Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.3 No.3 (2017) :116-129 MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA KELAS X-MIPA 4 SMA NEGERI 4 BANJARMASIN PADA KONSEP LIMBAH DAN DAUR ULANG LIMBAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Salahudin 1, Miswiyati 2 1 Guru SMAN 4 Banjarmasin, 2 Guru SMAN 5 Banjarmasin ABSTRAK Pembelajaran Limbah dan Daur Ulang Limbah di kelas X MIPA 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin sebagian besar masih dilakukan secara konseptual. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian pada pembelajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan tujuan dari disajikannya mata pelajaran Biologi itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan proses, hasil belajar, respon siswa, kemampuan metakognisi dan pengelolaan pembelajaran terhadap kegiatan konsep Limbah dan Daur Ulang limbah menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 32 orang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, Masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuansetara dengan 3 jam pelajaran. Pada Siklus I membahas Identifikasi dan pengelompokan limbah, Siklus II membahas Pengelolaan limbah dan produk daur ulang limbah. Data di analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pembelajarn berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan daur Ulang Limbah. Hasil ini ditunjukkan oleh hasil belajar kognitif produk siswa pada Siklus I sebesar 46,42% dan pada Siklus II sebesar 89,28%. Hasil belajar kognitif proses siswa pada Siklus I sebesar 59,48 dan pada Siklus II sebesar 81,42%. Pada hasil keterampilan proses siswa selama pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II tergolong baik. Proses pembelajaran sudah berpusat pada siswa, pembelajaran ini mendapat respon yang positif dari siswa. Kata kunci: Pembelajaran berdasarkan masalah, hasil belajar, keterampilan metakognisi PENDAHULUAN Permendiknas No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 menyatakan kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar. 116
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Kegiatan pembelajaran menurut Kurikulum 2013 revisi diwajibkan mengintegrasikan keterampilan berpikir abad 21 yaitu creatif, colaborasi,critical thinking dan comunication (4C), literasi, penguatan pendidikan karakter dan HOTS (high order thinking skils). Seorang guru membutuhkan keterampilan mengajar yang lebih dibanding dengan orang yang bukan guru. Guru harus kaya metode dan strategi mengajar, dan itu harus ditempa melalui proses jenjang pendidikan. Menurut Sudjana (2011) siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Hasil pembelajaran biologi dan pencapaian KKM pada materi Limbah dan Daur Ulang Limbah di SMA NEGERI 4 Banjarmasin masih standar KKM yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada saat Penilaian Akhir Semester nilainya di bawah 70 sehingga harus melaksanakan remedial. Begitu pula dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang terlihat, padahal keberhasilan pembelajaran tidak semata-mata diukur dari hasil belajar akan tetapi juga diukur dari proses selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi kemampuan keterampilan metakognisi siswa di SMA NEGERI 4 Banjarmasin jarang diamati. Guru lebih mengutamakan penilaian yang menjadi tuntutan administrasi kurikulum saja, karena itupun sudah dirasa cukup banyak dan menyita waktu. Pelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan mengetahui bagaimana dia bisa berpikir untuk mengatasi suatu permasalahan di sekitarnya. Untuk membantu siswa dalam menguasai mata pelajaran biologi, sekolah telah menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar siswa seperti ruang laboratorium dan perlengkapannya. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan dirancang untuk meningkatkan aktivitas dan kerja sama siswa serta mampu meningkatkan hasil belajarnya. Rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian upaya meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah melalui model pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan identifikasi yang diamati adalah sebagai berikuti : Bagaimana hasil belajar siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah melalui model pembelajaran berdasarkan masalah, proses belajar siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah melalui model pembelajaran 117
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 berdasarkan masalah, deskripsi aktivitas siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah melalui model pembelajaran berdasarkan masalah, kemampuan metakognisi siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah melalui model pembelajaran berdasarkan masalah. Hasil Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: Siswa, yakni agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan kreativitas dan memberikan pengalaman belajar siswa, guru yakni agar lebih memahami penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan merasakan langsung kelebihannya, dan sekolah yakni sebagai bahan informasi/masukan berupa sebuah model pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani dkk,2007). Penelitian ini direncanakan 2 siklus dengan 2 kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan 1 kali pertemuan setara dengan 3 jam pelajaran, sedangkan siklus kedua dilaksanakan 1 kali pertemuan juga setara dengan 3 jam pelajaran. Siklus 2 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1. Setiap siklus dilaksanakan tahapan yang terdiri atas refleksi awal, tahap perencanaan, melaksanakan tindakan, observasi dan evaluasi tindakan serta refleksi akhir. Subjek pada peneltian ini adalah siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin tahun Pelajaran 2016/2017. Terdapat dua cara dalam pengumpulan data penelitian, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif (Susilo dkk, 2012). Hasil penelitian data kuantitatif adalah data hasil belajar yang diambil dari pre test dan post test dan data hasil selama proses pembelajaran diambil dari penilaian LKS. Pada data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa, aktivitas guru dan keterampilan proses siswa pembelajaran pembelajaran berlangsung. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil ketuntasan belajar yang diperoleh dari pretes dan postes dilakukan secara deskriptif. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif berupa aktivitas siswa, aktivitas guru, dan pengelolaan 118
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pembelajaran serta respon siswa terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui pemaparan data, dan penyimpulan hasil analisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar kognitif berupa hasil belajar siswa terdiri atas hasil evaluasi proses pembelajaran yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dan hasil selama proses pembelajaran. Pretes diberikan di awal pembelajaran dan postes diberikan di akhir pembelajaran dengan menggunakan soal yang sama. Tabel 4.1.1.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Proses Siswa Siklus Observer Jumlah kelompok Skor Rata-rata Skor Maksimum % Kategori 1 Guru 6 58.8 100 58.8 Cukup baik Siswa 6 60.17 100 60.17 Cukup baik Rata-rata 59.48 59.48 Cukup baik 2 Guru 6 79.46 100 79.46 Siswa 6 83.39 100 83.39 Rata-rata 81.42 81.42 Keterangan : (76%-100%), cukup baik (51%-75%), kurang (26%-50%), dan buruk (< 25%) (modifikasi Arikunto, 2010). Hasil kognitif produk pada siklus 1 dan 2 bisa dilihat tabel berikut: Tabel 4.1.1.2 Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Kognitif Produk (Pretes dan Postes) Siklus 1dan Siklus 2 Siklus Tes Skor maks Tuntas (org) Hasil belajar Tidak tuntas(org) Siswa yang hadir % Ketuntasan klasikal 1 Pretes 0 28 28 0% Postes 100 13 15 28 46.42 % 2 Pretes 0 28 28 0 % Postes 100 25 5 28 89.28 % Ket : (76%-100%), cukup baik (51%-75%), kurang (26%-50%), dan buruk (< 25%) (modifikasi Arikunto, 2010). Pada pengamatan aktivitas guru dalam Membimbing siswa untuk mengumpulkan data/informasi yang sesuai untuk melaksanakan eksperimen guna mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, Membimbing siswa dalam merencanakan, membuat, dan menyajikan hasil 119
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 karya serta membimbiung siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses-proses yang telah mereka lalui. Data hasil penilaian karakter dan keterampilan sosial siswa merupakan data kualitatif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan berdasarkan masalah yang meliputi observasi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Penilaian karakter siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 ditujukan pada pengamatan bagaimanan siswa bertanggung jawab dan bekerja sama, hasilnya bisa dilihat pada tabel berikut Tabel 4.1.4.1. Rekapitulasi Penilaian Karakter Siswa dalam siklus 1 dan 2 No Karakter yang diamati Siklus I Siklus II Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria 1 Tanggung Jawab 3.8 3.95 2 Kerja sama 3.9 3.8 Jumlah rata-rata 7.7 Amat Amat Keterangan kategori : Sangat baik= >7, = 6-7, Tabel 4.1.4.1. Rekapitulasi Penilaian Karakter Siswa dalam Pembelajaran Siklus I & II No Karakter yang diamati Siklus I Rata-rata Kriteria Rata-rata 1 Tanggung Jawab 3.8 3.95 2 Kerja sama 3.9 3.8 Jumlah rata-rata 7.7 Amat Siklus II Krite ria Amat Keterangan kategori : Sangat baik= >7, = 6-7, Cukup = < 6(modifikasi Susilo, 2012) 120
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sementara hasil pengamatan keterampilan sosial pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 ditujukan pada pengamatan keterampilan bertanya dan keterampilan menyumbang idea atau mengemukakan pendapat. Hasil pengamatan keterampilan sosial ini disajukan Tabel 4.1.4.2 Tabel 4.1.4.2 Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Sosial Siklus 1 dan 2 1 2 No Karakter yang diamati Keterampilan bertanya Menyumbang ide Ratarata Siklus I Kriteria Ratarata 3.9 3.8 3.8 3.8 Siklus II Kriteria Jumlah rata-rata 7.7 Amat 7.6 Amat Keterangan kategori : Sangat baik=7-10, =5-6, Cukup baik=2-4, Kurang baik=1 (modifikasi Susilo, 2012) Penilaian psikomotorik yang diamati pada penelitian ini yaitu penilaian yang ditujukan pada siswa dalam melaksanakan tugas proses yang diberikan guru, dan penilaian dilakukan baik oleh guru sebagai pendidik maupun oleh siswa sendiri. Hasil dari keduanya kemudian diambil rata-rata dan dapat dilihat Tabel 4.1.5.1 Tabel 4.1.5.1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Psikomotor Siklus I dan Siklus II Siklus Siklus 2 Kelompok Skor maksimum I 100 II 100 III 100 Skor 88 78 78 Kategori IV 100 80 Cukup baik Rata-rata 81 Kelompok Skor maksimum Skor Kategori I 100 II 100 92 93 III 100 89.5 IV 100 Rata-rata 92.2 121
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 Keterangan : (76%-100%), cukup baik (51%-75%), kurang (26%-50%), dan buruk (< 25%) (modifikasi Arikunto, 2010) Data kemampuan metakognisi diperoleh menggunakan panduan penilaian inventarisasi kesadaran metakognisi MAI (Metacognitive Awareness Inventory) menurut Schraw & Dennison, (1994). Hasil pengamatan kemampuan metakognisi siswa siklus I dan siklus II disajikan melalui tabel Tabel 4.1.6.1 Tabel 4.1.6.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kemampuan Metakognisi Siswa Siklus I dan Siklus II No Siklus Komponen kemampuan metakognisi Rata-rata kemampuan metakognisi Rata-rata kemampuan monitoring diri Jumla h ratarata % Kateg ori 87.7 1 I 8.04 6.19 14,23 3 2 II 7.98 6.23 14.21 83.5 Sumber : Hasil olah data Keterangan: < 40% = Buruk, 40% - 55%= Kurang, 55%-75% = Sedang, 76% -100% = baik Hasil selama proses pembelajaran ini mengalami kenaikan pada tiap siklusnya. Hal ini karena meningkatnya aktivitas siswa mengerjakan LKS dan menyimak Informasi guru sehingga nilai LKS siswa menjadi meningkat. Dapat dilihat pada Gambar 2. Siklus 1 Siklus 2 Gambar 2. Aktivitas Siswa Siklus 1 dan 2 122
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada siklus 1, rata-rata hasil selama proses pembelajaran adalah 59,48%, sedangkan pada siklus 2, rata-rata hasil selama proses pembelajaran adalah 81,42%. Kemudian dari siklus 1 tergolong kategori cukup dan siklus 2 tergolong kategori baik berdasarkan Arikunto (1998). Hal ini berarti menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Juliawan (2011) bahwa pembelajaran menggunakan MPBM dapat meningkatkan keterampilan proses dan pemahaman konsep. Temuan ini didukung oleh Sarmani (2014) yang melaporkan bahwa MPBM dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa, disamping itu menurut Nur (2011) dengan pembelajaran menggunakan MPBM siswa dapat meningkatkan keterampilan penyelidikan dan keterampilan mengatasi masalah. Secara umum, peningkatan hasil belajar pada siklus 1dan siklus 2 mengalami kenaikan, sesuai data pada tabel 4.1.1.2 digambarkan dalam bentuk diagram seperti berikut. Pada siklus 1 diperoleh kenaikan dari nilai pretes ke postes sebesar 46,42% dan pada siklus 2 diperoleh kenaikan dari nilai pretes ke postes sebesar 89,28%, hal ini disebabkan karena sudah ada pengetahuan awal yang berasal dari siklus 1. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 guru telah mampu menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan baik, sehingga pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari hasil pretes dan postes. Selain itu, belum tercapainya ketuntasan klasikal pada siklus 1 tersebut diperkirakan karena siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dan juga karena masih belum adanya kesiapan belajar siswa dengan menggunakan model ini. Kesiapan atau readliness menurut Jamies drever adalah Preparedness to respind or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi 123
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 respon dan bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik (Daryanto,2010). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan yang ingin dicapai berupa ketuntasan hasil belajar secara klasikal sudah terpenuhi dimana ketuntasan klasikalnya sudah melampaui 85% dan terjadi peningkatan sebesar 42% dari siklus 1 ke siklus 2. Terpenuhi ketuntasan klasikal ini diperkirakan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dan juga karena ada pengalaman dari siklus 1. Hal tersebut juga didukung oleh pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang sudah optimal dan sudah baik serta didukung oleh hasil selama proses pembelajaran yang juga terus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil yang didapat tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep limbah dan daur ulang limbah. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Suharni (2008) dan hasil penelitian Iin (2013), keduanya menyatakan temuannya bahwa pembelajaran menggunakan MPBM efektif meningkatkan kemampuan analisis siswa dan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan 8 macam pengamatan aktivitas siswa yang teramati, ada 5 macam pengamatan aktivitas siswa yang menunjukkan peningkatan. Kelima aktivitas tersebut yaitu mendengarkan guru membuka pelajaran, menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, dan membuat kesimpulan. Sementara aktivitas yang cenderung menurun yaitu membuat hipotesis, mengumpulkan dan membuat karya serta menyajikan karya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa. Pada siklus I terdapat aktivitas siswa yang tergolong cukup yaitu merancang percobaan, mengumpulkan dan membuat karya dan menyajikan karya. Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dari 8 aktivitas yang sudah baik. Berdasarkan Tabel 4.1.2.1 rata-rata aktivitas siswa secara keseluruhan pada pembelajaran telah menunjukkan peningkatan dari siklus I (57,97%) cukup baik ke 124
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah siklus II (76,97%) baik. Meningkatnya aktivitas siswa karena guru dalam mengelola pembelajaran siklus II memberikan motivasi dan arahan agar siswa lebih bersemangat dalam kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan Nur (2011) yang mengemukakan bahwa tugas guru dalam pembelajaran MPBM adalah menyodorkan masalah dunia nyata (otentik), memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa. Aktivitas siswa yang meningkat pada pembelajaran dengan menggunakan MPBM diduga karena siswa belajar dengan menggunakan serangkaian proses ilmiah, diantara proses tersebut antara lain menulis rumusan masalah; membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan; mengumpulkan dan menganalisis data; membuat karya untuk pemecahan masalah, menyajikan hasil karya dan membuat kesimpulan. Langkah-langkah ini merupakan prosedur dalam MPBM yang dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat mengurangi dominansi aktivitas guru. Adanya peningkatan aktivitas siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa. Pembelajaran yag sudah berpusat pada siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran tersebut sudah efektif karena persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu: persentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM dan rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa (Trianto, 2009). Secara keseluruhan, aktivitas guru tergolong rendah, kategori baik dengan prosentase < 10% yang artinya dalam MPBM siswa lebih dominan dari pada guru. Hal ini sejalan dengan Herlina (2014) yang menyatakan bahwa PBM dapat mengurangi dominansi guru dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai motivator dan pembimbing siswa apabila diperlukan. Siswa harus bekerja keras dan aktif untuk mendapatkan pemecahan masalah/ solusi dan menghasilkan produk atau suatu karya. Ackay (2009) menegaskan peran guru sebagai pengajar, adalah fasilitator dan pelatih. Teory Vygotsky menyatakan bahwa fungsi pendidik sabagai fasilitator. Dengan demikian, guru hanya berperan dalam mendorong siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri. Meskipun demikian siswa masih tetap dapat bertanya pada guru jika masih ada yang kurang dimengerti. Pengamatan keterampilan sosial ditujukan mengamati keterampilan bertanya dan menyumbang ide/pendapat saas kegiatan pembelajaran berlangsung. Keterampilan 125
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 bertanya diamati apakah siswa pernah bertanya, seberapa sering dia bertanya, sedangkan keterampilan menyumbang ide/pendapat diamati apakah siswa pernah menyumbang idea tau mengemukakan pendapatnya dan seberapa sering hal itu dilakukan. Pada penelitian ini keseluruhan siswa memiliki keterampilan sosial yang sangat tinggi untuk keterampilan bertanya maupun keterampilan mengemukakan pendapat/ide baik pada siklus I maupun siklus II. Ini sejalan dengan penelitian Herlina (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengasah Penilaian keterampilan motorik pada penelitian ini meliputi keterampilan mengambil dan mengidentifikasi limbah, membuat peta konsep dan menggunakan alat-alat dalam membuat produk daur ulang limbah. Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa keterampilan motorik siswa sudah baik. Dari data diperoleh peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II tetapi semuanya termasuk kategori baik. Siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, kemudian disediakan peralatan dan bahan, siswa mampu menggunakan dan manfaatkan alat dan bahan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Sarmani yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan MPBM berpengaruh terhadap psikomotor siswa. Ulfa, Ratnasari dan Hidayati (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan model berdasarkan masalah ditandai dengan siswa yang terampil dalam kemampuan kinerja yaitu keterampiulan motoriknya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa MPBM dapat mendorong siswa untuk melakukan kinerja psikomotoriknya dengan baik. Kemampuan metakognisi yang terdiri dari 2 komponen yaitu kemampuan metakognisi itu sendiri yang meliputi kemampuan siswa menilai diri sendiri terhadap prosedur MPBM yang dilakukannya dan kemampuan pengendalian diri dan monitoring kognitif yang meliputikemampuan dalam keterampilan sosial dan kemampuan memonitor diri dalam penguasaan hasil belajar. Dari data diperoleh hasil keseluruhan siswa memiliki kemampuan metakognisi baik dan kemampuan pengendalian diri dan monitoring kognitif juga baik. Ini sesuai dengan pendapat Nur (2009), bahwa MPBM berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-regulated. MPBM membantu siswa mengembangkan 126
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah keterampilan berpikir, keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pembelajar yang mandiri. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4.1.7.1 menunjukkan bahwa Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan persentase sebesar 81,54 %. Respon siswa yang positif menunjukkan adanya motivasi siswa untuk belajar. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dapat mempengaruhi belajar selanjutnya. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya (Slameto, 2003) SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan metakognisi siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil belajar siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah dengan menggunakan model berdasarkan masalah mengalami peningkatan sebesar 42% dari siklus 1 (46,42) ke siklus 2 (89,28) dan hasil selama proses pembelajaran siklus 1 (59,48) ke siklus 2 (81,42) telah memenuhi nilai KKM. Aktivitas belajar siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong baik. Keterampilan proses siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dari siklus 1 (2,39) ke siklus 2 (3,23) tergolong baik. Respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah sebanyak 81,54% menyatakan bahwa pembelajaran tersebut memberikan respon positif. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I tergolong rendah (<10%) dan frekuensi menurun sedikit pada siklus II kategori baikyang artinya dalam MPBM siswa lebih dominan dari pada 127
Salahudin, Saliyem, Mardiningsih/Jurnal Pendidikan Hayati Vol.3 No.3 (2017) :116-129 guru dan pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Kemampuan metakognisi yang dimiliki siswa kelas X Mipa 4 SMA NEGERI 4 Banjarmasin Banjarmasin pada pembelajaran konsep Limbah dan Daur Ulang Limbah menggunakan MPBM pada siklus I dan II tergolong baik. Dari data diperoleh hasil keseluruhan siswa memiliki kemampuan metakognisi baik dan kemampuan pengendalian diri dan monitoring kognitif juga baik. DAFTAR RUJUKAN Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya Ofset Arends, R. I. 2001. Learning to Teach. New York: McGrawHill Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta: Jakarta Astika. 2013 Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis. e-journal Program Pasca Universitas Pendidikan Ganesha Bandung Fahrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis: UPI: Serang Juliawan, Didik. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman konsep dan Keterampilan Proses SainsSiswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta, Tesis UPI: Serang Murdan. 2005. Statistik Pendidikan dan Aplikasinya. Banjarmasin: Cyprus Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta. Slavin, Robert R. 2008. Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensido. Bandung 128
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X-Mipa 4 Sma Negeri 4 Banjarmasin Pada Konsep Limbah Dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Suprijono. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT RINEKA CIPTA. Jakarta Susilo. Herawati, Husnul Chotimah dan Yuyun Dwita Sari. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia Publising. Malang. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. ROSDA. Bandung. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. CERDAS PUSTAKA PUBLISHER. Jakarta 129