BAB II TINJAUAN TEORI
|
|
- Widya Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhiyang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 2002). Perilaku kekerasan merupakan suatu kondisi maladaptif seseorang dalam berespon terhadap marah (Keliat, 2002 ). Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen, (1998) perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Tindakan kekerasan/ perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan (Carpenito, 2000). Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan. 8
2 B. ANATOMI DAN FISIOLOGI 1. Rentang Respon Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptive ( Stuart dan Sundeen, 2002 ) Respon adaptif Respon maladaptive Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan Sumber : Stuart dan Sundeen ( 2002 ) Keterangan : Asertif : merupakan ungkapan tanpa menyakit orang akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. Frustasi : adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Pasif : adalah diam dan merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami. Agresif : adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan. 9
3 Kekerasan : dapat disebut juga dengn amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya membanting barang barang, menyakiti diri sendiri ( bunuh diri ). C. FAKTOR ETIOLOGI/PREDISPOSISI 1. Faktor Predisposisi Penyebab terjadinya marah yaitu harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhapad diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan gangguan ini dapat situasional maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan (Stuart dan Sundeen, 2002). Faktor predisposisi menurut (Stuart dan Sundeen, 2002), berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu. a. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiyaan dapat menyebabkan ganguan jiwa pada usia dewasa atau remaja. 10
4 b. Biologis, yaitu perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi. c. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. d. Sosial Budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah olah perilaku kekerasan diterima (permissive) 2. Faktor Presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: a. Kehilangan keterkaitan yang nyata atau yang dibayangkan termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. b. Peristiwa besar dalam kehidupan c. Peran dan ketegangan peran d. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik e. Sumber-sumber koping meliputi status sosioekonomi, keluarga, jaringan interpersonal dan organisasi sekunder yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas (Stuart dan Sundeen 2002) 11
5 D. PATOFISIOLOGI Faktor ini dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan pada fisik (penyakit fisik), keputusasaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai, atau pekerjaan dan kekerasan berupa faktor yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekerasan (Stuart dan Sundeen, 2002) E. MANIFESTASI KLINIK Tanda dan gejala perilaku kekerasan : 1. Fisik Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir 2. Verbal Bicara kasar, suara keras, membentak atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor 3. Perilaku Melempar atau memukul benda/ orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak lingkungan, amuk/ agresif 12
6 4. Melempar atau memukul benda/ orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak lingkungan, amuk/ agresif 5. Emosi Tidak adekuat, merasa terganggu, dendam/ jengkel, tidak aman atau nyaman, mengamuk, ingin berkelahi 6. Intelektual Cerewet, kasar, berdebat, meremehkan 7. Spiritual Merasa berkuasa, merasa benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli, menyinggung perasaan orang lain 8. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran 9. Perhatian Melarikan diri, mencuri F. PENATALAKSANAAN 1. Tindakan Keperawatan Keliat dkk (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu : a. Berteriak, menjerit, memukul Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur 13
7 b. Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan pernafasan 2x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas. c. Bantu melalui humor Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai. 2. Terapi Medis Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000), jenis obat psikofarma adalah : a. Clorpromazine(CPZ,Largactile) Indikasi untuk mensupresi gejala -gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala lain yang bisanya terdapat pda penderita skizofrenia, manik depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil. Kontra indikasi sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine. Efek samping yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorrhea pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi 14
8 menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan saraf pusat, hipotensi, ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan intoksikasi. b. Haloperidol(Haldol,Serenace) Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gillesde la Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak -anak. Kontra indikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudo parkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea diare, konstipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemasan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernafasan. c. Trihexiphenidyl(THP,Artane,Tremin) Indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia. Kontra indikasinya pada depresi susunan saraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi 15
9 biasanya terjadi gejala-gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis; hentikan obat berikan terapi simptomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarterenol hindari menggunakan ephineprine. Terapi Medis (Kaplan dan Sadock, 1997) Rang paranoid atau dalam keadaan luapan katatonik memerlukan trankuilisasi. Ledakan kekerasan yang episodic berespon terhadap lithium (Eskalith), penghambat beta, dan carbamazepine (Tegretol). Jika riwayat penyakit mengarahkan suatu gangguan kejang, penelitian klinis dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan suatu pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebabnya. Jika temuan adalah positif, antikonvulsan adalah dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai (sebagai contohnya, pada masa serebral). Jika kemarahan disebabkan oleh alcohol atau sebagi bagian dari gangguan psikomotor pascakejang, tidur yang ditimbulkan oleh medikasi IV dengan jumlah relative kecil dapat berlangsung selama berjam-jam. Saat terjaga, pasien seringkali sepenuhnya terjaga dan rasional dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk perilaku kekerasan. 16
10 G. MASALAH KEPERAWATAN Masalah dan data yang perlu dikaji: 1. Resiko perilaku kekerasan a. Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. b. Data Objektif : 1) Mata merah, wajah agak merah 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam 4) Merusak dan melempar barang-barang. 2. Harga diri rendah a. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. b. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. 17
11 H. POHON MASALAH Perilaku Kekerasan Resiko Perilaku kekerasan Harga diri rendah I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perilaku kekerasan 2. Harga diri rendah J. FOKUS INTERVENSI Diagnosa I : Resiko perilaku kekerasan Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan Tujuan Khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. a. Klien mau membalas salam b. Klien mau menjabat tangan c. Klien mau menyebutkan nama d. Klien mau tersenyum e. Klien mau kontak mata 18
12 f. Klien mau mengetahui nama perawat g. Menyediakan waktu untuk kontak 2. Intervensi a. Beri salam atau panggil nama klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama hubungan selanjutnya b. Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan c. Jelaskan maksud hubungan intervensi d. Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat e. Berikan rasa aman dan sikap empati f. Lakukan kontak singkat tapi sering Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya b. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal ( dari diri sendiri, lingkungan / orang lain ) 2. Intervensi a. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Rasional : Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stress dan penyebab perasaan jengkel / kesal dapat diketahui b. Bantu klien, untuk mengungkapkan penyebab jengkel / kesal. 19
13 Tujuan Khusus 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda- tanda perilaku kekerasan a. Klien dapat mengungkapkan perasaan marah atau jengkel b. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami 2. Intervensi a. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah atau jengkel Rasional : Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel atau marah. b. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien Rasional : Untuk mengetahui tanda tanda klien jengkel atau kesal. c. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel atau kesal yang dialamin klien Rasional : Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien mengetahui secara garis besar tanda tanda marah atau kesal. Tujuan Khusus 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan a. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 20
14 b. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan c. Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak 2. Intervensi a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien. Rasional : mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Rasional : Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstrukstif dan destruktif. c. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalah selesai? Rasional : Dapat membantu klien menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah Tujuan Khusus 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan a. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien b. Klien dapat menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan 21
15 2. Intervensi a. Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien Rasional : Membantu klien untuk menilai perilakukekerasan yang dilakukan. b. Bersama klien menyimpulkan akibat dan cara yang digunakan klien Rasional : Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat merubah perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku konstruktif. Tujuan Khusus 6 : Klien dapat menggunakan obat obat yang diminum dan kegunaannya ( jenis, waktu, dosis, efek ) a. Klien dapat menyebutkan obat obat yang diminum dan kegunaannya ( jenis, waktu, dosis, efek ) b. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan 2. Intervensi a. Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga Rasional : Klien dan keluarga dapat mengetahui nama nama obat yang diminum oleh klien. b. Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. Rasional : Mengetahui efek samping sedini mungkin sehinga tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi. 22
16 c. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar Rasional : Dapat memotivasi klien dan keluarga secara positif serta dapat meningkatkan harga diri klien. Diagnosa II : Harga diri rendah Tujuan Umum : Kliendapat membina hubungan saling percaya. Tujuan Khusus 1 : Klien dan keluarga dapat membina hubungan saling percaya. a. Ekspresikan wajah bersahabat, menemukan rasa tenang, mau berjabat tangan, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. b. Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi pencetus klien kambuh. 2. Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik b. Sapa klien dan keluarg dengan ramah c. Jelaskan tujuan perawatan dan peranan selama bersama klien d. Dorong keluarga untuk mengungkapkan masalahnya 23
17 Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya. Hal ini perlu dibina dahulu agar keluarga klien mau berkomunikasi secara terbuka Tujuan Khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien. Klien mampu menyebutkan aspek positif yang dimiliki 2. Intervensi a. Diskusikan dengan klien tentang :Aspek yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan b. Kemampuan yang dimiliki klien Rasional : sebagai dasar asuhan keperawatan Tujuan Khusus 3 : klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan 2. Intervensi Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit dan dapat dilanjutkan penggunaannya. 24
18 Tujuan Khusus 4 : membantu klien memilih kegiatan yang dilatih sesuai dengan kemampuan Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai kemampuan klien 2. Intervensi a. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi b. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien c. Beri contoh yang boleh dilakukan Rasional : klien dapat berpikiran positif sehingga bisa membuat klien percaya diri 25
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Perilaku Kekerasan 1.1 Definisi Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KASUS
BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
Lebih terperinciTINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Stuart (2009), perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan, 1995). Perilaku kekerasan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan
Lebih terperinciB A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT
ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT tanggal upload : 28 April 2009 PENGERTIAN 1. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciMARAH Abstrak A. DEFINISI
MARAH Oleh : Weny Hastuti, S.Kep.*, Wahyono, S.Kep.,Ns. * Abstrak Marah yang dialami oleh individu merupakan reaksi emosional akut ditimbulkan sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia menjalani kehidupan sehari-hari pasti akan mempunyai permasalahan. Setiap permasalahan dihadapi secara baik/konstruktif. Apabila kesehatan mentalnya terganggu
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI
47 BAB II TUNJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan 1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. tidak menyenangkan atau menace (Iyus Yosep, 2007:113). 1995). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian 1. Marah Kemarahan (anger) menurut Widjaja Kusuma (1992:423) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh orang lain.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasan 1. Definisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, disamping itu perilaku juga diartikan sebagai respons
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEP
BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciPENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. xiv
xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu
Lebih terperinci1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP
NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep perawat jiwa Konsep perawat jiwa meliputi definisi perawat kesehatan jiwa, peran perawat jiwa, fungsi perawat jiwa. 2.1.1 Definisi perawat kesehatan Jiwa Keperawatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciGangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif
Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif
Lebih terperinci16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE
ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan
Lebih terperinciSTUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DEVI CHRISTINA PANCANINGTYAS NIM. P.10086 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN. Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HANG TUAH SURABAYA 2008 PENDAHULUAN Umumnya klien dengan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
Lebih terperinciGAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA
GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun
Lebih terperinci