Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Nana Chintya, Bakti Mulyani*, dan Ashadi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, , 3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Khusnul Lusi Nursyam Syanas 1, Bakti Mulyani 2*, Sulistyo Saputro 2 1 Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI METODE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA KELAS VII D SMP NEGERI 7 PURWOREJO

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

Heri Hermawan, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Number Head Together Berbantuan Mind Mapping. Poso Sumarto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Perencanaan Tindakan BAB IV

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

BAB III METODE PENELITIAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROSIDING ISSN:

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB III METODE PENELITIAN. Way Kandis, Jalan Bunga Sedap Malam Raya Kecamatan Tanjung. Senang Kota Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek Penelitian adalah siswa SMA Korpri Karawang kelas X.4 semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB III METODE PENELITIAN

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB III METODE PENELITIAN

Saudah, Agni Danaryanti

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Pada Siswa Kelas VI SD Inpres 02 Pongian

Oleh: Veranika Siti Nurjanah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

PROSIDING ISBN :

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

*Keperluan korespondensi, telp: ,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN JARINGAN KOMPUTER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dyah Muawiyah, Budi Utami *, dan Bakti Mulyani. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

BAB III METODE PENELITIAN

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

oleh : YOGI RAHAYU NPM : P

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 2 MARGOREJO PATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1) Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS Alamat Korespondensi: 1) 085642309332, shintametika@gmail.com 2) 08121565696, imamsujadi@ymail.com 3) 08170454728, yemikuswardi@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dan untuk mengetahui peningkatkan interaksi sosial siswa selama mengikuti pembelajaran yang menerapkan model di kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati. Subjek penelitian adalah guru matematika dan siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati. Data yang dikumpulkan pada penelitian adalah data keterlaksaan pembelajaran dan interaksi sosial siswa. Indikator keberhasilan interaksi sosial siswa dalam penelitian ini adalah setiap indikator interaksi sosial siswa dengan kategori tinggi memperoleh pencapaian minimal 70% dari jumlah seluruh siswa. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dilakukan dengan tahapan: Kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi, apersepsi, model pembelajaran, dan pemberian reward kelompok terbaik. Kegiatan inti, guru menyampaikan garis besar materi pembelajaran, mengelompokkan siswa secara heterogen, memberi nomor kepala siswa, membagikan LKS, membimbing dan memotivasi siswa serta mengingatkan durasi waktu, memanggil satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi, memandu kelompok lain dengan nomor yang sama untuk menanggapi dan mengutarakan pendapatnya, menunjuk nomor kepala siswa yang tidak memperhatikan temannya, memberikan konfirmasi jawaban dan memberikan penguatan, menilai hasil diskusi. Kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, memberikan reward kelompok terbaik, menginformasikan materi pelajaran pada pertemuan berikutnya, memberikan PR. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata persentase kategori tinggi pra siklus sebesar 13,2%. Pada siklus I rata-rata persentase mengalami peningkatan sebesar 53,6% menjadi 66,8% dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,8% menjadi 79,6%. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, NHT, interaksi sosial siswa Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 162

PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan aktivitasaktivitas sosialnya yang hanya bisa terjalin apabila terjadi interaksi sosial yang terwujud melalui kontak dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia [6]. Interaksi sosial merupakan syarat umum terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial secara garis besar terbagi atas 5 macam bentuk kegiatan yaitu kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan (conflict), persesuian (accommodation), dan perpaduan (assimilation). Park dan Burgess menyatakan bahwa kerjasama (cooperation) yaitu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan, persaingan (competition) yaitu proses sosial ketika individu atau kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan, pertentangan (conflict) yaitu proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan, persesuian (accommodation) yaitu usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan, dan perpaduan (assimilation) yaitu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individuindividu atau kelompok-kelompok [4]. Matematika sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun, matematika sering dipandang sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan oleh sebagian siswa, sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya berasal dari kemampuan siswa yang kurang, melainkan ada faktor lain yaitu kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan kurang menariknya metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kualitas pendidikan yang rendah dapat disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang kurang efektif, seperti halnya pemilihan metode atau model Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 163

pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, sehingga tidak terjadi ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat pada guru memiliki banyak kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu jarang terjadinya interaksi antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Interaksi sosial siswa adalah interaksi yang berupa aktivitasaktivitas sosial antar siswa maupun antara siswa dan guru berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Interaksi tersebut dapat berupa kegiatan belajar bersama tanpa membeda-bedakan teman, berdiskusi, saling menghargai pendapat teman, berani mengambil keputusan dalam berdiskusi, dan berani bertanya kepada guru. Adanya interaksi siswa yang tinggi dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan terbentuknya keterampilan dan pengetahuan sehingga akan terjadi peningkatan prestasi belajar. Semakin baik interaksi sosial siswa maka semakin baik pula prestasi belajar matematika siswa tersebut [3]. Kegiatan interaksi sosial yang efektif antar siswa akan mempermudah siswa menerima dan mempelajari materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada bulan Agustus 2015 di kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati tahun pelajaran 2015/2016 pada pelajaran matematika, didapat masalah yang berkaitan dengan interaksi sosial siswa di kelas pada pembelajaran matematika. Pada saat pembelajaran matematika berlangsung masih terlihat dominasi guru. Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Siswa di kelas terlihat hanya mencatat penjelasan guru. Masih terdapat siswa yang tidak mendengarkan guru dan bahkan melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran. Siswa jarang bertanya kepada guru maupun sesama siswa ketika belum mengerti tentang materi apa yang disampaikan guru. Saat guru mengajukan pertanyaan, tidak ada siswa yang menjawab jika tidak ditunjuk oleh guru. Saat guru memberikan latihan masih terdapat siswa yang hanya mengandalkan siswa lain sehingga siswa tidak saling berdiskusi melainkan bertanya jawaban dengan siswa lain. Aktifitas dan proses pembelajaran hanya terbatas mengerjakan soal dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan sejauh mana pemahaman mereka mengenai materi yang disampaikan guru. Selain itu, siswa terlihat cenderung pasif. Hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati, peneliti memperoleh informasi bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih menggunakan model pembelajaran langsung dimana pembelajaran masih satu arah yang terpusat pada guru, metode ceramah, dan metode pemberian latihan dan tugas. Salah satu upaya untuk perbaikan proses pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif agar meningkatkan interaksi sosial siswa yang dapat berdampak pula pada hasil belajar siswa. Pembelajaran Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 164

kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa bekerja bersama di dalam kelompokkelompok kecil untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran [5]. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membuat siswa saling berinteraksi adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap pembelajaran konvensional. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT terdiri dari empat fase sebagai sintaks pembelajaran yaitu fase penomoran, fase mengajukan pertanyaan, fase berpikir bersama, dan fase menjawab pertanyaan. Di dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 3-5 siswa secara heterogen dan untuk setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Guru memberikan suatu materi yang sama kepada setiap kelompok yang akan didiskusikan terlebih dahulu pada masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok ini harus siap memaparkan hasil diskusi kelompoknya. Selanjutnya guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mencoba menjawab pertanyaan di hadapan satu kelas, sehingga setiap siswa di dalam kelompoknya akan berusaha memahami dan bertanggung jawab akan hasil diskusi kelompoknya. Sintaks pembelajaran pada model pembelajaran tipe NHT pada fase berpikir bersama dapat mewakili bentuk-bentuk interaksi sosial seperti kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan (conflict), persesuian (accommodation), dan perpaduan (assimilation). Selanjutnya, pada fase menjawab pertanyaan dapat mewakili bentuk-bentuk interaksi sosial seperti pertentangan (conflict), persesuian (accommodation), dan perpaduan (assimilation). Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: mendeskripsikan penerapan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dan untuk mengetahui peningkatkan interaksi sosial siswa selama mengikuti pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati tahun pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu : tahap persiapan yang dilaksanakan mulai Agustus sampai Oktober 2015, tahap pelaksanaan yang dilakukan mulai November 2015 hingga Januari 2016, dan tahap pengolahan data dan penyusunan laporan yang dilakukan mulai bulan Maret hingga Mei 2016. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran dan siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Margorejo Pati tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 25 siswa. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 165

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan tes akhir siklus siswa. Hasil observasi berupa keterlaksanaan proses pembelajaran dan hasil observasi interaksi sosial siswa. Sedangkan hasil tes akhir siklus merupakan data ketuntasan belajar siswa pada materi perbandingan dan himpunan. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan dokumentasi. Metode observasi bertujuan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk mengumpulkan data interaksi sosial siswa pada pembelajaran. Hal-hal yang diamati dalam observasi keterlaksanaan pembelajaran meliputi terlaksana tidaknya langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP untuk meningkatkan interaksi sosial siswa selama proses pembelajaran serta kendala yang dialami dalam pelaksanaan tindakan. Sedangkan untuk observasi interaksi sosial siswa pada pembelajaran, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan siswa dalam melaksanakan setiap indikator interaksi sosial siswa yang diamati selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh enam observer. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, yaitu cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan kepada subjek penelitian. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumendokumen yang telah ada [2]. Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu dan sumber. Triangulasi waktu, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dalam waktu yang berbeda [7]. Dalam penelitian ini, triangulasi waktu dilakukan dengan membandingkan hasil observasi dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada setiap siklusnya. Dari kedua data yang diperoleh dalam waktu yang berbeda kemudian disimpulkan level interaksi sosial dari masing-masing siswa. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari beberapa sumber [7]. Triangulasi sumber disini dengan membandingkan hasil observasi dari enam observer. Data yang didapat dikatakan valid apabila minimal empat orang observer memiliki hasil yang sama. Analisis data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menelaah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menelaah kesesuaian langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang telah direncanakan dalam RPP. Selanjutnya dapat dilihat apakah keterlaksaan pembelajaran yang direncanakan dalam RPP tersebut dapat meningkatkan interaksi sosial siswa Analisis data hasil observasi interaksi sosial siswa dalam pembelajaran akan dianalisis yaitu dengan melihat interaksi sosial setiap siswa. Selanjutnya perhitungan persentase hasil observasi interaksi Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 166

sosial siswa pada setiap pertemuan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: P x = P i1 P i2 100% Keterangan : P x : persentase interaksi sosial pada indikator ke -i P i1 : skor yang dicapai pada indikator ke i P i2 : skor maksimum pada indikator ke i Dalam penelitian ini, interaksi sosial siswa dikategorikan menjadi 3, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan kualifikasi hasil persentase observasi seperti pada Tabel Pedoman Kategori berikut [1]: Persentase Kategori 00,00% p 33,33% Rendah 33,33% p 66,67% 66,67% p 100% Sedang Tinggi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan pra siklus, interaksi sosial saat dilakukan pembelajaran di kelas cenderung rendah. Berdasarkan hasil observasi pra siklus terhadap interaksi sosial siswa, diperoleh persentase rata-rata interaksi sosial siswa dengan kategori tinggi hanya sebesar 13,2%. Dari hasil observasi kegiatan pra siklus, maka dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, rata-rata interaksi sosial siswa pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata interaksi sosial siswa yang didasarkan pada observasi awal. Untuk indikator keaktifan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah sebesar 72%, belajar bersama dalam memahami materi pelajaran dengan anggota kelompok sebesar 72%, kemandirian siswa dalam ulangan harian agar memperoleh nilai maksimal sebesar 64%, motivasi/semangat siswa dalam belajar sebesar 72%, kepedulian siswa terhadap teman yang sedang presentasi sebesar 48%, kesediaan siswa untuk menghargai pendapat teman lain dalam diskusi meskipun pendapatnya berbeda sebesar 72%, kemampuan siswa dalam berkomunikasi sebesar 60%, kesediaan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah sebesar 64%, kesediaan siswa untuk menerima kritik dan saran sebesar 72%, dan kemampuan siswa untuk mengambil keputusan dalam diskusi sebesar 72%. Sehingga diperoleh rata-rata persentase interaksi sosial siswa untuk siklus I sebesar 64,4%. Dalam hal ini rata-rata persentase motivasi belajar siswa untuk siklus I mengalami peningkatan sebesar 51,2% dari rata-rata persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal (pra siklus). Meskipun sudah mengalami peningkatan persentase rata-rata interaksi sosial siswa pada siklus I dibanding pada pra siklus, namun peningkatan tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan peneliti yaitu minimal sebesar 70% dari jumlah seluruh siswa dengan kategori tinggi. Dengan demikian perlu dilakukan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 167

tindakan lanjutan yaitu siklus II dengan melihat refleksi dengan perbaikan tindakan pada pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dari siklus I. Berdasarkan hasil observasi interaksi sosial pada siklus II, diperoleh data untuk setiap indikator, yaitu dengan indikator keaktifan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah sebesar 76%, belajar bersama dalam memahami materi pelajaran dengan anggota kelompok sebesar 80%, kemandirian siswa dalam ulangan harian agar memperoleh nilai maksimal sebesar 72%, motivasi/semangat siswa dalam belajar sebesar 80%, kepedulian siswa terhadap teman yang sedang presentasi sebesar 72%, kesediaan siswa untuk menghargai pendapat teman lain dalam diskusi meskipun pendapatnya berbeda sebesar 84%, kemampuan siswa dalam berkomunikasi sebesar 80%, kesediaan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah sebesar 76%, kesediaan siswa untuk menerima kritik dan saran sebesar 92%, dan kemampuan siswa untuk mengambil keputusan dalam diskusi sebesar 84%. Sehingga diperoleh persentase rata-rata interaksi sosial siswa untuk siklus II sebesar 79,6%. Dalam hal ini persentase rata-rata interaksi sosial siswa untuk siklus II dengan kategori tinggi mengalami peningkatan sebesar 15,2% dari persentase rata-rata interaksi sosial siswa pada siklus I dan jika dibandingkan dengan pra siklus meningkat sebesar 66,4%. Untuk hasil belajar siswa setelah diterapkan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa diperoleh hasil yang positif yaitu, pada siklus I diperoleh persentase siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan KKM mencapai 40% atau meningkat 38% dari capaian nilai pra siklus yang hanya sebesar 8% dari jumlah siswa, sedangkan persentase siswa yang memiliki nilai di bawah KKM mencapai 60%. Sementara untuk hasil tes pada siklus II, persentase siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan KKM mencapai 72% atau meningkat 32% dari nilai saat siklus I, sedangkan untuk persentase siswa yang memiliki nilai di bawah KKM sebesar 28% dari jumlah siswa. Dengan demikian, diperoleh pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dilakukan dengan tahapan: 1) Kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, memberikan apersepsi terkait materi yang akan dipelajari, menginformasikan model pembelajaran sebagai kegiatan pembelajaran, dan menginformasikan pemberian reward bagi kelompok terbaik. 2) Kegiatan inti, guru menyampaikan garis besar mengenai materi pembelajaran, guru mengelompokkan siswa (5 siswa) secara heterogen dengan pembagian kelompok yang berbeda pada tiap siklusnya, guru memberikan nomor kepala kepada masing-masing siswa dalam suatu kelompok, guru membagikan LKS, guru membimbing siswa dan memotivasi Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 168

siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya serta mengingatkan durasi waktu dalam berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru memandu kelompok lain dengan nomor yang sama untuk menanggapi dan mengutarakan pendapatnya, guru menunjuk nomor kepala siswa yang tidak memperhatikan temannya untuk menanggapi dan mengutarakan pendapatnya, guru memberikan konfirmasi apabila terdapat jawaban yang salah dan memberikan penguatan terhadap hasil diskusi siswa, guru menilai hasil diskusi kelompok. 3) Kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik, guru menginformasikan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, guru memberikan pekerjaan rumah. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model sebagai upaya untuk meningkatkan interaksi sosial siswa diperoleh: 1) Proses pembelajaran dengan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa pada pembelajaran matematika adalah dengan langkah sebagai berikut: pelaksanaan pembelajaran menggunakan model yang dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dilakukan dengan tahapan: 1) Kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, memberikan apersepsi terkait materi yang akan dipelajari, menginformasikan model pembelajaran sebagai kegiatan pembelajaran, dan menginformasikan pemberian reward bagi kelompok terbaik. 2) Kegiatan inti, guru menyampaikan garis besar mengenai materi pembelajaran, guru mengelompokkan siswa (5 siswa) secara heterogen dengan pembagian kelompok yang berbeda pada tiap siklusnya, masing-masing siswa dalam suatu kelompok diberi nomor kepala, siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dari guru, guru membimbing siswa dan memotivasi siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya serta mengingatkan durasi waktu dalam berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru memandu kelompok lain dengan nomor yang sama untuk menanggapi dan mengutarakan pendapatnya, guru menunjuk nomor kepala siswa yang tidak memperhatikan temannya untuk menanggapi dan mengutarakan pendapatnya, guru memberikan konfirmasi apabila terdapat jawaban yang salah dan memberikan penguatan terhadap hasil diskusi siswa, guru menilai hasil diskusi kelompok. 3) Kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik, guru menginformasikan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, guru memberikan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 169

pekerjaan rumah. 2) Berdasarkan hasil observasi interaksi sosial siswa pada pembelajaran matematika, ratarata persentase interaksi sosial siswa dengan kategori tinggi sebesar 13,2%. Kemudian setelah dilakukan tindakan siklus I, meningkat sebesar 53,6% yakni diperoleh rata-rata persentase interaksi sosial siswa dengan kategori tinggi pada siklus I sebesar 66,8% dan pada siklus II meningkat sebesar 66,4% dari pra siklus yakni diperoleh rata-rata persentase interaksi sosial siswa dengan kategori tinggi pada siklus II sebesar 79,6%. Saran terhadap penelitian ini adalah: (1) Kepada Guru, model yang digunakan perlu dikembangkan yaitu guru memperbanyak pertanyaan apersepsi agar lebih banyak siswa yang berkesempatan aktif menjawab pertanyaan guru dan memberikan kesempatan siswa yang berdiam diri untuk menjawab pertanyaan dengan cara guru menunjuk siswa tersebut. Guru menginformasikan bahwa akan ada penghargaan kepada kelompok teraktif dan terbaik dalam proses pembelajaran berlangsung agar siswa bersemangat dalam pembelajaran, Guru hendaknya selalu membagi kelompok secara heterogen setiap kali membentuk kelompok belajar, Guru hendaknya memotivasi siswa agar aktif dalam berdiskusi kelompok agar siswa bersedia berdiskusi tanpa memandang status sosial. Guru meminta siswa yang tidak memperhatikan siswa lain yang presentasi untuk memberikan pendapat atau pertanyaan, dan guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi sejelas-jelasnya agar siswa lebih mengerti.(2) Kepada Siswa, siswa hendaknya mempertahankan dan meningkatkan interaksi sosial yang telah dicapainya dalam proses pembelajaran, seperti meningkatkan semangat dalam belajar bersama temannya, meningkatkan kemampuan berdiskusi, peduli terhadap teman yang sedang presentasi, dan meningkatkan kemandirian siswa dalam ulangan harian. (3) Kepada Sekolah, Sekolah hendaknya memberikan sosialisasi kepada guru terutama tentang model, sehingga guru mempunyai gambaran dan mengetahui langkah pembelajarannya sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi sosial siswa yang akan berdampak terhadap ketuntasan belajar siswa. (4) Kepada peneliti lain, peneliti lain yang tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan dalam penelitian ini. Disarankan untuk dapat menggunakan model ini dengan sudut pandang peninjauan yang berbeda seperti meningkatkan interaksi sosial antara siswa dan guru DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian pendidikan. Surakarta: UNS Press. [3] Hermawan, Didik. (2008). Pengaruh Interaksi Sosial Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 170

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV Damar Wulan I Kepung Kediri. Diperoleh 10 Oktober 2015 dari http://www.pustakaskripsi.com/p engaruh-interaksi-sosialterhadap-prestasi-belajarmatematika-1459.html [4] Santoso, Slamet. (2006). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Antariksa. [5] Slavin,R.E. (2014). Cooperative Learning and Academic Achievement: Why Does Groupwork Work?. International Journal of University of York, England. Vol 30.785-791. [6] Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. [7] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 171