Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

Transkripsi

1 Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Nehru dan Nurfathurrahmah Abstrak: Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Fakta yang terjadi di tempat penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan guru matapelajaran IPA Terpadu pada tanggal 1 Mei 2017, SMP Negeri 3 Madapangga kelas VIII terdiri dari dua kelas yaitu VIIIA dan VIIIB berjumlah 22 siswa setiap kelas dengan dominan menerapkan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan sudah pernah dilaksanakan hanya saja jarang dan belum maksimal, hasil belajar siswa masih banyak yang mendapat nilai rendah (dibawah nilai KKM 65) sehingga banyak yang remedial, Lembar Kerja Siswa (LKS) muatan materi tidak semua terangkum dalam buku paket yang digunakan oleh siswa dan guru, hal demikian mempengaruhi hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan standar KKM, Guru masih jarang mengkaitkan materi pelajaran dengan masalah nyata kehidupan sehari-hari siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan LKS melalui metode pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar, dan didukung oleh lembar observasi dan dokumentasi. Hasil analisis data menunjukkan proses pembelajaran dalam penelitian ini berakhir pada siklus II dengan telah tercapainya peningkatan hasil belajar dari siklus I ketuntasan klasikal 68% yang belum tuntas meningkat pada siklus II ketuntasan klasikal 90% yang dinyatakan tuntas. Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) hasil belajar siklus I ketuntasan klasikal 68% menyatakan belum tuntas dan meningkat pada siklus II ketuntasan klasikal 90% menyatakan tuntas. Hal ini menandakan proses telah berakhir pada siklus II, (2) penerapan LKS melalui metode pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga tahun pelajaran 2017/2018. Kata Kunci: LKS, Metode Pemecahan Masalah, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Menurut Mulyasa (2002), muatan dan proses pembelajaran di sekolah selama ini menjadi miskin variasi, berbasis pada standar nasional yang kaku, dan diimplementasikan di sekolah atas dasar petunjuk-petunjuk yang serba detail. Di samping itu, peserta didik dievaluasi atas dasar 11 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

2 akumulasi pengetahuan yang telah diperolehnya, sehingga lulusan hanya mampu menghafal tanpa memahami. Fakta yang terjadi di tempat penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan guru matapelajaran IPA Terpadu pada tanggal 1 Mei 2017, SMP Negeri 3 Madapangga kelas VIII terdiri dari dua kelas yaitu VIIIA dan VIIIB berjumlah 22 siswa setiap kelas dengan dominan menerapkan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan sudah pernah dilaksanakan hanya saja jarang dan belum maksimal, hasil belajar siswa masih banyak yang mendapat nilai rendah (dibawah nilai KKM 65) sehingga banyak yang remedial, Lembar Kerja Siswa (LKS) muatan materi tidak semua terangkum dalam buku paket yang digunakan oleh siswa dan guru, hal demikian mempengaruhi hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan standar KKM, Guru masih jarang mengkaitkan materi pelajaran dengan masalah nyata kehidupan sehari-hari siswa. Pada umumnya guru memberikan materi sesuai dengan bahan pelajaran yang diperoleh dari buku-buku acuan. Pembelajaran yang berlangsung selama ini hanya dilangsungkan di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas, misalnya di lingkungan sekitar sekolah atau laboratorium alam jarang dilakukan sehingga siswa mengalami kebosanan. Alasan yang mendasar dalam pemilihan kelas VIIIA sebagai subjek penelitian atas dasar nilai hasil belajar kelas tersebut banyak siswa yang melakukan remedial di bandingkan dengan kelas VIIIB. Permasalahan yang ada memungkinkan peneliti untuk menerapkan lembar kerja siswa yang disusun berdasarkan tujuan dan materi pada buku paket pegangan guru dan siswa melalui penerapan metode pemecahan masalah salah satunya melalui pengamatan. Dengan harapan adanya lembar kerja siswa tersebut penting karena salah satu tujuan pembelajaran disekolah adalah memecahkan masalah keseharian (otentik) sehingga siswa sudah dibiasakan dengan situasi nyata sehari-hari. Metode pemecahan masalah menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik, pembelajaran pemecahan masalah juga memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga hasil belajarnya lebih berdaya guna bagi kehidupannya. Pembelajaran berdasarkan metode pemecahan masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pemecahan masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan 12 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

3 mengolah data, dan akhirnya menyiumpulkan (wina, 2010). Sehubungan dengan hal tersebut penulis melakukan penelitian: penerapan LKS melalui metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP pelaksanaan ini melalui kegiatan pengamatan pada tumbuhan di sekitar lingkungan sekolah. Definisi operasional variabel (1) Lembar Kerja Siswa melalui metode pemecahan masalah merupakan lembar kegiatan siswa berupa panduan belajar yang digunakan untuk melakukan kegiatan Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar pada akhir siklus, dalam bentuk pilihan ganda. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui penerapan LKS melalui metode pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018. Ruang lingkup penelitian meliputi: (a) Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Madapangga tahun pelajaran 2017/2018. (b) Objek penelitian adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) melalui metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar.penelitian ini terbatas pada mata pelajaran IPA Terpadu materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga tahun pelajaran 2017/2018 yang dilaksanakan pada semester ganjil, penyelidikan atau pemecahan masalah dengan guru menyajikan masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami materi berupa soal atau permasalahan yang diberikan LKS. (2) Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar pada akhir siklus, dalam bentuk pilihan ganda. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 3 Madapangga tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 22 orang. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dalam alokasi waktu tiap pertemuan 2 40 menit, yaitu 1 kali petemuan untuk membahas materi pelajaran, 1 kali mengerjakan latihan dalam LKS dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar. Instrumen yang digunakan adalah Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa yang diberikan diakhir siklus. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan 13 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

4 kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam penerapan LKS metode pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung. Data dari hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif, ketuntasan individual mengacu pada KKM yaitu 65. Secara klasikal dikatakan tuntas belajar apabila 85% yang mendapat nilai 65. Selanjutnya menentukan kategori hasil belajar, mengacu pada standar yang ditetapkan BSNP (2008),sebagai berikut : 0%-34% = sangat rendah, 35% - 54 = rendah, 55% - 64% = sedang, 65% -84% = Tinggi, 85% 100% = sangat tinggi. Data lembar observasi kemampuan guru dalam mengajar dan observasi aktivitas siswa dalam pemecahan masalah dianalisis secara kualitatif bertujuan menginterpretasi peningkatan dari siklus I ke siklus II, dengan menganalisis hasil observasi dan memperhatikan saran yang diberikan oleh observer berdasarkan kreterium 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang yang tercantum pada lembar observasi 1.Hasil Belajar Siswa yang di berikan, serta data tersebut dianalisis untuk menentukan rata-rata total untuk ditetukan kualitas pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa dengan kategori: PB < 1,5 = Sangat Rendah, 1,5 PB 2,5 = Rendah, 2,5 PB 3,5 = Cukup, 3,5 PB 4,5 = Tinggi, PB 4,5 = Sangat Tinggi, (Nurdin, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan mulai 6-8 Juli 2017 dengan materi perbedaan dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, siklus II pada tanggal 9-11 Juli 2017 membahas materi tahapan pertumbuhan dan perkembangan. Data yang diperoleh yaitu data hasil belajar siklus I dan II serta data hasil observasi Tabel 1. Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas kelas VIIIA SMP Negeri 3 Madapangga Uraian Siklus I Siklus II Jumlah Siswa KKM Tuntas Tidak Tuntas 7 2 Rata-rata Ketuntasan Klasikal 68% (Belum Tuntas) 90% (Tuntas) Kategori Tinggi Sangat Tinggi 14 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

5 Jumlah Total Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Menerapkan LKS dalam Pemecahan Masalah Tabel 3.2 Rekapitulasi Analisis Data Observasi Pengelolaan Pembelajaran Guru melalui Penerapan LKS dalam Pemecahan Masalah Siklus 1 dan II Indikator Siklus Rata-rata Kategori I II I II I II Pertemua I Rendah Tinggi Pertemuan II Cukup Tinggi Jumlah Cukup Tinggi 3. Aktivitas Siswa Menggunakan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Tabel 3.3 Rekapitulasi Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Menggunakan LKS dalam Pemecahan Masalah Siklus I dan II Indikator Siklus Rata-rata Kategori I II I II I II Pertemua I Cukup Tinggi Pertemuan II Cukup Tinggi Jumlah Cukup Tinggi Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh berdasarkan evaluasi siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan secara individual 15 siswa tuntas, tidak tuntas 7 siswa, ketuntasan klasikal 68% menyatakan belum tuntas yang di kategori tinggi dengan rata-rata 66,36. Pada siklus I meskipun sudah dalam kategori tinggi akan tetapi ketuntasan secara klasikal belum menandakan tuntas, hal inilah menjadi acuan pembelajaran perlu untuk dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan secara individual 20 siswa tuntas, tidak tuntas 2 siswa, ketuntasan klasikal 90% menyatakan tuntas yang dikategori sangat tinggi dengan rata-rata 76,36. Pada siklus II ketuntasan secara klasikal sudah mencapai target ketuntasan belajar secara klasikal berdasarkan BSNP, yaitu minimal mencapai 85% dari jumlah siswa. Hal ini menandakan proses pembelajaran dengan melihat nilai ratarata dan kategori serta presentasi ketuntasan klasikal dari tiap siklus semakin meningkat, dengan demikian proses pembelajaran telah berakhir pada siklus II. Menurut peneliti, nilai hasil belajar yang tinggi selain disebabkan penerapan model kooperatif dan metode pemecahan masalah juga disebabkan oleh penerapan LKS, di mana siswa dilatih memecahkan masalah yang otentik dan bermakana yang dapat memberikan kemudahan pada siswa untuk 15 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

6 memahami materi atau permasalah yang diberikan. Sejalan dengan hal tersebut, Gagne dalam Ratna (2006) mengatakan bahwa belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-stimulus dan respons-respons. Salah satu stimulus berupa motivasi, jadi semakin besar motivasi dan keinginan untuk berhasil dalam belajar, semakin besar pula usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Uraian tersebut didukung dalam keunggulan metode pemecahan masalah, (a) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, (b) meningkat aktivitas pembelajaran siswa, (c) membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya (Wina, 2010). Peningkatan hasil belajar hingga mencapai ketuntasan klasikal juga dipengaruhi aktivitas siswa, Kebanyakan pengembang cooperative learning berpendapat bahwa belajar di kelompok heterogen menguntungkan bagi semua anak. Diasumsikan bahwa siswasiswa dengan kemampuan kurang akan belajar lebih banyak dengan bekerja berdampingan dengan mereka yang memiliki kemampuan lebih dan bahwa kelompok yang berkemampuan lebih ini mendapatkan manfaat dari proses berperan sebagai tutor bagi temantemannya yang kurang mampu. Selanjutnya, dikatakan bahwa selama dekade silam, beberapa peneliti telah mereviu dan merangkum penelitian-penelitian tentang cooperative learning. Kesimpulannya bahwa kelas-kelas cooperative learning menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik secara signifikan dibandingkan kelas-kelas tanpa cooperative learning (Arends, 2008). Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Menerapkan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua diperoleh rata-rata skor total sebesar 2.6 dengan kategori cukup tinggi, seiring dengan adanya usaha guru dalam melakukan refleksi pada siklus II, hasil observasi aktivitas guru mengelola pembelajaran terjadi peningkatan dengan jumlah rata-rata skor kemampuan guru mengajar sebesar 3.8 dengan kategori tinggi. Hal inipun sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus I pertemuan pertama, kekurangan tersebut terjadi pada item guru tidak memfasilitasi siswa dengan foto atau gambar yang mendukung pemecahan masalah; kurangnya bimbingan dalam mengkonstruksikan pemahamannya serta 16 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

7 membantu jika siswa menemui kesulitan dalam penyelesaian LKS; kurang mendorong, menfasilitasi dan mengarahkan siswa dalam penyelesaian soal LKS untuk pemecahan masalah. Kekurangan ini diperbaiki dalam kegiatan refleksi dengan cara guru menfasilitasi siswa dalam menyelsaikan soal pada LKS untuk pemecahan masalah; tidak memberikan PR; mengkonstruksikan pemahaman siswa dalam memudahkan siswa menyelesaikan soal pada LKS dan guru mengontrol serta menanyakan kesulitan yang dihadapi masing-masing kelompok dalam menyelesaikan soal dalam LKS untuk pemecahan masalah. Kegiatan belajar mengajar dilanjutkan pada siklus II dalam pertemuan pertama dengan lebih meningkatkan cara guru mengelola pembelajaran penerapan LKS melalui metode pemecahan masalah, sehingga hasil yang diperoleh semakin meningkat akan tetapi masih ada kekurangan pada item mengarahkan siswa untuk bernegosiasi dalam menentukan jawaban jika diantara kelompok terjadi perbedaan pendapat; tidak memberikan PR masih dalam kategori kurang baik. Kekurangan ini diperbaiki pada pertemuan kedua dengan kekurangan yang sebelumya dilaksanakan dengan baik sesuai skenario rencana pembelajaran yang disusun berdasarkan alokasi waktu yang telah mencapai kategori baik. Upaya inilah yang mendukung meningkatnya kemampuan guru mengelola pembelajaran melalui penerapan LKS untuk pemecahan masalah. Menurut Budiono (2004) berpendapat secara garis besar pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik yang bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri. Selain itu pembelajaran kontesktual berdasarkan masalah dapat menunjang proses belajar aktif dan efisien. Aktivitas Siswa Menggunakan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Data dari observer yang mengamati berbagai aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, pada siklus I diperoleh rata-rata skor total 3 dengan kategori cukup tinggi kemudian terjadi peningkatan pada siklus II dengan rata-rata skor total 3.9 dikategorikan tinggi. Terjadinya rendah pada siklus I dimana siswa pada umumnya masih canggung sehingga tidak ada yang sangat aktif untuk menanggapi pendapat, tambahan serta masukan baik dari anggota kelompok lain dan dari guru baik pada saat guru mengajar maupun pada saat diskusi kelompok di kelas. Mengamati hal tersebut, maka pengajar memberi penguatan kepada siswa agar berani 17 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

8 bertanya hal-hal yang mereka tidak mengerti, menanggapi serta memberikan tambahan jawaban maupun informasi dari materi yang dipelajari. Guru memuji dan menghargai setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa, kemudian menjawab pertanyaan tersebut sehingga dapat mengurangi beban pikiran siswa. Guru juga mendorong siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai materi pelajaran. Tindakan tersebut ternyata dapat meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya. Hal ini terbukti pada siklus II sudah tidak ada siswa yang tidak aktif dalam menanggapi maupun bertanya baik pada teman kelompok, anggota kelompok lain maupun dari guru pada saat kerja kelompok, pada saat pengamatan di luar kelas maupun pada saat diskusi kelompok di dalam kelas. Pada umumnya, semua indikator yang diamati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran, siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyajikan informasi materi pelajaran dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa, siswa mencatat penjelasan guru, siswa antusias membagi diri ke dalam kelompok sesuai instruksi guru, siswa aktif membaca dan mempelajari LKS, siswa aktif bekerja sama melakukan pengamatan di luar kelas dan diskusi dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS, siswa aktif merangkum materi yang dipelajari maupun hasil diskusi. Menurut Sardiman (2011) bahwa di dalam belajar diperlukan aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagian rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan. Hal ini disetujui oleh Montessori dalam Sardiman (2011) menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulkan, sebagai berikut. 18 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017

9 1. Hasil belajar siklus I ketuntasan klasikal 68% menyatakan belum tuntas dan meningkat pada siklus II ketuntasan klasikal 90% menyatakan tuntas. Hal ini menandakan proses telah berakhir pada siklus II. 2. Penerapan LKS dalam pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA terpadu materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Madapangga tahun pelajaran 2017/2018. Sardiman A. M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Wina, S Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Edisi Ketujuh. Buku Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiono Belajar dalam Kontekstual berdasarkan Masalah. Surabaya: Pustaka Umum. Departemen Pendidikan Nasional Sosialisasi KTSP Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Mulyasa Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurdin Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif Untuk Menguasai Perangkat Pembelajaran. Disertasi. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Ratna, W. D Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga. 19 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017