LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB II TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

NURSING CARE PLAN (NCP)

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Koping individu tidak efektif

BAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan


BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN. Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP TEORI. tidak menyenangkan atau menace (Iyus Yosep, 2007:113). 1995). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN KONSEP

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TUNJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

Transkripsi:

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz dalam Harnawati, 1993). Sementara, menurut (Towsend, 1998) adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalamai perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Penyebab Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Akibat dari Perilaku kekerasan Klien dengan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan Gejala Fisik : Muka merah Pandangan tajam Otot tegang

Nada suara tinggi Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak Memukul jika tidak senang Tanda dan gejala Emosional: Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999) Tanda dan Gejala Sosial: Memperlihatkan permusuhan Mendekati orang lain dengan ancaman Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai rencana untuk melukai Tanda dan Gejala Intelektual : Mendominasi Cerewet Cenderung suka meremehkan Berdebat Kasar Tanda dan Gejala Spiritual: Merasa diri kuasa Merasa diri benar Keragu-raguan Tak bermoral Kreativitas terhambat Faktor Predisposisi Perilaku Kekerasan

Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat cenderung saat dewasa menjadi pelaku Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar Sosial Budaya : Budaya yang pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolaholah kekerasan adalah hal yang wajar Bioneurologis : Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan Klien itu sendiri, lingkungan yang mendukung, kelemahan fisik, kehilangan orang / sesuatu yang berharga, interaksi sosial yang provokatif. C. Pohon Masalah Efek Masalah Penyebab Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain Resiko halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif D. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya. Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. Perilaku kekerasan / amuk Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat atau gangguan jiwa lainnya. Data Objektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang. Gangguan harga diri : harga diri rendah Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data objektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. Data lain yang juga dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan

spiritual. Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan. Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, Keliat Budi Ana, 1999, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, Townsend C. Mary, 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,EGC;Jakarta. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-perilaku-kekerasan.html http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Klien :. Ruangan :. No. CM :. Dx Medis :. No Dx Perencanaan Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Risiko Tujuan : Klien 1. Setelah.. interaksi 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari Perilaku dapat mengontrol klien menunjukan dengan menggunakan prinsip klien merupakan hal Kekerasan tanda-tanda percaya komunikasi terapeutik : yang mutlak serta kepada perawat : Sapa klien dengan ramah baik akan memudahkan SP 1 : Klien dapat Ekspresi wajah bersahabat verbal maupun nonverbal dalam pendekatan membina Menunjukan rasa senang Perkenalkan nama, nama dan tindakan hubungan saling Ada kontak mata panggilan dan tujuan perawat keperawatan yang percaya Mau berjabat tangan berkenalan akan dilakukan mau menyebutkan nama Tanyakan nama lengkap dan kepada klien Mau menjawab salam nama penggilan yang disukai Mau duduk berdampingan klien dengan perawat Buat kontrak yang jelas Bersedia Tunjukan sikap jujur dan mengungkapkan menepati janji setiap kali

masalah yang dihadapi berinteraksi Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klien Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan SP 2 : Klien dapat 2. Setelah.. interaksi klien 2. Bantu klien mengungkapkan 2. Menentukan mekanis- mengenal klien menceritakan perasaan marahnya: me koping yang penyebab perilaku penyebab perilaku Motivasi klien untuk dimiliki klien dalam kekerasan yang kekerasan yang menceritakan penyebab menghadapi masalah dilakukannya dilakukannya : rasa kesal atau jengkelnya serta sebagi langkah Menceritakan penyebab Dengarkan tanpa menyela awal dalam perasan atau memberi penilaian menyusun strategi jengkel/marah baik setiap ungkapan perasaan berikutnya dari diri sendiri klien maupun SP 3 : Klien dapat lingkungannya 3. Setelah.. interaksi 3. Bantu klien mengungkapkan 3. Deteksi dini sehingga mengidentifikasi klien menceritakan tanda-tanda perilaku dapat mencegah

tanda-tanda tanda-tanda saat terjadi kkerasan yang dialaminya : tindakan yang dapat : Motivasi klien menceritakan membahayakan klien Tanda Sosial : kondisi fisik saat perilaku dan lingkungan bermusuhan yang kekerasan terjadi sekitar dialami saat terjadi Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya saat Tanda Emosional : terjadi perasaan marah, Motivasi klien menceritakan jengkel, bicara kasar hubungan dengan orang Tanda Fisik : mata lain saat terjadi perilaku merah, tangan kekerasan mengepal, ekspresi SP 4 : klien dapat tegang,dll 4. Setelah.. interaksi 4. Diskusikan dengan klien 4. Melihat mekanisme mengidentifikasi klien menjelaskan : yang koping klien dalam Jenis-jenis ekspresi dilakukannya selama ini : menyelesaikan yang pernah kemarahan yang Motivasi klien menceritakan masalah yang dilakukan selama ini telah jenis-jenis tindak dihadapi dilakukannya kekerasan yang selama Perasaan saat ini pernah dilakukannya melakukan Motivasi klien menceritakan

kekerasan perasaan setelah Efektivitas cara yang tindakan tersebut dipakai dalam Diskusikan apakah dengan menyelesaikan tindakan tersebut msalah SP 5 : Klien dapat masalah 5. Setelah.. interaksi yang dialami teratasi 5. Diskusikan dengan klien 5. Membantu klien mengidentifikasi klien menjelaskan akibat negatif cara yang melihat dampak yang akibat perilaku akibat tindakannya : dilakukan pada : ditimbulkan akibat kekerasan Diri sendiri Diri sendiri Orang lain Orang lain yang dilakukan klien SP 6 : Klien dapat Lingkungan 6. Setelah.. interaksi Lingkungan 6. Diskusikan dengan klien : 6. Menurunkan perilaku mengidentifikasi klien : Apakah klien mau destruktif yang akan cara konstruktif Menjelaskan cara yang mempelajari cara baru mencederai klien dan dalam sehat untuk untuk mengungkapkan lingkungan sekitar mengungkapkan mengungkapkan marah yang sehat kemarahan marah Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain yang diketahui klien

Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olahraga Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain Sosial : Latihan asertif dengan orang lain Spiritual : Sembahyang/doa, zikir, SP 7 : Klien dapat 7. Setelah.. interaksi meditasi,dlsb 7.1. Diskusikan cara yang akan 7.1 Keinginan untuk mendemonstrsikan klien memperagakan dipilih dan anjurkan klien marah tidak tahu cara mengontrol cara mengontrol memilih cara yang kapan munculnya memungkinkan untuk serta siapa yang akan Fisik : tarik nafas mengungkapkan memicunya dalam, memukul kemarahan 7.2 Meningkatkan bantal/kasur 7.2 Latih klien memperagakan kepercayaan diri klien

Verbal : cara yang dipilih : serta asertifitas klien Mengungkapkan Peragakan cara yang dipilih saat marah/jengkel perasaan Jelaskan manfaat cara kesal/jengkel pada tersebut orang lain tanpa Anjurkan klien menirukan menyakiti peragaan yang sudah Spiritual : Berdoa dilakukan sesuai agama Beri penguatan pada klein, perbaiki cara yang masih belum sempurna 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara yang 7.3 Meningkatkan asertifitas klien dalam menghadapi marah sudah dilatih saat SP 8 : Klien 8. Setelah.. interaksi marah/jengkel 8.1 Diskusikan pentingnya 8. Keluarga adalah mendapat keluarga : peran serta keluarga sistem pendukung dukungan Menjelaskan cara sebagai pendukung klien utama bagi klien keluarga untuk merawat klien untuk mengatasi perilaku mengontrol dengan perilaku kekerasan kekerasan 8.2 Diskusikan potensi keluarga Mengungkapkan rasa untuk membantu klien

puas dalam merawat mengatasi perilaku klien kekerasan 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilakukan keluarga 8.4 Peragakan cara merawat klien 8.5 Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang 8.6 Beri pujian pada keluarga setelah peragaan 8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang SP 9 : KLien 9.1 Setelah.. inter-aksi dilatih 9.1 Jelaskan pada klien : 9. Mensukseskan menggunakan klien menje-laskan : Manfaat minumobat program obat sesuai Manfaat minum obat Kerugian tidak minum obat pengobatan klien program yang Kerugian tidak minum Nama obat telah ditetapkan obat Bentuk dan warna obat

Nama obat Bentuk dan warna obat Dosis yang diberikan Waktupemakaian Cara pemakaian Efek yang dirasakan 9.2 Setelah.. inter-aksi klien menggu-nakan obat sesuai program Dosis yang diberikan Waktu pemakaian Cara pemakaian Efek yang dirasakan 9.2 Anjurkan klien : Minta dan menggunakan obat tepat waktu Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat