaya produksi yang dimiliki. 2. Membuat perencanaan produksi yang meliputi jadwal kegiatan produksi (schedulling) beserta kerangka waktunya (time frame).

3. Merumuskan suatu strategi untuk mengaplikasikan hasil optimasi yang dihasilkan dalam mencapai sasaran dan pengembangan bisnis yang telah ditetapkan perusahaan. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk melakukan perencanaan di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat segera diambil langkah-langkah yang perlu guna tercapainya tujuan yang diinginkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang menunjang perencanaan yang dilakukan. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dengan topik Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Pembibitan Kentang Asal Kultur Jaringan Pada PT. Intisa, difokuskan pada analisis optimasi produksi Plantlet, Umbi bibit G-0 dan Umbi bibit G- I, kentang varietas Granola-L berdasarkan data perencanaan produksi satu tahun terakhir, menggunakan alat bantu program goal programming dengan memperhitungkan berbagai kendala sumber daya yang membatasi tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan. Selanjutnya dalam penelitiaan ini juga dilakukan analisis time frame rencana produksi dan analisis strategi pembibitan kentang asal kultur jaringan pada PT. Intisa, berdasarkan hasil analisis optimasi yang telah dilakukan.