BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kegiatan usaha, baik usaha jasa, dagang maupun. industri/manufaktur tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan,

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin kritisnya masyarakat dalam memilih perusahaan jasa

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman di era globalisasi yang kian pesat dengan ditandai oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

Penganggaran Perusahaan 53 ANGGARAN PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia ekonomi dan bisnis pun kian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi: AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB I PENDAHULUAN. baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, baik dalam merencanakan

PENDAHULUAN. yaitu dengan mengeluarkan biaya yang sekecil kecilnya untuk. perusahan berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perusahaan industri untuk

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

langsung dan biaya overhead pabrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VARIANS BIAYA OVERHEAD DALAM EFISIENSI HARGA POKOK PRODUKSI

PELAPORAN EKSTERN DENGAN METODE VARIABLE COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi pengertian sistem dalam buku Sistem Akuntansi. yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Soemarso S.R

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Volume I No.02, Februari 2016 ISSN : ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA PABRIK SELANG AIR DI PT. MASPION IV SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia bisnis terasa semakin ketat, hal tersebut juga dapat

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK RUSAK PADA PT. MATRIX INDO GLOBAL

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam berbagai kegiatan usaha, baik usaha jasa, dagang maupun industri/manufaktur tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan yaitu memperoleh laba/keuntungan dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahanya. Laba/keuntungan terbagi menjadi laba kotor, laba operasional dan laba bersih. Laba tersebut dapat diperoleh perusahaan dengan meningkatkan pendapatan atau melakukan penekanan-penekanan terhadap biaya-biaya. Dalam hal penekanan terhadap biaya-biaya khususnya biaya operasi yang terjadi dalam perusahaan manufaktur, tidak semua biaya tersebut dapat diperlakukan sama karena sifat biaya yang saling terkait. Sehingga perusahaan harus dapat memilih mana biaya yang dapat ditekan dan mana biaya yang harus ditingkatkan sesuai kebutuhan perusahaan. Salah satu contoh biaya yang saling terkait yaitu biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memelihara fasilitas-fasilitas produksi yang dimilikinya. Eldon S. Hendriksen (1991: 86) mengemukakan bahwa Kebijakan perusahaan mengenai reparasi dan pemeliharaan akan mempengaruhi biaya upah dan energi yang berkaitan juga dengan efisiensi operasinya. PT AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri/manufaktur. Seperti halnya perusahaan manufaktur lainnya, perusahaan ini merupakan perusahaan yang 1

2 mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Oleh karena itu, fungsi pokok yang ada di perusahaan ini salah satunya yaitu fungsi produksi. Tjahjono dan sulastiningsih (2003: 368) menjelaskan bahwa kegiatan utama pada perusahaan manufaktur adalah pembelian, produksi, pemasaran, pendanaan, penyimpanan, penyediaan informasi pasar dan penanggungan resiko. T. Hani Handoko (2000: 157) menjelaskan bahwa: untuk menjamin fungsi produksi berjalan dengan lancar diperlukan aktiva tetap meliputi pabrik dan fasilitas-fasilitas produksi berupa mesin mesin produksi dan peralatan lainnya. Aktiva inilah yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Sumber pendapatan bagi perusahaan ini harus terus dijaga agar tidak cepat mengalami kerusakan, diantaranya dengan melakukan pemeliharaan terhadap aktiva tetap produksinya seperti mesin-mesin dan peralatan produksi sehingga mesin-mesin dan peralatan produksi tersebut dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Kaitannya dengan tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba khususnya laba kotor, sesuai dengan prinsip akuntansi mengenai Capital Maintenance Concept (Joel G. Siegel, 2000: 68) yang menyatakan bahwa penghasilan hanya dapat direalisasikan setelah modal organisasi dipelihara pada tingkat yang telah ditentukan. yaitu apabila perusahaan melakukan kegiatan pemeliharaan secara teratur diharapkan dapat mencegah kerusakan pada mesin-mesin produksi sehingga tidak harus mengalami perbaikan yang akan menghentikan proses

3 produksi. Penghentian proses produksi otomatis mengurangi proporsi produk yang akan dijual sehingga berdampak pada penurunan laba kotor bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh T. Hani Handoko (2000: 158) Kerusakan-kerusakan, walaupun perbaikan dilakukan secara cepat akan menghentikan produksi. Para karyawan dan mesin-mesin menganggur, produksi hilang dan pessanan tertunda sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Biaya pemeliharaan dan laba kotor di PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba pada tahun 2005-2006 mengalami fluktuasi seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1.1. Semakin besar biaya pemeliharaan aktiva tetap diharapkan dapat menjadikan kondisi aktiva tetap selalu siap digunakan untuk mendukung kelancaran proses produksi sehingga dapat meningkatkan proporsi produk yang akan dijual dan pada akhirnya akan meningkatkan laba kotor bagi perusahaan. Namun pada bulan April dan Agustus tahun 2005 serta bulan Juli tahun 2006 terdapat fakta bahwa di satu sisi biaya pemeliharaan mengalami kenaikan yaitu pada bulan April 2005 sebesar Rp. 9.213.000,-, bulan Agustus 2005 sebesar Rp. 7.187.000,-, dan bulan Juli 2006 sebesar Rp. 55.000,-, disisi lain laba kotor mengalami penurunan yaitu pada bulan April 2005 sebesar Rp. 22.550.000,-, bulan Agustus 2005 sebesar Rp. 79.821.000,-, dan bulan Juli 2006 sebesar Rp. 17.653.000.-. Seharusnya apabila perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk biaya pemeliharaan aktiva tetap maka produksi barang pun menjadi meningkat karena tidak terjadi hambatan dalam proses produksi maka penjualan pun mengalami peningkatan. Dengan penjualan yang meningkat maka otomatis akan meningkatkan laba kotor perusahaan.

4 Tabel 1.1 Perkembangan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap dan Laba Kotor PT AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba (dalam ribuan rupiah) No Tahun Bulan Biaya Pemeliharaan Laba Kotor 2005 1 Januari 10.950 352.646 2 Februari 12.000 365.703 3 Maret 3.156 360.126 4 April 12.369 337.576 5 Mei 14.182 364.909 6 Juni 6.750 336.343 7 Juli 6.098 523.202 8 Agustus 13.285 443.381 9 September 6.022 428.533 10 Oktober 14.257 453.324 11 Nopember 11.007 531.339 12 Desember 12.387 539.884 2006 13 Januari 6.280 374.876 14 Februari 6.500 399.950 15 Maret 8.256 402.086 16 April 9.249 456.091 17 Mei 2.480 390.622 18 Juni 1.575 400.655 19 Juli 1.630 383.002 20 Agustus 4.689 435.366 21 September 7.850 481.121 22 Oktober 8.243 506.389 23 November 8.655 623.670 24 Desember 5.219 661.924 Total 193.089 10.552.718 Sumber: Laporan Laba Rugi PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba, di olah kembali. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap laba kotor perusahaan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap

5 Terhadap Laba Kotor Pada PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana biaya pemeliharaan aktiva tetap yang dikeluarkan PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 2. Bagaimana laba kotor yang diperoleh PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 3. Bagaimana pengaruh biaya pemeliharaan terhadap laba kotor pada PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data, menganalisis dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap laba kotor perusahaan. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui biaya pemeliharaan aktiva tetap yang dikeluarkan PT AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba.

6 2. Untuk mengetahui besarnya laba kotor yang diperoleh PT AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap laba kotor PT AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Sebagai bahan untuk mengembangkan keilmuan akuntansi dalam memecahkan masalah yang menyangkut biaya pemeliharaan dan pengaruhnya terhadap laba kotor di perusahaan manufaktur, serta menambah khazanah keilmuan akuntansi khususnya akuntansi biaya. 2. Secara Praktis a. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan masukan bagi perusahaan untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan aktiva tetap dan kontribusinya pada laba kotor perusahaan. b. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut pada subjek yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

7 1.5 Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa, dagang maupun manufaktur akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Hal ini dilakukan agar tujuan perusahaan tercapai yaitu keuntungan atau laba. Laba menurut Supriyono (1990: 16) yaitu : Hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan (pendapatan) dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang sama, di mana penghasilan (pendapatan) lebih besar dari biaya. Definisi pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004: PSAK No. 23) sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Sedangkan biaya didefinisikan dalam Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 yang dikeluarkan oleh FASB (Zaki Baridwan, 1992: 30) yaitu : Aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Definisi lain mengenai laba dikemukakan oleh Aliminsyah dan Padji (2005: 222) yaitu : kelebihan pendapatan atas biaya, sedangkan laba kotor (laba bruto) yaitu hasil penjualan netto dikurangi biaya produksi. Khusus bagi perusahaan manufaktur yang kegiatan usahanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi kemudian menjualnya, laba kotor dapat tercapai apabila

8 proses produksi berjalan lancar. Agar proses produksi berjalan lancar maka diperlukan upaya agar faktor produksi yang berupa aktiva tetap selalu dalam kondisi baik sehingga dapat menghasilkan produk secara optimal. Semakin optimal produk yang dihasilkan maka semakin besar proporsi produk yang dijual sehingga laba kotor yang diterima akan semakin meningkat. Hal ini seperti yang diungkapkan Carter dan Usry (2006: 4) Perusahaan-perusahaan yang dapat memaksimalkan laba mereka sebaik mungkin adalah perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan tingkat kualitas yang tinggi dalam hal volume, waktu dan tempat serta memperoleh kesan baik dari pelanggan. Untuk menjaga agar kondisi faktor produksi yang berupa aktiva tetap selalu dalam kondisi baik, perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan terhadap aktiva tetap tersebut. Simamora (2000: 314) mendefinisikan pemeliharaan sebagai berikut : pemeliharaan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menjadikan sebuah aktiva dalam kondisi operasi yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjadikan sebuah aktiva dalam kondisi operasi yang baik. Pemeliharaan yang baik menjamin bahwa fasilitas-fasilitas produksi akan dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Hal ini dihasilkan dari kombinasi biaya pemeliharaan yang mengantisipasi pemborosan bahan bakar akibat daya pakai mesin-mesin yang tidak terawat dan perbaikan kerusakan secepat mungkin sehingga tidak akan menghambat proses produksi. Jika proses produksi tidak terhambat maka produktivitas produksi akan meningkat sehingga produk yang dihasilkan optimal. Semakin optimal produk yang dihasilkan maka penjualan produk semakin meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan

9 laba kotor perusahaan. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntansi mengenai Capital Maintenance Concept (Joel G. Siegel, 2000: 68) yang menyatakan bahwa penghasilan hanya dapat direalisasikan setelah modal organisasi dipelihara pada tingkat yang telah ditentukan.. Modal organisasi pada perusahaan manufaktur salah satunya yaitu aktiva tetap berupa mesin dan instalasi produksi lainnya. Dalam menentukan kebijaksanaan pemeliharaan, perusahaan mempunyai tiga alternatif sebagai berikut: 1. Pemeliharaan perbaikan, yaitu kegiatan mereparasi, memperbaiki atau mengganti bila peralatan telah mengalami kerusakan atau tidak dapat beroperasi. 2. Pemeliharaan preventif, yaitu kegiatan mereparasi, memperbaiki, atau mengganti peralatan pada akhir jam operasinya. 3. Pemeliharaan kondisional, yaitu kegiatan memeriksa, dan mengukur kebutuhan reparasi, perbaikan atau penggantian peralatan. Biaya pemeliharaan digolongkan ke dalam Biaya Overhead Pabrik. Simamora (2000: 547) menggolongkan BOP sebagai berikut : yaitu : 1. biaya bahan baku penolong. 2. biaya tenaga kerja tidak langsung. 3. biaya penyusutan pabrik dan mesin. 4. biaya pemeliharaan fasilitas pabrik. Lebih lanjut manfaat pemeliharaan menurut Eldon S. Hendriksen (1991: 57) 1. bertambahnya kuantitas jasa yang dapat diperoleh selama usia yang tersisa dari aktiva tersebut. 2. bertambahnya kualitas jasa yang diperoleh selama usia tersisa aktiva tetap tersbut. 3. meningkatkan kapasitas produktif atau jasa aktiva tetap.

10 Melihat pentingnya faktor pemeliharaan bagi perusahaan, maka sudah sewajarnya perusahaan mengeluarkan biaya untuk kegiatan pemeliharaan. Selain itu dengan pemeliharaan diharapkan dapat meminimumkan biaya sistem mesin yang tidak produktif dan biaya tenaga kerja menganggur, sehingga produktivitas produksi dan produktivitas tenaga kerja meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dapat membuat aktiva tetap selalu siap digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan produk secara optimal. Semakin optimal produk yang dihasilkan maka semakin besar proporsi produk yang terjual sehingga laba kotor yang diterima akan semakin meningkat. Sebaliknya, apabila kegiatan pemeliharaan dikurangi maka akan mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi karena perbaikan mesin yang memakan waktu lama. Produksi yang terhenti mengakibatkan volume produk yang dihasilkan untuk dijual menurun sehingga mengurangi laba kotor yang diterima perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh T. Hani Handoko (2000: 158) Kerusakan-kerusakan, walaupun perbaikan dilakukan secara cepat akan menghentikan produksi. Para karyawan dan mesin-mesin menganggur, produksi hilang dan pesanan tertunda sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba Dengan demikian kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

11 Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Laba Kotor Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 1.5.2 Asumsi Winarno Surakhmad (dalam Suharsimi Arikunto,2002: 58) mengatakan bahwa : asumsi atau anggapan dasar adalah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Dalam penelitian ini diasumsikan sebagai berikut : 1. Kegiatan perusahaan selama periode yang diteliti normal. 2. Biaya pemeliharaan dapat mempertahankan umur ekonomis aktiva tetap. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba kotor selain biaya pemeliharaan aktiva tetap seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya yang tidak diteliti konstan. 1.5.3 Hipotesis Menurut Indiantoro dan Supomo (2002: 250) hipotesis diartikan sebagai berikut : pernyataan belum teruji yang menjelaskan suatu fakta atau fenomena jawaban dari masalah penelitian berdasarkan telaah konsep-konsep teoritis yang perlu diuji. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

12 Biaya pemeliharaan aktiva tetap mempunyai pengaruh terhadap laba kotor perusahaan 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Objek penelitian dilakukan pada bagian produksi di PT. AGRONESIA Divisi Industri Teknik Karet Inkaba, yaitu sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan karet alam yang berlokasi di Jl. Simpang Industri 2 Bandung. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 6 November 2007 sampai dengan tanggal 6 Desember 2007, sedangkan pengambilan data-data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan sekitar bulan Desember 2007.