BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB III. METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

HUBUNGAN ANTARA USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KADAR KOLESTEROL PENDERITA OBESITAS RSUD ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 4 HASIL. 24 Universitas Indonesia. Hubungan kadar..., Krishna Pandu W., FK UI., 2009

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa

BAB I PENDAHULUAN. fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dengan mengambil sampel dari pasien hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Panjatan 1, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Setelah melewati tahap inluksi dan eksklusi, diperoleh sampel penelitian diperoleh sebanyak 92 sampel, dimana jumlah ini telah memenuhi besar sampel minimal yang dibutuhkan yakni sebanyak 92 sampel. Jenis Kelamin 58; 63% 34; 37% Laki-laki Perempuan : Gambar 7. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 7 menunjukkan bahwa dari 92 sampel yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan di Puskemas Panjatan 1, sampel terdiri dari 34 orang laki-laki (37%) dan 58 perempuan (63%). 41

42 Usia 1; 1% 3; 3% 63; 69% 25; 27% 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun Gambar 8. Distribusi responden berdasarkan usia Berdasarkan usia responden pada gambar 8, terlihat bahwa dari 92 pasien hipertensi sebagian besar berusia diantara 51-60 tahun, yakni sebanyak 63 orang (69%). Tekanan Darah 41; 45% Hipertensi stage 1 51; 55% Hipertensi stage 2 Gambar 9. Distribusi responden berdasarkan tekanan darah Selanjutnya, dari gambar 9, terlihat bahwa pasien yang memiliki tekanan darah yang tergolong dalam klasifikasi hipertensi stage 1 berjumlah 41 orang (45%) dan pasien yang bertekanan darah hipertensi stage 2 sebanyak 51 orang (55%).

43 Golongan Darah 46; 50% 16; 17% 20; 22% A B AB 10; 11% O Gambar 10. Distribusi golongan darah pada pasien hipertensi Sedangkan, berdasarkan jenis golongan darah ABO terlihat bahwa pasien hipertensi yang memiliki golongan darah A sebanyak 16 orang (17%) dan pasien dengan golongan darah B sebanyak 20 orang (22%). Sedangkan, pasien yang mempunyai golongan darah AB sebanyak 10 orang (11%) dan golongan darah O berjumlah 46 orang (50%). Kadar Kolesterol Total Darah 35; 38% 11; 12% 46; 50% < 200 200-239 240 Gambar 11. Distribusi kadar kolesterol total pada pasien hipertensi Berdasarkan kadar kolesterol total darahnya, dari 92 pasien hipertensi yang berpartisipasi dalam penelitian didapatkan terdapat 46 orang (50%) yang

44 memiliki kadar kolesterol total darah optimal (< 200 mg/dl) dan 35 orang (38%) dengan kadar kolesterol total diinginkan (200-239 mg/dl). Sedangkan pasien yang memiliki kadar kolesterol total yang tergolong tinggi ( 240 mg/dl) berjumlah 11 orang (12%). 4.1.2. Hubungan Golongan Darah Non-O dan O dengan Kadar Kolesterol Total pada Pasien Hipertensi Data penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini adalah golongan darah ABO dan kadar kolesterol total. Hubungan antara golongan darah non-o dan O dengan kadar kolesterol total darah dapat dianalisis dengan menggunakan uji T tidak berpasangan, dengan syarat distribusi data normal. Apabila distribusi data tidak normal, maka uji alternatif yang dipilih yakni uji Mann Whitney. Sebelum dilakukan uji statistik, maka data harus dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data. Pengujian distribusi data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tabel 9. Uji Kolmogorov-Smirnov pada variabel golongan darah dan kadar kolesterol total Kadar Total Kolesterol Kolmogorov-Smirnov p Golongan Darah non-o 0,200 Golongan Darah O 0,200 Pada kedua variabel didapatkan nilai p = 0,200 (p>0,05), artinya distribusi data pada masing-masing variabel sama sehingga dapat dilakukan uji statistik parametrik yaitu uji T tidak berpasangan. Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis dengan uji T tidak berpasangan. Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh tabel berikut Tabel 10. Hasil Uji T tidak berpasangan antara golongan darah dan kolesterol Golongan non O Golongan O darah darah n Rerata ± SB Perbedaan Rerata p (IK 95 %) 46 211,3 ± 27,9 19,84 (6,84-32,8) 0,003 46 191, 4 ± 34,4

45 Setelah dilakukan uji T tidak berpasangan, hasilnya didapatkan p = 0,003 Oleh karena nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara golongan darah ABO dengan kadar kolesterol total pada pasien hipertensi. Terdapat perbedaan rata-rata kadar kolesterol total darah yang bermakna antara penderita hipertensi yang bergolongan darah non-o dengan golongan darah O, dimana kadar kolesterol pada penderita hipertensi yang bergolongan darah non-o lebih tinggi dibandingkan dengan golongan darah O. Hal ini diperkuat dengan mean kelompok golongan darah non-o sebesar 211,3 mg/dl dan kelompok golongan darah O sebesar 191,4 mg/ dl. 4.2. Pembahasan Penelitian ini membahas tentang hubungan antara golongan darah ABO dengan kadar kolesterol total darah pada pasien hipertensi. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada penderita hipertensi di Puskesmas Panjatan 1 sebagian besar berusia antara 51-60 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Karakteristik ini sesuai dengan faktor-fakor resiko dalam terjadinya hipertensi. Usia merupakan salah satu faktor yang penting dalam terjadinya hipertensi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan mengalami peningkatan. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mulai mengalami penebalan akibat adanya penumpukan kolagen pada lapisan otot, sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer. Selain itu, terjadi penurunan sensitivitas pada refleks baroreseptor, yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Kedua hal inilah yang kemudian akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang sejalan dengan bertambahnya usia (Kumar et al., 2003). Selain usia, menurut Reckelhoff (2001) faktor jenis kelamin juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Sebelum memasuki menopaus, prevalensi hipertensi antara laki-laki dan perempuan sama. Akan tetapi, setelah menopaus perempuan lebih sering mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan setelah memasuki usia menopaus, wanita mengalami penurunan yang signifikan pada kadar estrogennya, namun hormon androgennya hanya sedikit mengalami penurunan. Akibat adanya ketidakseimbangan ini, mengakibatkan adanya peningkatan tekanan darah melaui aktivasi sistem Renin Angiotensin

46 Aldosteron (RAA) yang akan meningkatkan substansi vasokonstriktor dan menurunkan sintesis NO di dalam endotel. Selanjutnya, setelah dianalisis secara statistik, hasil yang diperoleh pada penelitian ini yakni terdapat hubungan antara golongan darah ABO dengan kadar kolesterol total pada penderita hipertensi. Terdapat adanya perbedaan rata-rata kadar kolesterol total darah yang bermakna antara penderita hipertensi yang bergolongan darah non-o dengan golongan darah O, dengan nilai p = 0,003 (p<0,05). Golongan darah non-o memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan darah O. Hal ini diperkuat dengan rata-rata kadar koelsterol total pada kelompok golongan darah non-o sebesar 211,3 mg/dl dan kelompok golongan darah O sebesar 191,4 mg/ dl. Adanya hubungan antara golongan darah ABO dan kadar kolesterol total darah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh El-sayed & Amin (2015). Penelitian ini mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara golongan darah dengan kadar kolesterol total, dengan nilai p = 0,00 (p<0,05). Adanya hubungan ini disebabkan gen yang mengatur keseimbangan kolesterol, yakni ATP-binding cassette 2 (ABCA2) dan gen yang bertanggungjawab terhadap golongan darah ABO, terletak pada kromosom yang sama, yakni kromosom 9, lokus 9p34. Sehingga, golongan darah ABO mungkin terlibat dalam pengaturan kadar kolesterol total darah. Hubungan ini diperkuat dengan hasil yang diperoleh dari Genome-Wide Association Studies (GWAS) yang menunjukkan keterkaitan antara Single Nucleotide Polymorphism (SNP) dalam golongan darah ABO dengan kadar kolesterol total dan LDL yang merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis. Diantara golongan darah lainnya, golongan darah O memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah. SNP rs657152 yang terdapat di alel O, menyebabkan golongan darah O memiliki kandungan kolesterol, yakni kompasterol yang lebih rendah (Zhang et al., 2012). Hasil yang menunjukkan adanya rata-rata kadar kolesterol total darah yang lebih tinggi pada golongan darah non-o pada penelitian ini sesuai dengan penelitian serupa yang telah dilakukan di berbagai tempat di mancanegara. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2013) yang melakukan penelitian

47 terhadapat 6476 orang, di Guangzhou, China didapatkan bahwa terdapat perbedaan statistik yang bermakna pada kadar kolesterol total dan LDL di subyek yang memiliki golongan darah non-o dan O, dengan p = 0,0012. Subyek dengan golongan non-o memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi (rata-rata = 4,931 mmol/l) dibandingkan dengan subyek yang memiliki golongan darah O (rata-rata = 4,778 mmol/l). Penelitian yang dilakukan oleh Girgla et al. (2011) yang dilakukan di India Utara dengan melibatkan 896 subyek yang berusia 24-67 tahun juga memperoleh hasil yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut, didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol total populasi dengan golongan darah O dan golongan darah A, B, dan AB, dengan nilai p<0,001. Hasil dari penelitian ini yakni golongan darah non-o memiliki kadar kolesterol total yang lebih tinggi dibandingkan golongan darah O. Rata-rata kadar kolesterol pada golongan darah A, B dan AB secara berurutan yakni 223,97 mg/dl, 204,84 mg/dl, dan 217,84 mg/dl. Sementara, untuk golongan darah O, rata-ratanya sebesar 190,70 mg/dl. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Klop et al. (2013) perbedaan dari kadar kolesterol total pada golongan darah ABO terkait dengan adanya ery-apob yang terdapat dalam setiap jenis golongan darah. Konsentrasi ery-apob pada kelompok yang bergolongan darah O lebih besar dua kali dibandingkan dengan golongan darah non-o. Eritrosit akan mengikat ApoB yang terdapat pada lipoprotein dan Apo B yang sudah berikatan dengan eritrosit menjadi kurang reaktif terhadap endotel, sehingga efek aterogeniknya menjadi berkurang. Selain itu, ery-apob juga berperan dalam jalur reverse cholesterol transport, yang akan mengurangi jumlah kolesterol yang ada di darah. Oleh karena itu, akibat golongan darah non-o yang memiliki konsentrasi ery-apob yang lebih rendah maka populasi ini akan memiliki kadar kolesterol total pada lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang bergolongan darah O. Penelitian yang dilakukan oleh Wazirali et al. (2005) mendapatkan hasil bahwa di antara golongan darah non-o, yang memiliki kadar kolesterol total tertinggi yakni golongan darah A. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hiperkolesterolemia dengan golongan

48 darah A dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Kapoor et al. (2012) juga mendapatkan hasil yang serupa. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara golongan darah A, B dan AB dengan kadar kolesterol total darah. Nilai r untuk golongan darah A = 0,52, golongan darah B = 0,46 dan golongan darah AB = 0,28. Menurut Kapoor et al. (2012), adanya perbedaan kadar kolesterol pada masing-masing golongan darah dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh kandungan enzim alkalin fosfatase. Enzim alkalin fosfatase adalah enzim yang dihasilkan oleh usus halus yang fungsi utamanya yakni memecah lipid dalam makanan dan kolesterol ester, sehingga akan menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Penderita hipertensi dengan golongan darah A, mempunyai antigen khusus di permukaan eritrositnya yang menyebabkan rendahnya kadar enzim alkalin fosfatase pada penderita hipertensi yang bergolongan darah A. Hal ini mengakibatkan pasien dengan golongan darah A memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan darah lain. 4.3. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain studi cross sectional, sehingga tidak dapat menentukan hubungan temporal sebab akibat antara golongan darah ABO dengan tingginya kadar kolesterol, tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit dan tidak dapat menentukan prognosis dari subyek yang diteliti 2. Minimalnya jumlah subyek penelitian pada variabel non-o sehingga kurang menggambarkan faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian hipertensi 3. Data mengenai riwayat penyakit dahulu hanya diperoleh dari hasil anamnesis, sehingga hanya mengandalkan ingatan pasien 4. Penelitian ini hanya meneliti tentang pengaruh golongan darah ABO dengan kadar kolesterol total sehingga tidak bisa mengetahui secara rinci tentang pengaruhnya terhadap profil lipid lainnya seperti trigliserida, LDL dan HDL di dalam darah.