BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan terkait Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Pacitan akan dijelaskan secara mendalam menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B Sutopo (2006:55) ialah penelitian yang menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain, pada jenis penelitian kualitatif lebih mementingkan makna daripada kuantitasnya, juga ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang atau prespektifnya. Dengan menggunakan jenis penelitian ini, diharapkan peneliti mendapat data deskriptif berupa tulisan, kata-kata, dokumen, dan sumber atau informan lainya yang relevan dengan penelitian. Selanjutnya, untuk menganalisis data lebih detail dan mendalam penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan sifat deskriptif kualitatif. Singarimbun (1995:4-5) menyampaikan bahwa penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Selain itu Bungin (2011:68) menambahkan penelitian sosial yang menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Oleh karena dalam penelitian ini juga berkaitan dengan fenomena sosial dan 53
54 bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap suatu kondisi, maka digunakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini penulis berusaha untuk menganalisis proses implementasi Peraturan Bupati Pacitan No. 38 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Pacitan Pada Sekolah Penyelenggara Inklusif dengan data yang diperoleh terutama berupa katakata, kalimat dan gambar yang relevan dan memiliki arti lebih. Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memaparkan, menggambarkan dan menjelaskan proses implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kabupaten Pacitan untuk kemudian dapat diketahui hambatan-hambatannya. Selain itu penulis juga menggunakan studi kepustakaan untuk mengetahui kaitan ilmu pengetahuan yang ditemukan di lapangan dengan teori yang sudah ada. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di sekolah reguler yang telah ditunjuk dan ditetapkan untuk menyelenggarakan kebijakan pendidikan inklusif di bawah Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, dengan jumlah siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) paling banyak mulai dari TK Tunas Muda Arjosari, SDN 1 Losari, dan SMPN 3 Pacitan. 3.3 Sumber Data Pada penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut : 1. Data Primer, yaitu wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang berwenang dan mengetahui penyelenggaraan pendidikan inklusif pada tiap-tiap jenjang sekolah yang ditunjuk. Dalam penelitian ini wawancara diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten
55 Pacitan, anggota Pokja Inklusif, kepala sekolah dari masing-masing sekolah, dan orang tua ABK. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi dan situasi pada sekolah penyelenggaran pendidikan inklusif. 2. Data Sekunder, yaitu berupa dokumen yang relevan dengan penelitian dan dapat menguatkan data primer. Dalam hal ini misalnya monografi dari tiap-tiap sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, data assesmen siswa ABK, data laporan penyelenggaraan pendidikan inklusif di tiaptiap sekolah, peraturan perundangan yang terkait yang mampu memberikan masukan dalam analisa penelitian ini. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam upaya memperoleh data untuk penyusunan tulisan ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah: 1. Wawancara Menurut Moleong (2001:135) wawancara ialah percakapan yang dilakukan denga maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pewawancara sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara sebagai pihak yang menjawab atau memberikan informasi atas pertanyaan tersebut. Sutopo (2006: 68) menyatakan terdapat dua jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan jenis wawancara yang biasanya digunakan dalam penelitian kuantitatif, dimana masalah telah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan. Sementara wawancara tidak terstruktur merupakan
56 jenis wawancara yang biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif, dimana wawancara dilakukan secara mendalam, terbuka dan intensif. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak struktur atau wawancara mendalam, dimana cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik tanya jawab dengan susunan pertanyaan yang bersifat open-ended dan dapat diubah saat proses wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang mengarah pada kedalaman informasi. 2. Observasi Sutopo (2006: 75) menyampaikan bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar. Terdapat dua jenis pada teknik observasi, yaitu observasi tak berperan (non-participant) dan observasi berperan (participant observation). Observasi berperan dibedakan lagi menjadi observasi berperan pasif, observasi berperan aktif, dan observasi berperan penuh. Dalam penelitian ini menggunakan observasi berperan pasif, dimana peneliti mengamati dan menggali informasi mengenai perilaku dan konidisi lingkungan penelitian dengan datang ke lokasi penelitian namun sama sekali tidak terlibat dalam aktivitas di lokasi tersebut. Teknik obeservasi berperan pasif ini dimaksudkan untuk mengetahui aktvitas yang terjadi pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif mulai dari proses belajar mengajar guru dengan ABK, fasilitas dan sarana-prasarana yang tersedia, serta layanan sekolah yang diberikan kepada ABK. 3. Dokumentasi
57 Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan menggunakan data-data yang tersedia dalam bentuk buku, dokumen resmi, catatan, peraturan perundang-undangan, serta data yang tersimpan dalam bentuk lainya yang dapat digunakan dan berkaitan dengan studi yang dibahas. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumen resmi dan tidak resmi. Dokumen resmi berupa peraturan atau surat keputusan yang menunjuk sekolah-sekolah sebagai penyelenggara pendidikan inklusif, data jumlah guru pendamping khusus, data siswa berkebutuhan khusus, data laporan sekolah terkait penyelenggaraan pendidikan inklusif. Sedang dokumen tidak resmi berupa foto-foto yang diambil saat di lapangan. 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive. Mengutip Patton (2006: 64) yang menyatakan bahwa : pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu, dengan kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data Pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive dengan alasan : 1. Mempermudah pencarian informan yang dianggap dapat memberikan informasi akurat dalam penelitian yang dikaji terkait implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kabupaten Pacitan. 2. Dengan informan yang dianggap tepat dan dapat memberikan informasi, maka akan diperoleh data sesuai dengan fokus penelitian dan memiliki
58 tingkat validitas yang inginkan. Orang-orang yang dipilih sebagai informan juga dipertimbangkan sehingga mampu memberikan jawaban yang meyakinkan untuk setiap jawaban yang diajukan. Dalam penelitian ini, penulis memilih informan yang benar-benar mengerti dan dapat memberikan informasi tentang proses dan faktor-faktor yang berkaitan implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Kabupaten Pacitan, yaitu diantaranya ialah : - Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan - Koordinator pendidikan inklusif (Pokja Inklusif) - Kepala sekolah - Orang tua siswa ABK 3.6 Aspek Yang Dianalisis Adapun proses implementasi kebijakan pendidikan inklusif yang dianalisis dalam penelitian ini beserta isi dan sumber informan untuk memperoleh datanya, yaitu :
59 Aspek yang dianalisis Proses Implementasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Aspek Tahap Organisasi (Organization) Tahap Intrepretasi (Intrepretazion) Tahap Pelaksanaan (Aplication) Karakteristik Masalah Daya Dukung Kebijakan Aktivitas yang dilakukan - proses penunjukan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif - pendataan Anak Berkebutuhan Khusus (data diperoleh dari masing-masing sekolah) - Struktur penanggung jawab yang dibentuk untuk pendidikan inklusif - sumber daya manusia (GPK) dan non manusia (sarana dan prasana) yang tersedia dan menunjang (data diperoleh dari masing-masing sekolah penyelenggara) - Alokasi anggaran yang disediakan khusus bagi pendidikan inklusif Sosialisasi dan komunikasi yang dilakukan oleh sekolah penyelenggara kepada kelompok sasaran kebijakan, dan komunikasi/koordinasi antara sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (data diperoleh dari masing-masing sekolah penyelenggara) Pelaksanaan kebijakan pendidikan inklusif pada sekolah-sekolah penyelenggara mulai dari aktivitas belajar-mengajar, kurikulum yang digunakan, cara penilaian yang diberikan kepada ABK. (data diperoleh dari masing-masing sekolah penyelenggara) - kesulitan teknis (sarana prasaran, GPK, kurikulum yang digunakan) - keberagaman perilaku kelompok sasaran - prosentase kelompok sasaran dengan jumlah penduduk - ruang lingkup perubahan yang diharapkan - Kejelasan tujuan-tujuan yang akan dicapai Keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan di antara lembaga pelaksana - Keterandalan teori yang dipergunakan - Ketepatan alokasi-sumber-sumber Dana
60 Faktor yang Berpengaruh di Luar Kebijakan - Aturan-aturan pembuatan keputusan dari badan-badan pelaksana - Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan dalam undang-undang - Akses formal pihak-pihak luar - Dukungan publik - Kondisi sosial ekonomi dan teknologi - Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki - Dukungan dari lembaga atasan - Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 3. 7 Validitas Data Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Mulyana, 2010). Data yang telah terkumpul dan tergali di lapangan, dicatat dalam kegiatan penelitian bukan hanya untuk kedalamanya namun juga sebagai jaminan bagi kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu perlu dilakukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperoleh tersebut. Dalam studi kualitatif terdapat beberapa cara yang digunakan untuk menguji validitas data, salah satunya ialah tenik triangulasi data. Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Bungin (2007: 256) berpendapat bahwa salah satu cara paling mudah untuk melakukan uji validitas data ialah dengan melakukan triangulasi sumber data, metode, teori dan peniliti. Pada penelitian terkait implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini penulis menggunakan teknik triangulasi sumber. Menurut Sutopo (2006: 93) triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang sama pada
61 informan yang berbeda, artinya informasi yang telah diperolah pada salah satu informan akan dapat teruji kebenaranya apabila ditanyakan kembali kepada informan lainya terkait hal yang sama, sampai ditemukan titik jenuh dari informasi yang diterima. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik wawancara mendalam dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, kepala sekolah, koordinator pendidikan inklusi, guru pendamping khusus, dan orang tua siswa. 3.8 Teknik Analisa Data Analisis data menurut Moleong (2001: 103) merupakan kegiatan mengorganisasikan, mengatur dan mengategorikan data yang telah terkumpul di lapangangan untuk dapat menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif. Pada penelitian implementasi kebijakan pendidikan inklusif, teknik analisis data yang digunakan ialah teknik analisis interaktif. Dalam Sutopo (2006: 114) proses analisis interaktif terdapat tiga komponen utama yaitu : 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Aktivitas reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan data yang diperoleh di lapangan. Sehingga dalam penyusunan ringkasan penulis membuat coding, memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan dan juga menulis memo.
62 Dalam penelitian yang dilakukan, aktivitas reduksi ini meliputi pengumpulan dan pemilahan informasi yang terkait dengan sejauh mana penyelenggaraan pendidikan inklusif, aktivitas belajar-mengajar yang berlangsung, pelayanan yang diberikan kepada siswa ABK, serta sumber daya manusia dan non manusia yang tersedia di sekolah tersebut. 2. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan setiap kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap masalah yang ada. Informasi yang telah terkumpul disajikan sebagaimana poin-poin yang terdapat pada teori proses implementasi dan model implementasi yang telah ditentukan. Sajian ini dapat berupa teks naratif, tabel, diagram, pie chart dan bentuk lainya. 3. Penarikan Simpulan Penarikan simpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data. Simpulan yang diambil perlu untuk diverifikasi atau ditinjau ulang agar cukup mantap dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Pada tahap ini akan digeneralisasi mulai dari hasil reduksi data sampai sajian data. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:
63 Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Skema Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data Reduksi Sajian Penarikan Simpulan/verifi Sumber : Sutopo, HB (2006: 120)