BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian kas Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya. Termasuk sebagai kas adalah rekening giro di bank dan uang kas yang ada di perusahaan (Soemarso, 2009: 296). Menurut Riyanto (2001: 94) Kas adalah salah satu unsur modal kerja paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada dalam suatu perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Kas disebut juga aktiva liquid, sehingga disamping kas sebagai nilai kontan yang ada dalam perusahaan, setiap perusahaan akan sulit beroperasi tanpa ada persediaan kas. Hal tersebut mengakibatkan adanya uang kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi (Sugiyarso dan Winarni, 2005: 24). Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk membiayai keseluruhan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, serta membayar deviden pajak, bunga dan pembayaran lainnya. 12
Menentukan besarnya saldo kas dalam perusahaan tergantung dari motif penahanan uang kas. Teori penahanan uang kas yang dikemukakan oleh John M. Keynes dalam Sartono (2010: 415) yaitu sebagai berikut. 1) Kebutuhan untuk transaksi, karena aliran kas masuk tidak sama dengan aliran kas keluar, maka diperlukan adanya kas untuk melalukan transaksi usaha. 2) Kebutuhan untuk berjaga-jaga, karena ketidakpastian aliran kas pada masa datang dan kemampuan meminjam perusahaan untuk menambah kebutuhan dana. 3) Kebutuhan untuk spekulasi, kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena perubahan harga surat berharga. 2.1.2 Tingkat perputaran kas Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai saat kas diinvestasikan dalam kelompok modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan berarti semakin banyak jumlah kas yang menganggur sehingga semakin rendah tingkat perputarannya. Menurut Riyanto (2001: 94) Rendahnya tingkat perputaran kas sehingga akan memperkecil profitabilitas. Sebaliknya apabila tingkat perputaran kas makin meningkat berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kas, sehingga akan meningkatkan profitabilitas. Riyanto (2001: 95) mendefinisikan tingkat perputaran kas (cash turnover) sebagai perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas. Penjualan pada 13
lembaga perbankan adalah total pendapatan. Penjualan atau pertumbuhan pendapatan memberikan kontribusi terhadap peningkatan profitabilitas (Erni, 2004: 4).... (1) Rata-rata kas dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.. (2) 2.1.3 Pengertian kredit Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2008: 96). Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa sipenerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syaratsyarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya (Kasmir, 2007: 93). Transaksi kredit timbul sebagai akibat suatu pihak meminjam kepada pihak lain, baik itu berupa uang, barang dan sebagainya yang dapat menimbulkan tagihan 14
bagi kreditur. Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit yaitu berupa kegiatan jual beli dimana pembayarannya akan ditangguhkan dalam suatu jangka waktu tertentu baik sebagian maupun seluruhnya. Kegiatan transaksi kredit akan mendatangkan piutang atau tagihan bagi kreditur serta mendatangkan kewajiban untuk membayar bagi debitur. Pemberian suatu kredit mempunyai fungsi tertentu. Fungsi transaksi kredit dalam kehidupan perekonomian menurut Kasmir (2008: 101) adalah sebagai berikut. 1) Untuk meningkatkan daya guna uang 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3) Untuk meningkatkan daya guna barang 4) Meningkatkan peredaran barang 5) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha 6) Sebagai alat stabilitas ekonomi 7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional Lembaga Perkreditan Desa menggolongkan kredit berdasarkan kolektibilitas menjadi 4 (empat) golongan sebagai berikut. 1) Kredit Lancar Suatu kredit digolongkan lancar apabila tidak ada tunggakan pokok atau bunga atau pembayaran pokok dengan bentuk bunga maksimal 3 (tiga) kali berturut-turut. 15
2) Kredit Kurang Lancar Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila menuggak pembayaran pokok atau bunga maksimal 6 (enam) kali berturut-turut. 3) Kredit Diragukan Suatu kredit diragukan apabila menunggak pembayaran pokok atau bunga maksimal 9 (sembilan) kali berturut-turut. 4) Kredit Macet Suatu kredit digolongkan macet apabila terjadi penunggakan pembayaran pokok atau bunga lebih dari 9 (sembilan) kali berturut-turut. 2.1.4 Tingkat perputaran kredit Hidup matinya lembaga keuangan sangatlah dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan dalam suatu periode. Artinya, semakin banyak kredit yang disalurkan, semakin besar pula perolehan laba. Hampir semua lembaga keuangan masih mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah kredit yang dikeluarkannya (Kasmir, 2008: 119). Perputaran kredit merupakan perputaran piutang dalam periode tertentu. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang tertanam dalam piutang. Periode perputaran piutang tergantung pada syarat pembayaran. Makin lunak syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti tingkat perputaran piutang menunjukkan efektifitas modal kerja yang tertanam dalam piutang. Rasio tingkat perputaran kredit menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar 16
maka akan semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Rumus tingkat perputaran kredit sebagai berikut (Riyanto, 2001: 90). (3) Rata-rata kas dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut..... (4) 2.1.5 Pengertian modal Menurut Siamat (2004: 99), modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usulan disamping memenuhi peraturan yang telah ditetapkan. Modal yang cukup atau banyak menjadi sangat penting karena modal dapat berfungsi untuk memperlancar operasional sebuah lembaga keuangan (Meydianawathi, 2007: 5). Struktur Permodalan diasumsikan mempengaruhi profitabilitas lembaga keuangan (Devinaga, 2010). Modal pada umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu modal inti dan modal pelengkap. Adapun perincian dari modal inti dan modal pelengkap menurut Arthesa dan Handiman (2009: 144) adalah sebagi berikut. 1) Modal Inti Modal inti merupakan jenis modal yang terdapat dalam komponen modal dan merupakan bagian terpenting dalam bank, terdiri atas sebagai berikut. 17
(1) Modal disetor merupakan modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. (2) Cadangan umum, merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak. (3) Cadangan tujuan, merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu. (4) Laba yang ditahan merupakan saldo laba bersih setelah dikurangi pajak dan diputuskan untuk tidak dibagikan. (5) Laba tahun lalu, merupakan seluruh laba tahun lalu setelah dikurangi pajak. (6) Laba tahun berjalan, merupakan laba diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. 2) Modal pelengkap Modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva prodiktif yang terdiri dari: (1) Modal pinjaman, merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimum 50% dari modal inti). (2) Cadangan revaluasi aktiva, merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki bank. (3) Cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan 18
maksud untuk menampung kerugian yang mungkin akan timbul sebagai akibat tidak diterimanya seluruh atau sebagian aktiva produktif. 2.1.6 Tingkat kecukupan modal Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi lembaga keuangan dalam rangka mengembangkan usaha serta untuk menjaga kemungkinan risiko kerugian, perlindungan terhadap dana nasabah dan risiko kredit macet (Antonina, 2010). Modal digunakan untuk meningkatkan pendapatan komersial lembaga keuangan (John Brathland, 2010). Standar tingkat kecukupan modal diperlukan agar dapat menjamin keunikan pelayanan bank, melindungi bank dari kegagalan (risiko) serta menjamin keberlanjutan bank (Bambang dan Jati, 2010: 4). Tingkat modal yang lebih tinggi mampu meningkatkan tingkat profitabilitas karena dengan memiliki lebih banyak modal, lembaga keuangan dapat dengan mudah mematuhi standar peraturan permodalan sehingga kelebihan modal dapat di berikan sebagai pinjaman (Muhammad Azam dan Sana Siddqui, 2012). Rasio umum yang diwajibkan untuk tingkat kecukupan modal lembaga keuangan (Capital Adequacy Ratio/CAR) biasanya minimal 8 persen (Rahmat dan Maya, 2009: 45). Rasio umum untuk tingkat kecukupan modal LPD yakni 12 persen. Pertumbuhan modal sendiri adalah penambahan setoran langsung ke modal oleh masyarakat, baik berupa setoran maupun berupa bagian keuntungan yang dimaksudkan sebagai modal (Ramantha, 2006: 5). Rasio kecukupan modal bertujuan untuk memastikan bahwa lembaga keuangan dapat menyerap kerugian yang timbul dari aktivitas operasional (Ferry, 19
2008: 69). Tingkat CAR yang rendah menyebabkan lembaga keuangan kesulitan dalam operasinya (Sudarmadi and Teddy, 2009). LPD menyisihkan bagian laba yang cukup kedalam modal sendiri untuk mengimbangi pinjaman yang diberikan yang berisiko. Menurut Arthesa dan Handiman (2009: 146) rumus untuk menghitung tingkat kecukupan modal sebagai berikut. (5) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aktiva setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva. ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dan jumlah yang cukup (Arthesa dan Handiman. 2009: 147). Pada Tabel 2.1 disajikan bobot penilaian modal inti, modal pelengkap dan ATMR pada LPD. Tabel 2.1 Bobot Penilaian Modal Inti, Modal Pelengkap dan ATMR pada LPD No Keterangan Bobot (%) 1 Modal Inti : 1) Modal cadangan 100 2) Modal donasi 100 3) Cadangan umum 100 4) Rugi tahun lalu 100 5) Laba usaha 50 2 Modal Pelengkap: 1) CPRR (maksimal 1,25% x ATMR) 100 2) Modal pinjaman /titipan (milik desa adat) 100 3) Cadangan revaluasi aktiva tetap 100 4) Akumulasi penyusutan 100 3 ATMR: 1) Kas 0 2) Tabungan, deposito, giro di bank 20 3) Total kredit yang diberikan 100 4) Aktiva tetap 100 5) aktiva lain-lain 100 Sumber: SK Direksi BPD Bali No. 0193.02.10.2007.2, 2007 20
2.1.7 Tingkat suku bunga Menurut Kasmir (2008: 131) bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada pihak lembaga keuangan (nasabah yang memperoleh pinjaman). Aryaningsih (2008: 59) menyatakan suku bunga merupakan sejumlah harga yang harus dibayar sebagai balas jasa akibat telah mempergunakan dana. Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang. Bank Indonesia (2001: 7) menyatakan suku bunga adalah harga atau balas jasa yang dibayar oleh masyarakat pada bank atas pinjaman yang telah diberikan untuk jangka waktu tertentu. Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sewa untuk jangka waktu tertentu dan merupakan cerminan dari mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran uang dimasyarakat dan di pasar uang. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar lembaga keuangan kepada nasabahnya, seperti bunga tabungan serta bunga deposito dan harga ini bagi lembaga keuangan merupakan harga beli. Bunga pinjaman merupakan bunga yang dikenakan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi lembaga keuangan merupakan harga jual. 21
2.1.8 Pengertian nasabah Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa nasabah adalah masyarakat yang mempunyai kepentingan langsung dengan bank. Mereka pada umumnya merupakan para penyimpan uang baik dalam bentuk giro, deposito, atau tabungan, para penerima kredit bank, penerima transfer uang, pengirim transfer uang, para perantara pedagang pasar modal. Pada LPD nasabah terdiri dari nasabah debitur, nasabah tabungan dan nasabah deposito. Nasabah debitur merupakan nasabah yang memperoleh fasilitas kredit dan merupakan sumber pendapatan LPD. Nasabah penyimpan dana (tabungan dan deposito) adalah nasabah yang menempatkan dananya di lembaga keuangan dalam bentuk simpanan atau dalam bentuk perjanjian lembaga keuangan dengan nasabah yang bersangkutan. 2.1.9 Tingkat pertumbuhan jumlah nasabah Pertumbuhan nasabah merupakan perkembangan jumlah nasabah periode sekarang dibandingkan dengan jumlah nasabah periode sebelumnya yang dinyatakan dalam presentase. Rumus untuk menghitung pertumbuhan jumlah nasabah diadopsi dari rumus pertumbuhan ekonomi menurut (Muana, 2001) untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. (6) 22
dimana g adalah laju pertumbuhan ekonomi, Yt adalah produk domestik bruto pada tahun t (sekarang), Yt-1 adalah produk domestik bruto pada tahun t-1 (tahun sebelumnya). Sehingga rumus pertumbuhan nasabah menjadi:. (7) dimana PN adalah pertumbuhan nasabah, JNt adalah jumlah nasabah pada tahun t (sekarang), dan JNt-1 adalah jumlah nasabah pada tahun t-1 (tahun sebelumnya). Pada LPD nasabah terdiri dari nasabah debitur, nasabah tabungan dan nasabah deposito. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit dan merupakan sumber pendapatan bank, dimana pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan nasabahnya. Semakin banyak jumlah nasabah kredit yang melakukan transaksi di LPD, maka semakin tinggi pendapatan yang akan diterima oleh LPD. Nasabah menyimpan (tabungan) adalah nasabah yang menempatkan dananya dilembaga keuangan dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian lembaga keuangan dengan nasabah yang bersangkutan. Nasabah yang melakukan transaksi tabungan akan menyebabkan timbulnya biaya bunga tabungan bagi LPD. Meningkat dan menurunnya jumlah biaya bunga tabungan pada LPD salah satunya disebabkan oleh meningkat dan menurunnya jumlah nasabah tabungan. Sama halnya dengan nasabah tabungan, nasabah deposito juga akan menyebabkan timbulnya biaya bunga deposito bagi LPD tersebut. Meningkat dan menurunnya jumlah biaya bunga deposito pada LPD, salah satunya disebabkan oleh meningkat dan menurunnya jumlah nasabah deposito. Jadi, semakin tinggi jumlah nasabah deposito dari LPD 23
tersebut maka semakin tinggi pula biaya bunga deposito yang harus dikeluarkan oleh LPD. 2.1.10 Pengertian profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam presentase (Sartono, 2010: 122). Profitabilitas pada Kualitas Aktiva Jangka pendek dan kewajiban, ekspansi kekayaan bersih, yang merupakan modal ekuitas adalah fungsi dari Aset total dan Kewajiban (Omotola dan Roya, 2011). Terdapat empat cara untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan. 1) Net profit margin, adalah rasio yang digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.. (8) 2) Operating profit margin, adalah rasio yang menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.. (9) 24
3) Return On Equity (ROE), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. (10) 4) Return On Total Assets (ROA), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan seluruh aktiva yang dipergunakan. (11) 2.2 Penelitian Sebelumnya Yessy, Dwiyanti (2010) meneliti pengaruh tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang, capital adequacy ratio, pertumbuhan jumlah nasabah kredit, tabungan dan deposito pada profitabilitas di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Denpasar Utara. Kesimpulan dari penelitian Yessy adalah tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang, capital adequacy ratio, pertumbuhan jumlah nasabah kredit, tabungan dan deposito secara serempak berpengaruh terhadap profitabilitas di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Denpasar Utara periode 2005-2009. Secara parsial, variabel tingkat perputaran piutang berpengaruh negatif,, capital adequacy ratio berpengaruh nnegatif, dan pertumbuhan jumlah nasabah deposito berpengaruh positif pada profitabilitas di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Denpasar Utara periode 2005-2009, sementara variabel tingkat perputaran kas, pertumbuhan jumlah nasabah kredit dan pertumbuhan jumlah 25
nasabah tabungan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Denpasar Utara periode 2005-2009. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama menggunakan variabel tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang/kredit, capital adequacy ratio/tingkat kecukupan modal dan pertumbuhan jumlah nasabah sebagaivariabel bebas dan menggunakan variabel profitabilitas LPD sebagai variabel terikat. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penambahan variabel tingkat suku bunga sebagai variabel bebas, lokasi penelitian serta periode waktu penelitian. Yessy memilih LPD di Kecamatan Denpasar Utara sebagai lokasi penelitian, sedangkan dalam penelitian ini memilih lokasi penelitian pada LPD di Kecamatan Sukawati. Yessy menggunakan periode 2005-2009 sebagai waktu penelitiannya, sementara dalam penelitian ini menggunakan periode 2008-2011. Cintya Antarini, Ni Gusti Made (2011) meneliti pengaruh tingkat perputaran kas, pertumbuhan kredit, biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) dan jumlah nasabah pada profitabilitas LPD di Kota Denpasar. Hasil penelitian Cintya menunjukkan secara parsial variabel tingkat perputaran kas, pertumbuhan kredit, biaya operasional pendapatan operasional dan jumlah nasabah berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas LPD di Kota Denpasar. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel tingkat perputaran kas sebagai salah satu variabel bebas dan menggunakan variabel profitabilitas sebagai variabel terikat serta melakukan penelitian pada LPD. Sementara perbedaannya yakni dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel pertumbuhan kredit, biaya 26
operasional dan pendapatan operasional (BOPO) dan jumlah nasabah, melainkan adanya penambahan variabel tingkat perputaran kredit, kecukupan modal, suku bunga dan pertumbuhan jumlah nasabah sebagai bagian dari variabel bebas. Perbedaan lainnya yakni terletak pada lokasi penelitian dan periode penelitian. Cintya meneliti di LPD Kota Denpasar periode 2005-2009, sementara penelitian ini memilih lokasi penelitian pada LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. Wardani, DJ Mayang Kusuma (2011) meneliti pengaruh tingkat kecukupan modal, likuiditas, efisiensi operasi dan non performing loan pada profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak variabel tingkat kecukupan modal, likuiditas, efisiensi operasi dan non performing loan berpengaruh pada profitabilitas perbankan yang terdafatr di BEI periode 2006-2010. Secara parsial, variabel tingkat kecukupan modal dan likuiditas berpengaruh positif dan signifikan pada perbankan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010 sementara variabel efisiensi operasi dan non performing loan berpengaruh negatif dan signifikan pada perbankan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel tingkat kecukupan modal sebagai salah satu variabel bebas dan menggunakan profitabilitas sebagai variabel terikat. Sementara perbedaan dengan penelitian Wardani yakni tidak menggunakan variabel likuiditas, efisiensi operasi dan non performing loan sebagai variabel bebas, melainkan menggunakan variabel tingkat perputaran kas, perputaran kredit, suku bunga dan pertumbuhan jumlah nasabah sebagai bagian dari variabel bebas. Perbedaan lainnya yakni Wardani 27
memilih lokasi penelitian pada perbankan yang terdaftar di BEI dengan periode 2006-2010, sementara penelitian ini memilih lokasi pada LPD di kecamatan Sukawati periode 2008-2011. Mirah Indrawati, I Gusti Agung (2011) meneliti pengaruh tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, pertumbuhan jumlah nasabah dan tingkat tingkat suku bunga pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Badung periode 2006-2010. Hasil penelitian ini menunjukkan secara serempak variabel tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, pertumbuhan jumlah nasabah dan tingkat tingkat suku bunga berpengaruh pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Badung periode 2006-2010. Secara parsial variabel tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, pertumbuhan jumlah nasabah dan tingkat tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Badung periode 2006-2010. Persamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama menggunakan variabel tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, pertumbuhan jumlah nasabah dan tingkat tingkat suku bunga sebagai bagian dari variabel bebas dan menggunakan profitabilitas sebagai variabel terikat. Persamaan lainnya yakni sama-sama memilih lokasi penelitian pada LPD. Perbedaan penelitian Mirah dengan penelitian ini yakni adanya penambahan variabel tingkat kecukupan modal sebagai variabel bebas. Perbedaan lainnya yakni terletak pada lokasi penelitian dan periode penelitian. Mirah memilih lokasi penelitian pada LPD di Kabupaten Badung periode 2006-2010, sementara penelitian ini memilih lokasi pada LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. 28
2.3 Rumusan Hipotesis Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai saat kas diinvestasikan dalam kelompok modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Riyanto (2001: 95) mendefinisikan tingkat perputaran kas sebagai perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Semakin tinggi perputaran kas berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya sehingga diharapkan akan berpengaruh positif pada profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian Cintya Antarini (2011) menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas LPD. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. H1: Tingkat perputaran kas berpengaruh positif pada profitabilitas LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. Perputaran kredit merupakan perputaran piutang dalam periode tertentu. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi pertumbuhan kredit maka semakin tinggi kesempatan LPD dalam menyalurkan kembali dananya kepada masyarakat sehingga semakin besar kesempatan memperoleh laba. Hasil penelitian Mirah Indrawati (2011) menunjukkan bahwa tingkat perputaran kredit berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas LPD. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. H2: Tingkat perputaran kredit berpengaruh positif pada profitabilitas LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. 29
Modal LPD yang cukup atau banyak menjadi sangat penting karena modal LPD dapat berfungsi untuk memperlancar kegiatan operasional sebuah LPD (Sudirman, 2000: 93). Semakin besar tingkat kecukupan modal maka keuntungan yang diperoleh lembaga keuangan akan meningkat (Yuliani, 2007: 4). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) yang menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas perbankan. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. H3: Tingkat kecukupan modal berpengaruh positif pada profitabilitas LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. Menurut Kasmir (2008: 131) bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Tingkat suku bunga memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Apabila pinjaman yang disalurkan ke masyarakat meningkat, maka beban suku bunga kredit (lending rate) yang diperoleh dari nasabah meningkat dan tentu meningkatkan profitabilitas. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Mirah Indrawati (2011) yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas LPD. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. H4: Tingkat suku bunga berpengaruh positif pada profitabilitas LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. 30
Pertumbuhan nasabah merupakan perkembangan jumlah nasabah periode sekarang dibandingkan dengan jumlah nasabah periode sebelumnya yang dinyatakan dalam presentase. Hasil penelitian Mirah Indrawati (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh positif dan signifikan pada profitabilitas LPD. Sehingga hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. H5: Tingkat pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh positif pada profitabilitas LPD di Kecamatan Sukawati periode 2008-2011. 31