BAB I PENDAHULUAN. yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya (Yudrik, 2011:204)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedisiplinan merupakan modal dasar dalam keberhasilan belajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

No Skala : Usia pada waktu menikah : Jenis Kelamin : Usia sekarang : Lama Perkawinan : Pernah Bercerai : Ya / Tidak Alamat : PETUNJUK PENGISIAN Pada

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

RPP 01 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

RPP 02. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Fisika

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat komplek bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

Pembelajaran KI 1 dan KI 2 dilakukan secara tidak langsung (terintegrasi) dalam pembelajaran KI 3 dan KI 4

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun. UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RPP 03. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Fisika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia untuk mengembangkan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang berlangsung dalam

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang RI No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN. disiplin. Hal ini memberikan anggapan bahwa komunikasi dalam. komunikasi memiliki peranan penting bagi siswa antara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun, sehingga dengan melihat usia anak tersebut, anak masuk dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun, dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun (Oding, 2010:79). Menurut Desmita anak-anak usia Sekolah Dasar memiliki perilaku senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Usia kelompok ini di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai anggota kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya (Yudrik, 2011:204) Menurut Piaget pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam tahap pemikiran konkret-operasional (concrete operational thought), yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya (Desmita, 2014: 104). Pada usia ini anak diharapkan memperolah dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikurel maupun ektrakurikuler (Yudrik, 2011:204). Usia anak Sekolah Dasar, tidak lagi puas bermain sendirian di rumah atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, 1

2 serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya (Desmita, 2014:224). Dengan adanya keinginan anak untuk bergabung dalam anggota kelompok maka sikap anak akan banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya, sehingga sikap anak sering menyulitkan orang tua. Hal ini sependapat dengan Hurlock yang menyatakan bahwa anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya sehingga menyulitkan orang tua karena tidak mau lagi menuruti perintah dari orang tua (Christiana, 2012:248). Usia ini anak mulai belajar berinteraksi dengan orang lain, interaksi anak bisa terjalin pada beberapa lingkungan, salah satunya adalah lingkungan sekolah. Novika melakukan penelitian dengan judul Sikap dan Perilaku Siswa di Lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya dalam penelitian tersebut terdapat teori mengenai interaksi lingkungan sekolah, yaitu menurut Sardiman yang mengatakan bahwa interaksi lingkungan sekolah adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan. Interaksi lingkungan sekolah bisa terjadi pada saat pembelajaran di kelas, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sikap siswa yang menyimpang akan dapat mengganggu kegiatan kelas pada saat pembelajaran, seperti berteriak atau meninggalkan tempat duduk tanpa izin, membaca atau mengerjakan tugas yang tidak berkaitan selama waktu belajar di kelas, sikap semacam ini merupakan pengganggu kecil. Ketika banyak siswa yang berkeliling di kelas, menyerukan komentar yang tidak relevan, ngobrol dengan teman sebaya, dan tidak memperhatikan guru merupakan permasalahan yang memperparah jalannya kegiatan kelas (Evertson dkk, 2011:230).

3 Sikap menyimpang memang banyak sekali bentuknya, sehingga guru mempunyai kewajiban dalam mengubah sikap siswa. Sebagaimana menurut Gage dan Berliner menyebutkan bahwa tugas guru adalah sebagai pengubah perilaku (Abin, 2012:23). Dalam mengubah perilaku siswa, guru harus dapat mengembangkan sikap positif terhadap siswa, yaitu membina hubungan sosial dalam proses pembelajaran (Jamil, 2013:29). Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan sikap positif siswa yaitu salah satunya kegiatan yang dapat melibatkan interaksi siswa dengan guru maupun antar siswa dengan siswa yaitu melalui kerja sama seperti tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, maupun kelompok besar. Hal ini siswa dapat terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan, dan mengembangkan kemampuan untuk berdebat (Hamzah, 2012:43). Selain itu, tugas lain seorang guru adalah menganalisis, menafsirkan dan memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan pembelajaran berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektivan prosesnya maupun kualifikasi produk (Abin, 2012:23). Siska Difki Rufaida melakukan penelitian mengenai pengembangan sikap sosial, menyebutkan bahwa siswa Sekolah Dasar mulai mengenal dan menjalin interaksi satu sama lain di sekolah. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa dapat bersosialisasi dengan teman dan dapat melakukan kerja sama yang baik dalam kelompoknya. Selain itu, siswa mulai mampu membangun suasana yang komunikatif terhadap teman-temannya, seperti menanggapi teman yang sedang mempresentasikan hasil karyanya.

4 Siswa usia Sekolah Dasar juga mulai menunjukkan sikap sosialnya yaitu sikap peduli terhadap sesama atau teman sekitarnya, ketika teman satu kelompok mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, siswa berusaha membantu temannya. Dan ketika ada teman yang tidak mempunyai buku, siswa meminjamkan buku terhadap temannya secara bergantian karena dalam buku itu terdapat informasi yang jelas mengenai tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siska Difki Rufaida, siswa usia Sekolah Dasar menunjukkan sikap sosial seperti sikap suka bersosialisasi dengan orang lain. Mereka ingin selalu terlibat dengan orang lain, seperti pada kegiatan pembelajaran, siswa ingin selalu terlibat aktif, sehingga siswa mendapatkan perhatian dari guru maupun siswa lainnya. Selain sikap sosial positif, adapun sikap sosial negatif pada siswa di sekolah. Taufiq Hendra Wicaksono melakukan penelitian mengenai sikap mengganggu di kelas. Taufiq menyebutkan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) sering menunjukkan sikap mengganggu di kelas, misalnya menuntut permintaan harus segera dipenuhi atau tidak bisa menunggu untuk diperhatikan, mengganggu kegiatan siswa lain, tidak dapat melakukan kegiatan secara mandiri atau menuntut perhatian yang berlebihan dari guru, membantah ketika ditegur, melarikan diri dari kelas, tidak bergaul baik dengan siswa lain, menolak untuk mematuhi aturan yang ditetapkan guru, mengabaikan perasaan orang lain, berbohong. Sikap-sikap tersebut tentunya harus menjadi perhatian bagi pihak sekolah, khususnya bagi guru kelas. Mengingat tujuan guru adalah menciptakan lingkungan kelas yang positif dan harus memahami sikap sosial siswanya.

5 SDN Jatimulyo 1 Malang memiliki 127 siswa. Dari beberapa siswa tersebut masing-masing memiliki sikap yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, akan membahas mengenai sikap sosial kelas 2, dimana kelas ini terdiri dari 27 siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas II yang dilakukan pada tanggal 18 November, 24 November, dan 8 Desember tahun 2016 menghasilkan laporan bahwa setiap siswa memiliki sikap sosial yang berbeda-beda. Terdapat 40% siswa yang mempunyai sikap sosial positif, dan 60% mempunyai sikap sosial negatif. Siswa yang mempunyai sikap sosial positif, menunjukkan sikap seperti siswa peduli dengan teman-temannya, ketika terdapat temannya menangis atau sedang sakit, siswa lain mencoba melaporkan kepada guru, ketika terdapat temannya yang tidak membawa uang saku, siswa lainnya mencoba membagikan makanannya terhadap temannya tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SDN Jatimulyo 1 Malang, selain siswa yang bersikap baik, adapun siswa yang mempunyai sikap sosial negatif, hal tersebut terlihat pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti melihat ada beberapa kelompok siswa yang suka membuat gaduh, seperti berlarian, berteriak, dan melontarkan kata-kata yang kurang baik. Guru telah memberikan hukuman terhadap siswa tersebut, namun siswa tersebut tidak mempunyai rasa takut dan jera terdapat hukuman yang telah diberikan oleh guru. Kelas II terkenal kelas yang sulit diatur, karena kebanyakan dari siswanya memiliki sikap sosial negatif. Kepala sekolah sudah memberikan nasihat kepada mereka, namun mereka tidak pernah memperhatikan dan selalu mengulangi perbuatannya.

6 Melihat fenomena seperti itu, peneliti mempunyai rasa ingin tahu, apa saja nilai-nilai sikap sosial siswa kelas II secara lebih mendalam, dan apakah bagi siswa yang memiliki sikap sosial negatif masih mempunyai sisi sikap sosial positif. Sikap sosial sangat penting untuk dilakukan penelitian, dikarenakan sikap sosial merupakan penunjang pengembangan sikap anak, apabila siswa tidak memiliki sikap sosial yang baik maka siswa akan sulit untuk beradaptasi dan menjalin interaksi dengan orang lain, dengan demikian maka perlu adanya perhatian bagi pihak sekolah, apabila terdapat siswa yang memiliki sikap sosial negatif maka akan segera ditindak lanjut agar sikap sosial siswa menjadi lebih baik. Selain itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana guru dalam membuat penilaian sikap sosial siswa di kelas tersebut, mengingat bahwa salah satu tugas guru adalah membuat suatu penilaian dan menganalisis apa yang teradi pada saat kegiatan pembelajaran. Peneliti ingin mengkaji permasalahan tersebut secara kritis dan analisis melalui penelitian yang berjudul Analisis Sikap Sosial Siswa dalam Pembelajaran Tematik di Kelas II SDN Jatimulyo 1 Malang B. Rumusan Masalah a. Bagaimana nilai-nilai sikap sosial yang ditunjukkan siswa kelas II dalam kegiatan pembelajaran tematik di SDN Jatimulyo 1 Malang? b. Bagaimana guru dalam membuat penilaian sikap sosial siswa pada saat proses pembelajaran? c. Bagaimana hasil penilaian terhadap sikap sosial siswa kelas II di SDN Jatimulyo 1 Malang?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Nilai-nilai sikap sosial yang ditunjukkan siswa kelas II dalam kegiatan pembelajaran tematik di SDN Jatimulyo 1 Malang b. Guru dalam membuat penilaian sikap sosial siswa pada saat proses pembelajaran c. Hasil penilaian terhadap sikap sosial siswa kelas II di SDN Jatimulyo 1 Malang. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SDN Jatimulyo 1 Malang memiliki beberapa manfaat, yaitu: a. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat mengembangkan teori sikap sosial pada anak usia Sekolah Dasar dan penilaian sikap sosial, sehingga dapat mengukur dan menilai hasil sikap sosial siswa pada saat proses kegiatan pembelajaran. b. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta diharapkan dapat memberi bekal peneliti di dunia pendidikan ataupun masyarakat. 2. Bagi Kepala sekolah Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mengembangkan sikap sosial siswa kedepannya.

8 3. Bagi guru Dapat digunakan guru sebagai bahan referensi atau rujukan mengenai sikap sosial dan penilaian sikap sosial siswa di kelas. 4. Bagi orang tua Dapat memahami sikap anak dan dapat mencegah ataupun mengubah sikap anak yang kurang baik melalui didikan orang tua. E. Batasan Penelitian Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan peneliti dan agar pembahasan penelitian ini tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini dengan batasan masalah sebagai berikut: a. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas II di SDN Jatimulyo 1 Malang. b. Penelitian ini membahas mengenai nilai-nilai sikap sosial yang ditunjukkan siswa kelas II dalam kegiatan pembelajaran tematik di SDN Jatimulyo 1 Malang c. Penelitian ini membahas bagaimana guru dalam membuat penilaian sikap sosial yang digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran tematik. d. Penelitian ini membahas mengenai hasil penilaian terhadap sikap sosial siswa kelas II di SDN Jatimulyo 1 Malang. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dengan pembaca, maka judul penelitian di atas perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut:

9 a. Sikap Sosial Sikap sosial merupakan bentuk interaksi antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya yang terjadi pada kegiatan pembelajaran di kelas. Nilai-nilai sikap sosial ini, seperti peduli sesama, tanggung jawab, jujur, disiplin dan lain sebagainya. b. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan proses pembelajaran. Kegiatan ini melibatkan siswa dan guru. Dalam kegiatan pembelajaran tematik terdapat tiga ranah yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga tersebut dijadikan dalam satu kesatuan dalam satu tema. c. Penilaian Sikap Penilaian sikap merupakan penilaian dalam ranah afektif, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Dalam penelitian ini akan melakukan penilaian sikap dalam sikap sosial.