EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM PENGGUNAAN PLASTIK BERBAYAR PADA USAHA RITEL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor

KEBIJAKAN KANTONG BELANJA PLASTIK TIDAK GRATIS

WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR. A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari seperti plastik pembungkus permen, makanan, botol air minum, sampo, detergent, kantong plastik untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keunggulan dan manfaatnya masing-masing. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat menjadi lebih peduli terhadap produk-produk yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri otomotif semakin menunjukan peningkatan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PROPOSAL PENELITIAN HIBAH INSTITUSI MENGGUNAKAN SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survey. Suharto (2003: 99) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini.

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini merupakan penyajian data hasil wawancara yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP SISKA DI IBI DARMAJAYA

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal

BAB I PENDAHULUAN. ini menyatakan telah terjadi pemanasan udara secara global. Kondisi ini

ALFAMART WASTE MANAGEMENT PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keefisienan dan efektifitas dalam melakukan setiap pekerjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. penjual dan pembeli harus saling bertemu atau bertatap muka pada suatu tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengherankan jika suatu badan usaha swasta maupun pemerintah berlombalomba

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Pemanfaatan Bungkus Makanan Ringan sebagai Bahan Pembuatan Tas

2015 PENERAPAN JAJANAN SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK

LAPORAN AKHIR PKM-K. Disusun oleh:

BAB III METODE PENELITIAN. Kota Palangka Raya Adalah selama 8 bulan setelah peneliti mendapat

Definisi dan Hubungan

GAMBAR 1.1 PRODUK PT. COCA COLA Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan data, mempercepat dan mensistematisasi pengolahan data dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagic

BAB I PENDAHULUAN. Situ merupakan sumber mata air alami yang berada di daratan yang memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia dan keturunannya. Bukti-bukti yang ditunjukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Penerapan Digital Signature pada Dunia Internet

BAB V PEMBAHSAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Q1 ( Apakah konsumen pernah mendengar istilah Green Product ) Pernyataan Frekuensi % Pernah 61 61% Belum Pernah 39 39% Total %

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. empat variabel independen (produk ramah lingkungan, atribut merek hijau,

STMIK MDP ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PENGGUNAAN SMS PADA PT. WAHANA SEMESTA PALEMBANG (STUDI KASUS PADA BAGIAN IKLAN)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangunan.berbagai penanganan menumpuknya sampah di Indonesia dapat

Kata kunci : Evaluasi, Pekerja Anak, Putus Sekolah, Efektif dan Efisien

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Teknologi informasi yang kini hampir digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan kompleksnya aktivitas-aktivitas yang dilakukan sehingga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini, penulis akan membeberkan kesimpulan-kesimpulan yang penulis

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan iklan mulai merambah ke media televisi sekitar awal tahun 1950-an. Saat itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Chlorofluorocarbon). CFC inilah yang merusak lapisan ozon, memungkinkan sinar ultraviolet yang membahayakan menembus bumi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengatur laju inflasi, mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi, dan lain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

POPOK KAIN MENGURANGI BEBAN BUMI

BAB I PENDAHULUAN. buah-buahan dan sayur-sayuran adalah cara yang baik dalam mewujudkan gaya

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMAKSIMALAN FUNGSI UTAMA RETAILING ALFAMART MINI MARKET DI BANDAR LAMPUNG. Herlina

TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Interview Guide

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan untuk pengusaha guna mempertahankan kontinuitas

BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dicetuskan oleh adanya kekhawatiran terjadinya bencana yang mengancam

BAB I PENDAHULUAN. metode transaksi yang di lakukan secara online mulai berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

Transkripsi:

EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM PENGGUNAAN PLASTIK BERBAYAR PADA USAHA RITEL DI KOTA BANDAR LAMPUNG Andri Winata* 1, Betty Magdalena 2 1,2 Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, Jl. Z.A. Pagar Alam No. 93, Bandar Lampung Telp. (0721) 787214 Fax (0721) 700261 Program Studi Manajemen, IIB Darmajaya, Bandar Lampung E-mail : winata_andri@yahoo.com 1, bettymagdalena@gmail.com 2 Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas implementasi program plastik berbayar yang merupakan kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan plastik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengukuran efektivitas program dilakukan dengan membandingkan pencapaian sasaran outcome program dengan tujuan. Indikator output dan outcome program digunakan untuk mengukur efektivitas implementasi program.pendekatan metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. lokasi penelitian di Kota Bandar lampung. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah hasil kuisioner, observasi lapangan, wawancara dengan informan terpilih dan dokumen yang terkait dengan kegiatan program. Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan survey secara langsung pada Konsumen Usaha Ritel yang akan dijadikan objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang lengkap dan akurat yang berguna bagi penelitian.berdasarkan hasil survey sebanyak 86% Responden konsumen toko retail sudah mengetahui mengenai kebijakan pemerintah mengenai plastic berbayar, tetapi masih ada sekitar 12 responden yang tidak mengetahui mengenai kebijakan ini. Menurut peneliti kebijakan ini sudah diketahui cukup luas oleh sebebagian besar konsumen toko retail. konsumen yang setuju terhadap pengurangan penggunaan plastik hanya sekitar 58%, sisanya masih berkemungkinan menggunakan plastic dalam membawa barang belanjaannya. Responden yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 21% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 70% tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali. Hal ini menambah keyakinan peneliti bahwa rata-rata konsumen berkeberatan untuk membawa kantong belanja sendiri. Keefektifan program ini juga diragukan karena penyebab konsumen tidak mendukung kebijakan pemerintah ini dikarenakan keharusan membayar Rp.200 per kantong plastic, bukan karena tidak setuju dengan Pelestarian lingkungan. Kata kunci Evaluasi, Efektivitas, Kebijakan Program Plastik Berbayar 21

1. PENDAHULUAN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada hari Peduli Sampah tanggal 21 Februari 2016, mengeluarkan uji coba di Indonesia dengan mengeluarkan surat edaran nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar ( SE 1230/2016 ). Diperuntukan bagi konsumen yang berbelanja di toko ritel. Program ini bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar mau menggunakan kantong belanja yang dapat digunakan berulang-ulang, sehingga jumlah kantong plastik yang berakhir menjadi sampah berkurang hal ini juga akan berdampak baik bagi lingkungan, karena sifat sampah plastik sulit untuk terurai sangat berbahaya terhadap kelesartarian lingkungan.adanya kebijakan penggunaan kantong plastik berbayar pada dasarnya berpegang pada prinsip polluter pays yang berarti bahwa mereka yang menyebabkan pencemaran harus menanggung beban biaya sesuai dengan besaran pencemaran yang ditimbulkan. Tujuan utama prinsip polluter pays adalah perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Karena itu, kesungguhan dan kontinuitas pemerintah dalam menerapkan program kantong plastik berbayar ini amat diperlukan. Peta jalan dan kelengkapan aturan harus disiapkan. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengevaluasi efektifitas dari implementasi Program Plastik berbayar ini dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya setelah berjalan 1 tahun dari pelaksanaannya. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang valid kepada pembuat kebijakan, apakah program plastik berbayar ini dapat diteruskan, dilakukan revisi ulang atau harus dihentikan khususnya di Kota Bandar Lampung. Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimanakah Efektivitas Implementasi Program Plastik Berbayar berdasarkan kebijakan pemerintah yang diterapkan di perusahaan ritel di Kota Bandar lampung?, (2) Apa faktor-faktor yang 22

mempengaruhi Efektivitas Implementasi Program plastik berbayar, apabila ditinjau dari kegiatan output program dan outcome program? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui: (1) Efektivitas Implementasi Program Plastik Berbayar berdasarkan kebijakan pemerintah yang diterapkan di perusahaan ritel di Kota Bandar lampung, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Implementasi Program plastik berbayar, apabila ditinjau dari kegiatan output program dan outcome program Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengusaha ritel dan konsumen terkait tujuan penerapan program plastik berbayar di Kota Bandar Lampung. Serta dapat mambantu pemerintah menyukseskan apa yang menjadi tujuan dari program ini. 2. METODE PENELITIAN Model evaluasi sebagai strategi atau pedoman kerja yang digunakan, yaitu: Analisis data dengan metode kualitatif deskriptif tentang aspek yang diukur dalam evaluasi dengan cara analisis selama pengumpulan data dan analisis setelah data terkumpul. Analisis selama pengumpulan data meliputi: mengembangkan catatan lapangan, mengkategorikan data, memberi kode pada data, memasukkan data ke dalam format analisis, dan mengembangkan pertanyaan untuk mengumpulkan data selanjutnya. Sedangkan analisis setelah data terkumpul meliputi mengumpulkan dan memberi nomor secara kronologis sesuai dengan waktu pengumpulan data, meneliti ulang data dan mengelompokkannya dalam satu format kategori dan klasifikasi data sesuai dengan kodenya, memaparkan data yang telah dianalisis sesuai dengan komponen model evaluasi, dan penarikan beberapa simpulan. Penarikan kesimpulan diambil setelah membandingkan data yang telah dianalisis dengan kriteria evaluasi. 23

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data dari kuisioner didapatkan hasil, sebagai berikut: 200 150 100 50 0 Usia <20 Tahun 20 Thn s.d 29 Thn 30 Thn s.d 39 Thn >39 Tahun Gambar 3.1. Grafik Usia Responden 150 100 50 0 Pekerjaan Pegawain Negeri/BUMN Pegawai Swasta/Karyawan TNI/Polri Ibu Rumah Tangga Lainnya Gambar 3.2. Grafik Pekerjaan Responden 200 150 100 50 2 s.d 2.9 Jt 3 s.d 3.9 Jt 4 s.d 5.9 Jt >5.9 Jt 0 Penghasilan Gambar 3.3. Penghasilan per bulan Responden 24

150 100 50 1.s.d 2 Kali 3 s.d 4 Kali 5 s.d 6 Kali > 6 Kali 0 Berbelanja Gambar 3.4. Sebulan berbelanja ke Toko Ritel Berdasarkan hasil survei sebanyak 86% responden konsumen toko retail sudah mengetahui mengenai kebijakan pemerintah mengenai plastic berbayar, tetapi masih ada sekitar 12 responden yang tidak mengetahui mengenai kebijakan ini dan 2% ragu-ragu mengenai informasi kebijakan pemerintah ini. Menurut peneliti kebijakan ini sudah diketahui cukup luas oleh sebebagian besar konsumen toko retail. Berdasarkan hasil survei sebanyak 49% responden mengetahui informasi ini melalui media Televisi, Koran, Radio, sebanyak 17% melalui media social, 30% melalu kasir pada saat berbelanja dan 4% lainnya mengetahui informasi tersebut melalui teman, banner dan struk belanja. Menurut peneliti bahwa media televisi dan kasir cukup efektif sebagai media penyebaran informasi mengenai kebijakan pemerintah ini agar dapat disosialisasikan lebih baik lagi dengan mengoptimalkan penggunaan media informasi tersebut. Yang menarik peneliti, jumlah responden yang setuju dan tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah tersebut ternyata hampir sama, hanya selisih sekitar 1% lebih banyak sedikit yang tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah tersebut, dan masih ada 6% yang raguragu terhadap kebijakan pemerintah tersebut. Beberapa alasan yang diberikan oleh responden yang setuju adalah 1. Dapat mengurangi sampah plastik, 2. Menjaga keindahan lingkungan dari sampah plastik/ramah lingkungan 25

3. Efisiensi sumber daya alam 4. Jika alokasi biaya yag dibebankan ke konsumen benar 5. Mengatasi masalah limbah plastic 6. Mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga lingkungan 7. Karena bisa menekan angka penggunaan plastic sehingga dapat mengurangi limbah plastik 8. Mengurangi pemanasan global 9. Mengurangi penggunaan plastik 10. Mengurangi ketergantungan terhadap plastik 11. Mendukung Go Green 12. Mencegah budaya konsumtif terhadap plastik Beberapa alasan yang diberikan oleh responden yang tidak setuju adalah 1. Tidak harus bayar plastic karena itu tanggung jawab Toko 2. Alokasi dana belum jelas 3. Plastik merupakan servis untuk pelanggan/konsumen 4. Plastik merupakan fasilitas saat berbelanja seharusnya gratis 5. Seharusnya dibebankan pada pengusaha retail bukan konsumen 6. menambah biaya dan pengeluaran rumah tangga konsumen 7. Tidak efektif 8. Plastik merupaka kebutuhan konsumen 9. Tidak menyelesaikan substansi masalah 10. Tidak sesuai harapan 11. Berbelanja menjadi lebih mahal 12. Lebih baik kantong belanja diganti dengan bahan non plastic (mis:kertas) 13. Mengkhawatirkan pemerintah mengambil keuntungan 14. Tidak terlalu bermanfaat 26

15. Berbelanja di warung kecil saja plastik gratis, mengapa di took retail yang sarat keuntungan (besar) plastik harus bayar 16. Tidak efektif karena dengan membebankan pada konsumen tetap saja tidak mengurangi penggunaan plastik, harusnya solusi penggunaan kantong ramah lingkungan/mudah terurai. 17. Tidak mengurangi jumlah plastik 18. Untuk sampah saja bayar (plastik) kecuali diganti dengan kantong kertas baru wajar membayar 19. Tidak etis Beberapa alasan yang diberikan oleh responden yang ragu-ragu adalah 1. Menimbang antara manfaat yang ditimbulkan 2. Belum semua toko menerapkan peraturan tersebut 3. Sasaran kebijakan tersebut tidak efektif 4. Kalau berhasil mengurangi sampah mungkin setuju 5. Meragukan berpengaruh atau tidak terhadap pengurangan penggunaan plastic 6. Meragukan dikemanakan uang pembelian plastik Responden yang setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 58% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 34% walaupun setuju dengan kebijakan ini tetapi tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 8% yang ragu-ragu. Menurut peneliti keefektifan konsumen yang setuju yang akan berdampak terhadap pengurangan penggunaan plastik hanya sekitar 58%, sisanya masih berkemungkinan menggunakan plastic dalam membawa barang belanjaannya. Responden yang setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 74% setuju untuk membayar Rp.200 per kantong plastik%, walaupun setuju dengan kebijakan ini. 21% tidak setuju untuk membayar Rp.200, dan masih ada 5% yang ragu-ragu.menurut peneliti keefektifan 27

program ini juga diragukan karena 74% responden yang setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga bersedia untuk membayar Rp.200 per kantong plastic, sehingga tujuan kebijakan untuk mengurangi plastic menjadi kurang efektif. A. Pendapat responden yang tidak setuju dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut menjawab Responden yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 21% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 70% tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 9% yang ragu-ragu. Hal ini menambah keyakinan peneliti bahwa rata-rata konsumen berkeberatan untuk membawa kantong belanja sendiri, karena hal ini merepotkan bagi mereka. Responden yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah ini 9% setuju untuk membayar Rp.200 per kantong plastic, 86% tidak setuju untuk membayar Rp.200, dan masih ada 5% yang ragu-ragu.menurut peneliti keefektifan program ini juga diragukan karena penyebab konsumen tidak mendukung kebijakan pemerintah ini dikarenakan keharusan membayar Rp.200 per kantong plastic, bukan karena tidak setuju dengan kelestarian lingkungan, sehingga harusnya ada win win solution yang bisa ditawarkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan go green dalam pengurangan penggunaan limbah plastic yang bisa berdampak buruk bagi lingkungan. B. Pendapat responden yang Ragu-Ragu dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut menjawab Responden yang ragu-ragu dengan kebijakan pemerintah ini juga 21% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 21% tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 14% yang ragu-ragu. Hal ini 28

menarik menurut peneliti karena dari responden yang ragu ragu 50% berkemungkinan untuk setuju dengan kebijakan ini dan 50% tidak setuju dengan kebijakan ini. Responden yang ragu-ragu dengan kebijakan pemerintah ini 37.5% setuju untuk membayar Rp.200 per kantong plastic, 37.5% tidak setuju untuk membayar Rp.200, dan masih ada 25% yang ragu-ragu. Hal ini menarik menurut peneliti karena dari responden yang ragu ragu 50% berkemungkinan untuk setuju dengan kebijakan untuk membayar Rp. 200 per kantong plastic ini dan 50% tidak setuju dengan kebijakan ini. Beberapa alasan yang diberikan responden yang setuju untuk membawa kantong belanja sendiri diantaranya: 1. Mengurangi sampah plastic 2. Go Green dan lingkungan menjadi sehat 3. Lebih hemat 4. Efisien, agar tidak bayar plastic 5. Lebih mudah, dan dapat digunakan berulang-ulang 6. Mengurangi penggunaan plastic 7. Membantu dalam penanganan masalah sampah plastic yang semakin meningkat 8. Dengan membawa kantong belanja sendiri dapat melatih diri kita menjadi pribadi yang perduli dengan keberlanjutan kebersihan lingkungan Beberapa alasan yang diberikan responden yang tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri diantaranya: 1. terlalu merepotkan 2. tidak praktis 3. Kurang efektif 4. Sering terlupa untuk membawa 5. Berbelanja sering tidak terjadwal, sehingga tidak selalu membawa kantong belanja 29

6. Aneh, belum terbiasa Beberapa alasan yang diberikan responden yang setuju membayar Rp.200,- perkantong plastik diantaranya: 1. Masih tergolong murah 2. Tidak terlalu mahal/sangat terjangkau 3. Tidak terlalu membebani 4. Solusi sehingga konsumen berfikir ulang untuk menggunakan plastic 5. Agar konsumen sadar dengan lingkungan 6. Karena terpaksa harus bayar 7. Dengan membayar kantong plastic warga kelas menengah akan berfikir dua kali untuk membeli kantong plastic, sehingga mereka akan membawa kantong belanja sendiri, berdasarkan pengalaman yang saya liat dilingkungan ibu-ibu daerah rumah saya 8. Menambah keuntungan penjual 9. Karena sekarang serba mahal, jadi plastic pun perlu diperhitungkan 10. Agar konsumen dapat membawa kantong belanja sendiri 11. Saya mampu untuk membayar 12. Karena upaya tersebut merupakan suatu upaya dapat mengingatkan masyarakat untuk menjaga lingkungan 13. Karena dengan biaya tersebut, kita tidak perlu ribet untuk membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja Beberapa alasan yang diberikan responden yang tidak setuju membayar Rp.200,- perkantong plastik diantaranya: 1. Plastik pertama gratis, jika menambah baru membayar 2. Menambah pengeluaran saat berbelanja/pemborosan 3. Tidak membuat konsumen mengurangi penggunaan plastik 30

4. Seharusnya plastik gratis karena bagian dari fasilitas toko 5. Terlalu murah untuk member kesadaran cinta lingkungan 6. Karena sudah mengeluarkan biaya banyak untuk berbelanja 7. Biaya plastik seharusnya sudah termasuk didalam harga barang-barang yang dibeli 8. Tanggung jawab perusahaan retail 9. Dikemanakan uang pembelian plastik dari konsumennya 10. Jika membutuhkan kantong plastik banyak menjadi mahal 11. Tidak sesuai ekspektasi 12. Yang membayar Rp.200,- berati berhak merusak lingkungannya? 4. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil survey sebanyak 86% Responden konsumen toko retail sudah mengetahui mengenai kebijakan pemerintah mengenai plastic berbayar, tetapi masih ada sekitar 12 responden yang tidak mengetahui mengenai kebijakan ini dan 2% ragu-ragu mengenai informasi kebijakan pemerintah ini. Menurut peneliti kebijakan ini sudah diketahui cukup luas oleh sebebagian besar konsumen toko retail. 2. Berdasarkan hasil survei sebanyak 49% responden mengetahui informasi ini melalui media Televisi, Koran, Radio, sebanyak 17% melalui media sosial, 30% melalu kasir pada saat berbelanja dan 4% lainnya mengetahui informasi tersebut melalui teman, banner dan struk belanja. Menurut peneliti bahwa media televisi dan kasir cukup efektif sebagai media penyebaran informasi mengenai kebijakan pemerintah ini agar dapat disosialisasikan lebih baik lagi dengan mengoptimalkan penggunaan media informasi tersebut. 3. Responden yang setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 58% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 34% walaupun setuju dengan kebijakan ini 31

tetapi tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 8% yang ragu-ragu.menurut peneliti keefektifan konsumen yang setuju yang akan berdampak terhadap pengurangan penggunaan plastik hanya sekitar 58%, sisanya masih berkemungkinan menggunakan plastic dalam membawa barang belanjaannya. 4. Responden yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah ini juga 21% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 70% tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 9% yang raguragu. Hal ini menambah keyakinan peneliti bahwa rata-rata konsumen berkeberatan untuk membawa kantong belanja sendiri, karena hal ini merepotkan bagi mereka. 5. Responden yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah ini 9% setuju untuk membayar Rp.200 per kantong plastic, 86% tidak setuju untuk membayar Rp.200, dan masih ada 5% yang ragu-ragu.menurut peneliti keefektifan program ini juga diragukan karena penyebab konsumen tidak mendukung kebijakan pemerintah ini dikarenakan keharusan membayar Rp.200 per kantong plastic, bukan karena tidak setuju dengan kelestarian lingkungan, sehingga harusnya ada win win solution yang bisa ditawarkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan go green dalam pengurangan penggunaan limbah plastic yang bisa berdampak buruk bagi lingkungan. 6. Responden yang ragu-ragu dengan kebijakan pemerintah ini juga 21% setuju untuk membawa kantong belanja sendiri. 21% tidak setuju untuk membawa kantong belanja sendiri yang dapat digunakan berulang kali, dan masih ada 14% yang raguragu. Hal ini menarik menurut peneliti karena dari responden yang ragu ragu 50% 32

berkemungkinan untuk setuju dengan kebijakan ini dan 50% tidak setuju dengan kebijakan ini. 7. Kebijakan ini belum efektif untuk menambah kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan sampah plastik. DAFTAR PUSTAKA Fuddin Van B. 2007. Evaluasi Program, (Online), (http:// fuddin. wordpress.com /2007/07/17/ evaluasi-program/, diakses 11 April 2011). Inggit Kurniawan. 2009. Pengertian dan Konsep Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran (Online), (http:// santriw4n. wordpress. com/ 2009/ 11/ 18/pengertian -dan-konsep - evaluasi- penilaian-dan-pengukuran/, diakses 11 April 2011). Mbulu, J. 1995. Evaluasi Program Konsep Dasar, Pendekatan Model, dan Prosedur Pelaksanaan. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. Mulyono. 2009. Penelitian Eveluasi Kebijakan, (Online), (http:// mulyono. staff.uns.ac.id /2009/ 05/13/penelitian-evaluasi-kebijakan/, diakses 11 April 2011). Nugroho, Riant, 2003. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. 2003. Ed. 2. Cet. Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Rika Dwi Kurniasih. 2009. Teknik Evaluasi Perencanaan, (Online), (http:// images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/sudfiwokcf8aadu yo-81/rika%20eva.doc?nmid=148657139, diakses 12 April 2011). Quinn Patton, Michael. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. 33

Tayipnapis, F.Y. 1989. Evaluasi Program. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 34