STUDI KANDUNGAN KADMIUM (Cd) PADA BIOTA, SEDIMEN DAN AIR PADA SUNGAI PANGKAJENE KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP Sri Seprianto Maddusa* Afnal Asrifuddin* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar cadmium terhadap biota (ikan dan kerang), air dan sedimen yang ada di sungai Pangkajene dan dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperbolehkan.. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Kadar Cd dalam ikan, kerang dan air diukur dengan Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Kadar kadmium dalam ikan dan kerang masing-masing 0,067 mg/kg dan 0,033 mg/kg. hasil tersebut masih memenuhi syarat. Kadar Cd rata-rata dalam air yaitu 0.0093 mg/kg dan kadar tersebut sudah melewati ambang batas dan tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Sedangkan kadar rata-rata Cd pada sedimen yaitu 0.164 mg/kg. Dengan ditemukannya kadar kadmium pada sedimen berarti biota dan air yang ada di sungai Pangkajene akan terkontaminasi oleh kadmium. Jika dibandingkan kadar Cd dalam sedimen jauh lebih tinggi dari pada air hal ini disebabkan karena logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih besar dari pada air. Oleh karena itu pabrik Semen Tonasa Pangkep, diharapkan agar memperhatikan masalah limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Memberikan wadah yang tepat untuk stock file batubara supaya air rembesan penampungan batubara tidak mengalir ke sungai. Selain itu diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan kontrol yang ketat terhadap pabrik dan memberikan sanksi yang tegas jika ditemukan pelanggaran yang mengarah ke perusakan lingkungan. Kata kunci: kadmium (cd), ikan, kerang,air, sungai Pangkajene. PENDAHULUAN Perairan sering tercemar oleh komponenkomponen anorganik diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam tersebut banyak digunakan untuk untuk keperluan industri atau untuk kebutuhan sehari-hari yang secara langsung maupun tidak langsung telah mencemari lingkungan. Logam-logam tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam organisme tersebut dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz, 2008) Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga menganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati dkk, 2008) Penduduk yang hidup disekitar Sungai Pangkajene saat ini sedang menghadapi ancaman berupa terjadinya gangguan kesehatan akibat konsumsi air, ikan dan kerang yang berasal dari Sungai Pangkajene. Air sungai Pangkajene merupakan wadah penampungan berbagai limbah baik yang berasal dari industri maupun dari limbah rumah 70
tangga. Dalam limbah tersebut terdapat berbagai macam logam berat dan salah satunya adalah kadmium (Cd) yang dihasilkan dari penggunaan batubara pada industri, pelapukan bebatuan dan limbah rumah tangga Penelitian tentang efek kadmium pada manusia menemukan bahwa kadmium menyebabkan terjadinya disfungsi ginjal, anemia, kerusakan organ respirasi paru-paru,kerapuhan pada tulang pada penduduk yang tinggal di daerah tercemar kadmium di Jepang (Palar,2008). Menurut US EPA (1985), konsumsi aman kadmium adalah sebesar 0.001 mg/kg/hari untuk intake melalui makanan. Artinya bahwa intake kadmium dengan kadar yang tidak melebihi 0.001 mg/kg/hari akan tetap aman dan tidak memberikan efek negatif bagi kesehatan meskipun intake terjadi setiap hari, sepanjang hidup Berdasarkan hasil penelitian Puslitang-LH terhadap keberadaan logam-logam dalam beberapa sampel air yang diamati pada areal dan di luar areal pabrik serta areal dermaga dan PLTU Biringkassi salah satunya ditemukan kadmium (Cd) yang berada pada rentang ttd 0,009 mg/l (Puslitang-LH, 2010). Pada penelitian distribusi kandungan logam dalam batubara di kabupatem Kutai Kartanegara ditemukan kadmium (Cd) dengan rata-rata 1,87 ppm (Syam, dkk, 2008). Hal ini berarti kadmium yang terdapat di badan air sungai Pangkajene salah satunya berasal dari batubara. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kecamatan Bungoro kabupaten Pangkep dengan alasan bahwa di lokasi ini terdapat industri semen dan marmer. Industri ini berpeluang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan secara deskrptif. Data yang dikumpulkan meliputi kandungan kadmium dalam ikan, air, kerang dan sedimen melalui hasil laboratorium. Populasi biota (ikan dan kerang) adalah seluruh biota yang ada di sungai Pangkajene. Sampel adalah ikan dan kerang yang dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar sungai Pangkajene. Populasi adalah seluruh air yang terdapat di sungai Pangkajene. Sampel adalah air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat di kecamatan Bungoro yang tinggal di sekitar sungai Pangkajene. Populasi adalah seluruh sedimen yang terdapat di sungai Pangkajene. Sampel adalah sedimen pada sungai yang telah dibagi atas tiga stasiun. Populasi adalah seluruh masyarakat yang tinggal di kecamatan Bungoro. Responden adalah masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Pangkaje dengan unit analisis adalah individu/orang yang biasa mengkonsumsi ikan, kerang dan air dengan jumlah responden 100 orang. Data kandungan kadmium (Cd) dalam 71
ikan, kerang dan air dilakukan dengan cara pemeriksaan di laboratorium dengan Atomic Absorbtion Spechtrophometer (AAS) sesuai dengan SNI. Data yang diperoleh dari hasil laboratorium akan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan berdasrkan aturan perundangundangan. HASIL PENELITIAN Tabel 1:Konsentrasi Kadmium Pada Ikan dan Kerang Konsumsi Masyarakat Yang Ditangkap di Perairan Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep tahun 2012 No Nama Biota Konsentrasi Kadmium (mg/kg) 1. Clarias Batracus (lele) 0,067 2 Kerang Anadara Granosa (Kerang Kijing) 0,033 Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Ikan dan Kerang Sampel ikan yang diambil dalam penelitian ini ikan Clarias Batracus (lele) dan sedangkan jenis kerang yang diperiksa yaitu Anadara Granosa. Dari tabel 1 diketahui bahwa hasil Cd yang diperoleh dari ikan lele sebesar 0,067 ppm atau 0,000067mg/gr, kerang 0.033 ppm atau 0.000033 mg/gr. Kadar Cd dalam ikan lele dan kerang belum melewat batas yang diperbolehkan oleh BSN yaitu 0,1 ppm untuk ikan dan 1.0 ppm untuk kerang (SNI, 2007). Meskipun tidak melewati batas yang diperbolehkan namun perlu diadakan pengendalian karena sifatnya akumulatif dalam tubuh. Tabel 2: Rata-rata Konsentrasi Kadmium Pada Air Sungai Yang Dikonsumsi Warga Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep No Minggu Lokasi Konsentrasi rata-rata kadmium (mg/l) 1 1 Stasiun I Ttd 2 Stasiun II Ttd 3 Stasiun III Ttd 72
4 2 Stasiun I Ttd 5 Stasiun II Ttd 6 Stasiun III Ttd 7 3 Stasiun I 0,012 8 Stasiun II 0,008 9 Stasiun III 0,008 Sumber : Data Primer. Standar konsentrasi kadmium dalam air minum adalah 0,005 mg/kg (SNI, 2009) Kandungan Logam cadmium (Cd) Hasil rata-rata pengukuran dalam Air Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu dalam waktu tiga minggu berturutturut. Sampel air di bagi atas tiga stasiun yaitu stasiun I yang berada di konsentrasi kadmium pada air minum yang diambil dari sumber yang selalu digunakan respoden dan masyarakat di Kecamatan Bungoro dapat dilihat pada tabel 2 Dari tabel 2 diketahui bahwa hulu sumber pencemar, stasiun II rata-rata konsentrasi kadmium berada di pertengahan atau setelah tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu sumber pencemar dan stasiun III 0,012 mg/l. Sedangkan kadar berada pada hilir sungai Pada minggu pertama dan ke kadmium pada stasiun II dan III sama yaitu 0,008 mg/l. Jika dibandingkan dua kadmium dalam air tidak dengan standar BSN maka kadar terdeteksi. Kadmium baru terdeteksi kadmium pada badan air sungai pada minggu ketiga. Tidak Pangkajene sudah melewati ambang ditemukannya logam kadmium bisa saja disebabkan karena logam ini akan cepat rusak jika dikenai oleh uap amonia (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2) (Palar, 2008). Selain itu saat debit air besar maka konsentrasi zat batas yaitu 0,003 mg/l (SNI, 2009). Berdasarkan data di atas maka air sungai Pangkajene sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena memiliki kadar kadmium yang sudah melewati ambang batas. pencemar pada air akan semakin kecil sehingga kualitas air sesungguhnya tidak tergambarkan (Hadi, 2005). 73
Tabel 3: Rata-rata Konsentrasi Kadmium Pada Sedimen Sungai Pangkajene Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep No Minggu Lokasi Konsentrasi rata-rata kadmium (mg/kg) 1 Stasiun I 0,032 2 1 Stasiun II 0,097 3 Stasiun III 0,081 4 Stasiun I 0,290 5 2 Stasiun II 0,262 6 Stasiun III 0,289 7 Stasiun I 0,179 8 3 Stasiun II 0,124 9 Stasiun III 0,124 Sumber : Data Primer Kandungan Logam cadmium (Cd) dalam Sediemen Selain mengukur konsentrasi kadmium pada ikan, kerang dan air dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran konsentrasi kadmium pada sedimen sungai Pangkajene. Sedimen diambil dari sungai Pangkajene dan dibagi atas tiga stasiun sama dengan pengambilan sampel air dan diulang setiap minggu selama tiga minggu. Hasil dari pengukuran kadmium pada sedimen dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel 3 diketahui bahwa stasiun I rata-rata konsentrasinya 0,167 ppm, stasiun rata-rata 0,161 ppm dan stasiun III rata-rata 0,165 ppm. PEMBAHASAN Pengukuran konsentrasi kadmium pada biota didasarkan pada biota yang sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar sungai pangkajene. Hasil menunjukan bahwa kadar kadmium pada ikan Clarias Batracus (ikan lele) dengan kadar 0,067 ppm dan kerang Anadara Granosa 0,033 mg/kg. Konsentrasi kadmium pada ikan lele yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/kg sedangkan kerang yaitu 1,0 mg/liter (SNI, 2009). Dari perbandingan 74
antara konsentrasi hasil penelitian dengan standar yang ada maka ikan dan kerang masih aman untuk dikonsumsi karena masih berada di bawah ambang batas. Hal ini disebabkan karena masih jarangnya industri yang ada di sekitar sungai Pangkajene. Industri yang ada di sekitar sungai Pangkajene hanya industri semen dan marmer. Meskipun dalam penelitian ini kadar Cd dalam ikan dan kerang masih aman untuk dikonsumsi, namun kita harus berhati-hati dalam mengkonsumsinya. Hal ini dikarenakan bahan pencemar setiap hari bertambah dan pada akhirnya akan terjadi akumulasi logam berat dalam tubuh biota maupun manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Oleh karena itu perlu ada upaya pengendalian pencemaran supaya lingkungan perairan tetap terjaga dan jauh dari pencemaran Pada pemeriksaan konsentrasi kadmium untuk air sungai di minggu pertama dan ke dua tidak ditemukan kadmium. Hal ini terjadi karena pada saat pengambilan sampel debit air sungai Pangkajene besar. Besarnya debit air dipengaruhi karena curah hujan yang tinggisaat pengambilan sampel. Pada saat debit air besar maka konsentrasi zat pencemar semakin kecil sehingga kualitas air sesungguhnya tidak tergambarkan. Konsentrasi logam dalam air pun akan pecah dan terjadi pengenceran pada saat peningkatan curah hujan yang berlebihan.(hadi 2005). Kadmium dalam air ditemukan pada minggu ke tiga dengan konsentrasi kadmium tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 0,012 mg/l. Untuk kadar kadmium pada stasiun II dan III sama yaitu 0,008 mg/l. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap logam kadmium pada badan air sungai pangkajene menunjukan bahwa air sungai Pangkajene sudah melewati ambang batas yaitu 0,003 mg/l. Oleh karena itu air sungai Pangkajene tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Pengukuran konsentrasi kadmium dalam sedimen dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebaran kadmium di lingkungan. Kadmium yang tersebar dalam sedimen akan masuk dalam rantai makanan seperti ikan dan kerang karena biota air tersebut cenderung bersembunyi dan menetap pada sedimen bahkan mencari 75
makanannya di tumpukan sedimen. Pengambilan titik stasiun sampel sedimen sama prosesnya dengan pengambilan sampel air. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada stasiun I rata-rata konsentrasinya 0,167 ppm, stasiun II rata-rata konsentrasinya 0,161 ppm dan stasiun III rata-rata konsentrasinya adalah 0,165 ppm. Dari hasil diatas jelas terlihat bahwa kandungan kadmium tersebar merata karena konsentrasi kadmium di tiap stasiun hampir sama besarnya. Dengan adanya kadmium pada sedimen berarti biota dan air yang ada di sungai Pangkajene akan terkontaminasi oleh kadmium. Jika dibandingkan kadar Cd dalam sedimen jauh lebih tinggi dari pada air hal ini disebabkan karena logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih besar dari pada air. Logam berat masuk ke dalam lingkungan peraiaran akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi (Hutagalung, 1991) KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan: Konsentrasi kadmium dalam ikan Clarias Batracus yaitu 0,067 mg/kg, kerang Anadara Granosa 0,033 mg/kg. kadar tersebut masih memenuhi syarat atau masih di bawah ambang batas yaitu 0,1 mg/kg untuk ikan dan 1,0 mg/kg untuk kerang. Meskipun kadar Cd pada biota masih di bawah ambang batas namun masyarakat harus berhati-hati dalam mengkonsumsi biota yang ada di sungai Pangkajene. Dengan ditemukannya logam berat dalam tubuh biota maka hal tersebut bisa berbahaya bagi tubuh manusia karena sifat logam berat yang terakumulasi dalam tubuh manusia. Rata-rata kadar kadmium dalam air sungai yaitu 0,0093 mg/. Kadar cadmium dalam air tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dengan ditemukannya kadar kadmium pada sedimen berarti biota dan air yang ada di sungai Pangkajene akan terkontaminasi oleh kadmium. Jika dibandingkan kadar Cd dalam sedimen jauh lebih tinggi dari pada air hal ini disebabkan karena logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan 76
mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih besar dari pada air. Logam berat masuk ke dalam lingkungan peraiaran akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi (Hutagalung, 1991) Oleh karena itu pabrik Semen Tonasa Pangkep, diharapkan agar memperhatikan masalah limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Memberikan wadah yang tepat untuk stock file batubara supaya air rembesan penampungan batubara tidak mengalir ke sungai. Selain itu diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan kontrol yang ketat terhadap pabrik dan memberikan sanksi yang tegas jika ditemukan pelanggaran yang mengarah ke perusakan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA ATSDR, (2008). Cadmium. Agency For Toxic Substances And Disease Registry. U.S. Department of Health And Human Services, Division of Toxicology and Environmental Medicine ToxFAQs, TM Public Health Service. Bui, Quang Q., DABT.(2011). A Risk Assessment, Cadmium and Contaminated Foods. http:// www.extoxnet.orst.edu/faqs/foo dcon/cadmium.htm.[diakses 22 Desember 2011]. Cheng, Winnie.W.L and Gobas, Frank A.P.C, (2007). Assessment of Human Health Risk of Comsumption of Cadmium Contaminated Cultured Oysters. Human and Ecological Risk Assessment, 13: 370-382 Dullah.A.A.,(2011). Analisis Resiko Paparan Kadmium (Cd) Pada Penduduk Kelurahan Tallo Makassar. Tesis; Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Fardiaz, Srikandi, (1992), Polusi Air dan Udara: Jogjakarta Palar, H. (2004), Toksikologi dan Pencemaran Logam Bera., Jakarta: PT Rineka Cipta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (Puslitbang LH)(.2011). Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Industri Semen Portland PT SemenTonasa. Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar. Rahman, Abdur. (2007). Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan (Program Intensif 77
Tingkat Dasar). Depok: FKM UI. SNI (Standar Nasional Indonesia), (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan. Badan Standardisasi Nasional ICS 67.220.20. Syam, dkk. (2008). Distribusi Kandugan Logam Berat Dalam Batubara Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Sains dan Teknologo, Vol. 8 No. 3 : 180 185 Whardana,( 2004). Dampak Pencemaran Lingkungan,Andi,Yogyakarta. 78