Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Transkripsi:

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan i

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan I tahun 2011 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami pertumbuhan positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut masih tetap didominasi oleh sektor pertambangan dan pertanian. Laju inflasi di Kota Jayapura, Manokwari dan Sorong yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua dan Papua Barat masing-masing mencapai 4,12% (yoy), 4,03% dan 5,12% mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Sekalipun laju inflasi di Jayapura dan Manokwari masih jauh lebih rendah dari tingkat inflasi nasional 6,65% (yoy), namun perlu diwaspadai terutama dalam menghadapi dampak anomali cuaca yang akan mempengaruhi kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi kebutuhan pokok di Papua dan Papua Barat. Adapun kinerja perbankan di Wilayah Papua pada triwulan ini menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang antara lain tercermin dari peningkatan total aset mencapai 20,23%; DPK 31,73%; penyaluran kredit 27,28% dan LDR mencapai 43,68%. Selain itu, kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai tetap terjaga dengan baik. Transaksi RTGS pada triwulan I-2011 menunjukkan outflow sebesar Rp 17.503 milyar sedangkan inflow sebesar Rp 9.264 milyar atau mengalami net outflow sebesar Rp 8.283 milyar. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesarii

besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Juni 2011 BANK INDONESIA JAYAPURA Ttd. Leo R. Tandiarrang Pemimpin iii

Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK... ix TABEL INDIKATOR MONETER... xi RINGKASAN EKSEKUTIF... xiii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua... 5 1.1. Sisi Penawaran... 5 1.1.1. Sektor Pertanian... 5 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 8 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 9 1.1.4. Sektor Listrik, Air Bersih... 10 1.1.5. Sektor Bangunan... 11 1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 12 1.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 13 1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 15 1.1.9. Sektor Jasa-Jasa... 15 1.2. Sisi Permintaan... 16 1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga... 17 1.2.2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba... 19 1.2.3 Konsumsi Pemerintah... 19 1.2.4. Investasi... 20 1.2.5. Ekspor-Impor... 21 II. Provinsi Papua Barat... 23 2.1. Sisi Penawaran... 23 2.1.1. Sektor Pertanian... 23 2.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 24 2.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 24 2.1.4. Sektor Listrik, Air Bersih... 25 2.1.5. Sektor Bangunan... 26 2.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 27 2.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 28 2.1.8. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 28 2.1.9. Sektor Jasa-Jasa... 29 2.2. PDRB Dari Sisi Penggunaan... 29 2.2.1. Konsumsi Rumah Tangga... 30 2.2.2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba... 31 2.2.3. Konsumsi Pemerintah... 32 2.2.4. Investasi... 32 2.2.5. Ekspor Netto... 33 iv

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA... 35 I. Provinsi Papua... 35 1.1. Kondisi Umum... 35 1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura... 35 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 36 1.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 37 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 38 1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik... 38 1.3.4. Kelompok Sandang... 38 1.3.5. Kelompok Kesehatan... 38 1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 39 1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... 39 II. Provinsi Papua Barat... 40 2.1 Kondisi Umum... 40 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan... 40 2.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 40 2.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 40 2.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 41 2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 41 2.3.4. Kelompok Sandang... 41 2.3.5. Kelompok Kesehatan... 42 2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 42 2.3.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. 42 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN... 43 I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua... 43 II. Perbankan Provinsi Papua... 45 2.1. Perkembangan Umum... 45 2.2. Perkembangan Aset... 45 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 46 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 47 2.5. LDR dan NPL... 47 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 48 III. Perbankan Provinsi Papua Barat... 48 3.1. Perkembangan Umum... 48 3.2. Perkembangan Aset... 49 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 49 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 49 3.5. LDR dan NPL... 50 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 51 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 52 I. Keuangan Daerah Provinsi Papua... 52 v

1.1 Realisasi Pendapatan... 52 1.2 Realisasi Pengeluaran... 54 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 57 I. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)... 57 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)... 58 III. Perkembangan Uang Kartal... 59 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 61 I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua... 61 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 62 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 62 II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat... 62 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 62 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 63 BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 64 I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 64 II. Prospek Inflasi... 64 III. Prospek Perbankan... 65 vi

Daftar Tabel Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran... 3 Tabel 2 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)... 3 Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan(%)... 4 Tabel 4 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)...... 4 Tabel 5 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 6 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua... 7 Tabel 7 Perkembangan Produksi Kacang Kedelai Provinsi Papua... 7 Tabel 8 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua... 7 Tabel 9 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia... 8 Tabel 10 Realisasi Belanja Modal PEMDA Provinsi Papua... 11 Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Jayapura... 13 Tabel 12 Realisasi Belanja Barang dan Jasa PEMDA Provinsi Papua... 13 Tabel 13 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Jayapura... 15 Tabel 14 Perkembangan Arus Penumpang di Pelabuhan Jayapura... 15 Tabel 15 Pendaftaran Kenderaan Baru... 18 Tabel 16 Perkembangan Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Provinsi Papua... 18 Tabel 17 Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua... 20 Tabel 18 Perkembangan Realisasi Belanja Modal Provinsi Papua... 21 Tabel 19 Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Provinsi Papua... 22 Tabel 20 Penjualan PT. Freeport Indonesia... 22 Tabel 21 Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat... 23 Tabel 22 Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Barat. 26 Tabel 23 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat... 27 Tabel 24 Perkembangan Arus Penumpang Papua Barat... 28 vii

Tabel 25 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat... 34 Tabel 26 Perkembangan Ekspor Neto Papua Barat... 34 Tabel 27 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura... 35 Tabel 28 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas... 36 Tabel 29 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua... 43 Tabel 30 Perkembangan NPL persektor... 44 Tabel 31 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua... 45 Tabel 32 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua... 46 Tabel 33 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua... 48 Tabel 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 48 Tabel 35 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat... 51 Tabel 36 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2010... 53 Tabel 37 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tahun 2010-2011... 55 Tabel 38 Transaksi RTGS Wilayah Papua... 58 Tabel 39 Transaksi Kliring Wilayah Papua... 59 Tabel 40 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura... 60 Tabel 41 Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua... 62 Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua... 63 Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat... 63 viii

Daftar Grafik Grafik 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua... 2 Grafik 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua Barat... 2 Grafik 3 NTP Untuk 3 subsektor Pertanian Provinsi Papua... 5 Grafik 4 Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia... 8 Grafik 5 Perkembangan Tahunan Konsumsi Listrik Industri... 9 Grafik 6 Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Bersih... 10 Grafik 7 Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua... 11 Grafik 8 Perkembangan Sektor PHR... 12 Grafik 9 Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 14 Grafik 10 Perkembangan Sub sektor Jasa-jasa... 16 Grafik 11 Indeks Keyakinan Konsumen... 17 Grafik 12 Komponen Indeks keyakinan Saat Ini... 17 Grafik 13 Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba... 19 Grafik 14 Pertumbuhan Komponen Investasi... 21 Grafik 15 Perkembangan Sektor Pertambangan Dan Penggalian... 24 Grafik 16 Perkembangan Sektor Industri Pengolahan... 25 Grafik 17 Perkembangan Konsumsi Listrik Provinsi Papua Barat... 25 Grafik 18 Perkembangan Konsumsi Listerik Komersial Papua Barat... 27 Grafik 19 Perkembangan Sektor Jasa-Jasa... 29 Grafik 20 Perkembangan Hasil Survei Konsumen Manokwari... 30 Grafik 21 Perkembangan Konsumsi Swasta Nirlaba... 31 Grafik 22 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah... 30 Grafik 23 Pertumbuhan Investasi... 30 Grafik 24 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi... 37 Grafik 25 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua... 45 Grafik 26 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua... 46 Grafik 27 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua... 47 Grafik 28 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua... 47 Grafik 29 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 49 ix

Grafik 30 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat... 50 Grafik 31 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat... 52 Grafik 32 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat... 52 Grafik 33 Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2010... 54 Grafik 34 Belanja Pemerintah Provinsi Papua... 56 Grafik 35 Nilai Transaksi RTGS... 58 Grafik 36 Perkembangan Kliring Wilayah Papua... 59 x

INFLASI DAN PDRB TABEL INDIKATOR INDIKATOR 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I MAKRO Indeks Harga Konsumen - Kota Jayapura 115.25 114.84 116.62 117.53 119.07 120.30 121.94 122.80 123.97 - Kota Manokwari 127.02 127.48 130.53 131.93 131.35 133.43 135.95 138.10 136.64 - Kota Sorong 131.46 132.14 132.70 133.85 135.65 138.14 145.74 144.73 143.60 Laju Inflasi (yoy %) - Kota Jayapura 8.26 2.77 1.44 1.92 3.31 4.75 4.56 4.48 4.12 - Kota Manokwari 19.93 13.24 7.04 7.52 3.41 4.67 4.15 4.68 4.03 - Kota Sorong 21.59 6.60-0.16 2.61 3.19 4.54 9.83 8.13 5.12 PDRB Provinsi Papua -harga konstan (juta Rp) 5,752,204 6,199,564 5,803,245 5,482,102 5,101,067 5,214,559 6,022,304 6,282,365 5,744,614 - Pertanian 798,388 922,687 956,641 871,061 864,327 975,949 1,003,516 924,523 934,746 - Pertambangan & Penggalian 3,050,564 3,334,273 2,813,960 2,296,970 2,170,592 2,070,592 2,649,987 2,583,863 2,322,216 - Industri Pengolahan 126,157 126,858 129,518 133,252 134,040 134,141 141,336 149,280 147,845 - Listerik, Gas dan Air Bersih 11,940 12,020 12,140 12,552 12,564 12,712 13,109 13,183 13,189 - Bangunan 377,727 385,356 436,183 513,381 434,496 454,212 507,612 596,788 530,888 - Pedagangan, Hotel dan Restoran 361,828 369,124 382,206 405,088 395,494 403,535 424,357 454,105 440,026 - Pengangkutan dan Komunikasi 362,493 371,822 390,926 411,464 409,029 422,461 448,947 466,979 450,460 - Lembaga Keuangan Persewaan da Jasa Perusahaan 157,853 163,446 151,331 272,490 159,182 156,083 173,065 304,447 203,783 - Jasa-jasa 505,255 513,978 530,340 565,845 521,342 584,874 660,376 789,196 701,460 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua (yoy %) 39.03 39.12 22.43-2.08-11.32-15.89 3.77 14.60 12.62 PDRB Provinsi Papua Barat -harga konstan (juta Rp) 1,649,579 1,686,623 1,752,359 1,759,994 2,013,276 2,124,442 2,248,692 2,299,238 2,274,897 - Pertanian 458,064 467,909 482,993 487,848 489,737 501,882 509,698 513,008 512,555 - Pertambangan & Penggalian 273,111 274,015 275,634 276,504 267,440 270,040 273,427 279,144 275,338 - Industri Pengolahan 240,572 243,492 266,972 253,791 527,325 607,216 697,738 675,012 664,711 - Listerik, Gas dan Air Bersih 7,625 7,860 8,119 8,162 8,172 8,439 8,617 8,858 8,905 - Bangunan 154,740 159,450 167,845 172,503 165,803 175,376 181,383 195,906 192,390 - Pedagangan, Hotel dan Restoran 174,566 177,899 181,025 181,874 179,470 181,095 183,125 200,192 201,606 - Pengangkutan dan Komunikasi 130,599 135,579 140,624 145,072 145,850 149,612 155,064 161,675 163,362 - Lembaga Keuangan Persewaan da Jasa Perusahaan 33,920 37,181 39,405 41,886 39,991 42,147 42,811 44,233 44,204 - Jasa-jasa 176,382 183,238 189,741 192,354 189,489 188,635 196,828 221,210 211,826 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Barat (yoy %) 7.99 8.21 7.94 4.15 22.05 25.96 28.32 30.64 12.99 TABEL PERBANKAN xi

TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Tabel Transaksi RTGS Tabel Perkasan KBI Jayapura xii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua diperkirakan mengalami laju pertumbuhan positif Perkembangan ekonomi Wilayah Papua pada triwulan I- 2011 yang meliputi menunjukkan pertumbuhan ekonomi tahunan yang positif. Hal ini didorong oleh pertumbuhan sektor pertambangan dan sektor pertanian. Pada periode yang sama, perekonomian Provinsi Papua Barat juga diprakirakan tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya, yang didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pengolahan. 2. MAKRO EKONOMI Pada periode triwulan I-2011, perekonomian Wilayah Papua yang meliputi menunjukkan pertumbuhan signifikan, meskipun lebih rendah (melambat) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi kedua Provinsi yang masing-masing tumbuh sebesar 12,62% (yoy) dan 12,99% (yoy). xiii

3. INFLASI Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan I-2011 tercatat sebesar 4,12% (yoy) dan secara bulanan inflasi kota Jayapura mencapai 0.03%. Perkembangan harga berbagai komoditas di Papua Barat yang merupakan gabungan indikator Kota Manokwari dan Sorong pada bulan Maret 2011, secara umum menunjukkan 2011 mencapai sebesar 4,53%. adanya penurunan. Inflasi pada bulan Maret 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi kelembagaan, jumlah kantor bank di wilayah kerja KBI Jayapura terdapat sebanyak 274 yang tersebar di. Sampai dengan triwulan I-2011, aset bank-bank tersebut mencapai Rp 39,28 triliun atau meningkat 20,23% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp. 12,36 triliun atau tumbuh sebesar 27,28% dibandingkan dengan triwulan I-2010. Kinerja Sistem Pembayaran pada triwulan I-2011 yang tercermin dari transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 17,50 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 9.264. Sedangkan transaksi kliring mencapai Rp. 1,79 triliun dengan jumlah warkat sebesar 46.222 warkat. 5. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Provinsi Papua diprakirakan tumbuh positif pada triwulan I-2011, terutama dipengaruhi oleh perbaikan produksi PT. Freeport Indonesia di sektor pertambangan. Sementara itu, Provinsi Papua Barat akan masih didominasi oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mulai memasuki masa panen pada periode triwulan I-2011. xiv

Sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Papua diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi pada triwulan I-2011 dibandingkan triwulan sebelumnya terutama karena adanya perbaikan jumlah produksi konsentrat tembaga. Sementara itu dari sektor permintaan, perekonomian Provinsi Papua masih bertumpu pada konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun konsumsi swasta dan diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan pada akhir triwulan I-2011 seiring dengan realisasi sejumlah proyek pemerintah. xv

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada periode triwulan I-2011, perekonomian Wilayah Papua yang meliputi menunjukkan pertumbuhan signifikan, meskipun lebih rendah (melambat) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi kedua Provinsi yang masing-masing tumbuh sebesar 12,62% (yoy) dan 12,99% (yoy). Pertumbuhan ekonomi di kedua Provinsi tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,5% dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan sebagai gerbang Indonesia Timur yang mencapai 7%. Perlambatan yang terjadi pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua tertutama disebabkan oleh perlambatan sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sektor perdagangan, hotel dan restauran serta sektor jasa-jasa meskipun beberapa sektor seperti sektor pertanian dan sektor keuangan menunjukkan peningkatan kinerja pada periode triwulan ini. Sementara itu, perlambatan ekonomi Provinsi Papua Barat terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja pada sektor industri pengolahan khususnya sub sektor gas alam cair, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sementara sektor lainnya tumbuh dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. 1

Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi Provinsi Papua disebabkan oleh perlambatan yang signifikan pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan penurunan kinerja ekspor. Sementara itu, perlambatan ekonomi Provinsi Papua Barat terutama didorong oleh komponen ekspor yang didominasi komoditas gas alam cair oleh LNG Tangguh, komponen konsumsi pemerintah dan komponen konsumsi investasi. Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua (Harga Konstan) (Rp Triliun) 7 6 5 4 3 2 1 - I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 Nominal PDRB (Rp Triliun) 4.14 4.46 4.74 5.60 5.75 6.20 5.80 5.48 5.10 5.21 6.02 6.28 5.74 Growth yoy PDRB (%) -31.73-14.13 23.65 40.00 38.35 38.35 21.65-2.91-11.32-15.89 3.77 14.60 12.62 (%) 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Grafik 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (Harga Konstan) (Rp Triliun) 2.50 (%) 35 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Sumber : BPS Provins Sumber: BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 2011 Nominal PDRB (Rp Triliun) 1.5 1.5 1.6 1.6 1.6 1.6 1.7 1.7 2.0 2.1 2.2 2.3 2.2 Growth yoy PDRB (%) 7.9 7.1 8.0 8.1 7.9 8.2 7.9 4.1 22. 25. 28. 30. 12. I* ) 30 25 20 15 10 5 0 2

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran (%) Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011 2009 2010 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I*) Provinsi Papua Pertanian 5,28-4,71-0,09 8,66 9,35 3,21 8,26 5,77 4,90 6,14 6,19 8,15 Pertambangan dan Penggalian -10,99 75,22 74,01 28,82-22,75 30,41-28,85-37,90-5,83 12,49-17,58 6,99 Industri Pengolahan 1,81 8,41 6,42 5,05 5,14 6,22 6,25 5,74 9,12 12,03 8,34 10,30 Listrik dan Air Bersih 3,85 6,06 6,16 5,51 5,43 5,79 5,23 5,76 7,98 5,03 6,00 4,97 Bangunan 19,35 19,47 15,53 18,19 18,43 17,93 15,03 17,87 16,38 16,25 16,38 22,18 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,86 11,24 11,07 11,44 12,45 11,57 9,30 9,32 11,03 12,10 10,49 11,26 Pengangkutan dan Komunikasi 14,85 14,11 13,70 14,81 14,56 14,31 12,84 13,62 14,84 13,49 13,71 10,13 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 16,69 32,95 23,77 31,33 82,23 44,53 0,84-4,51 14,36 11,73 6,40 28,02 Jasa-jasa 9,94 35,33 33,18 31,62 29,85 32,38 3,18 13,79 24,52 39,47 20,82 34,55 PDRB -0,75 38,35 38,35 21,65-2,91 21,94-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 12,62 Provinsi Papua Barat Pertanian 6,89 3,55 4,68 3,44 3,68 3,83 6,91 7,26 5,53 5,16 6,20 4,66 Pertambangan dan Penggalian 1,27 1,10 1,36 0,00-2,95-0,16-2,08-1,45-0,80 0,95-0,84 2,95 Industri Pengolahan 7,61 13,12 15,44 20,83 9,86 14,76 119,20 149,38 161,35 165,97 149,52 26,05 Listrik dan Air Bersih 8,29 8,34 9,08 10,62 8,09 9,03 7,18 7,37 6,13 8,52 7,30 8,97 Bangunan 16,35 18,30 17,13 13,40 4,88 12,96 7,15 9,99 8,07 13,57 9,77 16,04 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,01 8,02 7,26 6,49 4,34 6,49 2,81 1,80 1,16 10,07 3,99 12,33 Pengangkutan dan Komunikasi 7,72 16,17 16,71 16,56 16,02 16,36 11,68 10,35 10,27 11,44 10,93 12,01 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 27,14 8,23-3,54-0,75 2,60 1,32 17,90 13,36 8,64 5,60 11,02 10,53 Jasa-jasa 10,63 10,84 10,06 8,92 0,58 7,33 7,43 2,95 3,73 15,00 7,34 11,79 PDRB 7,84 7,99 8,21 7,94 4,15 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 12,99 Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat, diolah *) Angka Sementara Tabel 2. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%) Sektor Ekonomi 2008 Provinsi Papua 2009 2010 2011 2009 2010 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I*) Pertanian 0,90-0,95-0,02 1,60 1,32 0,58 1,15 0,86 0,81 0,98 0,94 1,38 Pertambangan dan Penggalian -5,67 31,50 31,65 13,20-11,98 14,07-15,30-20,38-2,83 5,23-8,70 2,97 Industri Pengolahan 0,04 0,24 0,17 0,13 0,12 0,16 0,14 0,12 0,20 0,29 0,19 0,27 Listrik dan Air Bersih 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 Bangunan 1,23 1,48 1,16 1,41 1,41 1,37 0,99 1,11 1,23 1,52 1,21 1,89 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,69 0,88 0,82 0,82 0,79 0,83 0,59 0,56 0,73 0,89 0,69 0,87 Pengangkutan dan Komunikasi 0,91 1,08 1,00 1,06 0,93 1,01 0,81 0,82 1,00 1,01 0,91 0,81 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 0,38 0,94 0,70 0,76 2,18 1,20 0,02-0,12 0,37 0,58 0,21 0,87 Jasa-jasa 0,75 3,17 2,86 2,67 2,30 2,72 0,28 1,14 2,24 4,07 1,90 3,53 PDRB -0,75 38,35 38,35 21,65-2,91 21,94-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 12,62 Provinsi Papua Barat Pertanian 1,99 1,03 1,34 0,99 1,02 1,09 1,92 2,01 1,52 1,43 1,72 1,13 Pertambangan dan Penggalian 0,23 0,20 0,24 0,00-0,50-0,03-0,34-0,24-0,13 0,15-0,13 0,39 Industri Pengolahan 1,04 1,83 2,09 2,83 1,35 2,02 17,38 21,57 24,58 23,93 21,94 6,82 Listrik dan Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,04 Bangunan 1,37 1,57 1,50 1,22 0,47 1,17 0,67 0,94 0,77 1,33 0,93 1,32 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,94 0,85 0,77 0,68 0,45 0,68 0,30 0,19 0,12 1,04 0,42 1,10 Pengangkutan dan Komunikasi 0,57 1,19 1,25 1,23 1,19 1,21 0,92 0,83 0,82 0,94 0,88 0,87 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 0,54 0,17-0,09-0,02 0,06 0,03 0,37 0,29 0,19 0,13 0,25 0,21 Jasa-jasa 1,12 1,13 1,07 0,96 0,07 0,79 0,79 0,32 0,40 1,64 0,80 1,11 PDRB 7,84 7,99 8,21 7,94 4,15 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 12,99 Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat, diolah *) Angka Sementara 3

2009 2010 2011 Jenis Penggunaan 2008 2009 2010 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I*) Provinsi Papua Konsumsi Rumah Tangga 12,89 12,67 12,63 13,15 11,13 12,37 9,27 9,44 7,94 7,21 8,43 6,74 Konsumsi Swasta Nirlaba 12,46 37,39 31,65 21,37 16,15 26,30-6,53 2,94 23,42 37,56 13,92 34,59 Konsumsi Pemerintah 12,79 21,50 20,74 16,11 7,37 15,83-4,09-1,25 9,00 23,98 7,52 20,34 Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,10 12,04 12,35 10,70 8,87 10,90 8,86 8,55 9,12 12,28 9,77 7,63 Perubahan Inventori -6,80 71,13-121,64-8,49 17,13-0,54-39,77-806,99 17,29-111,36-22,22-122,30 Ekspor -8,27 33,41-13,75 2,58-17,67 0,67-32,73-21,36-8,57-0,09-17,34-12,10 Dikurangi Impor 16,99-10,15-14,37-1,86 0,82-6,91 10,44-6,30-1,64 46,99 11,47 20,97 PDRB -1,40 39,03 39,12 22,43-2,08 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 12,62 Provinsi Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 6,12 6,55 4,62 2,90 0,92 3,67 1,64 4,99 7,38 11,61 6,43 11,92 Konsumsi Swasta Nirlaba 0,03 0,10 0,16 0,10 0,09 0,11 6,67-0,56 6,27 10,25 5,57 6,34 Konsumsi Pemerintah 2,14 1,40 0,94 1,09 1,03 1,11 6,32 8,18 7,55 7,87 7,49 3,68 Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,89 1,59 1,53 1,75 0,65 1,37 1,95 5,66 7,86 15,01 7,73 13,22 Perubahan Inventori -0,01 0,10-0,52-0,49-0,57-0,38 163,89 258,91 281,39 278,79 242,01 20,64 Ekspor -3,94-6,98-13,50-16,47-13,19-12,62 39,85 38,72 47,69 42,42 42,27 9,70 Dikurangi Impor -2,62-5,24-14,99-19,06-15,20-13,75-2,22 0,64 8,18 8,50 3,80 5,21 PDRB 7,84 7,99 8,21 7,94 4,15 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 12,99 Sumber : BPS *) Angka Sementara Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan (%) Tabel 4. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%) 2009 2009 2010 2010 2011 Jenis Penggunaan 2008 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I*) Provinsi Papua Konsumsi Rumah Tangga 7,90 9,69 9,11 9,29 7,05 8,68 5,75 5,51 5,18 5,19 5,41 5,15 Konsumsi Swasta Nirlaba 0,20 0,76 0,61 0,41 0,27 0,49-0,13 0,05 0,45 0,74 0,27 0,73 Konsumsi Pemerintah 2,16 4,25 3,92 3,16 1,41 3,06-0,71-0,20 1,67 5,01 1,37 3,80 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,58 5,15 5,03 4,35 3,30 4,38 3,06 2,81 3,35 5,09 3,55 3,23 Perubahan Inventori 1,42-15,49 17,14 1,92-3,47 0,11 10,66-17,69-2,92 26,97 3,55 22,26 Ekspor -6,12 25,09-10,49 1,81-10,16 0,46-23,58-10,09-5,02-0,04-9,79-6,61 Dikurangi Impor 11,54-9,58-13,78-1,49 0,48-5,57 6,37-3,72-1,06 28,35 7,01 15,93 PDRB -1,40 39,03 39,12 22,43-2,08 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 12,62 Provinsi Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 6,12 6,55 4,62 2,90 0,92 3,67 0,99 2,96 4,27 6,71 3,79 6,02 Konsumsi Swasta Nirlaba 0,03 0,10 0,16 0,10 0,09 0,11 0,04 0,00 0,04 0,06 0,04 0,03 Konsumsi Pemerintah 2,14 1,40 0,94 1,09 1,03 1,11 1,13 1,46 1,33 1,42 1,34 0,57 Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,89 1,59 1,53 1,75 0,65 1,37 0,54 1,55 2,12 4,13 2,12 3,05 Perubahan Inventori -0,01 0,10-0,52-0,49-0,57-0,38 5,49 7,14 7,57 7,23 6,88 1,50 Ekspor -3,94-6,98-13,50-16,47-13,19-12,62 12,91 13,11 16,26 14,56 14,24 3,60 Dikurangi Impor -2,62-5,24-14,99-19,06-15,20-13,75-0,94 0,27 3,27 3,47 1,57 1,77 PDRB 7,84 7,99 8,21 7,94 4,15 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 12,99 Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 4

I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua yang melambat terutama disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami perlambatan. sektor pengangkutan dan komunikasi serta keuangan yang juga tumbuh melambat, ikut mendorong perlambatan kinerja ekonomi Provinsi Papua (tabel 1). Lebih lanjut diuraikan menurut sektor masing-masing sebagai berikut: 1.1.1. Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada periode triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 8,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,14% (tabel 1). 103 Grafik 3. Nilai Tukar Petani untuk 3 sub sektor Pertanian Provinsi Papua 102 101 100 99 98 97 96 95 94 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 Pangan 101 102 102 101 101 101 100 100 100 101 101 101 100 99. 98. 97. 97. 97. peternakan 99. 100 101 101 101 99. 98. 98. 98. 97. 97. 99 99. 100 99. 98. 98. 98. Sumber: BPS Provinsi Papua Pertumbuhan sektor pertanian pada periode triwulan I-2011 didorong oleh pertumbuhan yang signifikan dari sub sektor tanaman bahan makanan yang mencapai 13,18% (yoy). Sementara itu, sub sektor perikanan sebagai sub sektor dengan share terbesar kedua di sektor pertanian mengalami perbaikan kinerja dengan tumbuh mencapai 1,39% (yoy). Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian juga tercermin dari trend kenaikan Nilai Tukar Petani 5

(NTP) pada 2 sub sektor pertanian yaitu tanaman pangan dan peternakan (grafik 3). Selanjutnya perbaikan kinerja sektor pertanian juga terlihat dari perbaikan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan seperti tercermin dari pertumbuhan positif produksi padi baik untuk lahan sawah maupun ladang, komoditas ubi jalar dan komoditas kacang kedelai. Peningkatan produksi padi disebabkan oleh peningkatan luas areal panen padi. Berdasarkan data angka proyeksi KBI Jayapura terhadap angka ramalan III-2010 dari BPS Provinsi Papua, luas areal panen padi (sawah dan ladang) pada periode panen tahun 2011 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 3,65% (yoy). Sementara itu, produksi gabah yang dihasilkan pada periode yang sama diperkirakan tumbuh sebesar 4,66% (yoy) dengan volume produksi mencapai 107.650 ton gabah. Pertumbuhan positif produksi padi pada tahun 2011, selain didorong oleh adanya penambahan luas areal panen, juga didorong oleh peningkatan produktivitas tanaman padi dari 38 Ku/Ha menjadi 39 Ku/Ha atau meningkat sebesar 0,96% (tabel 5). Tabel 5. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Luas Panen (Ha) 26.336 26.761 27.738 3,65 Produktivitas (Ku/Ha) 37 38 39 0,96 Produksi (Ton) 98.511 102.862 107.650 4,66 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah Komoditas lainnya yang memiliki kontribusi besar dari sisi volume dan diperkirakan mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan pada tahun 2011 adalah komoditas ubi jalar dan kacang kedelai dengan pertumbuhan produksi masing-masing sebesar 6,45% dan 6,61%. Kenaikan kontribusi komoditas ini juga disebabkan oleh adanya penambahan luas areal panen dan peningkatan produktivitas (tabel 6-7). 6

Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 343.325 378.289 402.707 6,45 Produktivitas (Ku/Ha) 98,01 102,68 104,78 2,05 Luas Panen (Ha) 35.028 36.842 38.434 4,32 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah *) Proyeksi KBI Jayapura Tabel 7. Perkembangan Produksi Kacang Kedelai Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Produksi Kacang Kedelai (Ton) 3.998 4.257 4.538 6,61 Produktivitas (Ku/Ha) 11,03 11,03 11,20 1,54 Luas Panen (Ha) 3.626 3.860 4.052 4,98 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah *) Proyeksi KBI Jayapura Selain didorong oleh peningkatan sub sektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan berjalan juga didorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan yang diperkirakan tumbuh mencapai 1,39% (yoy). Pertumbuhan positif sub sektor perikanan tercermin dari hasil produksi/tangkapan ikan yang tumbuh positif sebesar 1,40% (yoy). Adapun volume hasil tangkapan (produksi) dari perikanan laut mencapai 58.510 ton atau meningkat sebesar 1,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 8. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua No URAIAN 2009 2010 2011 TW 1 TW2 TW3 TW4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 1 LAUT Produksi (Ton) 56.617 56.986 57.027 57.534 57.750 56.916 57.058 58.502 58.510 Pertumbuhan Produksi Tahunan (%) 1,91 0,57 0,74 2,33 2-0,12 0,05 1,68 1,32 2 PERAIRAN UMUM Produksi (Ton) 1.877 1.879 1.880 1.881 1.914 1.877 1.887 1.925,8 1926 Pertumbuhan Produksi Tahunan (%) 21,43 19,57 19,49 17,93 2,00-0,09 0,41 2,39 0,63 3 BUDIDAYA Produksi (Ton) 402 562 537 789 584 613 643 656,3 656,4 Pertumbuhan Produksi Tahunan (%) (36,3) 8,0 45,7 20,0 45,31 9,10 19,79-16,78 12,46 TOTAL PRODUKSI (Ton) 58.919 59.447 59.464 60.223 60.247 59.407 59.588 61.084 61.093 PERTUMBUHAN PRODUKSI TAHUNAN (%) 2,05 1,18 1,56 2,99 2,25-0,07 0,21 1,43 1,40 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua 7

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Perkembangan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 6,99% (yoy) atau lebih rendah (melambat) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,49% (yoy). Kinerja sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Papua sangat tergantung dari pencapaian kinerja produksi perusahaan pertambangan PT. Freeport Indonesia yang pada periode triwulan laporan ini menunjukkan perlambatan produksi. Tabel 9. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia 2008 2009 2010 2011 Jenis Komoditas TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 200 222 256 416 404 403 331 274 279 276 358 309 284 Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) -57,23-25,50 44,633 100 102 81,53 29,30-34,13-30,94-31,51 8,16 12,77 1,79 Konsentrat Emas (Ribu Ons) 246 221 264 432 570 778 685 535 429 294 462 601 441 Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) -77,11-72,201 45,055 193,8776 131,71 252,04 159,47 23,84-24,74-62,21-32,55 12,34 2,80 Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Grafik 4. Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia (%) 300 250 200 150 100 50 0-50 -100 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 2008 2009 2010 2011 Growth yoy Prod. Tembaga (%) -57.2-25.5 44.63 100.0 102.0 81.53 29.30-34.1-30.9-31.5 8.16 12.77 1.79 Growth yoy Prod. Emas (%) -77.1-72.2 45.05 193.8 131.7 252.0 159.4 23.84-24.7-62.2-32.5 12.34 2.80 TW III TW IV TW I Sumber : Laporan Keuangan Freeport-McMoran Copper and Gold Berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan I-2011 dari Freeport-McMoran Copper and Gold (holding company dari PT. Freeport Indonesia), diketahui bahwa produksi konsentrat tembaga pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 1,79% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,77% (tabel 9). Komoditas konsentrat emas 8

juga menunjukkan perlambatan kinerja sepanjang triwulan I-2011 yang mencapai 2,80% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,34% (grafik 4). Adapun produksi konsentrat emas PT. Freeport Indonesia pada triwulan ini mencapai 441 ribu ton. Perlambatan yang cukup signifikan dari produksi PT. Freeport Indonesia disebabkan antara lain oleh kadar konsentrat tembaga dan emas di area lokasi tambang Graseberg pada periode triwulan I-2011 berbeda-beda sehingga berdampak pada penurunan total hasil produksi yang dihasilkan. Selain itu, tambang Big Gossan (memiliki kadar konsentrat tembaga dan emas yang tinggi) pada periode triwulan laporan belum dapat berproduksi secara optimum dan baru akan optimal pada akhir tahun 2012. Pengerjaan infrastruktur dan akses menuju tambang bawah tanah yang masih dalam pengerjaan di triwulan laporan ini juga merupakan faktor yang ikut memperlambat pertumbuhan produksi PT. Freeport Indonesia. 1.1.3. Sektor pengolahan Industri pengolahan pada triwulan I-2011 diperkirakan secara tahunan tumbuh sebesar 10,30%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,03%. Grafik 5. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Industri (%) 300 250 200 150 100 50 - (50) (100) G ro w t h y o y K o n s. L is t rik In d u s t ri I II III IV I II III IV I II III IV I 2008 2009 2010 2011-1 2. -9 0. -1-1 4. 42 27 11 15-3 -7 Sumber :PLN Wilayah Papua Perlambatan pada sektor industri pengolahan tercermin dari perkembangan konsumsi listrik pada konsumen industri yang pada triwulan I- 2011 mengalami penurunan konsumsi (pertumbuhan negatif) sebesar 75% (yoy). Penurunan konsumsi ini jauh lebih rendah bila dibandingkan triwulan 9

sebelumnya yang penurunannya mencapai 35% (grafik 5). Meskipun demikian, hasil survei liaison (perkembangan usaha) pada triwulan I-2011 yang dilakukan pada salah satu pelaku di sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa masih adanya tendensi peningkatan kapasitas usaha yang didorong peningkatan penjualan sehingga memicu peningkatan persediaan bahan baku perusahaan. 1.1.4. Sektor Listrik Dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 4,97% (yoy), melambat bila dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 5,03% (yoy). (%) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Grafik 6. Perkembangan Sektor Listrik dan Air Bersih I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) 0.8 0.5 1.6 3.4 0.2 0.6 0.9 3.4 0.1 1.1 3.1 0.5 0.0 yoy (%) 2.3 2.6 3.7 6.7 6.0 6.1 5.5 5.4 5.2 5.7 7.9 5.0 4.9 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Perlambatan ini diindikasikan oleh pertumbuhan tahunan konsumsi listrik di Provinsi Papua yang tumbuh melambat dari 7,42% (yoy) pada triwulan IV- 2010 menjadi 7,01% (yoy) pada triwulan I-2011 (grafik 7). Konsumsi listrik yang melambat disebabkan oleh frekuensi pemadaman listrik yang cukup tinggi pada periode triwulan I-2011. Perlambatan lonsumsi listrik ini terutama didorong oleh penurunan konsumsi listrik pada konsumen industri yang signifikan yang tumbuh negatif (kontraksi) dari 35% pada triwulan IV-2010 menjadi negatif mencapai 75% (yoy) pada periode triwulan I-2011. Selain itu, perlambatan konsumsi listrik pada segmen konsumen rumah tangga dan publik juga mendorong perlambatan total konsumsi listrik. 10

Grafik 7. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua (%) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 I II III IV I II III IV I II III IV I 2008 2009 2010 2011 Growth yoy Kons. Listrik Papua (%) 11. 12. 11. 15. 13. 9.6 11. 11. 7.6 11. 15. 7.4 7.0 Sumber : PLN Wilayah Papua 1.1.5. Sektor Bangunan Pada triwulan I 2011, sektor bangunan diperkirakan tumbuh mencapai 22,18% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,25% (yoy). Kinerja sektor ini sangat bergantung pada penyerapan APBD khususnya realisasi belanja modal seperti pembuatan konstruksi jalan, pengadaan konstruksi jembatan, pengadaan konstruksi jaringan air dan pengadaan konstruksi bangunan. Selain itu, pembangunan pusat perbelanjaan (kawasan perniagaan), rumah toko dan perumahan di beberapa tempat khususnya di Kota Jayapura ikut mendorong peningkatan kinerja sektor bangunan pada periode triwulan laporan ini. Tabel 10. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Realisasi Pengadaan Semen 2009 2010 I II III IV I II III IV Provinsi Papua (Sak) 94.959 129.886 97.604 96.334 125.399 131.690 122.617 134.072 Pertumbuhan Tahunan (%) -15,14-0,89-1,07-13,54 32,06 1,39 25,63 39,17 Sumber: Asosiasi Produsen Semen Indonesia Pertumbuhan positif pada sektor bangunan juga tercermin dari realisasi pengadaan dan pengiriman semen ke Provinsi Papua yang pada triwulan IV- 2010 (dipergunakan pada periode triwulan I-2011) tumbuh sebesar 39,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang mencapai 25,63%. Besarnya realisasi pengadaan semen ke Papua tidak hanya ditujukan untuk pembangunan proyek infrastruktur milik pemerintah namun juga 11

pembangunan perumahan, rumah toko dan kawasan perniagaan yang sedang dikembangkan oleh pihak swasta. Peningkatan kinerja sektor bangunan juga dikonfirmasi oleh salah satu kontraktor yang beroperasi di Wilayah Kota/Kabupaten Jayapura dan sekitarnya dari hasil survei liaison (perkembangan usaha) pada triwulan I- 2011 yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume proyek yang dikerjakan dan nilai proyek pada periode ini dibandingkan tahun sebelumnya yang memicu peningkatan kapasitas usaha dan persediaan perusahaan. 1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 11,26% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan triwulan IV-2010 yang mencapai 12,10% (yoy). Grafik 8. Perkembangan Sektor PHR (%) 25 20 15 10 5 0-5 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 yoy (%) 10.2 10.9 10.8 11.5 11.2 11.1 11.4 12.5 9.3 9.3 11.0 12.1 11.3 qtq (%) 0.6 2.2 3.2 5.0 0.4 2.0 3.5 6.0-2.4 2.0 5.2 7.0-3.1 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Perlambatan kinerja sektor PHR diindikasikan oleh arus bongkar muat barang di pelabuhan Jayapura. Arus bongkar muat barang terbagi dalam 3 kategori yang pada triwulan I-2011 tumbuh sebagai berikut: menurut jenis perdagangan (0,94%), menurut jenis distribusi (0,94%) dan menurut jenis kemasan (11,97%). Perkembangan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Jayapura yang tumbuh melambat antara lain disebabkan oleh 12

belum adanya faktor musiman yang menonjol yang dapat mendorong peningkatan permintaan dan aktivitas perdagangan masyarakat di triwulan I-2011. Tabel 11. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Jayapura Keterangan 2009 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang -Menurut Jenis Perdagangan (Ton/M3) 217.710 449.155 710.762 811.992 208.463 506.208 761.284 1.072.523 210.427 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Perdagangan (%) 6,05-51,96 7,30-8,02-4,25 12,70 7,11 32,09 0,94 -Menurut Jenis Distribusi (Ton/M3) 217.710 449.155 710.762 811.993 208.463 506.207 761.284 1.269.775 210.427 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Distribusi (%) 6,05-51,96 7,30-8,02-4,25 12,70 7,11 56,38 0,94 -Menurut Jenis Kemasan (Ton/M3) 217.710 461.562 710.762 819.863 208.463 506.208 761.039 1.107.456 233.420 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Kemasan (%) 6,05-50,63 7,30-7,13-4,25 9,67 7,07 35,08 11,97 Sumber : PT. Pelindo IV Wilayah Papua Aktivitas kegiatan Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, maupun Kota merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor PHR. Pertumbuhan positif pada sektor PHR di triwulan ini sejalan dengan realisasi belanja barang dan jasa Pemerintah Provinsi Papua yang secara tahunan tumbuh mencapai 194,79% pada triwulan I-2011 atau setara dengan Rp 53 milyar. Tabel 12. Realisasi Belanja Barang dan Jasa PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 2011 Growth TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 yoy (%) Realisasi Belanja Barang dan Jasa (Rp Juta) 26.500 67.976 142.794 654.719 18.088 132.041 262.979 816.711 53.322 194,7921 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Prov. Papua Meskipun terjadi perlambatan pada sektor ini, namun berdasarkan hasil survei liaison (perkembangan usaha) pada periode triwulan I-2011 yang dilakukan oleh KBI Jayapura kepada salah satu pelaku usaha yang bergarak dalam sub sektor perdagangan di Jayapura menunjukkan bahwa adanya tendensi peningkatan penjualan sehingga mendorong terjadinya peningkatan kapasitas usaha dan persediaan. 13

1.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 10,13% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,49% (yoy). Perlambatan pada sektor ini, didorong oleh perlambatan sub sektor komunikasi, sub sektor angkutan udara dan sub sektor angkutan jalan raya yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,41%; 0,12% dan 0,11%. Perlambatan yang terjadi pada ketiga sub sektor tersebut sepanjang triwulan I-2011 disebabkan antara lain oleh belum adanya faktor musiman yang dapat menjadi pendorong peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat seperti pada triwulan sebelumnya. Grafik 9. Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 Komunikasi 23. 22. 19. 16. 16. 16. 17. 19. 16. 18. 20. 14. 10. Angkutan Udara 8.5 9.3 11. 12. 13. 12. 13. 11. 9.8 10. 12. 14. 8.6 Angkutan Jalan Raya 11. 12. 12. 11. 13. 13. 13. 14. 12. 5.9 4.7 8.0 7.1 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan transportasi dominan yang dipergunakan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun manusia. Perlambatan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi diindikasikan oleh perkembangan arus penumpang di pelabuhan Jayapura yang mengalami penurunan kinerja (tumbuh negatif) mencapai 4,72% (yoy), dengan jumlah penumpang sebesar 41.152 orang (tabel 14). 14

Tabel 13. Perkembangan Arus Penumpang di Pelabuhan Jayapura Keterangan 2009 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 61.453 109.751 149.011 179.628 43.191 102.685 153.247 210.308 41.152 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang (%) -2,29-4,59-11,23-26,22-29,72-6,44 2,84 17,08-4,72 Sumber: PT. Pelindo IV, Wilayah Papua 1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara tahunan tumbuh sebesar 28,02% pada periode triwulan I-2011, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 yang mencapai 11,73% (yoy). Perkembangan sektor keuangan pada triwulan I-2011 didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor bank dengan kontribusi yang mencapai 0,68%. Sub sektor bank, secara tahunan tumbuh mencapai 36,94%, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,01% (yoy). Perbaikan kinerja sub sektor bank tercermin dari peningkatan nilai tambah bank (NTB) secara tahunan (yoy) yang pada periode triwulan I-2011 meskipun masih tumbuh negatif (kontraksi) namun tumbuh lebih tinggi sebesar 0,25% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif mencapai 20% seperti terangkum pada tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank (NTB) Provinsi Papua Uraian 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Nilai NTB Bank Provinsi Papua (Rp Juta) 220.637 428.965 640.704 1.108.723 220.080 Growth yoy NTB Bank Provinsi Papua (%) 13,86 6,99 4,92-20,40-0,25 Sumber : Bank Indonesia 1.1.9. Sektor Jasa Jasa Perkembangan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 34,55% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 39,47% (yoy). 15

Grafik 10. Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 - I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 Jasa Perorangan 10 10 12 12 10 11 12 15 15 15 15 15. 14. Jasa Hiburan 9 9 10 11 11 10 8. 8. 8. 10 15 20. 18. Jasa Sosial 11 12 13 14 13 15 12 10 8. 7. 10 13. 10. Pem. Umum 17 19 20 25 26 23 22 20 2. 14 25 41. 36. Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh melambatnya pertumbuhan dari seluruh sub sektor (grafik 10) yang disebabkan oleh faktor musiman yang selama ini menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor jasajasa ditriwulan ini tidak banyak berperan dibandingkan triwulan sebelumnya. Persiapan pemilihan kepala daerah ( Pilkada) di beberapa kabupaten/kota dan Pilkada Gubernur Provinsi Papua pada bulan September 2011 ikut mendorong pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum pada triwulan ini meskipun tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. 1.2. Sisi Permintaan Perkembangan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) pada periode triwulan I-2011 tumbuh mencapai 12,62%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun demikian tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih tetap terjaga pada level yang tinggi. Masih tingginya optimisme konsumen tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil pelaksanaan survei konsumen pada Maret 2011 di Jayapura yang mencapai 151,83, meningkat dibandingkan nilai IKK pada Nopember 2010 sebesar 143,67. Hasil Survei Konsumen (SK) pada Maret 2011 juga menunjukkan bahwa konsumen masih optimis terhadap kemampuan daya beli mereka yang tercermin dari peningkatan angka indeks penghasilan yang pada Maret 2011 mencapai 167, lebih tinggi dibandingkan Nopember 2010 sebesar 166 (grafik 11-12). 16

Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Mar Mei Jun Agust Sep Okt Nop Mar Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Mei Juni Agust Sep Okt Nop Mar Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Grafik 11. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 12. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Penghasilan Saat Ini 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi Provinsi Papua di triwulan I- 2011 didorong perlambatan pada seluruh komponen permintaan yaitu komponen komponen konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah, komponen ekspor dan komponen investasi (pembentukan modal tetap bruto). Perlambatan kinerja ekspor terutama didorong oleh permasalahan keterlambatan pengapalan hasil produksi ekonsentrat emas dan tembaga dari PT. Freeport Indonesia pada periode triwulan ini. Sementara itu, komponen investasi yang antara lain dikontribusikan dari realisasi belanja modal Pemerintah Daerah belum dapat optimal karena baru dimulainya penyerahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) pada triwulan ini. 1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Perkembangan komponen konsumsi rumah tangga di triwulan I- 2011 secara tahunan diperkirakan tumbuh sebesar 6,74% (tabel 3), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,21%(yoy). Perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga pada triwulan ini diindikasikan oleh perkembangan jumlah pendaftaran kendaraan baru (roda empat dan roda dua) di Provinsi Papua yang menunjukkan perlambatan baik untuk jenis kendaraan motor maupun jenis kendaraan mobil. 17

Tabel 15. Tabel Pendaftaran Kenderaan Baru Keterangan 2009 2010 Growth yoy TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV (%) Kendaraan Mobil 485 322 283 415 404 402 376 464 11.81 Kendaraan Motor 7,261 7,225 7,934 7,291 7,393 6,423 7,015 8020 10.00 Jumlah Kendaraan 7,746 7,547 8,217 7,706 7,797 6,825 7,391 8,484 10.10 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Prov. Papua Perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga ditriwulan I-2011 disebabkan oleh belum adanya faktor musiman yang dapat mendorong peningkatan permintaan masyarakat dibandingkan triwulan IV-2010. Permintaan masyarakat cenderung stabil, terjadinya trend penurunan harga di Kota Jayapura yang diindikasikan oleh penurunan laju inflasi tahunan dari 4,48% pada Desember 2010 menjadi 4,12% di Maret 2011 serta ketersediaan bahan pokok yang cukup berdampak kuantitas pembelian masyarakat dilakukan secara normal dan wajar. Meskipun tumbuh melambat, namun dengan pertumbuhan positif pada komponen konsumsi rumah tangga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua secara keseluruhan. Pertumbuhan positif komponen konsumsi rumah tangga tercermin dari realisasi belanja pegawai negeri baik langsung maupun tidak langsung yang antara lain dialokasikan untuk pembayaran gaji, tunjangan, honorarium dan lembur pegawai. Realisasi belanja pegawai pada periode triwulan I-2011 tumbuh positif mencapai 7,65% (yoy) atau meningkat dari Rp 85 milyar pada triwulan I-2010 menjadi Rp 91 milyar pada triwulan I- 2011. Tabel 16. Perkembangan Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 2011 Growth yoy TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 (%) Realisasi Belanja Pegawai Langsung dan Tidak Langsung (Rp Juta) 79.352 158.059 162.161 426.585 84.584 127.481 162.145 390.582 91.057 7,65 18

1.2.2 Konsumsi Swasta Nirlaba Komponen konsumsi swasta nirlaba pada triwulan I-2011 secara tahunan tumbuh sebesar 34,59%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 37,56% (yoy). Perkembangan sektor ini sangat tergantung pada aktivitas berbagai lembaga swadaya masyarakat yang pada umumnya bergerak pada kegiatan sosial kemasyarakatan dan aktivitas partai politik ikut mendorong pencapaian nilai tambah pada komponen ini. Grafik 13. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) 70 60 50 40 30 20 10 0-10 -20 I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 yoy (%) 9.8 10. 14. 14. 37. 31. 21. 16. -6. 2.9 23. 37. qtq (%) 2.8 3.1 5.7 1.6 23. -1. -2. -2. -0. 8.8 16. 8.4 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Seiring dengan akan dilaksanakannya Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Gubernur & Walikota/Kabupaten) pada tahun 2011 di Provinsi Papua mendorong meningkatnya aktivitas partai-partai politik pada periode ini sehingga memicu pertumbuhan signifikan komponen konsumsi swasta nirlaba secara tahunan, meskipun tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. 1.2.3 Konsumsi Pemerintah Perkembangan komponen konsumsi pemerintah pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 20,34%, lebih rendah (melambat) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 23,98%. Pencapaian nilai tambah pada komponen konsumsi pemerintah sangat ditentukan oleh realisasi pengadaan barang-jasa dan realisasi perkembangan fisik proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA). Pada triwulan I-2011, sebagian besar proyek (pengadaan dan pembangunan) 19

khususnya proyek baru masih memasuki masa tender dan persiapan pelaksanaan proyek. Pertumbuhan positif komponen konsumsi pemerintah (meskipun tumbuh melambat) diindikasikan oleh realisasi belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung pada triwulan I- 2011 sebesar 39,69% atau meningkat dari Rp 172 milyar pada triwulan I- 2010 menjadi Rp 240 milyar di triwulan I-2011. Peningkatan realisasi APBD Provinsi Papua merupakan stimulus dari sisi fiskal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode triwulan ini. Tabel 17. Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 2011 Growth yoy TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 (%) Total Belanja APBD Papua (Rp Juta) 268.668 665.475 1.108.199 3.251.856 172.157 1.074.142 843.474 3.516.761 240.481 39,69 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Papua 1.2.4 Investasi Komponen investasi tercermin pada pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan I-2011, komponen investasi diperkirakan tumbuh mencapai 7,63% (yoy), lebih rendah (melambat) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,28% (yoy). Komponen investasi terdiri atas investasi oleh pemerintah dan pihak swasta. Indikator perkembangan investasi pemerintah tercermin dari realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Papua yang pada triwulan I-2011 pertumbuhannya mengalami penurunan mencapai -85,75% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 15,38% (yoy). Rendah realisasi belanja modal disebabkan beberapa proyek pengadaan barang modal dan proyek pembangunan infrastruktur PEMDA Provinsi Papua pada triwulan laporan ini khususnya untuk proyek baru masih dalam proses tender dan tahap persiapan pelaksanaan pengerjaan proyek. 20

Grafik 14. Pertumbuhan Komponen Investasi (%) 20 15 10 5 0-5 -10-15 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) 0. 2. 6. 8. -4 2. 4. 6. -4 2. 5. 9. -8 yoy (%) 9. 9. 14 18 12 12 10 8. 8. 8. 9. 12 7. Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Tabel 18. Perkembangan Realisasi Belanja Modal PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Realisasi Belanja Modal (Rp Juta) 46.486 96.834 198.961 857.208 15.764 178.152 221.616 989.048 2.247 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Modal (%) 229,03-32,03-26,62 37,93-66,09 83,98 11,39 15,38-85,75 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Papua Meskipun cenderung melambat, namun berdasarkan hasil survei liaison triwulan I-2011 kepada 3 perusahaan menunjukkan bahwa 2 perusahaan berencana untuk menambah investasi dalam rangka peningkatan kapasitas usaha untuk meningkatkan volume penjualan. 1.2.5 Ekspor dan Impor Perkembangan ekspor Provinsi Papua pada periode triwulan I- 2011 secara tahunan diperkirakan tumbuh sebesar -12,10%. Kontraksi ini jauh lebih rendah (melambat) dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar -0,09% (yoy). Perlambatan kinerja ekspor Provinsi Papua tercermin dari pertumbuhan tahunan volume ekspor non migas yang mengalami penurunan pada periode triwulan I-2011 sebesar -38% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.751% (tabel 19). Kelompok komoditas yang mendominasi ekspor Provinsi Papua selama ini adalah kelompok bahan mentah dan turunannya dengan pangsa mencapai 95% dari total volume ekspor, terutama berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas. Kedua jenis komoditas yang mendominasi ekspor tersebut merupakan hasil produksi PT. Freeport Indonesia. 21

Tabel 19. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Provinsi Papua (Kg) Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Makanan dan Hewan Hidup 45.790.140 19.576.047 17.669.558 59.737.362 4.546.521 Minuman dan Tembakau 214 901 197 223.663 110 Bahan Mentah dan turunannya 441.759.685 525.811.628 541.654.527 2.635.546.313 337.239.752 Bahan Bakar Mineral, Pelumas dll - - 14 7.844.601.311 - Hewan, Minyak Sayur dan Lemak 2.898.427 5.001.468 18.991.742 201.851.513 - Bahan Kimia 7.110 1.920 223.392 82.734.163 1.993 Barang-Barang Olahan Industri 84.682.295 49.929.763 23.179.348 81.439.475 12.502.628 Mesin-Mesin dan Peralatan Transportasi 144.145 54.445 1.789.986 4.911.387 309.172 Aneka Barang-Barang Industri 1.647 1.354 159.127 750.390 1.306 Komoditas - - - - - Total 575.283.663 600.377.526 603.667.891 10.911.795.577 354.601.482 Growth yoy (%) 100.062.821 530.854 4.751-38 Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, data diolah Sejalan dengan itu, perlambatan pertumbuhan komponen ekspor juga diindikasikan oleh penurunan ekspor konsentrat tembaga dan konsentrat emas yang dicerminkan oleh perkembangan volume penjualan PT. Freeport Indonesia yang masing-masing tumbuh negatif secara tahunan sebesar - 6,08% dan -0,87%. Penurunan volume penjualan ini selain disebabkan oleh penurunan produksi kedua komoditas yang ditambang tersebut, juga disebabkan faktor keterlambatan jadwal pengapalan. Tabel 20. Perkembangan Volume Penjualan PT. Freeport Indonesia 2009 2010 2011 Jenis Komoditas TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III IV TW I Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 369 432 330 269 296 259 364 295 278 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) 78,261 88,646 25-34,55-19,783-40,046 10,303 9,67-6,08 Konsentrat Emas (Ribu Ons) 521 811 683 528 458 276 466 565 454 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) 107,57 245,11 152,03 24,235-12,092-65,968-31,772 7,01-0,87 Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Sementara itu, pada sisi impor sejalan dengan perlambatan komponen ekspor, komponen impor juga mengalami perlambatan pada periode triwulan laporan ini yang tumbuh mencapai 20,97% (yoy) lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 46,99% (yoy). Perlambatan yang terjadi termasuk pada impor barang modal. 22

II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, perlambatan ekonomi Papua Barat terutama disebabkan oleh perlambatan pada tiga sektor yang memberikan kontribusi yang cukup dominan dalam perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan serta sektor jasa-jasa, sementara sektor lainnya tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 1). Rincian masing-masing sektor diuraikan sebagai berikut: 2.1.1. Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada periode triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 4,66%, lebih rendah (melambat) dibandingkan 5,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan yang terjadi terutama disebabkan oleh penurunan produksi beberapa komoditas pada sub sektor tanaman bahan makanan. Komoditas tanaman bahan makanan yang mengalami penurunan produksi signifikan antara lain adalah padi. Berdasarkan angka ramalan I-2011 BPS Provinsi Papua Barat, produksi padi (sawah dan ladang) secara tahunan pada periode panen Januari-April tahun 2011 diprakirakan mengalami penurunan produksi mencapai 20,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (tabel 21). Jumlah produksi (periode Jan-Apr 2011) diprakirakan mencapai 9.666 ton gabah kering giling, turun dari 12.154 ton pada tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan luasan produksi dan penurunan produkstivitas. Sementara itu, komoditas kedelai diperkirakan mengalami penurunan produksi sebesar 608 ton (tabel 21). Penurunan terebut disebabkan oleh adanya penurunan luas areal panen dan penurunan produktivitas. Tabel 21. Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat Periode Panen 2008 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Januari-April (ton/ha) 11.182 13.438 12.154 9.666-20,47 Mei-Agustus (ton/ha) 13.956 13.427 12.151 12.078-0,60 September-Desember (ton/ha) 14.399 10.120 9.949 12.527 25,91 Januari-Desember (ton/ha) 39.537 36.985 34.254 34.271 0,05 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan I-2011 23

2.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 2,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,95% (yoy). Perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian didorong antara lain oleh semakin meningkatnya produksi pertambangan nikel yang terletak di Kabupaten Raja Ampat yang mulai melakukan ekspor sejak tahun 2010. Selain itu, membaiknya permintaan global ikut mendorong peningkatan produksi komoditas pertambangan khususnya yang berorientasi ekspor. Grafik 15. Perkembangan Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4-5 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) -2. 0.0 1.9 3.3-4. 0.3 0.5 0.3-3. 0.9 1.2 2.0 yoy (%) 1.0 0.3 0.9 2.7 1.1 1.3 0.0-2. -2. -1. -0. 0.9 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 2.1.3. Sektor pengolahan Pada triwulan I-2011, sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh mencapai 26,05%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 165,97% (yoy). Perkembangan sektor industri pengolahan tetap didominasi oleh aktivitas produksi LNG Tangguh (beroperasi sejak tahun 2010) dengan produk berupa gas alam cair. 24

Grafik 16. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan (%) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0-20 200 8 200 9 qtq (%) 3.2-0. 4.7 4.5 4.1 1.2 9.6-4. 107 15. 14. -3. -1. yoy (%) 4.9 5.1 8.1 12. 13. 15. 20. 9.8 119 149 161 165 26. Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 2.1.4. Sektor Listrik Dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 8,97% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,52% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didominasi oleh perumbuhan positif sub sektor listrik yang tumbuh menjadi 10,34% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,47%. Pertumbuhan positif pada kinerja sub sektor listrik diindikasikan oleh pertumbuhan tahunan konsumsi listrik di Papua Barat yang pada periode triwulan I-2011 tumbuh sebesar 01,29% (grafik 17). Pertumbuhan konsumsi listrik pada triwulan ini didominasi oleh pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh mencapai 10,79% (yoy). 201 0 201 1 Grafik 17. Perkembangan Konsumsi Listrik Prov. Papua Barat (Juta Kwh) 80 70 60 50 40 30 20 10 - I II III IV I II III IV I II III IV I 2008 2009 2010 2011 Konsumsi Listrik (Juta Kwh) 53 53 53 54 55 58 61 62 63 67 66 70 70 Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%) 13. 8.0 8.4 7.8 2.8 10. 14. 13. 14. 14. 9.3 12. 10. (%) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Sumber : PLN Wilayah Papua 25

2.1.5. Sektor Bangunan Sektor bangunan pada triwulan I 2011, diperkirakan tumbuh sebesar 16,04% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 13,57% (yoy). Perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua Barat didominasi oleh kegiatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur milik Pemerintah Daerah berupa jalan, jembatan dan gedung melalui alokasi APBD dan APBN. Selain itu, pertumbuhan sektor bangunan juga dikontribusikan oleh pembangunan kawasan perdagangan berupa rumah toko dan kawasan perumahan oleh pihak swasta. Sebagian besar proyek baru infrastruktur milik pemerintah pada periode ini baru memasuki proses tender dan persiapan pelaksanaan proyek sehingga realisasi fisik dan keuangan proyek belum optimal. Peningkatan kinerja sektor bangunan tercermin dari realisasi pengadaan semen yang secara tahunan tumbuh signifikan mencapai 446% atau dengan volume semen mencapai 12.938 sak (tabel 22). Besarnya pertumbuhan realisasi pengadaan semen tersebut menunjukkan pesatnya perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua Barat. Tabel 22. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Barat Realisasi Pengadaan Semen 2009 2010 2011 Growth yoy (%) I II III IV I II III IV I I-2011 Provinsi Papua Barat (Sak) 1.505 2.922 6.562 532 2.371 8.990 5.195 8.986 12.938 446 Sumber : Asosiasi Produsen Semen Indonesia 26

2.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 12,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 yang mencapai 10,07% (yoy). Tabel 23. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Keterangan 2009 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang -Menurut Jenis Perdagangan (Ton/M3) 60.016 77.921 69.183 71.085 70.069 79.171 86.510 82.650 89.713 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Perdagangan (%) 32,05 43,28 5,78 16,38 16,75 1,60 25,05 16,27 28,04 -Menurut Jenis Distribusi (Ton/M3) 60.016 77.921 69.183 71.085 70.069 79.162 79.163 82.650 89.713 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Distribusi (%) 32,05 43,28 5,77 16,38 16,75 1,59 14,43 16,27 28,04 -Menurut Jenis Kemasan (Ton/M3) 60.011 77.921 69.183 71.085 70.069 79.162 79.163 82.650 89.713 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Kemasan (%) 32,04 43,28 5,77 16,38 16,76 1,59 14,43 16,27 28,04 Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Manokwari Perkembangan sektor PHR pada triwulan ini dipengaruhi antara lain oleh rencana pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung (Pemilukada) di tingkat Kota/Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada periode tahun 2011. Peningkatan kinerja sektor PHR ditriwulan I-2011 juga tercermin oleh pertumbuhan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat baik menurut jenis perdagangan, menurut jenis distribusi maupun menurut jenis kemasan yang masing-masing tumbuh sebesar 28,04%. Grafik 18. Perkembangan Konsumsi Listrik Komersial Prov. Papua Barat (Juta Kwh) (%) 25 30 20 15 10 5 0 I II III IV I II III IV I II III IV I 2008 2009 2010 2011 Jumlah Konsumsi Listrik Komersial (Juta Kwh) 15.2 17.3 16.5 17.7 17.3 17.8 18.9 20.3 20.1 22.0 21.7 22.4 22.4 Pertumbuhan Konsumsi Listrik Komersial yoy (%) 23.6 21.0 12.3 24.0 13.5 2.57 14.2 14.9 16.3 24.0 15.0 10.1 11.2 25 20 15 10 5 0 Sumber : PLN Wilayah Papua 27

Peningkatan kinerja sektor PHR juga tercermin oleh konsumsi listrik konsumen komersial yang tumbuh mencapai 11,29% (yoy) atau dengan jumlah konsumsi listrik mencapai 22,44 juta Kwh, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan konsumsi listrik triwulan sebelumnya sebesar 10,17% (yoy). 2.1.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh mencapai 12,01% (yoy) pada triwulan I-2011, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,44% (yoy). Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi didominasi oleh pertumbuhan sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat dalam menunjang mobilitasnya. Selain kedua jenis sub sektor angkutan tersebut, sektor komunikasi juga mendominasi perkembangan sektor ini seiring dengan semakin besarnya kebutuhan manusia akan komunikasi. Tabel 24. Perkembangan Arus Penumpang di Pelabuhan Papua Barat Keterangan 2009 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 44.587 39.193 49.830 43.386 51.951 43.468 51.336 39.237 58.412 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang (%) -21,58-16,89 2,21-21,21 16,52 10,91 3,02-9,56 12,44 Sumber : PT. Pelindo IV Cabang Manokwari Peningkatan kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan I-2011 tercermin dari pertumbuhan arus penumpang kapal laut di Pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh mencapai 12,44% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif (kontraksi) sebesar 9,56% (yoy). Adapun jumlah penumpang yang menggunakan transportasi laut pada triwulan ini baik untuk debarkasi maupun embarkasi mencapai 58.412 orang (tabel 24) 2.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada periode triwulan I-2011 tumbuh sebesar 10,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 5,60% (yoy) pada triwulan sebelumnya. pertumbuhan Pertumbuhan sektor keuangan pada periode triwulan ini didominasi oleh 28

pertumbuhan signifikan sub sektor bank yang tumbuh mencapai 11,74% (yoy). Kinerja positif sektor keuangan pada periode triwulan I-2011 juga diindikasikan oleh pertumbuhan tahunan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 32% dengan nilai mencapai Rp 86 milyar (tabel 25). Tabel 25. Perkembangan Nilai Tambah Bank di Provinsi Papua Barat Uraian Growth 2010 2011 (yoy) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 1 Nilai NTB Bank Provinsi Papua Barat (Rp Juta) 64.854 107.096 112.263 484.581 85.657 32 Sumber : Bank Indonesia Seiring dengan semakin berkembangnya jaringan kantor bank yang beroperasi dan meningkatknya jumlah kredit yang disalurkan dan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, mendorong peningkatan laba usaha dari bank yang merupakan salah satu faktor dalam perhitungan nilai tambah bank. Penjelasan lebih lanjut mengenai kinerja perbankan akan dibahas pada bab III. 2.1.9. Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa pada periode triwulan I-2011 secara tahunan diperkirakan tumbuh mencapai 11,79%, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15% (yoy). Perlambatan pada sektor ini disebabkan oleh belum adanya faktor musiman yang biasanya menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor ini.. (%) 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 Grafik 19. Perkembangan Sektor Jasa-Jasa 200 8 200 9 yoy (%) 11. 10. 9.7 11. 10. 10. 8.9 0.5 7.4 2.9 3.7 15. 11. 201 0 qtq (%) -7. 4.6 4.6 9.7-7. 3.8 3.5 1.3-1. -0. 4.3 12. -4. Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 201 1 29

Sub sektor pemerintahan umum merupakan salah satu yang mendominasi pertumbuhan sektor ini dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 mencapai 1,03%. Persiapan pelaksanaan Pemilukada yang akan dilaksanakan di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat pada tahun 2011 merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan pada sub sektor pemerintahan umum. 2.2. Sisi Penggunaan Dari sisi permintaan, ekonomi Provinsi Papua Barat yang tumbuh melambat pada periode triwulan ini disebabkan oleh melambatnya 3 komponen yang cukup dominan memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi Papua Barat yaitu komponen konsumsi pemerintah, komponen investasi dan komponen ekspor. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Masingmasing komponen tersebut diuraikan sebagai berikut: 2.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 11,92% (yoy) pada triwulan I-2011, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,61% (yoy). Grafik 20. Perkembangan Hasil Survei Konsumen di Manokwari Sep Okt Nop Des Mar 2010 2011 Indeks Keyakinan Konsumen 119 134.83 129.17 129 127 Indeks Penghasilan saat ini 146 146 166 139 142 Indeks Pembelian durable goods (Angka Indeks) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 68 92 111 94 60 Sumber : Bank Indonesia Meningkatnya kinerja konsumsi rumah tangga sejalan dengan tingkat optimisme masyarakat di Kota Manokwari yang masih tinggi terhadap perkembangan ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat indeks keyakinan konsumen Maret 2011 (hasil survei konsumen BI periode Maret 2011 di 30

Manokwari) yang masih cukup tinggi mencapai 127. Peningkatan konsumsi rumah tangga juga tercermin oleh trend peningkatan indeks penghasilan saat ini (mencerminkan potensi kenaikan pendapatan masyarakat pada 6 bulan mendatang) yaitu dari 139 pada Desember 2010 menjadi 142 pada Maret 2011. Meskipun demikian, indeks pembelian barang-barang tahan lama (durable goods) menunjukkan penurunan indeks pada maret 2011 menjadi 60 dibandingkan Desember 2010 yang mencapai 94. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat akan mengurangi pembelian untuk jenis barang tersebut dan lebih memfokuskan pada pembelian barang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. 2.2.2 Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi swasta nirlaba diperkirakan secara tahunan tumbuh mencapai 6,34% (yoy) pada triwulan I-2011, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,25% (yoy). Grafik 21. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) 0.1 1.1 3.4 1.0 10. 11. -4. 0.0 0.5 3.6 1.9 3.7-2. yoy (%) 4.1 4.2 6.8 5.8 16. 28. 18. 16. 6.6-0. 6.2 10. 6.3 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara Perkembangan sektor ini tidak terlepas dari aktivitas berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan berbagai aktivitas partai politik pada periode triwulan ini. Penyiapan pelaksanaan Pemilukada di beberapa Kabupaten/Kota yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2011 merupakan salah faktor yang mendorong pertumbuhan pada komponen ini meskipun cenderung melambat. 31

2.2.3 Konsumsi Pemerintah Pada triwulan I-2011, komponen konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 3,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2010 yang mencapai 7,87% (yoy). Melambatnya pertumbuhan komponen ini antara lain disebabkan oleh pelaksanaan proyek milik Pemerintah Daerah baik berupa pengadaan maupun pembangunan khususnya untuk proyek baru masih dalam proses tender sehingga realisasi kemajuan proyek dan keuangan masih dalam persentase yang terbatas. Selain itu, penyerahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran kepada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat masih berjalan pada periode triwulan I-2011. Grafik 22. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah (%) 20 15 10 5 0-5 -10 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) 0.2 4.4 1.8 3.1-1. 1.7 2.7 2.8-1. 3.5 2.1 3.1-5. yoy (%) 12. 14. 12. 9.9 7.8 5.1 6.0 5.8 6.3 8.1 7.5 7.8 3.6 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 2.2.4 Investasi Indikator investasi tercermin dari besarnya nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Pada triwulan I-2011, komponen ini diperkirakan secara tahunan tumbuh mencapai 13,22%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,01% (yoy). Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi tersebut dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan stabilitas keamanan yang kondusif. Upaya pemerintah daerah dalam pembenahan infrastruktur melalui peningkatan anggaran untuk infrastruktur dan upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia 32

usaha khususnya dalam pengurusan perizinan dan administrasi serta kondisi usaha stabil merupakan salah faktor pendorong pertumbuhan pada komponen ini. (%) 20 15 10 2.2.5 Ekspor Neto Grafik 23. Pertumbuhan Investasi Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 9,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 42,42%. Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat didominasi antara lain oleh ekspor gas alam cair hasil produksi LNG Tangguh dan Nikel yang merupakan hasil produksi pertambangan di Kabupaten Raja Ampat. Perlambatan kinerja ekspor tercermin oleh volume ekspor non migas Provinsi Papua Barat yang pada triwulan I-2011 mengalami penurunan pertumbuhan (tumbuh negatif) mencapai 27% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 484.291%. Ekspor non migas Papua Barat pada periode triwulan laporan ini didominasi oleh ekspor kelompok komoditas bahan mentah dan turunannya dengan pangsa mencapai 92% dari total volume ekspor non migas atau dengan volume mencapai 112 ribu ton yang antara lain berupa komoditas nikel. 5 0-5 -10 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2008 2009 2010 2011 qtq (%) -4. 1.9 1.1 6.4-3. 1.7 2.1 2.3-4. 5.4 4.2 9.1-5. yoy (%) 2.3 3.6 1.2 4.9 5.6 5.4 6.4 2.3 1.9 5.6 7.8 15. 13. Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara 33

Tabel 26. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Provinsi Papua Barat (Kg) Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Makanan dan Hewan Hidup 7.538.269 10.108.957 8.690.460 38.020.462 9.245.979 Minuman dan Tembakau - - - 148.857 - Bahan Mentah dan turunannya 159.810.000 50.700.000 184.122.131 2.158.667.371 112.375.000 Bahan Bakar Mineral, Pelumas dll - - - 4.749.233.892 - Hewan, Minyak Sayur dan Lemak - - - 108.958.288 - Bahan Kimia - - - 50.828.227 - Barang-Barang Olahan Industri 328 463 497 68.315.192 358 Mesin-Mesin dan Peralatan Transportasi 371.000 38.382.000 8.406.828 128.249 323.000 Aneka Barang-Barang Industri - - - 188.239 - Komoditas - - - - - Total 167.719.597 99.191.420 201.219.916 7.174.488.777 121.944.337 Growth yoy (%) 11.224 19.814 9.881 484.291-27 Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, data diolah Sementara itu, impor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2011 juga sejalan dengan perkembangan ekspor yang tumbuh melambat mencapai 5,21% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,50% (yoy). 34

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan I-2011 tercatat sebesar 4,12% (yoy) dan secara bulanan inflasi kota Jayapura mencapai 0.03%. Tabel 27. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Kelompok Komoditi 2009 2010 Mar-11 IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY Bahan Makanan 125,30 (0,74) 1,47 1,47 132,32 3,91 5,60 5,60 136,79 (0,23) 3,38 4,28 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 130,01 0,08 7,34 7,34 142,63 2,13 9,71 9,71 142,91 (0,10) 0,20 8,36 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 110,60 0,15 1,23 1,23 114,46 0,53 3,49 3,49 115,05 0,13 0,52 4,24 Sandang 115,45 0,47 6,15 6,15 119,03 0,76 3,10 3,10 119,39 0,24 0,30 4,48 Kesehatan 112,78 0,54 4,96 4,96 114,30 0,52 1,35 1,35 114,06 0,22 (0,21) 1,67 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 107,85 (0,01) 0,69 0,69 108,33 0,06 0,45 0,45 108,31 0,00 (0,02) 0,39 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 112,90 2,00 (1,31) (1,31) 115,82 1,55 2,59 2,59 115,16 0,00 (0,57) 2,22 Inflasi Jayapura 117,53 0,31 1,92 1,92 122,80 1,87 4,48 4,48 123,97 (0,03) 0,95 4,12 Sumber: BPS Provinsi Papua Tendensi penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh turunnya harga sejumlah kelompok penyumbang inflasi yakni kelompok bahan makanan sebesar -0.23%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok,& tembakau sebesar -0.10%. 35

1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan di Kota Jayapura Inflasi bahan makanan mengalami penurunan disebabkan oleh adanya perbaikan pada hasil tangkapan dari ikan akibat membaiknya cuaca dalam beberapa kurun waktu terakhir. Selain itu perbaikan sarana infrastruktur di sejumlah daerah distribusi barang menjadi lebih cepat sehingga kelangkaan akan kebutuhan barahan pokok dapat dihindari. 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Hasil surbvei pemantauan harga komoidtas di sejumlah pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Jayapura menunjukkan pernurunan. Komoditas seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang-bawangan, cabe merah, sayur-sayuran, ikan-ikanan mengalami penurunan rata-rata sebesar -5% sampai 12%. Tabel 28. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas KOMODITAS Mar-11 I II III IV V DAGING AYAM RAS 26.000 24.000 23.000 23.000 23.000 TELUR AYAM RAS 27.000 25.000 25.000 24.000 24.000 CABE MERAH 22.000 20.000 20.000 20.000 20.000 27.000 27.000 27.000 26.000 25.000 CABE RAWIT 25.000 24.000 24.000 24.000 24.000 BAWANG MERAH 28.000 28.000 28.000 28.000 27.000 BAWANG PUTIH 22.000 21.000 21.000 20.000 20.000 TOMAT BUAH 5.300 5.200 5.200 5.200 5.300 WORTEL 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 KENTANG 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 KACANG PANJANG 3.800 3.800 3.700 3.700 3.600 KANGKUNG 2.700 2.600 2.500 2.500 2.500 BAYAM 2.600 2.500 2.500 2.500 2.300 SAWI HIJAU 2.500 2.500 2.500 2.500 2.400 IKAN BANDENG/EKOR KUNING 48.000 45.000 46.000 47.000 47.000 IKAN KEMBUNG 31.000 28.000 30.000 32.000 28.000 IKAN MAS/CAKALANG 38.000 35.000 35.000 36.000 37.000 IKAN TONGKOL 34.000 34.000 34.000 35.000 35.000 UDANG BASAH 47.000 47.000 49.000 49.000 48.000 EMAS PERHIASAN 407.000 404.000 406.000 410.000 409.000 422.000 420.000 423.000 425.000 424.000 Sumber: Survei Pemantauan Harga KBI Jayapura Bekerjasama Dengan KEDUA UNCEN 36

Grafik 24 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi 30.000 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas 60.000 Perkembangan Harga Komoditas Ikan 25.000 50.000 20.000 15.000 10.000 5.000 40.000 30.000 20.000 0 I II III IV V Mar-11 DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS CABE MERAH CABE RAWIT BAWANG MERAH BAWANG PUTIH TOMAT BUAH WORTEL KENTANG KACANG PANJANG KANGKUNG BAYAM SAWI HIJAU Sumber: Survei Pemanatauan Harga Kota Jayapura 10.000 0 I II III IV V Mar-11 IKAN BANDENG/EKOR KUNING IKAN KEMBUNG IKAN MAS/CAKALANG IKAN TONGKOL UDANG BASAH 1.3.1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan pada Bulan Maret 2011 mengalami deflasi sebesar 0,23 % yang disebabkan oleh perubahan sub-sub kelompok. Adapun Sub kelompok yang mengalami penurunan harga yakni sub kelompok bumbubumbuan sebesar 6,98%, sub kelompok buah-buahan sebesar 1,89 %, sub sayur-sayuran sebesar 0,81%, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya sebesar 0,25%, dan sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,14%. Sedangkan sub kelompok yang mengalami kenaikan harga adalah sub kelompok ikan diawetkan lainnya sebesar 1,44 %, sub kelompok telur, susu dan Hasil-Hasilnya sebesar 1,26%, kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 0,47%, sub kelompok lemak dan minyak sebesar 0,46%, dan sub kelompok kacang-kacangan sebesar 0,07%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yaitu: cabe rawit sebesar 0,20%, kangkung sebesar 0,05%, ikan kembung/gembung 0,04%, tomat buah sebesar 0,03 %, cabe merah sebesar 0,02% serta beras, daging sapi, tomat sayur, sawi hijau dan ketimun masing-masing sebesar 0,01%. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu: ikan ekor kuning sebesar 0,08 % ikan cakalang dan ikan mujair masing-masing sebesar 0,05 % daging ayam ras, ikan kawalina dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,02 % serta daun singkong, kacang panjang, ikan merah, buncis, minyak goreng, ikan cakalang asap, kentang, labu siam/jipang, susu untuk bayi dan susu kental manis masing-masing sebesar 0,01 %. 37

1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Maret 2011 mengalami deflasi 0,10 % yang disebabkabn oleh perubahan sub-sub kelompok yakni sub kelompok minuman yang tidak beralkohol yaitu sebesar 0,61%. Sedangkan sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 0,03 %. Untuk sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol tidak mengalami perubahan angka indeks. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi deflasi adalah gula pasir sebesar 0,02 %. 1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok perumahan, air, dan listerik pada Maret 2011 mengalami inflasi 0,13 %. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami inflasi adalah: sub kelompok biaya tempat tangga sebesar 0,19 % dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,09 %. Sedangkan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air serta sub kelompok perlengkapan rumah tangga tidak mengalami perubahan angka indeks. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah komoditas sewa rumah sebesar 0,02 % dan seng sebesar 0,01 %. 1.3.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Maret 2011 mengalami inflasi 0,24 %, yang disebabkan oleh perubahan sub-sub kelompok yakni sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 0,83 % dan sub kelompok sandang lakilaki sebesar 0,04 %. Sedangkan pada sub kelompok sandang wanita dan sub kelompok sandang anak-anak tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan Maret 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusiterjadinya inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,01 %. 1.3.5 Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada Maret 2011 mengalami inflasi 0,22 %. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami inflasi yaitu sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,53 % dan sub kelompok obat-obatan sebesar 0,01 %. Sedangkan sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan Maret 2011 secara 38

keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi terjadinya sebesar 0,01 %. 1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga inflasi adalah shampo Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada Maret 2011 tidak mengalami perubahan harga. Dari lima sub kelompok dalam kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, semua sub kelompoknya tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan Maret 2011 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi/deflasi sebesar 0,00% andilnya sangat kecil) atau dengan kata lain kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga memberikan andil yang relatif kecil terhadap perubahan indeks secara umum. 1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada Maret 2011 tidak mengalami perubahan harga. Dari empat sub kelompok dalam kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, semua sub kelompoknya tidak mengalami perubahan angka indeks. Secara keseluruhan kelompok ini pada Bulan Maret 2011 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi/deflasi sebesar 0,00 persen (andilnya sangat kecil) atau dengan kata lain kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memberikan andil yang relatif kecil terhadap perubahan indeks secara umum. 39

2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Umum Perkembangan harga berbagai komoditas di Papua Barat yang merupakan gabungan indikator Kota Manokwari dan Sorong pada bulan Maret 2011, secara umum menunjukkan adanya penurunan. Inflasi pada bulan Maret 2011 mencapai sebesar 4,53%. 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan Inflasi Papua Barat pada triwulan I-2011 mencapai 4.53% lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan IV-2010. Hal ini merupakan bagian siklus musiman dimana pada triwulan I-2011 kecenderumgan masyarakat untuk mengkonsumsi barang tidak setinggi pada akhir triwulan IV-2010. Disamping itu adanya lancarnya pasokan dari luar daerah juga mendorong penurunan harga yang ada di Provinsi Papua Barat. 2.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Inflasi gabungan yang terjadi di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh penurunan indeks yang cukup signifikan pada sub kelompok-sub kelompok seperti : sub kelompok ikan segar sebesar -4,34%, sub kelompok buah-buahan sebesar -2,81%, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar -2,43%, sub kelompok transpor sebesar -1,72%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar -1,53%, sub kelompok sayur-sayuran sebesar -0,91 %, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar -0,73%, sub kelompok ikan diawetkan sebesar -0,66 %, sub kelompok sandang lakilaki sebesar -0,57%, serta sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar -0,44%. 2.3.1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada bulan Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 5,96% (yoy). Secara bulanan inflasi Papua Barat mengalami deflasi sebesar -1.33% yang disebabkan oleh sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar -4,34%, sub kelompok telur, susu dan hasilhasilnya adalah sub kelompok mengalami deflasi -0,25%. Sub kelompok 40

lemak dan minyak adalah sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar, yakni sebesar 1,03 %, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 0,13 %. 2.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Maret 2011 mengalami deflasi sebesar 0,76 %. Hal ini dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol, sub kelompok minuman yang tidak beralkohol yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -2,43 % dan -0,44%. 2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 0,10%. Inflasi ini disebabkan oleh adanya kenaikan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok biaya tempat tinggal, sub kelompok perlengkapan rumah tangga, serta sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air masing-masing sebesar 0,39%, 0,10%, 0,07%, serta 0,01%. 2.3.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 0,14 %. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami inflasi, satu sub kelompok mengalami deflasi, serta satu sub kelompok lainnya tidak mnegalami perubahan indeks. Sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, yakni sebesar 1,33%, serta sub kelompok sandang wanita sebesar 0,22 %. Sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok sandang laki-laki sebesar -0,57 %. Sedangkan sub kelompok yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok sandang anakanak. 41

2.3.5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 1,30 %. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi, serta satu sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Inflasi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika, yakni sebesar 2,69 %; sub kelompok jasa kesehatan, yakni sebesar 0,16 %; serta sub kelompok obat-obatan, yakni sebesar 0,14 %. Sedangkan satu sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok jasa perawatan jasmani. 2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Maret 2011 mengalami inflasi sebesar 0,14 %. Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami inflasi, satu sub kelompok mengalami deflasi, serta tiga sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan, yakni sebesar 1,23 %, sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok rekreasi, yakni sebesar -0,08 %. Adapun tiga sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok jasa pendidikan; sub kelompok kursus-kursus/pelatihan; serta sub kelompok olahraga. 2.3.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Maret 2011 mengalami deflasi sebesar 1,28 %. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami deflasi, serta dua sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Deflasi terjadi pada sub kelompok transpor, yakni sebesar -1,72 % dan sub kelompok sarana dan penunjang transport, yakni sebesar -0,05 %. Adapun dua sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok komunikasi dan pengiriman; serta sub kelompok jasa keuangan. 42

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangangan Umum Perbankan Wilayah Papua Perbankan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jayapura yang meliputi pada triwulan I-2011 secara umum mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari beberapa indikator yakni perkembangan aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit serta tingkat Non Performing Loan (NPL) masih berada di bawah batas 5% sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tabel 29. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Wilayah Papua 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth Total Asset (Rp miliar) 27.224,47 28.821,47 28.057,18 31.920,10 32.676,02 36.113,46 35.486,72 35.596,46 39.286,55 20,23% DPK (Rp miliar) 19.014,18 21.259,20 21.027,22 21.786,39 21.488,24 24.448,64 24.462,23 25.184,86 28.307,35 31,73% Giro (Rp miliar) 6.991,43 8.780,61 7.971,68 6.782,77 7.276,03 10.239,88 9.638,36 7.837,68 11.228,45 54,32% Deposito (Rp miliar) 4.160,91 4.504,60 4.839,00 4.373,97 4.604,97 5.239,50 5.425,56 4.827,33 5.587,11 21,33% Tabungan (Rp miliar) 7.861,84 7.973,99 8.216,54 10.629,65 9.607,24 8.969,27 9.398,31 12.520,15 11.491,79 19,62% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 6.858,15 7.571,49 8.296,95 8.841,79 9.713,34 10.425,29 11.058,83 11.521,02 12.363,42 27,28% Modal Kerja 2.643,31 2.940,03 3.187,26 3.385,99 3.533,45 4.402,81 5.071,35 5.443,82 5.401,75 52,87% Investasi 790,86 1.099,99 1.122,46 1.224,45 1.540,15 1.084,57 1.087,05 1.115,70 1.179,97-23,39% Konsumsi 3.423,97 3.531,47 3.987,23 4.231,35 4.639,74 4.937,90 4.900,44 4.961,50 5.781,69 24,61% LDR 36,07% 35,62% 39,46% 40,58% 45,20% 42,64% 45,21% 45,75% 43,68% -3,38% NPL 1,73% 1,96% 2,21% 1,55% 1,95% 1,74% 1,84% 1,18% 1,39% -28,70% Kredit MKM (Rp miliar) 4.393,13 4.465,32 4.754,82 5.347,73 7.049,14 8.581,55 8.685,99 9.104,03 9.851,92 39,76% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 377,25 365,16 291,34 268,08 1.252,32 1.271,44 1.389,17 1.420,56 1.391,11 11,08% Kredit Kecil 1.338,30 1.324,42 1.467,49 1.722,96 3.460,65 4.494,00 4.276,34 4.661,15 5.066,68 46,41% Kredit Menengah 2.677,58 2.775,74 2.995,99 3.356,69 2.336,18 2.816,11 3.020,48 3.022,32 3.394,44 45,30% Sumber: KBI Jayapura 43

Dari sisi kelembagaan, jumlah kantor bank di wilayah kerja KBI Jayapura terdapat sebanyak 274 yang tersebar di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sampai dengan triwulan I-2011, aset bank-bank tersebut mencapai Rp 39,28 triliun atau meningkat 20,23% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp. 12,36 triliun atau tumbuh sebesar 27,28% dibandingkan dengan triwulan I-2010. Perbankan Wilayah Papua juga berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga Rp.28,30 triliun atau bertumbuh sebesar 31,73%. Dengan adanya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga lebih tinggi dari penyaluran kredit maka Loan to Deposit Ratio mengalami kontraksi menjadi 43,68% Jika dilihat dari masing-masing komponen dana pihak ketiga, Giro mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 54,32%. Hal ini disebabakna oleh adanya kenaikan pada giro pemerintah sebagai droping dari APBD ke daerah yang biasanya terjadi pada triwulan I. Pertumbuhan deposito juga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 21,33% dan tabungan sebesar 19,62% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010. Dari sisi penyaluran kredit, sektor konsumsi menjadi primadona bagi penyaluran kredit. Hal ini tercermin dari share kredit tersebut terhadap keseluruhan penyaluran kredit bagi masyarakat mencapai 46,76% dan memiliki pertumbuhan mencapai 24,61% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan kredit investasi dan modal kerja masing-masing mencapai 52% dan -23%. Tabel 30. Perkembangan NPL Persektor NPL Sektor 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Total 1,49% 3,46% 0,88% 2,01% 3,97% 0,00% 1,15% 1,43% 1,39% Tani 2,59% 2,49% 1,62% 2,54% 0,31% 0,00% 0,00% 0,44% 1,41% Tambang 0,30% 1,07% 0,46% 0,68% 0,57% 0,03% 2,01% 1,36% 0,44% Industri 0,00% 2,57% 0,00% 0,00% 0,41% 0,07% 1,71% 9,70% 1,36% Listrik,Gas 5,82% 6,09% 6,79% 6,94% 4,24% 1,90% 1,89% 1,57% 9,70% Konstruksi 1,84% 1,50% 1,21% 1,89% 2,12% 1,02% 2,16% 1,33% 1,55% Dagang/Hotel 1,98% 1,95% 1,31% 2,37% 1,60% 0,04% 1,77% 1,21% 1,32% Angkut/Komunikasi 2,23% 2,51% 2,60% 1,71% 2,56% 0,04% 0,26% 0,50% 1,21% JS.Dunia Usaha 0,76% 2,73% 1,78% 4,53% 3,94% 0,02% 2,20% 1,62% 0,41% JS.Sosial 0,66% 1,46% 1,00% 0,97% 1,36% 1,62% 1,46% 1,85% 1,64% Lain-2 1,70% 2,01% 2,32% 1,71% 1,95% 1,74% 1,76% 1,63% 1,48% Sumber: KBI Jayapura Rasio kredit bermasalah mengalami penurunan dari 3,97% pada triwulan I-2010 menjadi 1,39% triwulan I-2011. 44

II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum perbankan Provinsi Papua mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Kinerja perbankan Provinsi Papua mengalami perkembangan yang cukup baik tercermin dari beberapa indikator utama antara lain pertumbuhan aset sebesar 22, 12% (yoy); DPK sebesar 37,10 (yoy); kredit yang disalurkan sebesar 34,94% (yoy) sementara LDR mencapai 42,32% dengan rasio kredit bermasalah sebesar 1,42%. Tabel 31. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Provinsi Papua 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth Total Asset (Rp miliar) 22.302,19 23.872,57 23.197,10 25.841,23 26.548,52 29.642,33 29.006,88 28.863,48 32.421,15 22,12% DPK (Rp miliar) 14.446,26 16.578,91 16.250,39 16.451,89 15.791,93 18.845,77 18.930,47 19.424,41 21.650,25 37,10% Giro (Rp miliar) 5.370,98 7.052,30 6.221,51 5.303,29 5.387,86 7.917,71 7.486,74 6.413,04 9.075,82 68,45% Deposito (Rp miliar) 3.266,10 3.610,50 3.905,64 3.362,35 3.611,98 4.242,79 4.445,09 3.727,20 4.416,20 22,27% Tabungan (Rp miliar) 5.809,18 5.916,11 6.123,25 7.786,26 6.792,09 6.685,28 6.998,65 9.284,47 8.158,23 20,11% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 5.144,86 5.613,17 6.224,15 6.471,15 6.789,69 7.695,52 8.170,85 8.456,83 9.161,73 34,94% Modal Kerja 1.934,18 2.073,82 2.264,68 2.317,32 2.530,38 3.127,69 3.589,64 3.781,28 3.810,77 50,60% Investasi 563,96 790,35 845,70 915,76 690,77 748,54 777,47 822,99 864,50 25,15% Konsumsi 2.646,71 2.749,00 3.113,77 3.238,07 3.568,54 3.819,29 3.803,74 3.852,55 4.486,46 25,72% LDR 35,61% 33,86% 38,30% 39,33% 42,99% 40,83% 43,16% 43,54% 42,32% -1,58% NPL 1,70% 2,01% 2,32% 1,71% 2,29% 1,87% 2,04% 1,24% 1,42% -37,92% Kredit MKM (Rp miliar) 3.223,17 3.187,04 3.536,42 3.914,57 5.302,39 6.421,55 6.431,20 6.778,37 7.324,77 38,14% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 298,32 297,71 215,94 196,46 954,91 981,66 1.087,62 1.128,30 1.007,58 5,52% Kredit Kecil 949,39 945,92 1.124,36 1.337,09 2.634,28 3.404,16 3.194,84 3.482,35 3.863,35 46,66% Kredit Menengah 1.975,46 1.943,42 2.196,12 2.381,01 1.713,20 2.035,74 2.148,74 2.167,72 2.453,84 43,23% Sumber: KBI Jayapura 2.2 Perkembangan Aset Total aset perbankan di Papua sebesar Rp 29,06 triliun. Dari jumlah itu, bank-bank Pemerintah masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa sebesar 84% dengan aset sebesar Rp 26,82 triliun. Sementara itu, aset bank umum milik swasta dan BPR masing-masing mencapai Rp 5,3 triliun dan Rp. 249 miliar. Gafik 25. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Perkembangan Aset Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0-0.1-0.2-0.3 Komposisi Aset Pemerintah 83% Swasta 16% BPR 1% 2007 2008 2009 20010 2011 Total Asset (Rp miliar) growth Sumber: KBI Jayapura 45

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 21,65triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 9,07triliun, tabungan sebesar Rp 8,15 triliun dan deposito sebesar Rp 4,41 triliun. Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya, maka masing-masing mengalami pertumbuhan yaitu giro sebesar 68,45%; deposito sebesar 22,27% dan tabungan sebesar 20,11%. Sementara itu dilihat dari masing-masing share kelompok bank, masih mendominasi dengan share bank pemerintah sebesar 76%, kelompok bank swasta sebesar 23% dan kelompok BPR sebesar 1%. Tabel 32. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelompok Bank 2009 2010 2011 Growth I II III IV I II III IV I (yoy) Bank Pemerintah 11.651,28 13.749,33 13.405,47 13.108,31 12.453,58 15.341,46 15.146,37 14.976,47 16.861,33 35,39% Giro 5.170,60 6.792,77 5.956,48 4.859,46 4.874,44 7.297,35 6.691,18 5.232,11 7.637,72 56,69% Deposito 1.790,06 2.188,48 2.596,26 1.983,71 2.206,06 2.769,19 2.940,39 2.282,30 2.782,29 26,12% Tabungan 4.690,63 4.768,08 4.852,74 6.265,14 5.373,08 5.274,93 5.514,81 7.462,27 6.441,32 19,88% Bank Swasta 2.679,40 2.703,28 2.700,92 3.192,58 3.181,94 3.338,99 3.610,59 4.447,94 4.601,51 44,61% Giro 200,38 259,53 265,03 443,83 513,41 620,36 795,56 1.180,83 1.438,11 180,11% Deposito 1.385,68 1.320,86 1.193,38 1.255,64 1.278,68 1.338,65 1.452,37 1.444,90 1.484,34 16,08% Tabungan 1.093,34 1.122,89 1.242,51 1.493,11 1.389,85 1.379,98 1.362,66 1.822,20 1.679,06 20,81% BPR 115,58 126,30 144,00 151,00 156,41 165,32 173,50 166,35 187,42 19,83% Deposito 90,37 101,16 116,00 123,00 127,25 134,95 142,04 131,78 149,57 17,54% Tabungan 25,21 25,14 28,00 28,00 29,16 30,37 31,47 34,56 37,85 29,80% Total DPK 14.446,26 16.578,91 16.250,39 16.451,89 15.791,93 18.845,77 18.930,47 19.590,75 21.650,25 37,10% Giro 5.370,98 7.052,30 6.221,51 5.303,29 5.387,86 7.917,71 7.486,74 6.412,94 9.075,82 68,45% Deposito 3.266,10 3.610,50 3.905,64 3.362,35 3.611,98 4.242,79 4.445,09 3.858,99 4.416,20 22,27% Tabungan 5.809,18 5.916,11 6.123,25 7.786,26 6.792,09 6.685,28 6.998,65 9.319,03 8.158,23 20,11% Sumber: KBI Jayapura Grafik 26. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Komposisi DPK Provinsi Papua Bank Swasta 21% BPR 1% 25000 20000 15000 10000 5000 0 Pertkembangan DPK Provinsi Papua I II III IV I II III IV I 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Bank Pemerintah 78% 2009 2010 2011 Total DPK Provinsi Papua Growth Sumber: KBI Jayapura 46

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun total penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan masih relatif kecil, akan tetapi dari pertumbuhan kredit cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan total kredit yang mencapai 34,95%(yoy). Hal ini didorong oleh pertumbuhan oleh sektor konsumsi sebesar 25,72% (yoy), kredit modal kerja sebesar 50,60%, kredit investasi sebesar 25,15% (yoy). Grafik 27. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 0.00 Perkembangan Kredit Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II III IV I 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% -20.00% Komposisi Kredit Provinsi Papua Konsumsi 49% Modal Kerja 42% Sumber: KBI Jayapura 2008 2009 2010 2011 Kredit Growth Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi Growth Modal Kerja Growth Investasi Growth Konsumsi Investasi 9% 2.5 LDR Dan NPL Peranan perbankan dalam mendorong sektor riil masih relatif belum optimal sebagaimana terlihat dari rendahnya fungsi intermediasi yang dilakukan. Hal itu tercermin dari nisbah kredit terhadap DPK (LDR) yang hanya 42,32%. Namun demikian, terdapat rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 1,42% masih dibawah 5% sesuai dengan rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Grafik 28. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua 50.0% 45.0% 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% LDR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% NPL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 LDR NPL Sumber: KBI Jayapura 47

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit di Provinsi Papua cukup besar. Nilai kredit UMKM mencapai Rp 7,32 triliun, atau 79,97% dari total kredit. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 38,24% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Tabel 33. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papu Provinsi Papua 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth Kredit MKM (Rp miliar) 3,223.17 3,187.04 3,536.42 3,914.57 5,302.39 6,421.55 6,431.20 6,778.37 7,324.77 38.14% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 298.32 297.71 215.94 196.46 954.91 981.66 1,087.62 1,128.30 1,007.58 5.52% Kredit Kecil 949.39 945.92 1,124.36 1,337.09 2,634.28 3,404.16 3,194.84 3,482.35 3,863.35 46.66% Kredit Menengah 1,975.46 1,943.42 2,196.12 2,381.01 1,713.20 2,035.74 2,148.74 2,167.72 2,453.84 43.23% Sumber: KBI Jayapura, Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond. III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Posisi aktiva perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2011 mencapai Rp. 6,86 triliun meningkat sebesar 12,04% (yoy), total DPK mencapai Rp 6,57 triliun atau meningkat 16,87% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp 3,21 triliun atau meningkat 30,11% (yoy). Rasio LDR mencapai 48,09% dengan rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 1,30%, masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Tabel 34. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth Total Asset (Rp miliar) 4,922.28 4,948.90 4,860.08 6,078.87 6,127.50 6,471.14 6,479.85 6,732.98 6,865.40 12.04% DPK (Rp miliar) 4,567.92 4,680.29 4,776.83 5,334.50 5,696.31 5,602.87 5,531.76 5,760.45 6,657.10 16.87% Giro (Rp miliar) 1,620.45 1,728.31 1,750.18 1,479.48 1,888.18 2,322.17 2,151.63 1,424.64 2,152.63 14.01% Deposito (Rp miliar) 894.80 894.10 933.36 1,011.62 992.99 996.71 980.47 1,100.13 1,170.91 17.92% Tabungan (Rp miliar) 2,052.66 2,057.88 2,093.29 2,843.40 2,815.14 2,283.99 2,399.66 3,235.69 3,333.56 18.42% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 1,713.29 1,958.32 2,072.81 2,370.65 2,923.65 2,729.77 2,887.98 3,064.19 3,201.69 9.51% Modal Kerja 709.13 866.21 922.58 1,068.68 1,003.07 1,275.12 1,481.71 1,662.54 1,590.98 58.61% Investasi 226.90 309.64 276.77 308.68 849.38 336.03 309.58 292.71 315.47-62.86% Konsumsi 777.26 782.47 873.45 993.29 1,071.20 1,118.62 1,096.69 1,108.94 1,295.23 20.91% LDR 37.51% 41.84% 43.39% 44.44% 51.33% 48.72% 52.21% 53.19% 48.09% -6.30% NPL 1.84% 1.81% 1.86% 1.11% 1.15% 1.38% 1.28% 1.03% 1.30% 13.32% Kredit MKM (Rp miliar) 1,169.96 1,278.29 1,218.40 1,433.17 1,746.75 2,160.00 2,254.79 2,325.66 2,527.15 44.68% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 78.93 67.45 75.40 71.62 297.41 289.78 301.55 292.26 383.53 28.96% Kredit Kecil 388.91 378.51 343.13 385.87 826.36 1,089.84 1,081.51 1,178.80 1,203.33 45.62% Kredit Menengah 702.12 832.33 799.87 975.68 622.98 780.37 871.74 854.60 940.59 50.98% Sumber: KBI Jayapura 48

3.2 Perkembangan Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp. 6,8 triliun. Dari jumlah tersebut, Bank-bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa 89% sedangkan bank swasta hanya 11%. 8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 Grafik 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Aset Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00-0.05-0.10 Komposisi Aset Pemerintah 89% Swasta 11% BPR 0% 2007 2008 2009 20010 2011 Total Asset (Rp miliar) Sumber: KBI Jayapura 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 6,65 triliun terdiri dari giro sebesar Rp 2,15 triliun, tabungan sebesar Rp 0,98 triliun dan deposito sebesar Rp 2,39 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya maka masing-masing mengalami pertumbuhan yaitu giro sebesar 22,94%, deposito sebesar 5,05% dan tabungan sebesar 14,64%. Sementara itu berdasarkan dari kelompok bank, share bank pemerintah masih cukup dominan yaitu sebesar 88,7%, kelompok bank swasta sebesar 11,96% dan kelompok BPR sebesar 0,26%. Grafik 30. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Komposisi DPK Pemerintah 89% Swasta 10% BPR 1% 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 Perkembangan Dana Pihak Ketiga I II III IV I II III IV I 2009 2010 2011 Bank Pemerintah Bank Swasta BPR Total DPK Sumber: KBI Jayapura 49

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan posisi triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 9,51%. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki share terbesar yakni 50%, diikuti kredit konsumsi mencapai 40% dan kredit investasi 10%. Grafik 31. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Komposisi Kredit Provinsi Papua Barat Konsumsi 40% Modal Kerja 50% 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 300.00% 250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00% 0.00% -50.00% -100.00% 2007 2008 2009 2010 2011 Investasi 10% Sumber: KBI Jayapura Kredit Growth Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi Growth Modal Kerja Growth Investasi Growth Konsumsi 3.5. LDR dan NPL LDR perbankan Provinsi Papua Barat mengalami perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan LDR mencapai 48,09% pada triwulan I-2011. Namun demikian, peningkatan LDR bisa juga diikuti peningkatan NPL menjadi 1,03% pada triwulan I-2011 dari 1,30% pada triwulan IV-2010. Grafik 32. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat LDR NPL 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: KBI Jayapura LDR NPL 50

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2011 mencapai Rp 2,52 triliun. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh kredit usaha kecil dengan share 48%, kemudian kredit menengah sebesar 37% dan kredit usaha mikro sebesar 15%. Tabel 35. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar) Provinsi Papua Barat 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth Kredit MKM (Rp miliar) 1,169.96 1,278.29 1,218.40 1,433.17 1,746.75 2,160.00 2,254.79 2,325.66 2,527.15 44.68% Kredit Mikro 78.93 67.45 75.40 71.62 297.41 289.78 301.55 292.26 383.53 28.96% Kredit Kecil 388.91 378.51 343.13 385.87 826.36 1,089.84 1,081.51 1,178.80 1,203.33 45.62% Kredit Menengah 702.12 832.33 799.87 975.68 622.98 780.37 871.74 854.60 940.59 50.98% Sumber: KBI Jayapura, Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond 51

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH I. Keuangan Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karakter pengeluaran pemerintah yang bersifat langsung mempunyai dampak yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, sehingga kecepatan realisasi baik pengeluaran maupun realisasi sumber pendapatan pemerintah akan berpengaruh pada proses pembangunan ekonomi. 1.1 Pendapatan Daerah Provinsi Papua Target jumlah anggaran pendapatan tahun 2011 adalah sebesar Rp. 5,37 triliun. Jumlah ini menurun sebesar Rp. 129,87 milyar atau setara dengan - 2,36% dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan tahun sebelumnya. Penyebab utama penurunan anggaran pendapatan tersebut adalah tidak dianggarkannya Dana Alokasi Khusus (DAK)/Dana Infrastruktur serta Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) yang pada tahun 2010 dianggarkan masing-masing secara berurutan sebesar Rp. 75,06 milyar dan Rp. 24,18 milyar. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua pada triwulan pertama tahun 2011 mencapai Rp. 1,81 triliun, atau setara dengan 33,72% dari 52

target sebesar Rp 5,37 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka realisasi pendapatan Provinsi Papua tersebut mengalami peningkatan signifikan sebesar 24,38%. Realisasi pendapatan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 97,88 milliar, Dana Perimbangan sebesar Rp 525,47 milyar, dan Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp 1,19 triliun. Persentase realisasi pendapatan terbesar disumbang oleh Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar Rp. 1,19 triliun, setara dengan 65,57% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 44,06% dari target. Kemudian di posisi kedua disumbang oleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp. 425,43 milyar, setara dengan 23,5% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 37,03% dari target. Tabel 36. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2011 Triwulan I - 2010 Triwulan I - 2011 APBD APBD 2010 % 2011 % URAIAN Realisasi Realisasi Rp. Realisasi Rp Rp. Realisasi Rp (Milyar) thd (Milyar) (Milyar) thd (Milyar) APBD APBD Pendapatan 5,499.01 513.50 9.34% 5,369.15 1,810.59 33.72% PAD 322.18 68.04 21.12% 304.18 97.88 32.18% Pajak Daerah 248.50 53.21 21.41% 230.50 60.90 26.42% Retribusi Daerah 20.50 4.63 22.58% 20.50 4.30 20.97% Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang 29.18 0.00 0.00% 29.18 19.89 68.17% Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 24.00 10.20 42.51% 24.00 12.80 53.31% Dana Perimbangan 0.00 0.00 1,570.11 525.47 33.47% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1,657.80 445.46 26.87% 421.37 71.20 16.90% Dana Alokasi Umum 0.00 0.00 1,148.74 425.43 37.03% DAK 434.00 26.85 6.19% 0.00 28.85 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang sah 1,148.74 418.61 36.44% 3,494.86 1,187.24 33.97% Pendapatan Hibah 75.06 0.00 0.00% 0.00 0.00 Dana Darurat 0.00 0.00 0.00 0.00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 3,519.04 0.00 0.00% 2,694.86 1,187.24 44.06% Dana Tambahan Infrastruktur 0.00 0.00 800.00 0.00 0.00% Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 0.00 0.00 0.00 0.00 53

Grafik 33. Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2011 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 1.2. Realisasi Pengeluaran Anggaran belanja daerah Provinsi Papua tahun 2011 adalah sebesar Rp. 5,59 triliun. Jumlah ini menurun signifkan sebesar Rp. 946,3 milyar atau setara dengan -14,48% dibandingkan dengan jumlah anggaran belanja tahun sebelumnya. Komponen utama penyebab penurunan anggaran belanja tersebut adalah menurunnya anggaran Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial masing-masing secara berurutan sebesar Rp. 357,53 milyar dan Rp. 258,94 milyar atau setara dengan -22,01% dan -52,13% dibandingkan anggaran belanja tahun lalu. Menurunnya anggaran Belanja Modal diindikasi akan tetap mengarahkan perkembangan ekonomi daerah pada periode jangka pendek yang sifatnya konsumtif dan pembiayaan belanja rutin serta bagian dari penciptaan nilai tambah. 54

Tabel 37. Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tahun 2010-2011 URAIAN APBD 2010 Rp. (Milyar) Triwulan I - 2010 Realisasi Rp (Milyar) % Realisasi thd APBD APBD 2011 Rp. (Milyar) Triwulan I - 2011 Realisasi Rp (Milyar) % Realisasi thd APBD Belanja 6,536.69 172.16 2.63% 5,590.38 240.48 4.30% Belanja Tidak Langsung 3,244.92 132.52 4.08% 2,825.33 180.33 6.38% Belanja Pegawai 652.02 78.80 12.09% 621.44 86.48 13.92% Belanja Hibah 93.23 0.00 0.00% 176.93 14.08 7.96% Belanja Bantuan Sosial 496.71 53.72 10.82% 237.77 63.88 26.87% Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab./Kota dan 109.33 0.00 0.00% 96.04 0.00 0.00% Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd 1,859.71 0.00 0.00% 1,671.88 15.76 0.94% Prov/Kab/Kota dan Desa Belanja Tidak Terduga 33.92 0.00 0.00% 21.27 0.14 0.64% Belanja Langsung 3,291.76 39.63 1.20% 2,765.05 60.15 2.18% Belanja Pegawai 245.79 5.78 2.35% 230.37 4.58 1.99% Belanja Barang dan Jasa 1,421.52 18.09 1.27% 1,267.75 53.32 4.21% Belanja Modal 1,624.46 15.76 0.97% 1,266.93 2.25 0.18% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua pada triwulan pertama tahun 2011 hanya sebesar Rp. 240,48 milyar, atau setara dengan 4,3% dari target sebesar Rp 5,59 triliun. Jumlah ini merupakan peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan realisasi yang hanya mencapai 2,63%. Jumlah realisasi tersebut berasal dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 180,33 milliar dan Belanja Langsung sebesar Rp 60,15 milyar. Persentase realisasi belanja tertinggi disumbang oleh Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) sebesar Rp. 86,48 milyar, setara dengan 35,96% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 13,92% dari target. Kemudian di posisi kedua disumbang oleh Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp. 63,88 milyar, setara dengan 26,56% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 26,87% dari target. Komposisi realisasi belanja daerah pada triwulan I 2011 relatif sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana komponen Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) dan Belanja Bantuan Sosial menempati dua peringkat teratas dalam capaian realisasi. Kondisi ini diindikasi karena proses realisasi untuk kedua komponen tersebut tidak memerlukan proses 55

pengadaan yang membutuhkan waktu sebagaimana halnya untuk komponen Belanja Modal serta Barang dan Jasa. Grafik 34. Realisasi Belanja Tidak Langsung Dirinci per Komponen Periode Triwulan I Tahun 2010-2011 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 56

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Seperti diketahui bahwa sistem pembayaran merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah, karena semakin besar kapasitas perekonomian maka semakin tinggi frekuensi transaksi dan nilai transaksi dalam sistem pembayaran yang terjadi. Untuk menjaga kelancaran dan keamanan transaksi pembayaran di Wilayah Papua, maka Bank Indonesia Jayapura senantiasa menyediakan alat pembayaran secara tunai (uang kartal) maupun secara non tunai yang dilaksanakan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan I-2011, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 17,50 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 9.264. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai 57

transaksi tersebut mengalami kontraksi sebesar -7,56% sementara volume transaksi meningkat sebesar 13,70%. Tabel 35. Transaksi RTGS Wilayah Papua 2009 2010 2011 Growth Keterangan (YOY) I II III IV I II III IV I Outflow Nominal (Rp.milliar) 18.071,04 22.071,05 18.492,46 24.843,83 18.934,34 17.483,07 18.775,25 24.572,21 17.503,73-7,56% Lembar Warkat 7.631,00 7.220,02 6.305,51 8.445,58 8.148,00 9.715,00 11.304,53 11.102,00 9.264,20 13,70% Inflow Nominal (Rp.milliar) 6.572,47 7.867,44 8.963,68 14.618,32 7.277,16 11.140,69 15.813,21 16.597,26 9.220,09 26,70% Lembar Warkat 4.659,72 12.578,00 5.844,04 12.726,95 14.696,00 16.765,00 21.038,67 21.953,00 13.492,85-8,19% Net Outflow Nominal (Rp.milliar) 11.498,57 14.203,61 9.528,78 10.225,51 11.657,18 6.342,38 2.962,04 7.974,95 8.283,65-28,94% Lembar Warkat 2.971,28-5.357,98 461,47-4.281,37-6.548,00-7.050,00-9.734,14-10.851,00-4.228,65-35,42% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 1.085,20 1.476,56 2.146,20 4.335,34 1.008,91 1.929,96 2.509,57 4.277,09 376,48-62,68% Lembar Warkat 1.126,00 1.558,00 1.454,00 2.226,00 1.187,00 1.544,00 1.625,74 1.717,00 452,00-61,92% Sumber:KBI Jayapura Sebaliknya nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) sebesar Rp. 9,22 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak 13.492 lembar. Nilai transaksi pada periode triwulan I-2011 mengalami peningkatan sebesar 26,70% (yoy). Hal ini ditengarai sebagai bagian dari siklus dana masuk ke Papua, dimana pada awal tahun dana ke Papua baik dan APBD yang merupakan alokasi dari APBN. 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 I II III IV I II III IV I Grafik 37. Nilai Transaksi RTGS 14.000,0018.000,00 12.000,00 16.000,00 14.000,00 10.000,00 12.000,00 8.000,00 10.000,00 6.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 4.000,00 2.000,00 2.000,00 0,00 0,00 I II III IV I II III IV I 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 2009 2010 2009 2010 Outflow Nominal (Rp.milliar) Outflow Lembar Warkat Inflow Nominal (Rp.milliar) Inflow Lembar Warkat Sumber: KBI Jayapura II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain dengan sistem BI-RTGS, KBI Jayapura juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank. Mekanisme pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) biasanya dipergunakan dalam melaksanakan transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil. Selain itu, 58

terdapat perbedaan jeda waktu settlement dalam jangka waktu yang lebih lama antara Kliring dengan transaksi BI-RTGS. Keterangan Tabel 39. Transaksi Kliring Wilayah Papua 2009 2010 2011 Growth I II III IV I II III IV I (YOY) Total Volume (lembar) 45.498 46.735 51.475 44.678,81 44.359 44.608 47.387 47.816,27 46.222,00 4,20% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1.009 979 1.035 939,62 1.065 1.113 1.146 1.345,81 1.179,33 10,77% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 786 742 868 721,00 712 743 696,7 787,59 753,10 5,70% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 17,48 15,54 17,36 15,14 16,85 18,56 17,4 22,21 25,74 52,74% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) 0,61 0,71 0,78 0,73 1,29 1,28 1,40 1,34 1,32 1,89% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 0,72 1,06 1,04 1,30 1,59 2,06 2,10 1,53 1,62 1,55% Sumber: KBI Jayapura Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan I-2011 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai Rp. 1,79 triliun dengan jumlah warkat sebesar 46.222 warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 10,77%. Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan I- 2011 sebesar Rp.25,74 milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 753,10 lembar. Nisbah rata-rata penolakan sampai dengan triwulan I-2011 mencapai sebesar Rp 1,32 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,32 lembar. Grafik 39. Perkembangan Kliring Wilayah Papua 54.000 52.000 50.000 48.000 46.000 44.000 42.000 40.000 I II III IV I II III IV I 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 I II III IV I II III IV I 2009 2010 2011 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 2009 2010 2011 Rata-Rata Volume (lembar) Total Volume (lembar) Total Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) Sumber:Kantor Bank Indonesia Jayapura III. Perkembangan Uang Kartal Pada periode triwulan I-2011, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KBI Jayapura mencapai Rp 1,21 triliun. Sementara itu, total outflow yang 59

keluar dari Kas KBI Jayapura sebesar Rp 942 Miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 75,18% (yoy). mengalami posisi net out flow. Secara keseluruhan KBI Jayapura Keterangan Tabel 40. Perkembangan Perkasan KBI Jayapura 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I Growth (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2.171,91 785,32 1.086,81 1.223,83 1.543,61 830,57 1.141,04 1.132,19 1.212,62-26,92% Outflow (Rp Miliar) 1.207,80 1.655,97 1.956,66 3.905,76 659,39 1.709,60 2.268,54 4.074,46 942,10 75,18% Net Outflow (Rp Miliar) -964,11 870,65 869,84 2.681,94-884,22 879,03 1.127,50 2.942,27-270,53 0,00% Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 2.007,91 1.439,77 1.492,62 1.754,57 2.462,58 1.467,15 1.527,10 1.858,01 2.487,58 3,96% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1.293,72 962,52 1.197,74 1.503,85 1.679,56 1.022,25 1.147,45 2.131,23 1.995,00 6,60% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 60,38 27,88 239,26 66,09 195,83 120,40 251,46 216,89 194,40 7,68% Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 696,85 298,91 288,81 231,52 216,70 397,55 1.189,78 273,22 467,54-1,80% Sumber : KBI Jayapura Untuk mendukung sistem pembayaran secara tunai, KBI Jayapura menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi dengan menggunakan dana tunai secara aman dan lancar. Dan untuk memastikan agar masyarakat memegang uang yang layak edar, KBI Jayapura melakukan berbagai upaya diantaranya: memusnahkan uang tidak layak edar, program kas keliling untuk pemenuhan uang dengan denominasi tertentu serta pelaksanaan kas titipan. Tercatat sampai dengan Maret 2011, kas titipan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Jayapura mencapai Rp.467,54 miliar dan pemusnahan uang tidak layak edar sebesar Rp. 194,40 miliar. 60

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2011 mencapai 1.556.336 orang, mengalami kenaikan sebesar 33,44 % dibanding keadaan Februari 2010. Penduduk Bukan Angkatan Kerja juga mengalami kenaikan sebesar 12,89 %. Tabel 41. Penduduk Menurut Kegiatan Utama Februari 2011 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua 61

Penduduk yang bekerja di Papua pada Februari 2011 mencapai 1.498.454 orang. Jumlah penganggur pada Februari 2011 sebesar 57.882 orang. 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2011 mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan keadaan enam bulan terakhir. Ditinjau menurut lapangan pekerjaan, peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi pada sebagian besar sektor diantaranya sektor industri, sekto rkonstruksi, sektor perdagangan, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi,sektor jasa kemasyarakatan. Sedangkan dua sektor lainnya yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami penurunan jumlah tenagakerja, masing-masing turun sebesar 3,62 %dan 5,62 %. Walaupun sektor pertanian mengalami penurunan tenaga kerja, namun sektor ini masih mendominasi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Papua.Tercatat pada Februari 2011 terdapat tiga sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar, diantaranya sektor pertanian (72,93%), sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perseorangan (10,71%), dan sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi (7,89 %). Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 Agustus 2010 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Sampai dengan periode bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 342.888 orang, atau naik sebesar 12.767 62

(3,6%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, angka pengangguran menembus angka 26.341 orang. Tabel 43. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Agustus 2008 Agustus 2010 Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Barat 2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah penduduk yang bekerja sampai dengan posisi Agustus 2010 ncapai 361.547 orang dan tersebar pada beberapa sektor dominan seperti sektor jasa kemasyarakatan, perdagangan, konstruksi dan keuangan. Sektor pertanian menjadi penyerap utama tenaga kerja yaitu sebesar 18.681 orang, diikuti sektor industri sebesar 1.436 orang, sektor pertambangan sebesar 899 orang. Sementara itu, terdapat juga sektor-sektor yang justru mengalami kontraksi (penurunan) tenaga kerja yaitu sektor jasa kemasyarakatan yang berkurang 15.897 orang, diikuti masing-masing oleh sektor perdagangan sebesar 3.374 orang, konstruksi sebesar 2.265 orang, sektor listrik gas dan air sebesar 151 orang dan terakhir sektor keuangan berkurang 21 orang. Jika dilihat distribusinya, sektor yang menyerap pekerja paling banyak adalah pertanian (54%), jasa kemasyarakatan (17,08%) dan perdagangan (11,96%). 63