BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, Jakarta, 1978, Hlm Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULULAN. lain melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah da rah Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini, peran Notaris sebagai Pejabat Umum sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan pejabat umum yang kedudukannya sangat dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat di masa sekarang ini. Pekembangan zaman semakin modern membuat masyarakat tidak lagi mengenal perjanjian berdasarkan lisan atau kepercayaan satu sama lain, melainkan setiap perjanjian yang dilakukan masyarakat pasti akan mengarah kepada Notaris sebagai sarana keabsahan secara keperdataan dalam perjanjian. 1 Perjanjian secara lisan tetap masih berlaku dalam kehidupan masyarakat sepanjang para pihak bersepakat terhadap hal tersebut, namun dengan adanya perkembangan zaman maka pola berfikir masyarakat juga semakin berkembang untuk mengadakan suatu perjanjian secara tertulis. Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan (berdasarkan Pasal 1867 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Suatu akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya (berdasarkan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Salah satu pegawai umum yang berkuasa untuk membuat akta 1 Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, 2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta, hlm.16

2 autentik berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya. Akta autentik mempunyai pembuktian yang lebih kuat daripada akta di bawah tangan, hal tersebut dikarenakan akta autentik mempunyai bukti yang sempurna sebagaimana diatur dalam Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu : Para pihak yang berkepentingan beserta ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat didalamnya. Notaris dan produk akta yang dibuatnya dapat dimaknai sebagai upaya Negara untuk menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi anggota masyarakat. Adapun aturan mengenai jabatan Notaris di Indonesia berawal dari berlakunya Staatsblad Tahun 1860 Nomor 3 Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1860. Setelah Indonesia merdeka, keberadaan aturan tersebut tetap diakui berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan

3 yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. 2 Pada saat ini, hal tersebut diatur dalam Pasal 1 Aturan Peralihan Amandemen ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1948 tanggal 30 Oktober 1948 tentang Lapangan Pekerjaan, Susunan, Pimpinan dan Tugas Kewajiban Kementerian Kehakiman menerangkan bahwa kewenangan pengangkatan Notaris dilakukan oleh Menteri Kehakiman, selanjutnya Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tanggal 13 November 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara, serta juga sekaligus menegaskan berlakunya Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie (Staatsblad Tahun 1860 Nomor 3). 3 Pemerintah orde reformasi mengundangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dikenal sebagai Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) merupakan pengganti Staatsblad Tahun 1860 Nomor 3. Pada tanggal 17 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengalami perubahan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2014 dan Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5491, yang dikenal sebagai Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan (UUJN Perubahan). Perubahan tersebut tidak menghapus Undang-Undang sebelumnya, melainkan hanya merubah dan menambahkan beberapa pasal yang dianggap perlu sesuai dengan perkembangan sekarang. Salah satu perubahan yang berupa penambahan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut terdapat dalam Pasal 16 ayat (1) huruf n, yaitu Notaris dalam menjalankan jabatannya wajib menerima magang calon Notaris. 2 Habib Adjie, 2011, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), PT. RefikaAditama, Bandung, hlm. 4. 3 Ibid, hlm.5.

4 Berdasarkan Pasal 3 huruf f Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan, syarat untuk dapat diangkat sebagai Notaris salah satunya juga harus melaksanakan magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan. Penjelasan dalam Pasal tersebut ditegaskan bahwa yang dimaksud prakarsa sendiri adalah calon Notaris dapat memilih sendiri di kantor yang diinginkan dengan tetap mendapatkan rekomendasi dari Organisasi Jabatan Notaris. Pengertian magang tidak dijelaskan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, namun dapat dilihat dari pengertian magang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai calon pegawai yang belum diangkat secara tetap serta belum menerima gaji atau upah karena dianggap masih dalam taraf belajar. 4 Pentingnya magang untuk calon Notaris adalah untuk menyelaraskan antara ilmu kenotariatan yang diperoleh selama menjalani pendidikan Magister Kenotariatan dengan praktek yang terjadi di lapangan serta hal-hal yang tidak didapatkan selama masa pendidikan di perkuliahan. Hal-hal tersebut berupa cara menjahit akta, menata usahakan minuta akta dalam Reportorium ataupun mengisi buku daftar untuk surat yang dibukukan atau surat yang disahkan dan belajar memahami keinginan para penghadap serta memformulasikannya ke dalam bentuk akta Notaris. Magang sebagaimana 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, Jakarta, hlm.541

5 disebut di atas sudah terlepas dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan Magister Kenotariatan, artinya lulusan dari lembaga pendidikan tersebut sepenuhnya menjadi urusan para Notaris yang akan dijadikan tempat magang. 5 Dalam pra penelitian, ada beberapa Notaris di Kabupaten Sleman dalam melakukan bimbingan mengizinkan peserta magang untuk melihat protokol akta yang telah dibuat oleh Notaris bersangkutan serta menceritakan maksud dan tujuan klien untuk membuat akta. Maksud dan tujuan yang dilakukan oleh Notaris tersebut adalah agar calon Notaris magang mengetahui pengalaman dari Notaris bersangkutan dan sebagai pelajaran apabila sudah buka kantor sendiri. Pengertian bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan; pimpinan. 6 Berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan, Protokol akta adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip Negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang juga merupakan rahasia jabatan. Salah satu hal yang wajib dilakukan seorang Notaris adalah merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain (Pasal 16 ayat (1) huruf f 5 Habib Adjie, op.cit, hlm.63 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit, hlm.117

6 Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan). Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi Akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan (Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan), sehingga tidak ada aturan mengenai Notaris boleh membuka rahasia jabatannya kepada calon Notaris magang. Pasal 16 A Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan, yaitu : (1) Calon Notaris yang sedang melakukan magang wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a. (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon Notaris juga wajib merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dessy Nakarasima Lubis 7 Notaris dalam mengajarkan pembuatan akta tidak mencakup semua jenis akta, tergantung Notaris penerima magang lebih sering melakukan pembuatan akta apa saja, misalnya Perjanjian Jual Beli. Notaris penerima magang jarang melakukan pembuatan Akta tentang Perseroan Terbatas, sehingga calon Notaris magang juga tidak mendapatkan ilmu mengenai pembuatan akta Perseroan Terbatas. Dalam hal pelaksanaan pembuatan draft akta, biasanya calon Notaris magang disuruh membuka contoh draft yang ada di komputer atau dapat melihat dari minuta-minuta sebelumnya. Peserta magang juga dengan mudah untuk mengakses protokol akta dikarenakan Notaris mempunyai kesibukan lain sehingga dalam melakukan bimbingan terhadap 7 Hasil wawancara pra penelitian dengan Dessy Nakarasima Lubis, selaku peserta magang di Kantor Notaris Tri Wahyuni Herawati, SH pada tanggal 22 Februari 2016

7 calon Notaris magang didelegasikan kepada karyawan/staff Notaris yang sudah berpengalaman. Setiap kantor Notaris mempunyai cara tersendiri yang berbeda-beda dalam melakukan bimbingan, ada yang memberikan ilmu dan berbagi pengalaman secara loyalitas serta ada juga Notaris yang tidak memberikan semua ilmunya kepada peserta magang. Hal tersebut dikarenakan belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tata cara magang di kantor Notaris, sehingga peserta magang juga harus secara aktif untuk memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama magang berlangsung. Efektif atau tidaknya pelaksanaan magang sangat berpengaruh terhadap kemauan Notaris bersedia untuk memberikan pengalaman-pengalaman, keahlian dan keterampilan selama menjalani praktek sebagai Notaris kepada peserta magang, disamping itu juga harus ada kemauan dari peserta magang dalam menggali ilmu pengetahuan selama proses magang berlangsung. Oleh karena itu, hal tersebut menarik untuk penulis teliti sehingga judul yang diangkat oleh penulis adalah PELAKSANAAN BIMBINGAN MAGANG PADA KANTOR NOTARIS DI KABUPATEN SLEMAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang telah penulis paparkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman?

8 2. Bagaimana tanggung jawab Notaris dalam pelaksanaan tugas terhadap kerahasiaan jabatan terkait dengan bimbingan magang di kantornya? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran dan informasi tentang keaslian penelitian yang dilakukan, belum ada penelitian secara spesifik tentang pelaksanaan bimbingan magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman. Adapun beberapa hasil penelitian ilmiah yang memiliki relevansi terhadap penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Kesiapan Notaris Terhadap Ketentuan Magang Bagi Calon Notaris Pada Kantor Notaris di Kabupaten Sleman Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris 8 oleh Daniela Malute, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Tahun 2015. Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti adalah : a) Bagaimana kesiapan bimbingan atau pembinaan Notaris terhadap calon Notaris magang setelah diperpanjangnya waktu magang dari 12 bulan menjadi 24 bulan pada kantor Notaris di kabupaten Sleman? b) Apa saja bentuk bimbingan atau pembinaan yang akan diberikan 8 Daniela Malute, 2015, Kesiapan Notaris Terhadap Ketentuan Magang Calon Notaris Pada Kantor Notaris di Kabupaten Sleman Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Tesis, Program Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

9 Notaris terhadap calon Notaris magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman? Kesimpulan dari penulisan tersebut adalah Notaris-Notaris yang direkomendasikan sebagai tempat magang siap menerima magang calon Notaris dikarenakan magang saat ini tidak jauh berbeda dengan magang sebelumnya dalam hal pemberian materi, hanya saja dalam penerimaan calon Notaris magang Notaris yang direkomendasikan menjadi tempat magang menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi kantor Notaris sehingga magang dapat berjalan efektif. Bentuk bimbingan atau pembinaan yang diberikan Notaris kepada calon Notaris magang berbeda-beda, namun tetap berdasarkan pada pedoman atau kurikulum yang dibuat dan ditentukan oleh Pengurus Wilayah (PengWil). 2. Kesiapan Pelaksanaan Tempat Magang Bagi Calon Notaris di Kota Palembang 9 oleh Filya Yatanto, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Tahun 2015. Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti adalah : a) Bagaimana kesiapan pelaksanaan tempat magang bagi calon Notaris di kota palembang? b) Bagaimana cara Notaris melakukan pembinaan bagi calon Notaris yang magang di kota Palembang? c) Kendala apa yang dihadapi oleh Notaris dalam melakukan 9 Filya Yatanto, 2010, Kesiapan Pelaksanaan Tempat Magang Bagi Calon Notaris di Kota Palembang, Tesis, Program Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

10 pembinaan bagi calon Notaris yang magang di kota Palembang? Kesimpulan dari penulisan tersebut adalah kesiapan pelaksanaan magang bagi Notaris tempat magang di kota Palembang setelah berlakunya Undang-Undang Jabatan Notaris Perubahan masih terdapat kekurangan, yaitu tidak adanya daftar Notaris yang dapat dijadikan tempat magang sehingga calon notaris yang hendak menjalani magang dapat mencari sendiri atau meminta rekomendasi dari pengurus wilayah maupun pengurus daerah. Bentuk-bentuk pembinaan yang diberikan Notaris bagi calon Notaris magang di kota Palembang antara satu Notaris dengan Notaris lain berbeda-beda, pembinaan hanya diserahkan sepenuhnya kepada Notaris penerima magang. Kendala yang dihadapi Notaris dalam melakukan pembinaan kepada calon Notaris magang, yaitu belum adanya pedoman atau kurikulum mengenai pembinaan magang, kelakuan calon Notaris, kekhawatiran pembocoran rahasia, kegiatan kantor Notaris yang sedikit dan fasilitas kantor yang terbatas dan waktu Notaris penerima magang untuk memberikan pembinaan. Berdasarkan temuan dari kedua penulis tersebut, maka permasalahan yang menjadi fokus penelitian dalam tesis ini berbeda dengan permasalahan yang pernah diteliti. Perbedaannya adalah penulis lebih menekankan pada pelaksanaan bimbingan magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman. Apabila ternyata telah ada penelitian yang sama dengan penelitian ini, maka hal tersebut benar-benar di luar sepengetahuan dalam melakukan penelusuran sehingga penelitian ini

11 diharapkan dapat melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya. D. Faedah Penelitian 1. Kegunaan Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya dalam bidang kenotariatan, serta juga dapat digunakan sebagai referensi karya ilmiah dan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Kegunaan Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang menjadi pokok pembahasan, yaitu pelaksanaan bimbingan magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman dan tanggung jawab Notaris dalam pelaksanaan tugas terhadap kerahasiaan jabatan terkait dengan bimbingan magang di kantornya. Hal tersebut juga dapat memberikan masukan serta pemikiran yang berarti bagi Organisasi Ikatan Notaris Indonesia, Notaris, dan calon Notaris. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan bimbingan magang pada kantor Notaris di kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab Notaris dalam pelaksanaan tugas terhadap kerahasiaan jabatan terkait dengan bimbingan magang di kantornya.