BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi pemasaran produk yang sangat dinamis, membuat para pelaku pasar dan produsen berlomba-lomba untuk memenangkan kompetisi yang sangat ketat ini. Setiap saat, baik melalui media televisi, radio, koran, majalah ataupun internet kita melihat peluncuran produk baru yang seolah tidak pernah berhenti. Produk-produk yang ditawarkan begitu beragam dengan merek yang juga sangat bervariasi. Begitu banyak hal yang ditawarkan kepada konsumen. Hal ini tentu membuat para konsumen menjadi lebih leluasa dalam menjatuhkan pilihannya. Sementara dampaknya bagi produsen, hal ini menjadi tantangan besar yang mendorong mereka untuk harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen untuk mau membeli produk yang mereka tawarkan. Keberhasilan industri dalam persaingan akan juga ditentukan oleh keberhasilan merancang dan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri dalam beradaptasi atau merespon perubahan keinginan konsumen. Kecepatan perubahan rancangan produk akan dipengaruhi oleh kecepatan perkembangan teknologi, kerumitan produk dan proses, pemendekan siklus perancangan dan faktor-faktor organisasi (Kaebernick,, Farmer, dan Mozar dalam Widodo, 2003). Terlebih lagi dalam beberapa tahun belakangan ini, kepedulian dan perhatian masyarakat terhadap isu-isu lingkungan semakin meningkat (Han, 2009), sehingga memaksa produsen untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan (green product). Lembaga Survey Global Nielsen Untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (2014) mengemukakan hasil survei mereka bahwa konsumen di Asia- Pasifik kini lebih sadar lingkungan ketimbang mereka yang di belahan Amerika Utara dan Eropa. Kesadaran ini pun memengaruhi mereka dalam mengambil keputusan pembelian produk. Produsen yang dinilai memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, produknya lebih diminati untuk dibeli ketimbang 1

2 2 perusahaan yang rendah kesadaran lingkungannya. Dan, mereka bersedia membayar lebih mahal untuk memperoleh produk ramah lingkungan. Lebih dari setengah (55%) dari responden global dalam survei ini mengatakan mereka bersedia membayar ekstra untuk produk ramah lingkungan. Jumlah ini meningkat 50 persen dari tahun 2012 dan 45 persen dari tahun Di lingkup regional, responden di Asia-Pasifik (64%), Amerika Latin (63%) dan Timur Tengah/ Afrika (63%) melebihi rata-rata kecenderungan global dan meningkat sebesar 9, 13 dan 10 poin dari persentase masing-masing sejak tahun Sementara kesediaan untuk membayar ekstra untuk produk yang berkelanjutan (sustainable) relatif rendah di Amerika Utara (42%) dan Eropa (40%), kedua wilayah ini menunjukkan peningkatan sentimen dari 2011, meningkat 7 dan 8 poin persentase masing-masing. Grafik dari data konsumen global tersebut ditunjukkan pada gambar 1.1. Gambar 1.1. Grafik persentase keinginan untuk membayar lebih pada produk barang dan jasa dari perusahaan yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan yang tinggi (The Nielsen Company, 2014).

3 3 Konsumen global juga menyatakan pernah membeli produk ramah lingkungan. Lebih dari separuh responden global (52%) mengatakan mereka telah membeli setidaknya satu produk atau layanan dalam enam bulan terakhir dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, dan responden di Amerika Latin (65%), Asia-Pasifik (59%) dan Timur Tengah/ Afrika (59%) melebihi ratarata global. Empat dari 10 responden di Amerika Utara dan Eropa mengatakan mereka telah membeli produk ramah lingkungan dalam enam bulan terakhir. Nielsen memeriksa data di atas dengan kinerja penjualan produk-produk perusahaan global yang disebutkan oleh para responden, yaitu produk berkategori konsumsi dan non-konsumsi di sembilan negara. Analisa menunjukkan peningkatan rata-rata tahunan penjualan sebesar dua persen untuk produk yang menempelkan label produk ramah lingkungan di kemasannya. Naik lima persen untuk produk yang juga melakukan komunikasi pemasaran produk ramah lingkungan. Sedangkan produk yang tidak melakukan apa-apa, hanya menikmati peningkatan penjualan sebesar satu persen. Di Indonesia sendiri, produk ramah lingkungan juga sudah mulai mendapat perhatian, dimana dari salah satu sumber, Prihatini (2014) dalam liputannya menyebutkan bahwa pengolahan sampah di Kota Pontianak mampu mengekspor sampah menjadi barang- barang kerajinan tangan hingga ke luar negri, yakni Malaysia. Produknya terbuat dari kertas koran yang diolah menjadi bahan jadi seperti untuk vas bunga, tempat tisu, tempat sendok dan aneka anyaman lainnya. Akan tetapi, usaha ini masih terkendala sarana untuk mempromosikan produk kerajinan ramah lingkungan mereka. Selain itu, ada juga usaha kerajinan tangan ramah lingkungan dari Kota Yogyakarta, yaitu UKM Dluwang yang juga menggunakan kertas koran sebagai bahan baku utama kerajinannya (Razak, 2013). Nilai tambah yang diunggulkan pada produk kerajinan Dluwang adalah kemampuan produknya yang tahan air (water-proof). Akan tetapi, meskipun telah memiliki atribut tahan air pada produknya, Dluwang masih terkendala akan persepsi masyarakat yang sebagian besar masih menganggap bahwa kertas koran mudah rusak, tidak awet, dan tidak tahan air.

4 4 Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai persepsi (pandangan) dan ekspektasi (harapan) masyarakat terhadap produk handicraft berbasis kertas koran penting dilakukan sehingga diharapkan mampu memberikan deskripsi celah atau gap antara pandangan dan harapan masyarakat mengenai produk handicraft berbasis kertas koran, dan berdasarkan gap yang ditemukan dapat menjadi input dalam upaya pengembangan produk handicraft berbasis kertas koran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat (customer needs and benefits). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap produk handicraft berbasis kertas koran dan gap di antara keduanya? 2. Bagaimana implementasi QFD dalam pengembangan produk handicraft berbasis kertas koran? 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka perlu diberikan asumsi dan batasan masalah yang akan diteliti, sebagai berikut. 1. Produk handicraft berbasis kertas koran yang diteliti hanya satu jenis, yaitu sandal berbahan kertas koran. 2. Penilaian konsumen untuk pengukuran persepsi terhadap atribut-atribut sandal koran dibatasi hanya persepsi berdasarkan pengalaman dari penggunaan langsung (user experience) sandal koran. 3. Penilaian konsumen untuk pengukuran ekspektasi terhadap atribut durabilitas sandal koran dibatasi hanya ekspektasi berdasarkan kondisi penggunaan indoor. 4. Penelitian ini akan dilakukan pada satu industri kecil menengah kerajinan koran bekas, yaitu Dluwang Handicraft milik Mbak Novianti, yang berlokasi di Desa Ledok Tukangan, Danurejan, Yogyakarta.

5 5 5. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Indonesia yang merupakan konsumen pengguna langsung produk sandal koran Dluwang. 6. Pembuatan model CFA untuk model pengukuran kualitas objek penelitian ini tidak mencakup hingga ke pembuatan model struktural yang menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). 7. Metode QFD yang digunakan hanya bertujuan mengevaluasi atributatribut pada produk yang diteliti, sehingga tidak menyertakan benchmarking dengan kompetitor. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap produk handicraft berbasis kertas koran dan gap di antara keduanya. 2. Mengimplementasi QFD dalam pengembangan produk handicraft berbasis kertas koran. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat untuk peneliti a. Mendalami pengetahuan tentang penggunaan ilmu riset pemasaran di dunia nyata. b. Mengetahui gap yang ada antara persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap produk kerajinan tangan berbasis kertas koran. c. Mampu memberikan masukan atau usulan untuk improvement/perbaikan yang aplikatif pada produk kerajinan tangan berbasis kertas koran. 2. Manfaat untuk produsen kerajinan tangan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu produsen dalam upaya membangun citra yang baik pada kerajinan tangan berbasis kertas koran dan sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan produk kerajinan tangan berbasis kertas koran.