LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR GLUKOSA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH KELOMPOK 10. Randi Hadianta (G ) Yovita Sari (G ) Kurrataa yun (G ) DEPARTEMEN BIOKIMIA

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

KARBOHIDRAT. Sulistyani, M.Si

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

UJI KARBOHIDRAT SECARA KUANTITATIF

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

KARBOHIDRAT. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Benedict, Barfoed, dan Fermentasi

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

MATERI DAN METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

I. TUJUAN Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan polarimeter.

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

Laporan Praktikum ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO

Bab IV Hasil dan Pembahasan

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

PERCOBAAN 03 LAJU INVERSI GULA

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

Asam laktat (%)= V1 N BE FP 100% V2 1000

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

Laporan Praktikum METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

ANALISIS KARBOHIDRAT Disusun untuk memenuhi tugas kimia analisa bahan makanan ANGGOTA KELOMPOK:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR GLUKOSA NAMA : NURHAJRAH NIM : H 311 09 275 KELOMPOK : II (DUA) HARI / TGL. PERC. : KAMIS / 07 APRIL 2011 ASISTEN : YUSTIN LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap hari tubuh kita memerlukan energi untuk menunjang aktivitas yang kita kerjakan. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama tersebut karbohidrat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari. Sebagian besar zat-zat alam merupakan golongan karbohidrat, dimana fungsinya sebagai bahan baku atau bahan sumber energi. Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksigen yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H 2 O) n. Dengan rumus empiris tersebut, senyawa ini dapat diduga sebagai hidrat dari karbon, sehingga disebut karbohidrat. Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperlukan dalam tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain : Luff Schroll, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah percobaan ini, yaitu penentuan kadar glukosa dengan menggunakan metode Somogy-Nelson.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu sampel dengan metode Somogy- Nelson. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam sampel melalui metode Somogy-Nelson dengan menggunakan spektronik 20D+. 1.3 Prinsip Percobaan Penentuan kadar glukosa didasarkan dari hasil reduksi ion kupri oleh glukosa dalam suasana basa dengan menggunakan arsenomolibdat yang memberikan warna biru dan absorbansinya diukur dengan spektronik 20D+ pada panjang gelombang tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat didefinisikan secara tepat sebagai senyawa dengan rumus molekul C n (H 2 O) n. Namun, kata karbohidrat umumnya digunakan dalam pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi aldehida dan keton serta turunannya. Gula yang kita kenal dengan sebutan sakarida, umumnya diperlukan sebagai karbohidrat khas. Monosakarida adalah karbohidrat yang biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon (Pine, dkk., 1988). Karbohidrat ini merupakan sumber kalori atau mikronutrien utama bagi organisme heterotroph. Sebagian lagi sebagai bahan utama sandang (misalnya serta kapas). Industri (rami, rosela), bahan bangunan (kayu, bambu) atau bahan baker (kayu baker, seresah). Disamping sebagai sumber utama biokalori dalam bahan makanan, beberapa jenis karbohidrat dan turunannya (derivatnya) memegang peranan penting dalam teknologi makanan misalnya gum (Arabic, karaya, guar) sebagai bahan pengental atau CMC (carboxymethylcellulose) sebagai bahan penstabil dan banyak lagi sebagai bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) (Sudarmadji, 1996). Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin dan mengacu pada rasa manis senyawa karbohidrat sederhana. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana (Tim Dosen Kimia, 2009).

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri dari beberapa jenis atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Poedjiadi, 1994). Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa. Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa. CHO H OH HO H H OH H OH CH 2 OH D - glukosa Rumus proyeksi Fischer adalah cara umum untuk menggambarkan molekul monosakarida. Proyeksinya biasa digambar dengan sebuah rantai karbon vertikal dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak (Pine, dkk., 1988). Glukosa adalah suatu heksosa dan sering disebut dekstrosa karena sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam

buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap ml darah. Glukosa darah ini bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kirakira dua jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994). Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti fersianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu 2+ ). Pada reaksi seperti ini, gula dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi. Glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula. Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu. Dapat dilakukan pendugaan konsentrasi gula. Dengan cara ini, darah dan air seni dapat dianalisa kandungan gulanya pada diagnosa diabetes mellitus. Penderita penyakit ini menunjukan tingkat gula darah yang tinggi secara Abnormal, dan pengeluaran gula pada air seni yang berlebih (Lehninger, 1982). Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dilakukan dengan metoda oksidasi dengan kupri. Metoda ini didasarkan pada peristiwa terduksinya kuprioksida menjadi kupro-oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, dan asam sitrat atau campuran kupri sulfat dengan K-Na-Tartrat. K-Na-Tartrat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua macam reagen tersebut yang berfungsi sebagai oksidator adalah kuprooksida dan mengendap berwarna merah bata. Jumlah endapan kuprooksida ekivalen dengan

banyaknya gula reduksi yang ada. Selain dengan cara tersebut, dapat juga dengan menentukan kelebihan kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (Sudarmadji, 1996). Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan, dan tekstur hasil olahannya (Sudarmadji, 1996). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu (Sudarmadji, 1996). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schrool, Seliwanoff, Nelson-Somogy dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual (Ratnayani, dkk., 2008). Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang

memberikan warna biru (molybdenium blue). Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada panjang gelombang tertentu dengan spektrofotometer. Dengan menggunakan larutan standar maka konsentrasi glukosa dapat diketahui (Patong, 2011). Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna adalah spektrofotometer. Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai suatu teknik yang handal untuk deteksi, identifikasi, dan pengukuran kadar senyawa kimia dalam suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada teknik spektrofotometri, cahaya dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunaka prisma sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur. Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert menyatakan pengurangan intensitas cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan berwarna berlangsung secara eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui cahaya dan kadar zat dalam larutan (Soewoto, 2001). Hukum Beer-Lambert menghasilkan persamaan sebagai berikut (Soewoto, 2001): I log = - kcl Io

Dengan, Io I k c l = intensitas cahaya masuk = intensitas cahaya keluar = konstanta yang didasarkan pada sifat-sifat zat dalam larutan = konsentrasi zat tersebut = panjang larutan yang dilalui cahaya Perbandingan I/Io disebut sebagai transmisi sinar (T) dan dinyatakan dalam persen (%). Serapan (Absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optik (optical density) = OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan berasal dari persamaan (Soewoto, 2001) : A = - log T Jadi, A = K c l Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang datang benarbenar diusahakan berupa sinar monokromatis dengan cara membuat kontainer larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar yang tertahan. Jika jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k untuk berbagai senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang gelombang dapat dihitung (Soewoto, 2001).

BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan sampel M-150, larutan Nelson A 15,38 ml dan Nelson B 0,62 ml, glukosa monohidrat, arsenomolibdat, akuades, spiritus, aluminium foil, tissue roll, korek, sabun dan kertas label. 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, sikat tabung, pipet tetes, pipet skala 0,2 ml, pipet skala 5 ml, pipet skala 10 ml, gelas kimia 100 ml, labu ukur 10 ml, statif, klem, buret 50 ml, bulb, filler pipet, gegep, kaki tiga, pembakar spiritus, labu semprot, spektronik 20D+. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pembuatan Larutan Induk Ditimbang 10 mg glukosa monohidrat dan dilarutkan dalam labu ukur 10 ml dengan akuades sampai tanda batas. Sehingga diperoleh larutan induk 1 mg/ml. 3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Dipipet larutan induk ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 0,02 ml; 0,04 ml; 0,06 ml; 0,08 ml; 0,10 ml dan 0,12 ml. Kemudian ditambahkan aquades masing-masing 0,98 ml; 0,96 ml; 0,94 ml; 0,92 ml; 0,90 ml, dan 0,88 ml. Tiap larutan dalam tabung dihomogenkan.

Tabel 1. Data Pembuatan Larutan Standar No. M Larutan Standar V Larutan Induk (ml) V H 2 O (ml) V total (ml) 1. 0,02 0,02 0,98 1 2. 0,04 0,04 0,96 1 3. 0,06 0,06 0,94 1 4. 0,08 0,08 0,92 1 5. 0,10 0,10 0,90 1 6. 0,12 0,12 0,88 1 3.3.3 Preparasi Sampel Pada pembuatan larutan sampel digunakan faktor pengenceran sebanyak 10.000 kali. Pada tahap pertama dilakukan pengenceran 100 kali, yaitu sampel dibuat dengan mengambil 0,01 ml larutan sampel (M 150) dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan akuades sebanyak 0,99 ml kemudian dikocok. Dilanjutkan pada tahap kedua, dilakukan lagi pengenceran 100 kali, yaitu dipipet sebanyak 0,01 larutan sampel tadi kemudian ditambahkan lagi akuades sebanyak 0,99 ml kemudian dikocok. 3.3.4 Pembuatan Pereaksi Larutan Nelson A dan Larutan Nelson B dibuat dengan perbandingan 25 : 1. Dipipet larutan Nelson A sebanyak 15,38 ml ke dalam gelas ukur dan ditambahkan 0,62 ml larutan Nelson B kemudian dihomogenkan.

3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa Masing-masing larutan standar, sampel, dan blanko ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson, kemudian dipanaskan ± 20 menit lalu didinginkan. Ditambahkan reagen arsenomolibdat sebanyak 1 ml. Setelah itu ditambahkan akuades sebanyak 7 ml dan dikocok. Ditambahkan lagi 10 ml akuades ke dalam setiap tabung kemudian dikocok. Hal ini dilakukan karena warna yang ditimbulkan masih sangat pekat. Diukur absorban pada panjang gelombang maksimum 670 nm dengan menggunakan spektronik 20D+.

DAFTAR PUSTAKA Lehninger, A. L., 1982, Dasar-dasar Biokimia diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta. Patong, A. R., 2011, Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pine, S. H., J. B. Hendrickson, D. J. Cram, dan G. S. Hammond, 1988, Kimia Organik 2 edisi keempat diterjemahkan oleh Hamid, A., ITB, Bandung. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta. Ratnayani, K., N. M. A. Dwi Adhi S., dan I G. A. M. A. S. Gitadewi, Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromotografi Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Kimia (online), 2 (2), 77-86, (http://www.jstage.jst.go.jp, diakses tanggal 06 April 2011, pukul 21:38). Soewoto, H. M., Sadikin, M. V., Kurniati, S. I., Wanandi, D., Retno, P., Abadi, A., Retnoprijati, I. P., Harahap, S. A., dan Jusman, 2001, Biokimia Eksperimen Laboratorium, Widya Medika, Jakarta. Sudarmadji, 1996, Analisa Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta. Tim Dosen Kimia, 2009, Kimia Dasar, UPT MKU Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN Makassar, 14 April 2011 Asisten Praktikan (Yustin) (Nurhajrah)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada percobaan penentuan kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan metode Somogy-Nelson. Metode ini didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen arsenomolibdat yang memberikan warna biru (molybdenum blue). Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan spektrofotometer. Pada percobaan ini absorban yang diukur yaitu pada larutan sampel, blanko, dan larutan standar. Tabel. 2 Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang ( ) (nm) Absorban 650 0,99 660 0,012 670 1,024 675 1,014 680 1,008

Absorban Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut : Grafik. 1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 645 650 655 660 665 670 675 680 685 Panjang gelombang (nm) Jadi, panjang gelombang maksimum adalah 670 nm. Tabel 3. Data Penentuan Kadar Glukosa pada = 760 nm Konsentrasi Larutan Contoh Absorban 0,02 0,008 0,04 0,588 0,06 1,026 0,08 1,276 Sampel 1,026

Absorban Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut : Grafik. 2 Penentuan Kadar Glukosa 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 y = 21.21x - 0.336 R² = 0.9705 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 Konsentrasi larutan Berdasarkan grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi, diperoleh persamaan garis y = 21,21x 0,336, sehingga kadar glukosa dalam sampel M 150 dapat dihitung : y = 21,21x 0,336 1,026 = 21,21x 0,336 21,21x = 1,026 + 0,336 x = 1,026 + 0,336 21,21 x = 0,064 mg/ml Jadi, kadar glukosa dalam sampel M 150 = x. fp = 0,06. 10000 = 640 mg/ml Pada percobaan ini, penentuan kadar glukosa dalam sampel dilakukan dengan metode Somogy-Nelson. Deret standar yang digunakan yaitu pada konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M; 0,10 M dan 0,12 M. Sampel yang dianalisa diberikan pengenceran sebanyak 10000 kali.

Deret standar, sampel dan blanko diberi perlakuan sesuai dengan metode Somogy-Nelson. Setelah larutan standar, sampel, dan blanko dibuat, ditambahkan pereaksi Nelson sebanyak 1 ml, dimana penambahan pereaksi Nelson ini berguna sebagai pembawa ion kupri. Setelah ditambahkan pereaksi Nelson dipanaskan secara bersamaan selama ± 20 menit hal ini bertujuan agar ion kupri tereduksi oleh gula pereduksi (glukosa) sehingga menjadi ion kupro dalam suasana basa. Setelah pemanasan selama ± 20 menit, terbentuk endapan merah bata (Cu 2 O) yang warnanya semakin pekat sesuai dengan konsentrasi glukosa pada larutan. Semakin banyak glukosa maka semakin merah pula warnanya. Setelah itu larutan standar, sampel, dan blanko didinginkan dan ditambahkan arsenomolibdat masing-masing 1 ml, dimana arsenomolibdat ini berfungsi sebagai pembentuk kompleks yang berwarna biru. Setelah itu ditambahkan akuades sebanyak 7 ml. Karena warna yang ditimbulkan masih sangat pekat, maka ditambahkan lagi pada masing-masing tabung dengan 10 ml akuades. Selanjutnya, masing-masing larutan diukur absorbansinya pada spektronik 20D+ dengan menggunakan panjang gelombang maksimum yaitu 670 nm. Pengukuran absorbansi hanya sampai pada konsentrasi 0,08 M, karena pada konsentrasi 0,10 M, sprektonik 20D+ sudah tidak dapat terbaca, hal ini disebabkan karena warna dari larutan tersebut sudah sangat pekat. Dari data yang diperoleh, maka didapatkan kadar glukosa dalam sampel adalah 640 mg/ml.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa dalam sampel adalah 640 mg/ml. 5.2 Saran Untuk laboratorium, agar peralatan yang akan digunakan pada saat praktikum diperiksa terlebih dahulu sebelum praktikum berlangsung. Untuk asisten, agar dalam memberi penjelasan jangan terlalu cepat agar praktikan dapat menyimaknya dengan baik sehingga dapat melakukan percobaan dengan benar.

LAMPIRAN Bagan Kerja 1. Pembuatan Larutan Induk Glukosa Hasil - Ditimbang sebanyak 0,01 gram - Dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml - Ditambahkan akuades sampai tanda batas - Dihomogenkan 2. Pembuatan Larutan Standar 0,02 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,02 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,98 ml akuades - Dihomogenkan Hasil 0,04 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,04 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,96 ml akuades - Dihomogenkan Hasil

0,06 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,06 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,94 ml akuades - Dihomogenkan Hasil 0,08 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,08 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,92 ml akuades - Dihomogenkan Hasil 0,10 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,10 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,90 ml akuades - Dihomogenkan Hasil

0,12 mg/ml Larutan Induk - Dipipet sebanyak 0,12 ml - Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,88 ml akuades - Dihomogenkan Hasil 3. Preparasi Sampel Larutan Sampel (M-150) - Dipipet sebanyak 0,01 ml kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,99 ml akuades 1 ml larutan sampel - Dipipet sebanyak 0,01 ml kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 0,99 ml akuades - Dihomogenkan 1 ml larutan sampel 4. Penentuan Kadar Glukosa Larutan Standar, Sampel, dan Blanko - Ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson - Dipanaskan selama ± 20 menit - Didinginkan - Ditambahkan 1 ml arsenomolibdat - Ditambahkan 17 ml akuades - Diukur absorbannya pada panjang gelombang 670 nm menggunakan spektrofotometer Data

Perhitungan 1. Pembuatan Larutan Induk Dik: M Volume Mr. Glukosa monohidrat Mr. Glukosa = 1 mg/ml = 10 ml = 198 gr/mol = 180 gr/mol Dit: Massa glukosa monohidrat =...? Penyelesaian: M = r lukosa mg 1 mg/ml = x x mg = 11 mg/10 ml = 1,1 mg = 0,01 gram 2. Pembuatan Larutan Standar Dik: M 1 = 1 mg/ml M 2 : a. 0,02 mg/ml b. 0,04 mg/ml c. 0,06 mg/ml d. 0,08 mg/ml e. 0,010 mg/ml f. 0,012 mg/ml V 2 = 1 ml Dit: V 1 =...?

Penyelesaian: a. Konsentrasi glukosa 0,02 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,02 mg/ml V 1 = 0,02 ml V akuades = 1 ml 0,02 ml = 0,98 ml b. Konsentrasi glukosa 0,04 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,04 mg/ml V 1 = 0,04 ml V akuades = 1 ml 0,04 ml = 0,96 ml c. Konsentrasi glukosa 0,06 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,06 mg/ml V 1 = 0,06 ml V akuades = 1 ml 0,06 ml = 0,94 ml d. Konsentrasi glukosa 0,08 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,08 mg/ml V 1 = 0,08 ml

V akuades = 1 ml 0,08 ml = 0,92 ml e. Konsentrasi glukosa 0,10 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,10 mg/ml V 1 = 0,10 ml V akuades = 1 ml 0,10 ml = 0,99 ml f. Konsentrasi glukosa 0,12 mg/ml V 1. M 1 = V 2. M 2 V 1. 1 mg/ml = 1 ml. 0,12 mg/ml V 1 = 0,12 ml V akuades = 1 ml 0,12 ml = 0,88 ml 3. Preparasi Sampel Faktor Pengenceran 10000 kali 0,01 ml + 0,99 ml H 2 O 100 x 1 ml dipipet 100 x 0,01 ml + 0,99 ml H 2 O 1 ml

4. Penyiapan Larutan Nelson Larutan Nelson A : Larutan Nelson B 25 : 1 25 x 16 : 1 x 16 26 26 15,38 : 0,62

Gambar