BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 142 TAHUN : 2012 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

DAFTAR ISI Halaman ANNA LAELA FAUJIAH, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat banyak menggunakan kendaraan, hal inilah yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1975 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP CIMAHI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA

Iklim Perubahan iklim

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 207 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

I. PENDAHULUAN. Nations pada tahun 2011 penduduk di dunia telah menembus angka 6,7 Miliar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB III: DATA DAN ANALISA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai tujuan. Nazir (1983 : 52) menyatakan bahwa Metode penelitian adalah

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

PENDAHULUAN. Kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu. 33 UUD 1945: bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia yang relatif tinggi akan mengakibatkan implikasi-implikasi sosial dan ekonomi. Pembangunan yang tidak merata mengakibatkan sejumlah penduduk terkonsentrasi dengan jumlah kepadatan tertentu terpusat di wilayah pembangunan, seperti kota dimana tidak terlepas dari kota itu sendiri yaitu sebagai pusat pertumbuhan, pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan dan sebagainya, sehingga kota menjadi tempat pemusatan penduduk dengan kepadatan yang tinggi. Sebagian penduduk berpandangan bahwa dari kota dapat memenuhi semua kebutuhan manusia dan dapat meningkatkan kemakmurannya. Hal itu tentu akan berdampak pada perkembangan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan, terutama dengan adanya gejala urbanisasi, jumlah penduduk di wilayah kota meningkat dengan cepat, yang kemudian menyebabkan terjadinya berbagai masalah lingkungan. Wilayah Kota Cimahi merupakan wilayah yang berkembang dengan pesat, karena selain jumlah penduduknya yang tinggi juga aktivitas ekonominya yang beragam dimulai dari kegiatan industri sampai kegiatan perdagangan serta tersedianya fasilitas umum kota, yang akhirnya saling berkaitan dengan 1

2 pertumbuhan ekonomi dan sosial yang terintegrasi antara Bandung dan wilayah disekitarnya (Kabupaten Bandung Barat). Setelah perubahan status kota yang dialami Cimahi, pembangunan sarana dan prasarana umum semakin ditingkatkan kebutuhan tersebut didasarkan atas permintaan penduduk yang mendesak serta fungsinya yang sangat penting bagi penduduk Kota Cimahi, seperti pembuatan jalan, terminal, gedung perkantoran pemerintah maupun swasta, pasar, sarana pendidikan dan lain-lain. Hal tersebut tentu berdampak pada semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk serta makin beragamnya aktivitas masyarakat yang dilakukan. Pada tahun 1886, Cimahi didesain sebagai pusat pendidikan dan tangsi militer yang mendukung pusat komando militer di Kota Bandung. Di sini mulai dibangun fasilitas pendukung kegiatan kemiliteran seperti barak, rumah sakit, dan rumah tahanan militer. Tahun 1935, Cimahi menjadi kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bandung. Dua puluh tujuh tahun kemudian statusnya ditingkatkan menjadi kewedanaan yang meliputi empat kecamatan: Cimahi, Padalarang, Batu Jajar, dan Cipatat. Tahun 1975, kewedanaan Cimahi ditingkatkan menjadi kota administratif (kotif), masih dalam wilayah Kabupaten Bandung. Kotif Cimahi merupakan kotif pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia. Pada tahap ini Cimahi menjadi salah satu kantung industri Kabupaten Bandung. Setelah menjadi kota otonom sejak 2001, Cimahi membawa sekitar 30 persen kekuatan industri Kabupaten Bandung menjadi asetnya. Akibat keberadaannya sebagai kantung industri, banyak pendatang yang ingin memperoleh penghasilan lebih baik di kota tersebut. (Pemerintah Kota Cimahi 2001)

3 Seperti kota-kota lainnya yang sedang tumbuh, Kota Cimahi selama ini sudah menghadapi laju pertambahan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk Kota Cimahi dari tahun 2000-2007 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Perkembangan Penduduk Kota Cimahi No Kecamatan & Kelurahan Jumlah penduduk 2000 (jiwa) Jumlah penduduk 2007 (jiwa) LPP (%) 2000-2007 1 Cimahi Utara 109.149 145.813 3,85 Citeureup 23.149 30.369 3,47 Cibabat 39.700 51.111 3,43 Pasir Kaliki 14.837 17.859 2,50 Cipageuran 31.095 46.474 5,50 2 Cimahi Tengah 142.466 148.069 1,36 Baros 22.096 22.513 0,25 Karang Mekar 14.824 14.824-0,40 Padasuka 27.473 31.062 1,65 Cigugur Tengah 46.282 47.454 3,63 Setiamanah 20.358 20.783 0,28 Cimahi 11.433 11.433-0,48 3 Cimahi Selatan 191.362 218.636 3,00 Melong 55.810 61.447 1,35 Cibeureum 55.090 57.478 2,97 Cibeber 17.399 26.307 5,67 Leuwigajah 31.743 37.615 4,21 Utama 31.320 35.789 3,85 Jumlah 442.977 518.985 2,63 Sumber : BPS Kota Cimahi, 2007 Perkembangan Kota Cimahi sejak tahun 2000 sebelum menjadi kota hingga tahun 2007 setelah menjadi kota menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup besar yaitu 2,63 %. Seiring pertumbuhan penduduknya yang cukup besar, membawa pengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan lahan hunian (pemukiman), transportasi, kesehatan, pendidikan, serta fasilitas lain yang mendukung kelangsungan kehidupan sosial ekonomi penduduk Kota Cimahi tersebut.

4 Kemudian, semakin berkembangnya daerah industri dan meningkatnya penggunaan alat transportasi darat, seperti motor dan mobil, yang memungkinkan dapat menimbulkan berbagai polusi atau pencemaran. Berikut tabel 1.2 jumlah kendaraan di Kota Cimahi. Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Kota Cimahi Tahun 2007 Kecamatan Rata-rata Jumah Kendaraan (Unit) Roda 4 Roda 2 Cimahi Selatan 5.025 16.216 Cimahi Tengah 3.575 13.773 Cimahi Utara 3.537 8.698 Kota 11.937 38.687 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Cimahi 2007 Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota menyebabkan kebutuhan lahan di kota meningkat sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup, seperti perubahan pada lingkungan fisik maupun kimia, perubahan iklim yang selanjutnya berdampak pada efek rumah kaca, sehingga suhu menjadi semakin panas, serta lingkungan biologi mulai gundul seperti ruangruang terbuka hijau menjadi semakin terbatas. Setiap pembangunan akan menimbulkan perubahan dan setiap perubahan selalu ada dampaknya terhadap lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Soemarwoto (2004:9) adalah sebagai berikut : Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman dan kebutuhan lain serta limbah domestik juga bertambah dengan cepat. Bertambahnya penduduk dan berubahnya lahan dengan berbagai penggunaannya, bisa membawa dampak negatif bagi kelangsungan ekosistem yang ada di daerah perkotaan. Pembangunan fisik untuk memenuhi kebutuhan

5 warga kota sering tidak seimbang dengan usaha-usaha mempertahankan kualitas kehidupan masyarakat. Contohnya adalah pembangunan pemukiman, pusat bisnis atau pertokoan dan daerah industri yang tidak sesuai dengan luasan daerah terbuka hijau yang seharusnya dimiliki oleh suatu daerah perkotaan atau daerah yang sedang berkembang. Dampak dari pembangunan kota ini adalah minimnya ruang terbuka hijau yang menjadi hak kota itu sendiri dan menjadi hak warganya. Keberadaan hutan kota dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan kota. Banyak sekali manfaat hutan kota bagi lingkungan dan masyarakat perkotaan. Pertama, hutan kota dapat berfungsi meredam suara yang berasal dari kendaraan dan kegiatan proses industrialisasi. Kedua, berperan sebagai penyejuk iklim, terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, pengendalian perbandingan antara gas CO2 dan O2, penangkal angin dan penyaring cahaya matahari). Ketiga, sebagai pembersih udara dari partikel dan debu serta bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan (I.Samsoedin dan E. Subiandono, 2007:2). Dalam sosialisasi lanskap Kota Cimahi pada tanggal 31 Januari, wakil wali Kota Cimahi yang kemudian diperkuat oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, menyampaikan bahwa taman dan hutan kota yang berada dalam pemeliharaan Pemerintah Kota Cimahi saat ini adalah sekitar 10,77 ha atau sekitar 0,26 % dari luas kota yaitu 4025 ha. Kondisi tersebut sangat tidak ideal untuk kota yang berpenduduk 518.985 jiwa ini dengan laju pertumbuhan penduduk nya sebesar 1,94 %. Padahal dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota disebutkan bahwa luas hutan kota yang harus dibangun di

6 suatu kota minimal sebesar 10 % dari luas wilayah kota atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Kondisi Kota Cimahi saat ini tidak dapat dibiarkan berlangsung terus menerus. Menyadari hal tersebut dengan berbagai pertimbangan dampak negatifnya, maka harus ada usaha-usaha yang dilakukan untuk memperbaiki lingkungan ini. Salah satunya melalui pembangunan hutan kota. Pengembangan hutan kota bertujuan mewujudkan suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan. Suasana yang asri, serasi dan, sejuk berusaha ditampilkan kembali. Zoer`aini (2005:13) mengemukakan bahwa pembangunan hutan kota dapat dilaksanakan dengan meningkatkan penghijauan kota, baik kuantitas maupun kualitas dengan meniru hutan alam atau ekosistem alam. Pembangunan hutan kota telah sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Cimahi yang tertuang dalam salah satu misinya yaitu Mewujudkan tata ruang kota yang berwawasan lingkungan serta mewujudkan Cimahi yang teduh dan asri. Pembangunan hutan kota ini diharapkan dengan keberadaannya memiliki makna mengamankan ekosistem alam yang besar pengaruhnya terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup kota itu sendiri. B. RUMUSAN MASALAH Pembatasan masalah diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kebutuhan hutan kota dilihat dari kondisi fisik dan kondisi sosial Kota Cimahi?

7 2. Bagaimana kebutuhan hutan kota dilihat dari persepsi masyarakat tentang kondisi Kota Cimahi? 3. Seberapa besar kebutuhan hutan kota yang harus dibangun di Kota Cimahi? 4. Jenis tanaman apa yang sesuai untuk hutan kota di Kota Cimahi? C. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kebutuhan hutan kota dilihat dari kondisi fisik maupun kondisi sosial Kota Cimahi. 2. Mengidentifikasi kebutuhan hutan kota dilihat dari persepsi masyarakat Kota Cimahi tentang kondisi Kota Cimahi. 3. Menganalisis kebutuhan hutan kota di Kota Cimahi. 4. Menentukan jenis tanaman yang sesuai untuk hutan kota di Kota Cimahi. D. MANFAAT Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran tentang kebutuhan hutan kota dilihat kondisi fisik maupun kondisi sosial Kota Cimahi. 2. Memberikan gambaran tentang kebutuhan hutan kota dilihat dari persepsi masyarakat Kota Cimahi tentang kondisi Kota Cimahi. 3. Diperolehnya data dan informasi mengenai kebutuhan hutan kota di Kota Cimahi.

8 4. Diperoleh gambaran dan informasi mengenai jenis tanaman yang sesuai untuk hutan kota di Kota Cimahi. 5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang hutan kota. E. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut: 1. Kebutuhan Kebutuhan adalah keperluan seseorang atau kelompok terhadap pemenuhan sesuatu. Dalam penelitian ini, yang dimaksud kebutuhan adalah seberapa besar kebutuhan hutan kota yang harus dibangun di Kota Cimahi. 2. Hutan Kota Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi kumpulan tanaman berupa pohon di lingkungan perkotaan dimana keberadaannya memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya kepada penduduk dalam kegunaan estetik, proteksi, rekreasi, dan berbagai kegunaan lainnya. Dalam penelitian ini, hutan kota di Kota Cimahi di sini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar/rimba melainkan diasumsikan sama dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cimahi, termasuk ke dalamnya taman kota, jalur hijau, pemakaman, dan pohon pelindung juga kebun pembibitan. 3. Kota Menurut Undang-Undang (UU) No.2 Tahun 1987 tentang penataan ruang perkotaan disebutkan bahwa Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan

9 penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak asli dan ciri kehidupan kekotaan. Kota dalam penelitian ini yaitu Kota Cimahi yang telah dibentuk dalam UU No.9 tahun 2001.