PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM APLIKASI PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (LAND APLICATION)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2014 Tanggal :

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

MAKALAH KIMIA ANALITIK

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah dan jenis polutan semakin meningkat seiring meningkatnya produksi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Lokakarya Fungsional Non Penelti a) Sistem parit oksidasi b) Sistem kolam aerobik, yaitu suatu kolam yang tidak terlalu dalam dengan permukaannya yang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Macam macam mikroba pada biogas

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Kelompok 3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RSUP dr.sardjito

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

Nur Rahmah Fithriyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengapa Air Sangat Penting?

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum. kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG IDEAL UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM APLIKASI PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (LAND APLICATION) Industri perkebunan kelapa sawit saat ini tumbuh sangkat pesat, baik itu perkebunan skala rakyat maupun skala perusahaan. Dengan demikian maka kebutuhan lahan untuk perkebunan pun semakin meningkat dan tidak banyak juga pada akhirnya perusahaan perkebunan kelapa sawit melakukan program perkebunan plasma dan kebutuhan akan lahan ini bila tidak dikelola dengan baik maka akan memicu kemungkinan besar terjadi konflik kepemilikan lahan perkebunan antara masyarakat dengan pihak perusahaan. Saat ini Kabupaten Bangka Barat telah memiliki beberapa perusahan yang telah menginventasikan modal usahanya di bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak kelapa sawit, sebut saja antara lain PT. Sawindo Kencana (PT.SWK), PT. Tata Hamparan Eka Perkasa, PT Gunung Sawit Bina Lestari (PT.GSBL), PT.MP. Ledong west Indonesia (PT.LWI), PT. Bumi Permai Lestari (PT.BPL). Penggunaan air limbah untuk kepentingan mengairi areal pertanian telah lama cukup dikenal di industri pertanian seperti kelapa sawit atau perkebunan tebu, dimana diketahui bahwa air limbah mempunyai unsur hara yang dapat membuat lahan pertanian menjadi subur, latar belakang pengunaan limbah untuk pertanian adalah bahwa air limbah organik, dimana limbah organik mempunyai padatan yang terlarut dan melayang sehingga lebih mudah untuk mengolahnya. Dan dengan mengunakan sistem aplikasi lahan ini maka beban pencemaran pada sungai akan dapat dikurangi dan pengunaan air limbah untuk perkebunan kelapa sawit ini mempunyai fungsi ganda disamping untuk menanggulangi pencemaran pada sungai juga berfungsi dapat menyuburkan tanah karena unsur-unsur hara yang terdapat pada limbah akan terserap oleh tanah maka secara tidak langsung akan memperbaiki struktur tanah di lahan perkebunan kelapa sawit, pada umum pemanfaatan air limbah untuk perkebunan kelapa sawit ini dilakukan pada lahan perkebunan yang luas.

Dalam pemanfaatan air limbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) ini tidak terlepas dari untung dan ruginya, adapun keuntungan dan kerugian yang akan didapati adalah antara lain : Keuntungan : 1. Dapat mencegah terjadinya dan/atau penambahan beban pencemaran pada sungai/badan air 2. Dapat memberikan unsur hara/pupuk pada tanaman, sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. 3. Dapat memperbaiki struktur tanah (soil conditioning) 4. Dapat digunakan pada lahan yang cukup luas dengan kontur tidak berbukit dan relatif datar. Kerugian : 1. Ada kemungkinan terjadinya kontaminasi pada lahan (tanah) dan air tanah oleh bahan kimia yang masih terkandung dalam air limbah. Adanya beberapa zat (bahan) pada pupuk yang membantu pertumbuhan tanaman yang terdapat di air limbah bisa meningkatkan hasil panen, akan tetapi juga adanya kemungkinan terdapat beberapa zat seperti logam berat yang akan terakumulasi dalam tanah yang kemudian terisap oleh tanaman dan akhirnya sampai ke hewan dan manusia melalui rantai makanan yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek pada kesehatan dan ekologi, maka hal yang terpenting dalam pemanfaatan air limbah dari pabrik minyak kelapa sawit yang diaplikasikan pada lahan perkebunan kelapa sawit ini harus dilakukan pengolahan awal (pre treatment) dan penelitian yang cermat sebelum dimanfaatkan sehingga dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya dapat diminimalisir. Pada perinsipnya ada tiga proses reaksi yang terjadi didalam tanah yang akan dialiri dengan air limbah antara lain: Proses fisika : terjadinya endapan material baru didalam tanah karena limbah membawa bahanbahan. Proses biologi : adanya perombakan (dekomposisi) bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana (stabil) karena adanya mikroorganisme dalam perambah air limbah. Proses kimia : terjadinya proses yang kompleks dan panjang yang pada akhirnya akan

mempengaruhi/mengubah struktur dan kualitas tanah, adanya bahan-bahan kimia yang bereaksi satu dengan yang lain. Jadi pada dasarnya sebelum kita memanfaatkan suatu air limbah haruslah diperhitungkan secara matang untung dan ruginya baik secara ekonomi maupun secara lingkungan. Dalam pemanfaatan air limbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang di aplikasikan pada lahan perkebunan kelapa sawit haruslah terlebih dahulu dilakukannya pengolahan terlebih dahulu, dimana biasanya limbah cair PMKS mempunyai konsentrasi BOD yang relatif tinggi rata-rata 30.000 mg/l 50.000 mg/l sedangkan yang boleh diaplikasikan pada lahan perkebunan minimal < 5000 mg/l dengan PH 6-9 arti limbah cair ini harus dilakukan pengolahan dengan rangkaian pengolahan sbb : Skema Pengolahan Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit Limbah FAT FIT PENDINGINAN PEMBIAKA N BAKTERI NETRALISASI PENGASAMAN ANAEROBIK Bakteri penghasil asam Bakteri penghasil Methane FAKULTATIF AEROBIK SUNGAI/BADAN AIR PENERIMA

Gambar : Kolam Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit FAT FIT Proses limbah yang datang dari proses produksi bercampur dengan minyak kelapa sawit menuju fat fit yang berfungsi sebagai penyaring dan penangkap minyak, dimana suhu limbah masih sangat tinggi bila dilihat dilapangan masih beruap muncul dari atas permukaan limbah, limbah yang pada umumnya berwarna kuning dan bercampur dengan warna coklat memasuki alat penangkap lemak ( FAT FIT) dan kandungan minyak yang berada diatas permukaan air akan tertahan oleh fat fit yang kemudian akan dipompakan kembali kebagian proses produksi, selanjutnya limbah dilewatkan lagi melalui kolam-kolam (bak -bak) yang dipasang secara seri dimana limbah masuk dari bak yang satu ke bak berikutnya dengan aliran secara over flow dan setelah beberapa lama akan terjadi tumpukan minyak kembali dan di pompakan kebagian produksi kembali untuk diolah dan kadar minyak yang tersisa memasuki kolam pendinginan dan memenuhi persyaratan untuk pengolahan lebih lanjut agar tidak membahayakan pada proses pengolahan limbah pada proses anaerob PENDINGINAN Proses pendinginan bertujuan untuk mengurangi kadar minyak masuk kedalam kolam pengasaman, kelebihan konsentarsi minyak dapat membuat kesulitan dalam pengoperasian selanjutnya, pendinginan penting dalam mempersiapkan kondisi kehidupan bakteri mesofilik. Dengan temperatur sekitar 38 0 C maka bakteri akan berkembang dengan baik, dengan lama penahan limbah ± 5 hari, bagian minyak yang terapung diatas permukaan dikembalikan ke bagian produksi untuk diolah lanjut, kolam ini biasanya berukuran lebar dan dangkal. PENGASAMAN Pada umumnya limbah mempunyai PH yang sangat rendah berkisar 4,2-4,9 dimana mikroba bakteri tidak dapat hidup dan berkembang biak, untuk itu perlunya dilakukan

suatu suasana yang netral dengan PH 6,5 sampai PH 7,5 peningkatan suasana keasaman ini disebabkan oleh dua hal yaitu bekerjanya bakteri pembentuk asam dalam upaya merombak bahan padatan organik dan kedua adanya recycle/penambahan limbah dari kolam anaerobik dimana PH mengalami peningkatan. Pada kolam ini akan terbentuknya gas-gas sementara lapisan sludge terbentuk dan menutup seluruh permukaan sehingga mencipta anaerobik yang lebih sempurna, pada kolam ini sebagian besar padatan organik telah mengalami perombakan dengan ditandai dengan menurunnya kadar suspensi solid maupun penurunan kebutuhan oksigen untuk oksidasi, dibawah lapisan sludge cairan limbah terdiri dari bakteri-bakteri pembentuk asam. ANAEROBIK Suatu kolam dengan kedalaman yang rata-rata lebih dari 4 meter dengan seluruh permukaan tertutup lapisan sludge. Kondisi anaerobik sangat dibutuhkan dikolam ini, tingginya konsentrasi padatan memasuki kolam pengasaman, suasana aerobik yang sudah tercipta sebelumnya, maka kedalaman kolam akan menambah membantu suasana tersebut. Dengan kedalaman kolam yang mencapai 5,5 meter menjaga agar suasana anaerobik dapat merombak bahan-bahan organik semaksimal mungkin melalui proses ini dan lintasan bertahap serta berbeda-beda. Pada limbah ini ada tiga komponen besar yaitu karbohidrat, protein dan lemak yang akan dirombak melalui enzyme kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisa dan terakhir perombakan oleh bakteri metanogen. Kolam anaerobik dibuat biasanya terdiri dari dua unit dan dinstalasi secara seri agar proses dapat dilanjutkan pada kolam berkitnya sehingga padatan organik menjadi lebih rendah bila memasuki kolam aerobik. Untuk mempertahankan kondisi anaerobik maka sebagian limbah dikembalikan ke inletnya sendiri-sendiri dengan demikian dapat diperkirakan bahwa limbah yang dikembalikan akan mempunyai masa penahanan yang lebih panjang. Kolam anaerobik berikutnya yang diinstalasi secara seri adalah untuk penyempurnaan proses yang belum terolah pada kolam anaerobik pertama, pada lapisan atas kondisi aerobik sudah mulai terlihat dengan adanya pertumbuhan ganggang sementara lapisan penutup permukaan air tidak ada lagi, kontak sinar matahari dan udara pada permukaan air membuat tingkat kelarutan oksigen dalam air semakin meningkat. Kondisi anaerobik masih ditemukan pada kedalaman dua sentimeter dari atas permukaan air dimana masih ditemukan oksigen terlarut lebih kurang 2 miligram per liter, selebihnya konsentrasi oksigen dapat diabaikan. Pada bagian ini bahan-bahan organik akan dirombak menjadi asetat yang kemudian dilanjutkan dengan perombakan

asetat menjadi gas methane dan karbondioksida. Dalam keadaan seimbang karbondioksida di rubah lagi menjadi air.bagian-bagian yang tidak terdekomposisi masuk kekolam fakultatif fakultatif. FAKULTATIF yang selurunya dialirkan secara over flow menuju kolam Kolam fakultatif pada umumnya mempunyai kedalaman 2,5 meter dengan masa penahanan 16 hari atau lebih, lapisan bawah biasanya masih bersuasana anaerobik karena adanya padatan organik yang tinggi sukar ditembus cahaya matahari. Pada lapisan ini tengah terdapat suasana intermediate dimana terdapat bakteri yang dapat hidup dalam kondisi dan situasi aerobik maupun anaerobik. Pada sebagian lapisan permukaan atas mulai ditumbuhi algae yang menunjukan bahwa proses aerobik mulai berlangsung. Kondisi limbah yang mulai menunjukan kejernihan dan dalam kondisi semacam itu sangat baik menunjang kehidupan ganggang. KOLAM AEROBIK Biasanya kolam aerobik teridiri dari 2 buah kolam yang dibuat paralel dan dioperasikan secara seri, biasanya BOD yang masuk kekolam ini sekitar 400 mg/lt. Dalam kolam ini oksigen sangat dibutuhkan oleh bakteri untuk mempertahankan hidupnya dimana oksigen yang didapat dari oksigen terlarut dimana terdapat keseimbangan antara atmosferdengan air secara alami. Oksigen disini sangat dipengaruhi oleh PH dan komposisi oksigen dalam udara, Dengan adanya cahaya matahari yang menjadi sumber energi bagi ganggang selanjutnya akan membentuk ganggang yang baru dan memproduksi oksigen, Kolam aerobik biasanya sering disebut kolam stabilisasi dimana terdapat pula proses aerobik didalamnya. METODE PEMANFAATAN AIR LIMBAH PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT YANG DI APLIKASIKAN PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. terdapat beberapa metode yang juga disampaikan dalam beberapa peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam pemanfaatannya. Metode atau cara penerapan land aplication yang pada umumnya dengan dapat mempertimbangkan kondisi spesifik lapangan yang terdiri dari 8 faktor utama seperti a. Jenis dan quantity dari limbah yang tersedia b. Bentuk permukaan tanah pada areal objek c. Jenis tanah dan kedalaman air tanah d. Luas areal yang tersedia dan jarak dari instalasi pengolahan air limbah e. Jarak areal dengan sumber-sumber air yang ada f. Biaya investasi, operasional dan pemeliharaan g. Jarak dengan pemukiman penduduk

Sedangan metode yang paling umum digunakan pada perkebunan kelapa sawit adalah 1. Flat bed atau long bed sistem 2. Furrow sistem 3. Springkler sistem 4. Traktor/tanker sistem FLAT BED ATAU LONG BED SISTEM Sistem ini biasanya digunakan untuk lahan yang relatif landai/datar dengan slope ± 100, kolam yang digunakan disebut flat bed dengan ukuran lebar 3m-3,5m, kedalaman 15cm-20cm dan panjang 4,5-6m dan kolam long bed dengan ukuran 3m-3,5m, kedalaman 15cm-20cm dan panjang kolam sepanjang mengkin tergantung dari kondisi permukaan tanah Keuntungan : - Memiliki kapasitas yang lebih tinggi dibanding dengan sistem furrow sistem - Sesuai digunakan pada daerah yang berbukit landai/relatif datar - Distribusi limbah pada tanaman kelapa sawit lebih merata dan penyerapan unsur hara pada tanah lebih bagus - Pengaruh erosi tanah lebih sedikit - Jarang tersumbat - Biaya investasi lebih rendah di banding springkler Kekurangan: - Biaya investasi dan operasional lebih mahal dibandingkan dengan furrow sistem - Dapat merusak pokok kelapa sawit apabila over feeding - Lebih mempersulit kerja pemanen dibanding dengan furrow - Bau lebih menyengat FURROW SISTEM Sistem aplikasi ini mengunaka parit (furrow) dengan lebar 40cm, kedalaman 30cm dengan panjang tergantung kondisi lahan dilapangan. Sistem ini dibuat pada pusat (center) setiap 2 gawangan pokok kelapa sawit. Kelebihan : - Pada volume yang sama, areal yang diperlukan lebih kecil - Biaya investasi lebih murah dibandingkan dengan sistem springkler maupun flat bed/long bed sistem - Potensi merusak pokok kelapa sawit relatif kecil dibanding dengan flat bed/ long bed sistem - Cocok digunakan pada daerah dengan jenis tanah clay atau lempung - Lebih mudah perawatanya

- Tidak mempersulit pemanen - Kenaikan yield/ha/thn hampir sama dengan springkler maupun flat bed/ long bed sistem - Bau relatif lebih sedikit dibanding flat bed/long bed sistem Kerugian : - Dipengaruhi oleh erosi tanah - Mudah tersumbat dan mudah meluap - Perlu pengontorolan selama pengairan limbah cair - Biaya operasional lebih tinggi di banding flat bed/long bed sistem ataupun tractor sistem SPRINKLER SISTEM Sistem ini mengunakan rangkaian jaringan pipa yang berfungsi untuk mengaliri/mendistribusikan limbah cair ke lahan yang akan diaplikasikan seperti pada areal yang landai dan areal yang rata. Keuntungan : - Kapasitas pengiriman limbah cukup tinggi - Dapat mendistribusikan limbah cair pada areal yang luas - Tidak dipengaruhi oleh kontur tanah - Tidak dipengaruhi oleh erosi tanah Kerugian : - Biaya investasi dan operasional lebih tinggi - Membutuhkan perawatan yang lebih - Pipa dapat tersumbat dan pecah - Sprinkler dapat macet karena tersumbat TRAKTOR/TANKER SISTEM Sistem aplikasi limbah cair dengan mengunakan alat angkut traktor atau tanker Keuntungan: - Biaya investasi dan operasional paling murah ibanding dengan ketiga sistem lainnya. - Dapat mengaplikasikan limbah cair pada areal yang jauh dari IPAL Kerugian : - Potensi pencemaran diluar areal relatif tinggi - Kapasitas aplikasi limbah cair lebih rendah - Dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur jalan maupun jembatan di areal aplikasi - Di pengaruhi musim - Dipengaruhi kondisi traktor/tanker - Aplikasi limbah cair sewaktu-waktu dapat terhenti total

- Mudah tersumbat dan mudah meluap - Perlu pengontrolan selama pengairan limbah Selain keempat sistem aplikasi tersebut diatas ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan penerapannya sbb : a) Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai air irigasi pada perkebunan kelapa sawit dengan cara land aplikasi dapat dilakukan apabila limbah cair bersangkutan telah mengalami pengolahan anaerobik b) Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit dengan land aplication dapat dilakukan pada areal perkebunan sendiri, cara ini dimaksudkan selain untuk memperoleh manfaat ekonomis juga karena land aplication merupakan proses daur ulang limbah cair dalam keseluruhan proses produksi c) Penerapan land aplication sebagaimana disebut pada point b) diatas tidak boleh pada lahan bergambut, berpasir dan areal yang sering terkena banjir d) Kualitas limbah cair kelapa sawit yang diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai suplemen pupuk dan air irigasi pada perkebunan kelapa sawit adalah pada kadar BOD < 5000 mg/l dengan PH 6-9 e) Jumlah limbah cair yang diaplikasikan ke areal kebun harus setara dengan 7-15 cm REY f) Jarak lokasi land aplication dari permukiman karyawan kebun atau pemukiman penduduk luar kebun minimum 200 m g) Pada bagian hilir lahan supaya dibuat parit penampungan limbah. Apabila terjadi over flow akibat kondisi flat bed yang tidak memenuhi syarat ataupun over flow karena air hujan. Selain persyaratan tersebut diatas yang harus diperhatikan dalam penerapan aplikasi pada lahan perkebunan kelapa sawit harus mendapat izin dari bupati/walikota setempat sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana izin akan diberikan jika pemanfaatan air limbah pabrik minyak kelapa sawit yang akan diaplikasikan pada lahan perkebunan kelapa sawit yang telah dilakukan pengkajian dan penelitian dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Dari : Eddu Novandaharto,ST. Fungsional Ahli Pertama Pengendali Dampak Lingkungan BLHD Kabupaten Bangka Barat