BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dan pasien jiwa di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johhanes Kupang belum terlalu efektif, karena: 1. Tahap Pra-Interaksi Pada tahap Pra-Interaksi terdapat inisiatif yang dilakukan oleh perawat untuk pertama kali memulai berkomunikasi dengan pasien. Pada awal penerimaan pasien jiwa yang baru masuk dari IGD ke Ruang Empati, perawat melakukan pengkajian terhadap pasien tersebut, baik data mengenai diri pasien, identitas pasien, sikap dan tindakan yang dilakukan oleh pasien pada saat di rumah, cara berpakaian pasien, apakah sesuai dengan umur atau tidak, dan yang terakhir perawat juga melakukan konfirmasi lagi dengan keluarga pasien, apakah benar datadata tersebut. 2. Tahap Orientasi Pada tahap Orientasi membahas tentang kehadiran yaitu keberadaan seorang perawat secara fisik diantara pasien guna memotivasi pasien. Pada awalnya perawat membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien, untuk melakukan itu seorang perawat menggunakan dua bahasa yaitu bahasa verbal dan juga bahasa non verbal. Bahasa verbal berupa kata-kata motivasi atau kata-kata pujian untuk mendorong pasien agar pasien mau menceritakan masalahnya, bahasa non verbal yaitu tatapan mata mengarah pada pasien, sentuhan tangan dan lain-lain.
Dari hasil observasi peneliti melihat informan perawat laki-laki lebih sering berkunjung keruang isolasi dan mengajak pasien berbicara, sedangkan perawat perempuan lebih banyak menonton televisi dan lebih asik bercerita dengan sesama perawat ketimbang berkomunikasi dengan pasien jiwa. 3. Tahap kerja Pada tahap Kerja ini membahas tentang waktu yaitu usaha seorang perawat untuk disiplin waktu dalam kerja. Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa perawat yang bertugas di ruang empati tidak pernah terlambat melaksanakan tugasnya. Peneliti melihat waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien berkisar dari 15-30 menit dalam 1 shift karena keunikan dari masing-masing sikap pasien. Ada pasien yang mau diam dan mendengarkan, namun ada juga pasien yang berbicara banyak atau kebanjiran berbicara tanpa mau mendengarkan perawat. 6.2 Saran Adapun beberapa saran yang disampaikan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagi Perawat
1. Tahap Pra-Interaksi Pada Tahap Pra-Interaksi terdapat inisiatif yang dilakukan oleh perawat untuk pertama kali memulai berkomunikasi dengan pasien. Pada tahap ini perawat melakukan pengkajian terhadap pasien yang baru masuk, dengan mengambil data diri pasien, identitas pasien, sikap dan tindakan yang dilakukan oleh pasien pada saat dirumah, cara berpakaian pasien, apakah sesuai dengan umur atau tidak, kemudian perawat juga melakukan konfirmasi dengan keluarga pasien, apakah benar data-data tersebut. Menurut peneliti tahap ini sudah efektif, dan perlu dipertahankan untuk kedepannya. 2. Tahap Orientasi Pada Tahap Orientasi ini membahas tentang kehadiran yaitu keberadaan seorang perawat secara fisik diantara pasien guna memotivasi pasien. Dari hasil observasi peneliti menemukan, perawat perempuan lebih banyak menonton televisi, dan lebih sering asik bercerita dengan perawat yang lainnya ketimbang bercerita dengan pasien. Menurut peneliti, sebaiknya waktu yang digunakan untuk menonton televisi dan bercerita dengan sesama perawat dikurangi sehingga waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien jiwa lebih banyak, karena pasien butuh perhatian yang lebih serta motivasi dari perawat. 3. Tahap Kerja Pada Tahap Kerja ini membahas tentang waktu yaitu usaha seorang perawat untuk disiplin waktu dalam kerja. Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa perawat yang bertugas dibangsal empati tidak pernah terlambat dalam melaksanakan tugasnya. Waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien berkisar dari 15-30 menit dalam 1 shift. Menurut peneliti tahap ini sudah efektif dan perlu dipertahankan, namun untuk kedepannya waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien jiwa perlu ditambah.
DAFTAR PUSTAKA AS, Enjang. 2009. Komunikasi Konseling : Dari Wawancara, Seni Mendengar, Sampai Soal Kepribadian, Nuansa, Bandung. Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu, Yogyakarta. Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana, Jakarta. Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek, Konseling & Psikoterapi. PT Refika Aditama, Bandung. K. Prent, dkk. 1969. Kamus Besar Latin-Indonesia. Kanisius. Kriyantono, Rahmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta. Liliweri Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Keperawatan. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Machfoedz, Mahmud. 2009. Yogyakarta. Komunikasi Keperawatan. Komunikasi Terapeutik, Ganbika, Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Nevid S, Jeffrey,dkk. 2003. Psikologi Abnormal, Erlangga. Putri, Trikaloka H & Fanani Achmad. 2013. Komunikasi Kesehatan. Mitra Setia, Yogyakarta. Saku Bouk, Hendrikus. 2012. Komunikasi Misi. Societas Verbi Divini Timor, Gita Kasih, Kupang. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif. Dasar-dasar, Indeks, Jakarta Barat. Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Alfabeta, Bandung. Supardi. 2011. Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi. Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta. Tanjung, Bahdin Nur. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Kencana, Jakarta. W.F, Maramis. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya. NON PUBLIKASI : Ichsan, Jusni, dkk. 2003. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan R.I, Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Saku Bouk, Hendrikus. 2014. Sistem Komunikasi Indonesia, Diktat Kuliah FISIP Universitas Katolik Widya Mandira. Widya, Surya. 2006. 300 Tanya Jawab Mengenai Kesehatan Jiwa, Issara.
PEDOMAN WAWANCARA Selain menggunakan teknik observasi, dalam melakukan pengumpulan data penulis juga menggunakan teknik wawancara. Penulis menyusun pertanyaan berdasarkan indikator yang terdapat pada definisi konstruk dan mengajukan kepada para informan. Karena sampel penelitian adalah perawat, penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada perawat berupa: 1. Perawat a. Pra-Interaksi: inisiatif adalah usaha yang dilakukan oleh perawat untuk pertama memulai dalam komunikasi dengan pasien. 1) Alasan pasien sakit. Data apa saja yang ingin anda ketahui dari pasien? a. Apa saja cara yang anda gunakan untuk mengambil data dari pasien? dan bagaimana prosesnya? b. Apakah anda juga mengambil data dari keluarga pasien? c. Data-data apa saja yang ditanyakan? 2) Pengalaman perasaan pasien. Adakah Perbedaan tingkah laku yang ditunjukan pasien pada saat di rumah dan saat pasien masuk ke bangsal empati? Seperti apa perbedaannya? 3) Mengenai keterbatasan diri pasien seperti Antisosial, lebih senang menyendiri, diam, dan lain-lain. a. Apa tindakan anda sebagai perawat yang melaksanakan komunikasi terapeutik? b. Bagaimana cara anda untuk mengatasi pasien seperti itu? b. Orientasi: Kehadiran adalah keberadaan seorang perawat secara fisik di antara pasien guna memotivasi pasien. a. Kepercayaan. Apa yang anda lakukan untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien? 1) Bagaimana cara anda melakukannya? 2) Pesan seperti apa yang anda sampaikan untuk mendapat kepercayaan dari pasien? b. Penerimaan. Bagaimana anda tahu kalau pasien menerima atau menolak untuk berkomunikasi dengan anda? 1) Apa saja yang anda lakukan sehingga pasien bisa menerima anda?
2) Pesan seperti apa yang anda sampaikan kepada pasien? c. Komunikasi terbuka. Bagaimana cara anda mengajak pasien untuk berkomunikasi? 1) Pesan apa yang anda katakan sehingga pasien mau membicarakan masalah yang sedang ia hadapi? 2) Apakah pesan yang anda sampaikan berbeda untuk setiap pasien? c. Kerja: Waktu adalah usaha seorang perawat untuk disiplin waktu dalam kerja. a. Hadir. Apakah anda selalu hadir tepat waktu dalam kerja? b. Berapa jam yang anda gunakan untuk berkomunikasi dengan pasien dalam sehari? c. Terlambat. Apakah anda pernah terlambat dalam kerja? Kalau pernah, tolong dijelaskan mengapa anda terlambat!
Foto Bangsal Empati RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Bagian depan ruang bangsal empati perawatan psikiatri RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANES KUPANG-NTT
Ruang isolasi Ruang Tengah tempat pasien melakukan aktivitas yaitu menonton televisi
Sarana Olahraga untuk pasien beraktivitas dengan bermain tenis meja Tempat tidur untuk pasien tenang (Perempuan)
Tempat Tidur untuk pasien tenang (Laki laki)
Kata-kata Motivasi pada ruang tenang pasien