PROSPEK PENGEMBANGAN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN KETAHANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK PENGEMBANGAN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN KETAHANAN PANGAN"

Transkripsi

1 PROSPEK PENGEMBANGAN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN KETAHANAN PANGAN PENDAHULUAN Ubi jalar atau Ipomoea batatas L menyimpan potensi yang besar baik sebagai pangan alternatif maupun pengembangan potensi bisnis. Ubi jalar cukup popular di masyarakat sia, khususnya di wilayah timur sia, yaitu Papua dan Papua Barat yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan makanan pokok. Meskipun kandungan gizinya lebih rendah daripada beras, namun menurut World Health Organization (WHO) ubi jalar merah mempunyai kandungan vitamin A (retinol) sebanyak 4 (empat) kali wortel atau sebesar 7.700mg/100 gram, sehingga baik untuk pencegahan kebutaan dan penyakit mata karena memenuhi nilai harian kebutuhan gizi (Gambar 1). Per satuan (77.0 gram) % Nilai harian Vita,min A 62.2% Vita,min C Mangaan Tembaga Serat Vitamin B6 Kalium Besi Kalori (95) Gambar 1. Kandungan bahan makanan dalam ubi jalar berkulit yang dipanggang Sumber : World s Healthiest Foods, Di antara bahan makanan pokok, ubi jalar putih mengandung kalsium tertinggi dibandingkan beras, jagung, terigu dan sorghum. Bahkan kandungan kalsium tersebut dapat mencapai 51mg/100 gram untuk ubi jalar kuning (Direktorat Gizi, 2010). Dibandingkan dengan sayur-sayuran, ubi jalar bahkan menduduki peringkat pertama dalam kandungan bahan makanan dan mencapai skor 184 sedangkan peringkat kedua dicapai kentang (83) dan disusul bayam hijau (76). Data ini menunjukkan besarnya manfaat bahan makanan bagi kesehatan yang terkandung dalam ubi jalar (Food Reference, 2010). Kandungan kalori yang rendah sangat baik bagi kesehatan dan juga masyarakat yang berkepentingan untuk melakukan pola makan rendah kalori. Oleh karena itu dalam rangka mendorong program diversifikasi pangan selain beras, maka ubi jalar menjadi salah satu bahan pangan pokok penting terkait dengan berbagai fungsinya bagi kesehatan (Tabel 1).

2 Tabel 1. Daftar komposisi bahan makanan per 100 gram Kandungan / 100 gram Komposisi Beras Jagung Terigu Sorgum Ubi Jalar Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Fosfor (mg) Vit. B1 (mg) Sumber: Direktorat Gizi, Berdasarkan Tabel 1, dapat dipahami mengapa masyarakat Papua mempunyai struktur tulang yang kuat dan besar karena banyak mendapat pasokan kalsium dari sumber makanan pokok ubi jalar. Komposisi bahan makanan yang terkandung dalam ubi jalar ini memberi alternatif sumber bahan pangan pokok rendah kalori selain beras. Bahan pangan alternatif ini sangat baik dikonsumsi oleh penderita penyakit diabetes yang mengharuskan konsumsi bahan pangan rendah kalori dan karbohidrat dengan Glycemix Index yang rendah. Ubi jalar tidak meningkatkan kadar gula darah secara drastic karena karbohidrat di dalamnya termasuk rendah (Hasyim dan Yusuf, 2008). Selain sebagai sumber karbohidrat, potensi ubi jalar dalam rangka penganekaragaman pangan pokok bersumber daya lokal sangat baik. Hal ini terutama disebabkan oleh potensi produktivitasnya yang tinggi dan potensi pasar lokal, regional dan internasional yang cukup baik. Tingkat harga ubi jalar yang rendah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat menjadi salah satu faktor penting untuk mendorong usaha diversifikasi pangan pokok selain beras. Ubi jalar merupakan bahan pangan lokal sumber karbohidrat yang dimanfaatkan umbi akarnya dan dibedakan berdasarkan warna umbinya, yaitu putih, kuning, merah/jingga dan ungu. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai jenis pangan olahan bahkan berpotensi sebagai bahan baku industri modern (industri perekat, fermentasi, tekstil, farmasi dan kosmetik) seperti yang terdapat di negara maju seperti Amerika Serikat. Di sia ubi jalar dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung, nasi instan, bakpia, donat, keripik, mie dan beras mutiara. Tepung ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai produk pangan serupa dengan bahan pangan berbahan tepung terigu, misalnya permen, es krim, roti, kue dan beberapa minuman sirop. Pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai pengganti terigu bukan hal baru. Bahkan di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat tepung ubi jalar lebih populer dibandingkan terigu. Oleh karena itu, melalui pengkajian pustaka tentang ubi jalar makalah ini disusun untuk memberi gambaran tentang potensi ekonomi ubi jalar di tingkat nasional dan internasional. Produksi KINERJA PRODUKSI DAN KONSUMSI Masyarakat pada umumnya mengenal ubi jalar berdasarkan warna umbinya. Masyarakat awam terhadap jenis varietas ubi jalar tersebut. Dari 22 jenis varietas yang ditanam di sia, sebagian besar (12 varietas) berumbi kuning dan bervariasi dari kuning muda sampai kuning tua, sebanyak enam varietas berumbi warna merah/jingga, dan tiga varietas berumbi putih. Ubi jalar dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi dan rata-rata dapat dipanen pada umur empat bulan. Varietas Kalasan mempunyai umur panen terpendek, yaitu dua bulan dan mempunyai produktivitas tertinggi mencapai 40 ton/ha. Varietas Cilembu mempunyai umur tanam terpanjang, yaitu tujuh bulan dan produktivitas yang rendah hanya 20

3 ton/ha. Varietas Papua Solossa, Papua Pattipi dan Sawentar mempunyai umur tanam enam bulan dan mempunyai rata-rata produktivitas 25 ton/ha (Puslitbangtan, 2009). Menurut data luas areal panen selama periode , Provinsi Papua dan Jawa Barat merupakan dua daerah dengan luas panen ubi jalar terbesar di sia. Sedangkan menurut tingkat produksi, Provinsi Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan Papua (Kementan, 2010). Hal ini terkait dengan jenis varietas yang ditanam di dua provinsi tersebut. Di Papua, varietas yang ditanam adalah Papua Solussa, Papua Pattipi dan Sawentar yang berumur panjang (6 bulan) dengan tingkat produktivitas rata-rata ton/ha (Rauf dan Lestari, 2009). Sementara itu di Jawa Barat lebih banyak ditanam varietas dengan umur genjah (kurang dari enam bulan) dengan rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dari ketiga varietas yang ditanam di Papua.Data satu dekade terakhir ( ) menunjukkan bahwa luas areal ubi jalar di Provinsi Papua sekitar 17,9 persen dari luas areal panen ubi jalar nasional dan pada tahun 2009 mencapai 35 ribu ha. Dalam periode yang sama, luas areal ubi jalar di Provinsi Jawa Barat sekitar 16,9 persen dari luas areal panen ubi jalar nasional dan pada tahun 2009 mencapai 33 ribu ha. Selain kedua provinsi tersebut, luas areal panen ubi jalar tiap provinsi rata-rata di bawah 20 ribu ha (Tabel 2). Tabel 2. Luas areal panen ubi jalar di sepuluh provinsi penghasil utama, Provinsi Luas Panen (000 Ha) Papua 32,9 30,8 26,5 52,4 29,7 27,6 29,2 30,6 34,0 35,0 Jawa Barat 35,4 28,6 34,1 30,0 31,4 30,8 29,8 28,1 27,3 33,4 Jawa Timur 18,4 17,6 14,8 15,3 14,9 13,8 13,8 14,0 13,8 16,2 NTT 19,9 16,7 16,7 10,9 16,3 12,9 14,5 12,9 13,4 12,9 Sumatera Utara 13,6 12,5 12,4 14,3 12,2 12,0 10,6 12,1 10,3 12,4 Jawa Tengah 12,6 11,8 10,8 11,3 11,5 11,2 9,4 10,6 8,5 8,8 Bali 5,9 4,8 5,9 5,6 6,2 7,1 7,2 7,1 6,4 6,3 Sulawesi Utara 2,7 2,1 1,7 3,0 3,7 4,5 3,8 3,6 4,3 5,4 Sulawesi Selatan 8,5 9,2 8,2 5,7 6,9 4,9 5,0 5,5 6,2 5,4 Lampung 4,5 4,4 4,1 4,3 4,7 4,6 4,4 4,8 5,0 4,6 Lainnya 39,9 42,6 42,2 44,8 47,0 49,0 48,8 47,6 45,4 43,5 sia 194, 3 181, 0 177, 3 Sumber: Kementerian Pertanian, , 5 Luas areal panen ubi jalar nasional pada tahun 2009 mencapai sekitar 184 ribu ha dan mengalami penurunan rata-rata 0,7 persen/tahun. Diantara sepuluh provinsi penghasil utama, Papua, Bali, Sulawesi Utara dan Lampung mengalami pertumbuhan luas areal yang positip (meningkat), bahkan mencapai 8,01 persen/tahun untuk Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini memberi keyakinan bahwa luas areal tanam masih berpotensi untuk ditingkatkan, mengingat masih terdapat banyak lahan yang belum diusahakan khususnya di Provinsi Papua. 184, 5 178, 3 176, 5 177, 0 174, 6 183, 9

4 Pertumbuhan luas areal panen ubi jalar di luar ke empat provinsi di atas mengalami penurunan selama dan yang terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (4,92 persen/tahun). Selama tahun , Provinsi Jawa Barat rata-rata memasok sebesar 20,2 persen dari total produksi ubi jalar nasional atau rata-rata mencapai 379 ribu ton per tahun. Sementara itu, Provinsi Papua rata-rata menghasilkan sebesar 17,3 persen dari total produksi ubi jalar nasional atau rata-rata sebesar 318 ribu ton per tahun. Selain kedua provinsi tersebut rata-rata produksi tiap provinsi per tahun di bawah 200 ribu ton (Tabel 3). Meskipun luas areal panen di Provinsi Jawa Barat cenderung menurun selama , namun produksi ubi jalar dalam periode yang sama justru meningkat tajam rata-rata mencapai 2,21 persen/tahun. Demikian juga dengan pertumbuhan produksi ubi jalar di Provinsi Papua, selama mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,25 persen/tahun. Tabel 3. Produksi ubi jalar di sepuluh provinsi penghasil utama, Provinsi Produksi (000 Ton) Jawa Barat 385,8 298,0 367,8 346,9 389,6 390,4 389,0 375,7 376,5 469,6 Papua 281,1 283,6 257,3 512,4 298,5 273,9 290,4 306,8 337,1 343,3 Jawa Timur 193,6 189,7 168,8 167,6 165,0 150,6 150,5 149,8 136,6 162,6 Jawa Tengah 142,3 131,7 126,9 139,5 144,1 144,6 123,5 143,4 117,2 147,1 Sumatera Utara 127,0 118,2 118,2 135,7 117,3 115,7 102,7 117,6 114,2 140,1 NTT 156,4 147,1 133,1 86,7 126,4 99,7 111,3 102,4 107,3 103,6 Bali 65,2 53,5 68,0 64,9 72,5 88,5 92,1 91,2 88,2 79,0 Sumatera Barat 32,9 30,3 37,6 45,0 55,5 50,4 53,8 53,8 61,8 77,5 Sulawesi Selatan 73,4 80,4 77,7 61,8 76,5 53,5 54,3 58,8 66,5 68,4 Sulawesi Utara 23,4 18,0 15,0 25,6 32,4 38,7 37,3 35,5 42,1 53,1 Lainnya 346,6 384,9 379,1 405,4 423,9 451,0 449,3 451,9 434,2 413,5 sia Sumber: Kementerian Pertanian, Apabila 50 persen areal untuk ubi jalar ditanami dengan varietas yang berumur genjah dengan produktivitas 30 ton/ha, dan 50 persen lagi varietas umur dalam dengan produtivitas 10 ton/ha, maka produksi ubi jalar nasional akan mencapai 3,68 juta ton ubi basah. Potensi hasil ini sekitar 79 persen lebih tinggi dari produksi ubi jalar yang dicapai pada tahun 2009, yaitu sebesar 2,06 juta ton (Tabel 3). Kesenjangan produksi antara aktual dengan potensial ini disebabkan oleh variasi varietas yang ditanam dan kesesuaikan varietas terhadap iklim di berbagai daerah. Hal ini yang menyebabkan produktivitas rata-rata nasional rendah, yaitu sekitar 11,19 ton/ha. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan produksi yang dicapai pada tahun 2010 akan meningkat sebagaimana kecenderungan produksi yang terjadi selama periode yang meningkat sebesar 1,33 persen/tahun. Berdasarkan perkembangan luas areal (Tabel 2) dan produksi (Tabel 3), diperoleh pertumbuhan luas areal ubi jalar nasional -0,61 persen dan pertumbuhan produksi 1,33 persen per tahun selama periode Dengan demikian, maka pertumbuhan produktivitas adalah 1,93 persen. Jika diasumsikan bahwa pertumbuhan produksi selama periode masih konsisten mengikuti pertumbuhan produksi selama periode , maka proyeksi

5 luas areal panen dan produksi selama periode adalah seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Proyeksi luas areal dan produksi ubi jalar nasional periode Komponen produksi Tahun Pertumbuhan (%/th) Luas panen (000 ha) 183,9 182,8 177,3 171,9-0,61 Produktivitas (ton/ha) 11,19 11,41 12,55 13,82 1,93 Produksi (ribu ton) ,33 Sumber: perhitungan penulis. Konsumsi Berdasarkan data neraca bahan makanan, proporsi penggunaan ubi jalar sebagai bahan baku pakan, benih, bahan pangan dan yang tercecer selama tahun meningkat dengan laju peningkatannya jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan produksi (Tabel 5). Oleh karena itu, usaha peningkatan produksi ubi jalar harus didorong untuk industri pangan dengan tujuan pasar ekspor. Sebagian besar ubi jalar digunakan untuk pangan yang pada tahun 2009 mencapai ribu ton atau sekitar 73 persen dari total produksi. Bahan baku ubi jalar yang tercecer relatif masih tinggi, mencapai 186 ribu ton atau sekitar 9,04 persen dari total produksi pada tahun Hal ini merupakan inefisiensi yang tidak seharusnya terjadi secara terus-menerus. Sementara, penggunaan ubi jalar untuk bibit relatif tetap berkisar 171 ribu ton per tahun dan sisanya digunakan untuk bahan baku industri pakan sekitar 37 tibu ton (Tabel 5). Kecenderungan ini terus berlanjut dengan tingkat pertumbuhan yang relatif kecil di bawah satu persen/tahun sampai dengan tahun Tabel 5. Produksi dan konsumsi ubi jalar di sia, Tahun Produksi Konsumsi (000 ton) (000 ton) Pakan Benih Tercecer Pangan ) 171 1) 181 1) ) ) 171 1) 186 1) ) Pertumbuhan %/Tahun 1,2 0,4 0,1 0,4 0,3 1) Angka estimasi peneliti Sumber: Neraca Bahan Makanan, 2010 (diolah). Selama sepuluh tahun ke depan ( ), diproyeksikan pertumbuhan penggunaan ubi jalar untuk pakan, benih, dan pangan cenderung meningkat dan lebih efisien. Hal ini tercermin dari volume ubi jalar yang tercecer relatif tetap dengan tingkat pertumbuhan nol persen/tahun (Tabel 6). Tingkat pertumbuhan ini berimplikasi akan terdapat kelebihan produksi yang tumbuh sebesar 1,2 persen per tahun, sehingga perlu didorong peningkatan pemasaran

6 ubi jalar dan produk olahannya untuk pangsa pasar internasional, karena pasar domestik cenderung tetap. Tabel 6. Proyeksi penggunaan ubi jalar di sia, Tahun Konsumsi (000 ton) Pakan Bibit Tercecer Pangan Pertumbuhan %/Tahun 0,3 0,4 0,0 0,4 Sumber: Hasil proyeksi peneliti, Berdasarkan data konsumsi per kapita selama periode , diduga kenaikan proporsi konsumsi ubi jalar selain desebabkan oleh pertumbuhan penduduk, juga oleh perkembangan industri pakan dan pangan yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku. Laju konsumsi per kapita sendiri turun sebesar 2,68 persen/tahun, sedangkan jumlah penduduk mengalami peningkatan dengan laju 1,25 persen/tahun dalam periode yang sama (Tabel 7). Tabel 7. Konsumsi per kapita ubi jalar dan jumlah penduduk sia, Tahun Konsumsi 1) Jumlah Penduduk 2) (kg per kapita/tahun) (juta jiwa) , , , , , , , , , , , , , , , ,965 Pertumb (%/th) ) Sumber: Konsumsi Rata-rata per kapita seminggu menurut jenis makanan dan golongan pengeluaran per kapita sebulan, ) Sumber: Statistik sia, Sampai dengan tahun 2020, peningkatan proporsi penggunaan ubi jalar sebagai bahan baku pangan diperkirakan masih banyak dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berimplikasi bahwa peluang diversifikasi menggunakan bahan baku ubi jalar masih memungkinkan untuk ditingkatkan, karena tingkat konsumsi per kapita masih rendah. Program diversifikasi pangan berbahan ubijalar ini akan sangat bermanfaat untuk mengimbangi produksi ubi jalar yang diproyeksikan akan terus meningkat. Sejalan dengan program diversifikasi pangan lokal berbahan ubi jalar, pengembangan industri hilir berbahan baku ubi jalar yang

7 mampu menciptakan nilai tambah domestik dan mengangkat citra ubi jalar menjadi produk olahan berprestise menjadi sangat penting, untuk mempersiapkan daya saing produk ubi jalar di pasar internasional. POTENSI EKONOMI Nasional Ubi jalar di sia belum dianggap sebagai komoditas penting, sementara di negaranegara maju ubi jalar justru lebih penting dan mahal dibandingkan komoditas lain seperti beras dan terigu. Sebab di negara-negara maju ubi jalar tidak saja menjadi bahan baku pangan, namun juga menjadi bahan baku industri non-pangan (fermentasi, tekstil, perekat, kosmetik dan farmasi). sia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan ubi jalar, baik sebagai bahan baku industri pangan maupun non-pangan. Hal ini didukung oleh potensi luas areal dan produktivitas yang telah dikemukakan di atas. Sehubungan dengan proyeksi produksi yang cenderung meningkat, perlu diketahui potensi ekonomi ubi jalar untuk pasar domestik dan ekspor. Tingkat pemanfaatan ubi jalar di pasar domestik yang masih rendah memberi peluang untuk peningkatan produk yang ditujukan untuk pasar internasional sebagai bahan baku pangan maupun industri non-pangan yang telah banyak berkembang di negara lain, termasuk di beberapa negara Asia, seperti: Singapura, Jepang dan Korea. Pengembangan ubi jalar untuk berbagai produk olahan sangat prospektif, karena selain sifat ubi jalar yang multi guna, juga teknologi pengolahan hasil pertanian sudah cukup maju di sia. Dengan teknologi pengolahan, ubi jalar dapat dijadikan berbagai produk olahan seperti: chip, pati, tepung, saos, selai, kripik, kroket, tape, kremes, brem, getuk, pilus, ubi goreng, ubi rebus, nasi ubi, dan sebagainya (SPS IPB, 2004). Dalam bentuk produk olahan, ubi jalar dapat ditingkatkan derajatnya setara dengan beras. Bahkan ubi jalar merupakan bahan baku industri pangan dan non-pangan yang lebih banyak kegunaannya dari pada beras. Sifat multi guna ubi jalar ini tercermin dari banyaknya produk olahan yang dapat dihasilkan dari ubi jalar, seperti terlihat pada pohon industri berikut (Gambar 2). Pemanfaatan teknologi pengolahan untuk industri ubi jalar sangat penting dalam rangka mengakselerasi upaya penganekaragaman (diversifikasi) pangan. Selama lebih dari 60 tahun sia sangat bergantung pada beras. Ironinya, meskipun teknologi usahatani padi maju pesat, namun sia belum berhasil memenuhi kebutuhan beras dari produksi sendiri, sehingga masih bergantung pada impor. Keberhasilan program diversifikasi pangan akan mengurangi ketergantungan pada beras impor (Swastika, 2010).

8 Internasional Gambar 2. Pohon industri pengolahan ubi jalar Sumber: Ginting dkk., Dari 111 negara penghasil ubi jalar di dunia, sia mempunyai pangsa produksi sekitar satu persen dari produksi dunia. Meskipun pangsanya hanya sekitar satu persen, sia tahun 2009 merupakan negara produsen ubi jalar ke tiga setelah China dan Uganda. (Tabel 8). Bahkan tahun 1990 sia menempati urutan kedua setelah China. Pada tahun 2009 China mempunyai pangsa lebih dari 75 persen dari produksi ubi jalar dunia.

9 Tabel 8. Lima negara produsen utama ubi jalar di dunia, Produksi ( 000 Ton) China 00 China 76 China 83 China 49 China 3 2 sia Uganda Nigeria Nigeria Uganda Viet 3 Nam sia Uganda Uganda sia Viet 4 Uganda Nam sia sia India Viet Viet 5 Jepang Jepang Nam Nam Jepang Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Dunia Dunia Dunia Dunia Dunia Sumber: FAO, September 2010 (diolah). Dari Tabel 8 terlihat bahwa produsen terbesar ubi jalar di dunia adalah China yang selama 20 tahun terakhir menguasai tiga perempat produksi dunia. Kuantitas produksi ubi jalar di China dari tahun ke tahun cenderung menurun, sedangkan di negara lain cenderung meningkat. Karena proporsi produksi China yang demikian tinggi maka penurunan produksi ini sangat berpengaruh terhadap produksi ubi jalar dunia, namun tidak menggeser posisi China sebagai produsen utama (Gambar 3). Potensi lahan yang luas dan produktivitas varietas yang dikembangkan di sia merupakan faktor pendukung untuk mengembangkan usahatani dan industri berbahan baku ubi jalar di masa mendatang. Usaha untuk merebut persaingan yang masih terbuka ini dapat dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman ubi jalar, disertai pengembangan industri pengolahan ubi jalar. Gambar 3. Proporsi produksi ubi jalar sepuluh negara produsen utama di dunia, 2009 Sumber : Data sekunder, 2010 (diolah).

10 Sebagai salah satu produsen utama dunia, sia turut andil dalam persaingan global pasar ubi jalar. Pada tahun 1990 sia menempati posisi ke-19 sebagai eksportir ubi jalar diantara 38 negara. Pada tahun 1995 posisi sia meningkat menjadi negara ekportir utama ke-8, bersaing dengan 50 negara lainnya. Memasuki tahun 2000 sia menempati posisi ke-4 negara eksportir utama bersaing dengan 71 negara, posisi ke-3 pada tahun 2005 (diantara 72 negara eksportir utama), dan tahun 2007 kembali menduduki peringkat ke-5 dengan jumlah pesaing sebanyak 80 negara eksportir (Tabel 9). Tabel 9. Lima negara eksportir utama ubi jalar di dunia, China 2 Domini ka Ekspor (Ton) China Belgia 3 AS AS 4 Belgia Domini ka AS China Dominik a sia Malays ia Italia Israel Lainny a Dunia Lainny a Dunia Lainnya Dunia Sumber: FAO, September 2010 (diolah) AS China sia Israel AS China Israel Dominik a Lainnya Dunia Peranci s sia Lainnya Dunia Pasar ekspor ubi jalar dunia mengalami pergeseran posisi eksportir utama. Sebelum tahun 2000 eksportir utama ubi jalar adalah China, namun sejak tahun 2000 Amerika Serikat (AS) menjadi eksportir terbesar dunia. Kuantitas ekspor ubi jalar China menurun drastis sejak tahun 1990 dari di atas 300 ribu ton menjadi di bawah 20 ribu ton pada tahun Eksportir utama ditempati oleh AS, meskipun tidak termasuk dalam kategori sepuluh besar produsen utama dunia (Tabel 8). Diduga ubi jalar yang diekspor AS merupakan reekspor dari beberapa negara produsen lain, sehingga secara kumulatif volume ekspor AS sangat besar, melampaui China. Kemampuan AS dalam merebut pasar ekspor ubi jalar beserta produknya tidak lepas dari daya saing dari produk yang dihasilkan. Sebagai salah satu produsen utama ubi jalar, sia sangat potensial untuk meningkatkan daya saing terutama di pasar internasional. Pada tahun 2007 sia meraih 6 persen pangsa ekspor dunia (Gambar 4).

11 Gambar 4. Proporsi ekspor ubi jalar sepuluh negara eksportir utama di dunia, 2007 Sumber : Data sekunder, 2010 (diolah). Negara-negara Eropah merupakan importir utama dunia (Tabel 10). Namun negara tersebut mengimpor bahan mentah (ubi jalar) dan mengekspor produk olahan berbahan baku ubi jalar. sia, China dan AS merupakan negara eksportir dengan harga yang rendah di pasar internasional, sehingga ubi jalar dari ketiga negara tersebut mampu bersaing di pasar internasional. Tabel 10. Lima negara importir utama ubi jalar di dunia, Impor (Ton) Italia Italia Kanada Inggris Inggris Belgia Belgia Italia Kanada Kanada Belanda Belanda Inggris Singapura Perancis AS Kanada AS Jepang Jepang Perancis AS Perancis Malaysia Albania Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Dunia Dunia Dunia Dunia Dunia Sumber: FAO, September 2010 (diolah). Jumlah negara pengimpor terus mengalami peningkatan dan lebih banyak dibandingkan jumlah negara pengekspor. Artinya peluang di pasar internasional masih sangat terbuka, karena permintaan dari berbagai negara maju terus meningkat. Pada tahun 2007, lebih dari 50 persen negara importir utama berasal dari negara-negara maju (Gambar 5).

12 Gambar 5. Proporsi impor ubi jalar sepuluh negara importir utama di dunia, 2007 Sumber : Data sekunder, 2010 (diolah). Meskipun Jepang memproduksi ubi jalar, namun tingkat harga ubi jalar di Jepang tercatat sebagai harga produsen tertinggi di dunia (Gambar 6). Selama hampir dua dekade terakhir ( ) harga produsen di Jepang menjadi yang tertinggi di dunia, bahkan pernah mencapai di atas US$ 2.000/ton. Diantara negara ekportir ubi jalar, China merupakan negara ekportir dengan harga produsen terendah sepanjang tahun. Harga produsen ubi jalar di sia juga termasuk rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan untuk meraih pangsa pasar internasional. Namun demikian, sejak tahun 2000 harga ubi jalar di tingkat produsen di sia dan negara produsen lain cenderung meningkat. Harga Produsen (US$/ton) 2,500 2,000 1,500 1, Jepang 2,044 1,553 1,107 1,623 1,830 AS sia China T a h u n Gambar 6. Harga produsen ubi jalar di beberapa negara terpilih ($/Ton), Sumber : Data sekunder, 2010 (diolah).

13 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Ubi jalar di sia mempunyai potensi pengembangan yang prospektif sebagai bahan baku industri, baik untuk industri pangan maupun non-pangan. Hal ini ditopang oleh potensi lahan, teknologi budidaya, dan produktivitas yang memadai di tingkat usahatani, serta dukungan teknologi pengolahan hasil yang cukup maju. Keberhasilan dalam pengolahan ubi jalar untuk berbagai produk pangan dan non-pangan olahan akan meningkatkan derajat ubi jalar setara dengan beras dan mempercepat upaya divesrsifikasi pangan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada beras. Selain itu, berbagai produk olahan dari ubi jalar dapat diekspor ke berbagai negara yang permintaannya terus meningkat. Dengan demikian, produk industri ubi jalar mempunyai daya saing yang tinggi di pasar internasional. Dari sisi petani, kehadiran industri pengolahan ubi jalar di perdesaan, selain menciptakan nilai tambah, juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat perdesaan, dimana sebagian besar masyarakat miskin berdomisili. Implikasi Kebijakan Meningkatkan produksi ubi jalar melalui perluasan areal (ekstensifikasi) dan peningkatan produktivitas dengan penerapan teknologi maju budidaya (intensifikasi) ubi jalar serta mendorong industri pengolahan ubi jalar, dengan memberi kemudahan dan insentif bagi investor untuk melakukan investasi dalam industri pengolahan ubi jalar di perdesaan. Mempromosikan secara intensif produk olahan dari ubi jalar sebagai bahan makanan sehat dan bergizi di tempat-tempat strategis, seperti hotel, restauran, media elektronik dan media cetak, dengan melibatkan tokoh publik. Meningkatkan promosi dan lobi multilateral untuk meraih pangsa pasar produk ubi jalar di pasar internasional.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam yang melimpah dan salah satunya ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya sangat melimpah

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia. Kebijakan diversifikasi pangan dan perbaikan menu makanan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH Lutfi Aris Sasongko Perkembangan Ubi Jalar... PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH Lutfi Aris Sasongko Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual belikan di pasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. Atau definisi lain dari jajanan pasar adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanurn tuberosurn L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di dunia. Tanaman ini pertama kali ditanam di lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau maternal merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu indikator yang tertuang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini telah berperan

I. PENDAHULUAN. sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini telah berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sektor agribisnis di Indonesia telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini telah berperan menyediakan bahan pangan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan dengan laju pembangunan dan pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk di Indonesia kini mulai meminati makan mi sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan harga yang terjangkau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh menjalar di dalam tanah dan menghasilkan umbi. Ubi jalar dapat di tanam pada lahan yang kurang subur, dengan catatan tanah tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena harganya murah dan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa lokal disebut Erom berasal dari Benua Amerika. Para akhli botani dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu ini mulai dilirik oleh masyarakat karena disamping warnanya yang menarik rasanya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman bahan pangan yang melimpah. Bahan pangan memang melimpah namun Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Kusharto dan Muljono (2010) dalam Maulana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia, iklim tropis memberikan keuntungan bagi budidaya dan pengembangan ubikayu (Manihot esculenta CRANTZ.) dalam pilar ketahanan pangan, sehingga ubikayu

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata pada peningkatan produksi tetapi kepada peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Untuk itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN Oleh : Bambang Sayaka Mewa Ariani Masdjidin Siregar Herman

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan bagian umbinya sebagai bahan pangan alternatif lokal karena memiliki

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

sawit sebagai bahan makanan adalah kandungan y-p-karoten yang tinggi ( ppm), paling tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lain di

sawit sebagai bahan makanan adalah kandungan y-p-karoten yang tinggi ( ppm), paling tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lain di 1. I. PENDAHULUAN -v; 1.1. Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap lionsumsi minyak dan lemak nabati terus mengalami peningkatan setiap tahun. Produksi minyak dan lemak nabati dunia pada 2006/2007 telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat cocok sebagai media tanam untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi kayu merupakan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian negara, dengan kontribusi produk dari sektor pertanian dapat menambah dan meningkatkan pendapatan negara.

Lebih terperinci