BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

ANALISIS NORMALISASI SALURAN DRAINASE PRIMER STUDI KASUS: SEI BADERA KOTA MEDAN

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

ANALISIS NORMALISASI SALURAN DRAINASE PRIMER STUDI KASUS: SUNGAI BADERA KOTA MEDAN M. RIZKY SYAHRANI HASIBUAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... PENGANTAR...

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR ALFRENDI C B HST

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

BAB V ANALISIS HIDROLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan

Oleh : Surendro NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi)

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN POMPA AIR JEMURSARI TERHADAP SISTEM DRAINASE WONOREJO

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Umum

Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

ANALISA PENGENDALIAN BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATU BUSUK (BATANG KURANJI) KOTA PADANG

Analisis Kinerja Saluran Drainase di Daerah Tangkapan Air Hujan Sepanjang Kali Pepe Kota Surakarta

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB II LANDASAN TEORI

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB IV ANALISA DATA Ketersediaan Data

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

TUGAS AKHIR EVALUASI DIMENSI SALURAN DI KAWASAN TERMINAL GROGOL JL. DR. SUSILO JAKARTA BARAT

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

BAB V ANALISIS HIDROLOGI. Untuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditinjau dan batas - batasnya dapat dilihat pada peta sebagai berikut.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota Medan. Dengan posisi geografis 3 34' 3 37' Lintang Utara dan 98 36' - 98 37' Bujur Timur. Gambar 3.1 Peta DAS Sei Badera 3.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan melakukan survei dan pengamatan langsung (observasi) untuk penampang saluran, arah aliran serta pengumpulan data sekunder yang diperlukan yakni peta sistem drainase, data curah hujan dan data debit sungai. Data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan analisis hidrologi dan analisis hidrolika.

Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data Data Primer 1. Kondisi Eksisting Saluran 2. Dimensi Saluran 3. Dokumentasi 4. Wawancara dengan masyarakat Data Sekunder 1. Data Curah Hujan 2. Peta DAS Analisis dan Pembahasan Analisis Debit Banjir Analisis Kapasitas Evaluasi Saluran Drainase Eksisting dan Perhitungan Normalisasi Dimensi Rencana Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Penelitian

Studi penelitian dilakukan sesuai urutan di bawah ini: 1. Studi literatur Rumusan-rumusan serta konsep-konsep teoritis dari berbagai literatur dipelajari dan dipahami agar landasan teoritis terpenuhi dalam mengembangkan konsep penelitian mengenai sistem jaringan drainase dan masalah-masalah penyebab terjadinya banjir di lokasi penelitian. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan. Secara umum pengertian data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau data yang dikumpulkan peneliti secara langsung melalui obyek penelitian dan data ini biasanya belum diolah seperti tinjauan langsung ke lokasi penelitian. Peneliti mengukur langsung dimensi eksisting saluran drainase. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian dan memberikan gambaran umum tentang hal-hal yang mencakup penelitian. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui instansiinstansi terkait dalam permasalahan ini, seperti jurnal, buku literature, internet dan data-data yang digunakan. Secara umum pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kedua, dan data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah.

3. Pengolahan data Setelah semua data yang dibutuhkan diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Data-data yang diperoleh dari hasil survei lapangan, hasil analisis data, dan data-data yang telah diolah oleh suatu pusat penelitian akan dihitung menggunakan suatu metode. 4. Analisis data Dari hasil pengolahan akan dilakukan analisa data sehingga dapat diperoleh kesimpulan akhir yang berarti. Beberapa analisa data tersebut yaitu : a. Analisis hidrologi Analisis data ini berguna untuk mengetahui debit banjir maksimum pada drainase sehingga dapat dibandingkan dengan kapasitas drainase tersebut. b. Analisis sistem drainase Analisis data ini berguna untuk menghitung debit air maksimum yang dapat dialirkan saluran drainase pada lokasi yang diteliti, dengan kata lain adalah besarnya kapasitas saluran drainase eksisting. c. Analisis permasalahan dan solusi Analisis data ini berguna untuk mengevaluasi kapasitas saluran drainase eksisting terhadap besarnya debit banjir rencana dan menghasilkan solusi atas permasalahan pada saluran drainase tersebut. 5. Kesimpulan dan saran

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah hasil pengolahan data diperoleh, ditambah dengan uraian dan informasi yang diperoleh di lapangan. 3.3 Pelaksanaan Penelitian lain: Metode pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa proses, antara 1. Penentuan lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan langsung di DAS Badera kota Medan, peneliti melakukan survei kepada warga setempat untuk menentukan tempat yang paling berpotensi banjir. Hasilnya peneliti menentukan 3 titik yaitu pada jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan. Kemudian dilakukan pengukuran langsung dimensi saluran pada ketiga titik pengamatan tersebut. 2. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis hidrologi kuantitatif deskriptif, yaitu metode perhitungan dan penjabaran hasil pengolahan data lapangan dari lokasi yang ditinjau. Metode yang dilakukan pada studi ini terlebih dahulu melakukan tinjauan lokasi di kawasan DAS Badera kota Medan. 3.4 Variabel yang Diamati Variabel yang diamati adalah data utama yang akan diteliti berdasarkan sumber pustaka yang ada. Variabel dari penelitian ini yaitu:

1. Intensitas curah hujan 2. Luasan DAS Sei Badera 3. Debit banjir rancangan 4. Kapasitas saluran 3.5 Jadwal Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Februari 2017, yang meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan analisis data serta penulisan tugas akhir.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Kondisi Eksisting Sistem drainase primer di DAS Badera Kota Medan merupakan sistem drainase makro yang melayani suatu kawasan dari titik hulu di daerah Kecamatan Sunggal sampai bermuara di Sungai Belawan.Panjang saluran yang diukur sepanjang 6,7 Km dari titik hulu. Penentuan panjang saluran yang diukur ini berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa dimensi saluran dan kapasitas saluran yang perlu dianalisis adalah sepanjang 6,7 km dari total panjang sungai badera 21 Km. Kondisi sungai setelah diatas jarak 6,7 km sudah mempunyai badan penampang yang lebar dan dianalisis masih sangat cukup untuk menampung debit banjir yang ada. Secara umum saluran drainase primer ini memiliki bentuk penampang trapesium. 4.1.1. Identifikasi Masalah Pada beberapa titik saluran di Sei Badera ini terdapat beberapa permasalahan seperti masalah sedimentasi, penyempitan dimensi saluran, saluran yang tertutup tanaman dan sampah. Sehingga menyebabkan terjadinya genangan/banjir, akibat kapasitas saluran tidak mampu menampung debit banjir. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, ditemukan beberapa titik yang rawan terjadi genangan/banjir dan peneliti mengambil 3 titik yang dianggap dapat mewakili seluruh permasalahan pada saluran drainase primer ini, yaitu saluran primer jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan.

4.2. Analisis Hidrologi 4.2.1. Penentuan Stasiun Pengamatan Hujan Analisis curah hujan digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh hujan yang berada di sekitar daerah tangkapan air. Pada penelitian ini digunakan data hujan selama sepuluh tahun yang tercatat mulai tahun 2006 sampai dengan 2015 pada pos pengamatan st. Kebun Helvetia PTPN II (Medan), st. Geofisika Tuntungan (Medan), dan st. BBMKG Wilayah I (Medan). Posisi masing-masing letak Pos Stasiun Curah hujan dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: Sungai Badera Gambar 4.1Sungai Badera dan Posisi Stasiun Curah Hujan Dari hasil data yang diperoleh (dari setiap stasiun curah hujan) dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang diambil setiap tahun adalah hujan maksimum harian DAS untuk tahun tersebut. Data curah hujan untuk masingmasing stasiun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun BBMKG Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 - - - - - - - - - - - - 2007 - - - - - - 59 47 70 72 101 112 2008 65 39 42 66 51 46 33 - - - - 54 2009 85 81 61 63 79 18 67 62 79 39 61 39 2010 38 28 85 28 52 35 52 57 71 40 78 40 2011 62 19 97 56 43-49 49 28 89 55 77 2012 53 29 70 54 56 27 56 46 71 100 92 40 2013 47 73 56 38 26 36 31 94 82 68 58 98 2014 5 14 51 35 66 33 64 49 78 63 112 2015 74 64 32 60 46 33 46 59 57 98 107 29 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan) Tabel 4.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun PTPN II Helvetia Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 42 20 39 43 53 53 22 32 60 28 29 76 2007 42 6-18 60 10 46 65 52 21 65 76 2008 9-25 40 35 71 87 39 39 69 75 76 2009 82-38 113 31 41 75 88 68 69 53 36 2010 15 65 30 33 10 67 52 28 84 35 40 25 2011 45 45 35 47 30 30 45 50 53 60 45 25 2012 40 25 40 55 47 5 53 10 97 68 72 30 2013 14 49 25 25 51 27 14 30 35 78 30 57 2014 20 16 29 30 47 70 30 65 47 47 47 59 2015 59 45 10 52 37 30 67 42 42 69 63 63 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan) Tabel 4.3 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Geofisika Tuntungan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 29 159 38 56 56 118 49 38 64 89 97 84 2007 36 40 13 31 60 33 45 46 60 219 113 113 2008 65 39 42 66 51 46 33 52 83 62 57 54 2009 39 62 52 38 69 66 25 25 72 86 87 71 2010 78 15 106 25 30 49 32 62 65 50 94 57 2011 99 16 128 27 65 80 36 75 78 72 58 58 2012 25 26 57 66 51 30 104 64 55 47 46 93 2013 69 40 79 54 100 67 50 76 80 140 38 90 2014 22 35 51 71 62 51 56 41 81 89 65 33 2015 22 23 36 14 162 32 40 65 65 147 109 169 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan)

4.2.2. Penentuan Curah Hujan Rencana Hasil dari data curah hujan di atas akan dilakukan analisis curah hujan rencana untuk mendapatkan debit aliran permukaan. Data curah hujan stasiun BBMKG diperoleh data yang hilang sepanjang tahun 2006 dan sebagian tahun 2007. Dengan menggunakan metode Poligon Thiessen, maka luas daerah untuk setiap stasiun curah hujan yang mewakili dapat diketahui. Stasiun Kebun Helvetia PTPN II mewakili luas 95% dari luas DAS Badera, sementara Stasiun BBMKG 5% dan Stasiun Geofisika Tuntungan 0%. Maka data curah hujan yang digunakan hanya dari 2 stasiun pengamatan, yaitu Stasiun Kebun Helvetia PTPN II dan BBMKG. Berdasarkan kondisi data tersebut maka penentuan data curah hujan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Stasiun curah hujan yang paling berpengaruh terhadap catchment area adalah stasiun BBMKG dan Kebun Helvetia. Stasiun Tuntungan tidak terlalu berpegaruh. Sehingga dari kondisi jika menggunakan metode polygon thiessen hanya 2 stasiun yang dapat digunakan, makadigunakan metode rata-rata aljabar agar 3 stasiun dapat digunakan. 2. Stasiun BBMKG tidak mempunyai data curah hujan pada tahun 2006 maka diperlukan kelengkapan data/pembangkitan data pada stasiun curah hujan tersebut. 3. Pembangkitan data dilakukan dengan cara empiris yaitu metode Inversed Square Distance. Pada metode ini diperlukan stasiun pembanding yang diusahakan berada dekat stasiun yang hilang dan pada elevasi yang

relative sama. Stasiun yang sesuai digunakan sebagai pembanding adalah stasiun Kebun Helvetia dan Tuntungan. 4.1.3. Perhitungan Data Curah Hujan yang Hilang Perhitungan dilakukan dengan metode Inversed Square Distance dengan persamaan (2.5) sebagai berikut : P x = 1 (dxa ) 2P 1 A + (dxb ) 2P 1 B + (d XC ) 2P C 1 (dxa ) 2 + 1 (dxb ) 2 + 1 (dxc ) 2... (2.5) dimana : P x PA, P B, P C dxa, dxb, dxc = tinggi hujan yang dicari = tinggi hujan pada stasiun di sekitarnya = jarak stasiun X terhadap stasiun disekitarnya Tabel 4.4 Jarak antar Stasiun Curah Hujan Jarak Stasiun BBMKG Kebun Helvetia Tuntungan BBMKG 10,10 8,90 Kebun Helvetia 10,10 17,37 Tuntungan 8,90 17,37 (Sumber : Google Earth) Contoh perhitungan: P A P B dxa dxb = 42 mm = 29 mm = 10,10 km = 8,9 km maka data curah hujan pada bulan Januari 2006 stasiun BBMKG P 1 = 42 (10,10) 2 + 29 (8,9) 2 1 (10,10) 2 + 1 (8,9) 2 = 35 mm Selanjutnya masing-masing data curah hujan yang hilang ditampilkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun BBMKG Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 35 98 38 50 55 90 37 35 62 62 67 81 2007 39 25 7 25 60 23 59 47 70 72 101 112 2008 65 39 42 66 51 46 33 46 64 65 65 54 2009 85 81 61 63 79 18 67 62 79 39 61 39 2010 38 28 85 28 52 35 52 57 71 40 78 40 2011 62 19 97 56 43 58 49 49 28 89 55 77 2012 53 29 70 54 56 27 56 46 71 100 92 40 2013 47 73 56 38 26 36 31 94 82 68 58 98 2014 5 14 51 35 66 33 64 0 49 78 63 112 2015 74 64 32 60 46 33 46 59 57 98 107 29 (Sumber : Hasil Perhitungan) Tabel 4.6Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun PTPN II Helvetia Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 42 20 39 43 53 53 22 32 60 28 29 76 2007 42 6 3 18 60 10 46 65 52 21 65 76 2008 9 39 25 40 35 71 87 39 39 69 75 76 2009 82 76 38 113 31 41 75 88 68 69 53 36 2010 15 65 30 33 10 67 52 28 84 35 40 25 2011 45 45 35 47 30 30 45 50 53 60 45 25 2012 40 25 40 55 47 5 53 10 97 68 72 30 2013 14 49 25 25 51 27 14 30 35 78 30 57 2014 20 16 29 30 47 70 30 65 47 47 47 59 2015 59 45 10 52 37 30 67 42 42 69 63 63 (Sumber : Hasil Perhitungan) Berdasarkan Tabel 2.1, untuk kondisi das dengan jumlah pos penakar hujan terbatas, luas DAS kecil (<500km 2 )dan topografi dataran, maka pemilihan stasiun curah hujan digunakan ketiga stasiun dengan metode rata-rata aljabar.

Tabel 4.7 Curah Hujan Rata-rata Maksimum Bulanan (mm) Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 35 92 38 50 55 87 36 35 62 60 64 80 2007 39 24 8 25 60 22 50 53 61 104 93 100 2008 46 39 36 57 46 54 51 46 62 65 66 61 2009 69 73 50 71 60 42 56 58 73 65 67 49 2010 44 36 74 29 31 50 45 49 73 42 71 41 2011 69 27 87 43 46 56 43 58 53 74 53 53 2012 39 27 56 58 51 21 71 40 74 72 70 54 2013 43 54 53 39 59 43 32 67 66 95 42 82 2014 16 22 44 45 58 51 50 35 59 71 58 68 2015 52 44 26 42 82 32 51 55 55 105 93 87 Rerat 45 44 47 46 55 46 49 50 64 75 68 68 Max 69 92 87 71 82 87 71 67 74 105 93 100 Min 16 22 8 25 31 21 32 35 53 42 42 41 (Sumber : Hasil Perhitungan) Curah hujan tertinggi pada tahun 2009 sebesar 110,5 mm. Data urut hujan maksimum harian secara lengkap ditunjukkan tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan (mm) No. Urut Tahun Data Urut (mm) 1 2015 105 2 2007 104 3 2013 95 4 2006 92 5 2011 87 6 2012 74 7 2010 74 8 2009 73 9 2014 71 10 2008 66 (Sumber : Hasil Perhitungan)

4.1.4. Penentuan Pola Distribusi Hujan 1. Analisis curah hujan distribusi normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada tabel 4.9 No Tabel 4.9 Analisis curah hujan distribusi normal Curah hujan X X i - X (X i - X ) 2 (mm) X i 1 104.67 84.11 20.56 422.56 2 104.00 84.11 19.89 395.60 3 95.33 84.11 11.22 125.95 4 92.41 84.11 8.30 68.96 5 86.67 84.11 2.56 6.53 6 74.33 84.11-9.78 95.59 7 73.67 84.11-10.44 109.07 8 73.07 84.11-11.04 121.97 9 71.33 84.11-12.78 163.25 10 65.62 84.11-18.49 341.80 Jumlah 841.1 1851.29 X 84.11 S 14,34 (Sumber : Hasil Perhitungan) 841,1 Dari data-data diatas didapat : X = = 84, 11 10 1851,29 Standar deviasi : SS = = 14,34 10 1 Tabel 4.10 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Normal No Periode ulang (T) KT X S Curah hujan (X T ) tahun (mm) 1 2 0 84.11 14.34 84.11 2 5 0.84 84.11 14.34 96.16 3 10 1.28 84.11 14.34 102.47 4 20 1.64 84.11 14.34 107.63 5 50 2.05 84.11 14.34 113.51 6 100 2.33 84.11 14.34 117.53 (Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Analisis curah hujan distribusi log normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dengan sebaran logaritmatik dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Analisis Curah Hujan dengan Distribusi Log Normal Curah 2 No hujan X Log Xi Xi- X (X i X Log Xi Log (mm) 1 104.67 84.11 2.02 20.56 422.56 0.010 2 104.00 84.11 2.02 19.89 395.60 0.010 3 95.33 84.11 1.98 11.22 125.95 0.004 4 92.41 84.11 1.97 8.30 68.96 0.002 5 86.67 84.11 1.94 2.56 6.53 0.000 6 74.33 84.11 1.87-9.78 95.59 0.002 7 73.67 84.11 1.87-10.44 109.07 0.003 8 73.07 84.11 1.86-11.04 121.97 0.003 9 71.33 84.11 1.85-12.78 163.25 0.004 10 65.62 84.11 1.82-18.49 341.80 0.010 Jumlah 841.1 19,19 1851.29 0.049 X 84.11 1,919 S 14,34 0,074 (Sumber : Hasil Perhitungan) 19,19 Dari data-data diatas didapat : X = = 1, 919 1,92 10 2 Standar deviasi : SS = (Xi - X ) nn 1 = 0,05 10 1 = 0,074 - ) ( X) 2 Tabel 4.12 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal No Periode ulang KT Log X Log S Log XT Curah (T) tahun hujan (XT) (mm) 1 2 0,000 1,9 0.07 1.919 83.03 2 5 0.840 1,9 0.07 1.981 95.72 3 10 1.280 1,9 0.07 2.013 103.12 4 20 1.708 1,9 0.07 2.040 109.60 5 50 2.050 1,9 0.07 2.070 117.48 6 100 2.330 1,9 0.07 2.091 123.19 (Sumber : Hasil Perhitungan)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota Medan. Dengan posisi geografis 3 34' 3 37' Lintang Utara dan 98 36' - 98 37' Bujur Timur. Gambar 3.1 Peta DAS Sei Badera 3.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan melakukan survei dan pengamatan langsung (observasi) untuk penampang saluran, arah aliran serta pengumpulan data sekunder yang diperlukan yakni peta sistem drainase, data curah hujan dan data debit sungai. Data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan analisis hidrologi dan analisis hidrolika.

Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data Data Primer 1. Kondisi Eksisting Saluran 2. Dimensi Saluran 3. Dokumentasi 4. Wawancara dengan masyarakat Data Sekunder 1. Data Curah Hujan 2. Peta DAS Analisis dan Pembahasan Analisis Debit Banjir Analisis Kapasitas Evaluasi Saluran Drainase Eksisting dan Perhitungan Normalisasi Dimensi Rencana Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Penelitian

Studi penelitian dilakukan sesuai urutan di bawah ini: 1. Studi literatur Rumusan-rumusan serta konsep-konsep teoritis dari berbagai literatur dipelajari dan dipahami agar landasan teoritis terpenuhi dalam mengembangkan konsep penelitian mengenai sistem jaringan drainase dan masalah-masalah penyebab terjadinya banjir di lokasi penelitian. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan. Secara umum pengertian data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau data yang dikumpulkan peneliti secara langsung melalui obyek penelitian dan data ini biasanya belum diolah seperti tinjauan langsung ke lokasi penelitian. Peneliti mengukur langsung dimensi eksisting saluran drainase. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian dan memberikan gambaran umum tentang hal-hal yang mencakup penelitian. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui instansiinstansi terkait dalam permasalahan ini, seperti jurnal, buku literature, internet dan data-data yang digunakan. Secara umum pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kedua, dan data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah.

3. Pengolahan data Setelah semua data yang dibutuhkan diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Data-data yang diperoleh dari hasil survei lapangan, hasil analisis data, dan data-data yang telah diolah oleh suatu pusat penelitian akan dihitung menggunakan suatu metode. 4. Analisis data Dari hasil pengolahan akan dilakukan analisa data sehingga dapat diperoleh kesimpulan akhir yang berarti. Beberapa analisa data tersebut yaitu : a. Analisis hidrologi Analisis data ini berguna untuk mengetahui debit banjir maksimum pada drainase sehingga dapat dibandingkan dengan kapasitas drainase tersebut. b. Analisis sistem drainase Analisis data ini berguna untuk menghitung debit air maksimum yang dapat dialirkan saluran drainase pada lokasi yang diteliti, dengan kata lain adalah besarnya kapasitas saluran drainase eksisting. c. Analisis permasalahan dan solusi Analisis data ini berguna untuk mengevaluasi kapasitas saluran drainase eksisting terhadap besarnya debit banjir rencana dan menghasilkan solusi atas permasalahan pada saluran drainase tersebut. 5. Kesimpulan dan saran

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah hasil pengolahan data diperoleh, ditambah dengan uraian dan informasi yang diperoleh di lapangan. 3.3 Pelaksanaan Penelitian lain: Metode pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa proses, antara 1. Penentuan lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan langsung di DAS Badera kota Medan, peneliti melakukan survei kepada warga setempat untuk menentukan tempat yang paling berpotensi banjir. Hasilnya peneliti menentukan 3 titik yaitu pada jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan. Kemudian dilakukan pengukuran langsung dimensi saluran pada ketiga titik pengamatan tersebut. 2. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis hidrologi kuantitatif deskriptif, yaitu metode perhitungan dan penjabaran hasil pengolahan data lapangan dari lokasi yang ditinjau. Metode yang dilakukan pada studi ini terlebih dahulu melakukan tinjauan lokasi di kawasan DAS Badera kota Medan. 3.4 Variabel yang Diamati Variabel yang diamati adalah data utama yang akan diteliti berdasarkan sumber pustaka yang ada. Variabel dari penelitian ini yaitu:

1. Intensitas curah hujan 2. Luasan DAS Sei Badera 3. Debit banjir rancangan 4. Kapasitas saluran 3.5 Jadwal Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Februari 2017, yang meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan analisis data serta penulisan tugas akhir.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Kondisi Eksisting Sistem drainase primer di DAS Badera Kota Medan merupakan sistem drainase makro yang melayani suatu kawasan dari titik hulu di daerah Kecamatan Sunggal sampai bermuara di Sungai Belawan.Panjang saluran yang diukur sepanjang 6,7 Km dari titik hulu. Penentuan panjang saluran yang diukur ini berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa dimensi saluran dan kapasitas saluran yang perlu dianalisis adalah sepanjang 6,7 km dari total panjang sungai badera 21 Km. Kondisi sungai setelah diatas jarak 6,7 km sudah mempunyai badan penampang yang lebar dan dianalisis masih sangat cukup untuk menampung debit banjir yang ada. Secara umum saluran drainase primer ini memiliki bentuk penampang trapesium. 4.1.1. Identifikasi Masalah Pada beberapa titik saluran di Sei Badera ini terdapat beberapa permasalahan seperti masalah sedimentasi, penyempitan dimensi saluran, saluran yang tertutup tanaman dan sampah. Sehingga menyebabkan terjadinya genangan/banjir, akibat kapasitas saluran tidak mampu menampung debit banjir. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, ditemukan beberapa titik yang rawan terjadi genangan/banjir dan peneliti mengambil 3 titik yang dianggap dapat mewakili seluruh permasalahan pada saluran drainase primer ini, yaitu saluran primer jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan.

4.2. Analisis Hidrologi 4.2.1. Penentuan Stasiun Pengamatan Hujan Analisis curah hujan digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh hujan yang berada di sekitar daerah tangkapan air. Pada penelitian ini digunakan data hujan selama sepuluh tahun yang tercatat mulai tahun 2006 sampai dengan 2015 pada pos pengamatan st. Kebun Helvetia PTPN II (Medan), st. Geofisika Tuntungan (Medan), dan st. BBMKG Wilayah I (Medan). Posisi masing-masing letak Pos Stasiun Curah hujan dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: Sungai Badera Gambar 4.1Sungai Badera dan Posisi Stasiun Curah Hujan Dari hasil data yang diperoleh (dari setiap stasiun curah hujan) dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang diambil setiap tahun adalah hujan maksimum harian DAS untuk tahun tersebut. Data curah hujan untuk masingmasing stasiun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun BBMKG Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 - - - - - - - - - - - - 2007 - - - - - - 59 47 70 72 101 112 2008 65 39 42 66 51 46 33 - - - - 54 2009 85 81 61 63 79 18 67 62 79 39 61 39 2010 38 28 85 28 52 35 52 57 71 40 78 40 2011 62 19 97 56 43-49 49 28 89 55 77 2012 53 29 70 54 56 27 56 46 71 100 92 40 2013 47 73 56 38 26 36 31 94 82 68 58 98 2014 5 14 51 35 66 33 64 49 78 63 112 2015 74 64 32 60 46 33 46 59 57 98 107 29 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan) Tabel 4.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun PTPN II Helvetia Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 42 20 39 43 53 53 22 32 60 28 29 76 2007 42 6-18 60 10 46 65 52 21 65 76 2008 9-25 40 35 71 87 39 39 69 75 76 2009 82-38 113 31 41 75 88 68 69 53 36 2010 15 65 30 33 10 67 52 28 84 35 40 25 2011 45 45 35 47 30 30 45 50 53 60 45 25 2012 40 25 40 55 47 5 53 10 97 68 72 30 2013 14 49 25 25 51 27 14 30 35 78 30 57 2014 20 16 29 30 47 70 30 65 47 47 47 59 2015 59 45 10 52 37 30 67 42 42 69 63 63 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan) Tabel 4.3 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Geofisika Tuntungan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 29 159 38 56 56 118 49 38 64 89 97 84 2007 36 40 13 31 60 33 45 46 60 219 113 113 2008 65 39 42 66 51 46 33 52 83 62 57 54 2009 39 62 52 38 69 66 25 25 72 86 87 71 2010 78 15 106 25 30 49 32 62 65 50 94 57 2011 99 16 128 27 65 80 36 75 78 72 58 58 2012 25 26 57 66 51 30 104 64 55 47 46 93 2013 69 40 79 54 100 67 50 76 80 140 38 90 2014 22 35 51 71 62 51 56 41 81 89 65 33 2015 22 23 36 14 162 32 40 65 65 147 109 169 (Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan)

4.2.2. Penentuan Curah Hujan Rencana Hasil dari data curah hujan di atas akan dilakukan analisis curah hujan rencana untuk mendapatkan debit aliran permukaan. Data curah hujan stasiun BBMKG diperoleh data yang hilang sepanjang tahun 2006 dan sebagian tahun 2007. Dengan menggunakan metode Poligon Thiessen, maka luas daerah untuk setiap stasiun curah hujan yang mewakili dapat diketahui. Stasiun Kebun Helvetia PTPN II mewakili luas 95% dari luas DAS Badera, sementara Stasiun BBMKG 5% dan Stasiun Geofisika Tuntungan 0%. Maka data curah hujan yang digunakan hanya dari 2 stasiun pengamatan, yaitu Stasiun Kebun Helvetia PTPN II dan BBMKG. Berdasarkan kondisi data tersebut maka penentuan data curah hujan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Stasiun curah hujan yang paling berpengaruh terhadap catchment area adalah stasiun BBMKG dan Kebun Helvetia. Stasiun Tuntungan tidak terlalu berpegaruh. Sehingga dari kondisi jika menggunakan metode polygon thiessen hanya 2 stasiun yang dapat digunakan, makadigunakan metode rata-rata aljabar agar 3 stasiun dapat digunakan. 2. Stasiun BBMKG tidak mempunyai data curah hujan pada tahun 2006 maka diperlukan kelengkapan data/pembangkitan data pada stasiun curah hujan tersebut. 3. Pembangkitan data dilakukan dengan cara empiris yaitu metode Inversed Square Distance. Pada metode ini diperlukan stasiun pembanding yang diusahakan berada dekat stasiun yang hilang dan pada elevasi yang

relative sama. Stasiun yang sesuai digunakan sebagai pembanding adalah stasiun Kebun Helvetia dan Tuntungan. 4.1.3. Perhitungan Data Curah Hujan yang Hilang Perhitungan dilakukan dengan metode Inversed Square Distance dengan persamaan (2.5) sebagai berikut : P x = 1 (dxa ) 2P 1 A + (dxb ) 2P 1 B + (d XC ) 2P C 1 (dxa ) 2 + 1 (dxb ) 2 + 1 (dxc ) 2... (2.5) dimana : P x PA, P B, P C dxa, dxb, dxc = tinggi hujan yang dicari = tinggi hujan pada stasiun di sekitarnya = jarak stasiun X terhadap stasiun disekitarnya Tabel 4.4 Jarak antar Stasiun Curah Hujan Jarak Stasiun BBMKG Kebun Helvetia Tuntungan BBMKG 10,10 8,90 Kebun Helvetia 10,10 17,37 Tuntungan 8,90 17,37 (Sumber : Google Earth) Contoh perhitungan: P A P B dxa dxb = 42 mm = 29 mm = 10,10 km = 8,9 km maka data curah hujan pada bulan Januari 2006 stasiun BBMKG P 1 = 42 (10,10) 2 + 29 (8,9) 2 1 (10,10) 2 + 1 (8,9) 2 = 35 mm Selanjutnya masing-masing data curah hujan yang hilang ditampilkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun BBMKG Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 35 98 38 50 55 90 37 35 62 62 67 81 2007 39 25 7 25 60 23 59 47 70 72 101 112 2008 65 39 42 66 51 46 33 46 64 65 65 54 2009 85 81 61 63 79 18 67 62 79 39 61 39 2010 38 28 85 28 52 35 52 57 71 40 78 40 2011 62 19 97 56 43 58 49 49 28 89 55 77 2012 53 29 70 54 56 27 56 46 71 100 92 40 2013 47 73 56 38 26 36 31 94 82 68 58 98 2014 5 14 51 35 66 33 64 0 49 78 63 112 2015 74 64 32 60 46 33 46 59 57 98 107 29 (Sumber : Hasil Perhitungan) Tabel 4.6Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun PTPN II Helvetia Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 42 20 39 43 53 53 22 32 60 28 29 76 2007 42 6 3 18 60 10 46 65 52 21 65 76 2008 9 39 25 40 35 71 87 39 39 69 75 76 2009 82 76 38 113 31 41 75 88 68 69 53 36 2010 15 65 30 33 10 67 52 28 84 35 40 25 2011 45 45 35 47 30 30 45 50 53 60 45 25 2012 40 25 40 55 47 5 53 10 97 68 72 30 2013 14 49 25 25 51 27 14 30 35 78 30 57 2014 20 16 29 30 47 70 30 65 47 47 47 59 2015 59 45 10 52 37 30 67 42 42 69 63 63 (Sumber : Hasil Perhitungan) Berdasarkan Tabel 2.1, untuk kondisi das dengan jumlah pos penakar hujan terbatas, luas DAS kecil (<500km 2 )dan topografi dataran, maka pemilihan stasiun curah hujan digunakan ketiga stasiun dengan metode rata-rata aljabar.

Tabel 4.7 Curah Hujan Rata-rata Maksimum Bulanan (mm) Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2006 35 92 38 50 55 87 36 35 62 60 64 80 2007 39 24 8 25 60 22 50 53 61 104 93 100 2008 46 39 36 57 46 54 51 46 62 65 66 61 2009 69 73 50 71 60 42 56 58 73 65 67 49 2010 44 36 74 29 31 50 45 49 73 42 71 41 2011 69 27 87 43 46 56 43 58 53 74 53 53 2012 39 27 56 58 51 21 71 40 74 72 70 54 2013 43 54 53 39 59 43 32 67 66 95 42 82 2014 16 22 44 45 58 51 50 35 59 71 58 68 2015 52 44 26 42 82 32 51 55 55 105 93 87 Rerat 45 44 47 46 55 46 49 50 64 75 68 68 Max 69 92 87 71 82 87 71 67 74 105 93 100 Min 16 22 8 25 31 21 32 35 53 42 42 41 (Sumber : Hasil Perhitungan) Curah hujan tertinggi pada tahun 2009 sebesar 110,5 mm. Data urut hujan maksimum harian secara lengkap ditunjukkan tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan (mm) No. Urut Tahun Data Urut (mm) 1 2015 105 2 2007 104 3 2013 95 4 2006 92 5 2011 87 6 2012 74 7 2010 74 8 2009 73 9 2014 71 10 2008 66 (Sumber : Hasil Perhitungan)

4.1.4. Penentuan Pola Distribusi Hujan 1. Analisis curah hujan distribusi normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada tabel 4.9 No Tabel 4.9 Analisis curah hujan distribusi normal Curah hujan X X i - X (X i - X ) 2 (mm) X i 1 104.67 84.11 20.56 422.56 2 104.00 84.11 19.89 395.60 3 95.33 84.11 11.22 125.95 4 92.41 84.11 8.30 68.96 5 86.67 84.11 2.56 6.53 6 74.33 84.11-9.78 95.59 7 73.67 84.11-10.44 109.07 8 73.07 84.11-11.04 121.97 9 71.33 84.11-12.78 163.25 10 65.62 84.11-18.49 341.80 Jumlah 841.1 1851.29 X 84.11 S 14,34 (Sumber : Hasil Perhitungan) 841,1 Dari data-data diatas didapat : X = = 84, 11 10 1851,29 Standar deviasi : SS = = 14,34 10 1 Tabel 4.10 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Normal No Periode ulang (T) KT X S Curah hujan (X T ) tahun (mm) 1 2 0 84.11 14.34 84.11 2 5 0.84 84.11 14.34 96.16 3 10 1.28 84.11 14.34 102.47 4 20 1.64 84.11 14.34 107.63 5 50 2.05 84.11 14.34 113.51 6 100 2.33 84.11 14.34 117.53 (Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Analisis curah hujan distribusi log normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dengan sebaran logaritmatik dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Analisis Curah Hujan dengan Distribusi Log Normal Curah 2 No hujan X Log Xi Xi- X (X i X Log Xi Log (mm) 1 104.67 84.11 2.02 20.56 422.56 0.010 2 104.00 84.11 2.02 19.89 395.60 0.010 3 95.33 84.11 1.98 11.22 125.95 0.004 4 92.41 84.11 1.97 8.30 68.96 0.002 5 86.67 84.11 1.94 2.56 6.53 0.000 6 74.33 84.11 1.87-9.78 95.59 0.002 7 73.67 84.11 1.87-10.44 109.07 0.003 8 73.07 84.11 1.86-11.04 121.97 0.003 9 71.33 84.11 1.85-12.78 163.25 0.004 10 65.62 84.11 1.82-18.49 341.80 0.010 Jumlah 841.1 19,19 1851.29 0.049 X 84.11 1,919 S 14,34 0,074 (Sumber : Hasil Perhitungan) 19,19 Dari data-data diatas didapat : X = = 1, 919 1,92 10 2 Standar deviasi : SS = (Xi - X ) nn 1 = 0,05 10 1 = 0,074 - ) ( X) 2 Tabel 4.12 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal No Periode ulang KT Log X Log S Log XT Curah (T) tahun hujan (XT) (mm) 1 2 0,000 1,9 0.07 1.919 83.03 2 5 0.840 1,9 0.07 1.981 95.72 3 10 1.280 1,9 0.07 2.013 103.12 4 20 1.708 1,9 0.07 2.040 109.60 5 50 2.050 1,9 0.07 2.070 117.48 6 100 2.330 1,9 0.07 2.091 123.19 (Sumber : Hasil Perhitungan)

3. Analisis curah hujan distribusi log person III Tabel 4.13 Analisis Curah Hujan dengan Distribusi Log Person III No Curah hujan Log Xi Log X 2 Log(X i - X ) Log(X i - X ) (mm) Xi Log(Xi- X ) 3 1 104.67 2.02 1.92 0.10 0.01012 0.0010178 2 104.00 2.02 1.92 0.10 0.00957 0.0009358 3 95.33 1.98 1.92 0.06 0.00360 0.0002163 4 92.41 1.97 1.92 0.05 0.00216 0.0001007 5 86.67 1.94 1.92 0.02 0.00035 0.0000065 6 74.33 1.87 1.92-0.05 0.00231-0.0001108 7 73.67 1.87 1.92-0.05 0.00270-0.0001402 8 73.07 1.86 1.92-0.06 0.00308-0.0001710 9 71.33 1.85 1.92-0.07 0.00435-0.0002865 10 65.62 1.82 1.92-0.10 0.01044-0.0010664 Jumlah 841.1 19,19 0,04867 0,00050 X 84.11 1,919 S 14,34 G 0,17533 (Sumber : Hasil Perhitungan) 19,19 Dari data-data diatas didapat : X = = 1, 919 1,92 10 2 Standar deviasi : SS = (Xi - X ) nn 1 = 0,04867 10 1 = 0,074 Koefisien kemencengan : GG = nn ii=1(xi X )³ (nn 1)(nn 2)SS³ GG = 10 0,0005 9 8 0,074³ Tabel 4.14 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Person III No Periode ulang K Log X Log S Log XT Curah hujan (T) tahun (XT) (mm) 1 2 1.92-0.029 0.07 1.917 82.62 2 5 1.92 0.831 0.07 1.980 95.58 3 10 1.92 1.299 0.07 2.015 103.45 4 25 1.92 1.810 0.07 2.052 112.80 5 50 1.92 2.146 0.07 2.077 119.41 6 100 1.92 2.454 0.07 2.100 125.81 (Sumber : Hasil Perhitungan)

4. Analisis curah hujan distribusi Gumbel Tabel 4.15 Analisis Curah Hujan dengan Distribusi Gumbel No Curah Periode hujan P = mm Ulang (mm) X nn+1 X i T= 1 (X i - X ) (X i - X ) 2 PP 1 104.67 0,09 11,11 84.11 20.56 422.56 2 104.00 0,18 5,56 84.11 19.89 395.60 3 95.33 0,27 3,70 84.11 11.22 125.95 4 92.41 0,36 2,78 84.11 8.30 68.96 5 86.67 0,45 2,22 84.11 2.56 6.53 6 74.33 0,54 1,85 84.11-9.78 95.59 7 73.67 0,64 1,56 84.11-10.44 109.07 8 73.07 0,73 1,37 84.11-11.04 121.97 9 71.33 0,82 1,21 84.11-12.78 163.25 10 65.62 0,91 1,10 84.11-18.49 341.80 Jumlah 841.1 1853.914 X 84.11 S 14,34 (Sumber : Hasil Perhitungan) 841,1 Dari data-data diatas didapat : X = = 84, 11 10 1853,914 Standar deviasi : SS = = 14,35 10 1 Tabel 4.16 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Gumbel No Periode ulang Curah hujan YTR Yn Sn (T) tahun X S (X T ) 1 2 0.3668 0.4952 0.94 84.11 14,34 82.15 2 5 1.5004 0.4952 0.94 84.11 14,34 99.45 3 10 2.2510 0.4952 0.94 84.11 14,34 110.90 4 25 3.1993 0.4952 0.94 84.11 14,34 125.37 5 50 3.9028 0.4952 0.94 84.11 14,34 136.10 6 100 4.6012 0.4952 0.94 84.11 14,34 146.76 (Sumber : Hasil Perhitungan)

4.1.5. Analisis Frekuensi Curah Hujan Frekuensi curah hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Tabel 4.17 Analisis Frekuensi Curah Hujan No. Xi Xi -Ẍ 2 (Xi-Ẍ) 3 (Xi-Ẍ) (Xi-Ẍ) 1 104.67 20.56 422.56 8686.3 178558.2 2 104.00 19.89 395.60 7868.29 156497.4 3 95.33 11.22 125.95 1413.589 15864.66 4 92.41 8.30 68.96 572.6808 4755.727 5 86.67 2.56 6.53 16.70458 42.70191 6 74.33-9.78 95.59-934.59 9137.521 7 73.67-10.44 109.07-1139.1 11896.45 8 73.07-11.04 121.97-1347.02 14876.39 9 71.33-12.78 163.25-2085.88 26651.4 10 65.62-18.49 341.80-6319.12 116826.6 Total 841.1037 0.00 1851.292 6731.854 535107 Rata-rata 84.11037 0.00 185.1292 673.1854 53510.7 (Sumber: Hasil Perhitungan) Dari hasil perhitungan diatas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai, dalam penentuan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Koefisien Kemencengan (C s ) CC ss = nn nn ii=1 (XX ii XX ) 3 (nn 1)(nn 2)SS 3 CC ss = 10 6731,854 9 8 14,34 3 = 0,3169 2. Koefisien Kurtosis (C k ) CC kk = nn 2 nn ii=1(xx ii XX ) 4 (nn 1)(nn 2)(nn 3)SS 4 CC ss = 102 535107 9 8 7 14,35 4 = 2,509

3. Koefisien Variasi (C v ) CC vv = SS XX CC vv = 14,34 84,11 = 0,170517 4.1.6. Pemilihan Jenis Distribusi Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan, maka parameter statistik data curah hujan wilayah diperiksa terhadap beberapa jenis sebaran sebagai berikut: 1. Distribusi Gumbel 2. Distribusi Log Normal 3. Distribusi Log Person III 4. Distribusi Normal Berikut ini adalah perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan analisis frekuensi hujan. Tabel 4.18 Uji parameter statistik untuk menentukan jenis sebaran No Jenis Sebaran Syarat Hasil Perhitungan Keterangan 1 Normal C s = 0 0,3169 Tidak sesuai C k = 3 2,509 Tidak sesuai C s = C 3 v + 3Cv 0.5165 Tidak sesuai 2 v v 2 + 16C v + 3 Log Normal C k = C 8 + 6C 6 4 + 15C v 3.478 Tidak sesuai 3 Gumbel C s = 1,14 0,3169 Tidak sesuai C k = 5,4 2,509 Tidak sesuai 4 Log Person III Selain dari nilai di atas Sesuai (Sumber : Hasil Perhitungan)

Berdasarkan tabel 4.18, maka distribusi Log Normal (C s C 3 v + 3C v ) dapat digunakan sebagai metode perhitungan curah hujan rancangan. Berdasarkan analisis frekuensi yang dilakukan pada data curah hujan harian maksimum diperoleh bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan sebaran data curah hujan harian maksimum di daerah aliran air adalah distribusi Log Pearson type III. 4.1.6.1.Uji Sebaran Smirnov-Kolmogorov Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Adapun hasil perhitungan uji Smirnov-Kolmogorov dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19 Perhitungan uji sebaran metode Smirnov-Kolmogorov No Tahun Curah Hujan (mm) Xi M PP(XX) = mm NN + 1 PP(XX <) kk = XX Ẍ SSSS PP (XX) = mm NN 1 PP (XX <) DD = PP(XX <) PP (XX <) 1 2009 110.5 1 0.0909 0.9091 2.115 0.017 0.983 0.074 2 2012 95.7 2 0.1818 0.8182 1.084 0.139 0.861 0.043 3 2008 84.3 3 0.2727 0.7273 0.290 0.386 0.614 0.113 4 2010 83.35 4 0.3636 0.6364 0.224 0.412 0.588 0.048 5 2007 77.8 5 0.4545 0.5455-0.163 0.565 0.435 0.110 6 2013 77.5 6 0.5455 0.4545-0.184 0.573 0.427 0.028 7 2006 72.2 7 0.6364 0.3636-0.553 0.710 0.290 0.074 8 2015 70.45 8 0.7273 0.2727-0.675 0.750 0.250 0.023 9 2014 68.15 9 0.8182 0.1818-0.835 0.798 0.202 0.020 10 2011 61.45 10 0.9091 0.0909-1.302 0.904 0.096 0.006 Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai D max sebesar 0,113 yang kurang dari nilai D cr pada tabel uji Smirnov Kolmogorov yang besarnya adalah 0,410 (D max < D cr (memenuhi syarat)). Maka dari pengujian kecocokan penyebaran Distribusi Log Pearson III dapat diterima.

4.1.7. Koefisien Pengaliran (run off) Koefisien pengaliran adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan yang didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan pada suatu daerah. Kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah : Intensitas hujan Luas dan bentuk daerah pengaliran Topografi Tata guna lahan Dalam hal ini telah ditentukan nilai dari koefisien limpasan terhadap kondisi karakter permukaannya yaitu : Tabel 4.20 Nilai Koefisien Run Off (C) Jenis daerah Koefisien aliran Kondisi Permukaan Daerah Perdagangan Kota Sekitar kota Daerah Permukiman Satu rumah Banyak rumah, terpisah Banyak rumah, rapat Permukiman, pinggiran kota Apartemen Daerah Industri Ringan Padat 0,70 0,95 0,50 0,70 0,30 0,50 0,40 0,60 0,60 0,50 0,80 0,60 0,90 Lapangan, kuburan 0,10 0,25 Halaman jalan kereta api 0,20 0,35 Jalan Aspal Aspal atau beton Batu bata atau batako Koefisien aliran 0,75 0,95 0,70 0,85 Atap rumah 0,70 0,95 Halaman berumput, tanah berpasir Datar, 2% Rata-rata, 2% 7% 0,05 0,10 0,10 0,15 Curam, 7% atau 0,15 0,20 Halaman berumput, tanah keras/padat Datar, 2% Rata-rata, 2% 7% Curam, 7% atau lebih 0,13 0,17 0,18 0,22 0,25 0,35

Daerah tidak terpelihara 0,10 0,30 Sumber : SNI 1724-2015 Analisis Hidrologi, Hidraulik dan Kriteria Desain Bangunan di Sungai Untuk perhitungan koefisien pengaliran dari daerah yang memiliki tutupan lahan yang tidak seragam maka diperoleh dengan mengambil rata-rata dari harga C masing-masing tipe kondisi permukaan, yaitu: Dimana: C1,C2,C3 A1,A2,A3 kondisi C1.A1+ C2A2 + C3.A3 + + Cn.An C = A1+ A2 + A3 + + An = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan permukaan. Tabel 4.21 Nilai Koefisien Pengaliran Total No. Jenis Daerah A (Km2) C C x A 1 Pertanian 0,7 0,1 0.07 2 Perkebunan 0,05 0,4 0.02 3 Pemukiman/ Perkantoran 5,89 0,6 3.534 4 Belukar 0,2 0,07 0.014 TOTAL 6,84 3.638 Nilai Koef Limpasan 0,53 (Sumber : Hasil Perhitungan) 4.1.8. Perhitungan Intensitas Hujan Jam-jaman Untuk perhitungan waktu konsentrasi (Tc) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich, dapat ditulis sebagai berikut : t c 2 0,87 L = 1000 S 0,385 di mana: L = panjang saluran utama dari hulu sampai hilir (km)

S = kemiringan rata-rata saluran utama (m/m) Contoh perhitungan a. Saluran Drainase Jalan Seroja L = 0,870 km S = 0,0025 Waktu konsentrasi: t c t c 2 0,87 0,870 = 1000 0,0025 = 0,598 jam 0,385 Intensitas Curah Hujan 2 3 II = RR 24 24 24 tt cc 2 II = 77,63 24 3 = 40,339 mm/jam 24 0,598 Nilai intensitas hujan untuk periode ulang dan lokasi lain dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.22 Intensitas Hujan Jam-jaman No (L) (S) (R) 82.62 95.58 103.4 112.8 119.4 125.8 Saluran (T c ) (I 2 ) (I5) (I10) (I20) (I50) (I100) 1 Seroja 0.87 0.002 0.598 40.33 46.66 50.50 55.07 58.30 61.42 2 Amal 1.75 0.002 1.024 326 28.17 879 32.59 645 35.28 893 38.47 402 40.72 132 42.90 609 3 Pemasyarakatan 5.50 80.002 2.475 819 15.65 842 18.10 86 19.60 21 21.37 162 22.62 603 23.83 882 (Sumber : Hasil Perhitungan) 4.1.9. Analisis Debit Banjir Rancangan 4.1.9.1. Pembagian Catchment Area

Pembagian catchment area digunakan untuk menghitung kapasitas setiap titik pengamatan pada saluran drainase, sehingga saluran drainase itu memiliki luasan daerah aliran yang berbeda-beda di setiap titik pengamatan. Untuk pembagian catchment area saluran drainase Sungai Badera dapat dilihat pada gambar Jalan Pemasyarakatan Jalan Amal Jalan Seroja

Gambar 4.2 Peta DAS Sei Badera 4.1.9.2. Debit Air Hujan

Metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran drainase dalam studi ini adalah metode rasional USSCS (1973). Bentuk umum persamaan ini adalah sebagai berikut (Suripin, 2004) : Q ah = 0,002778 C I A m 3 /det. Dimana Q = debit banjir rencana (m /det), C = koefisien run off, I = intensitas hujan untuk waktu konstan (mm/jam), A = luas catchment area (ha). 3 Contoh perhitungan pada saluran drainase Jalan Seroja didapat hasil sebagai berikut: C = 0.6 I = 50,5 mm/jam A = 205,1 ha Maka debit air hujan yang dihasilkan pada saluran tersebut adalah : Q = 0,002778 x 0,6 x x 205,1 = 14,39 m 3 /detik Nilai debit air hujan (Q ah ) untuk periode ulang 10 tahun dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.23 Perhitungan Debit dengan kala ulang 10 tahun (Q (Sumber : Hasil Perhitungan) 10 ) No. Saluran Koefisien Pengaliran Luas DAS Intensitas Curah Debit Banjir Rencana (C) (ha) Hujan (I 10 ) (Q 10 ) 1 Seroja 0,5 205.1 50.50893 14.38918 2 Amal 0,6 253.5 35.28271 14.90814 3 Pemasyarakatan 0,6 636.8 19.60056 20.8044

4.1. Analisis Hidrolika Analisis kapasitas drainase dilakukan sebagai kontrol terhadap perhitungan debit banjir rencana. Dari survey dimensi saluran didapat data primer yang bisa digunakan untuk menghitung kapasitas maksimal debit drainase pada tiap titik pengamatan dengan menggunakan rumus manning. Bentuk penampang saluran drainase primer mempunyai beberapa bentuk, yaitu bentuk persegi dan trapesium. Analisis kapasitas drainase pada penelitian ini dibatasi pada 3 titik pengamatan, yaitu: a. Saluran pada Jalan Seroja b. Saluran pada Jalan Amal c. Saluran pada Jalan Pemasyarakatan 4.2.1. Perhitungan Kapasitas Saluran Eksisting Saluran Drainase 1 Luas Penampang (A) A = ((b+c)/2)xh A = ((2,0+1,65)/2)x0,98 2 A = 1,79 m Keliling basah (P) 0,5 P = c + 2(h) 2 + (((b-c)/2) 2 ) P = 1,65+2(0,98 2 )+(((2,0-1,65)/2) 2 ) P = 3,64 m Jari-jari hidrolis (R) 0,5 R = AA PP R = 1,79 3,64 R = 0,49 m

Kecepatan aliran (V) V= 1 nn RR2 3 SS 1 2 V= 1 0,014 0,492 3 0,0025 1 2 V= 2,2 m/s Debit saluran (Q) Q s = A s x V Qs = 1,79 x 2,2 Qs = 3,97 m 3 /s Perhitungan kapasitas drainase untuk setiap titik pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel dibawah ini. a b d h1 h2 t c Gambar 4.3 Potongan Melintang Penampang Saluran Eksisting

(Sumber: Hasil Perhitungan) Tabel 4.24 Perhitungan Kapasitas Drainase dan Perbandingan antara Q rencana dengan Q rasional selama 10 tahun No. Lokasi H 2 b (m) c (m) A P (m) R n S V Q Q (m) (m 2 ) (m) (m/s) eksisting rencana (m 3 /det) (m 3 /det) Kontrol 1 Seroja 0,98 2,00 1,65 1,79 3,64 0,49 0,014 0,0025 2,22 3,98 14,389 NOT OK 2 Amal 2,48 4,5 4,0 10,54 8,98 1,17 0,015 0,0025 3,707 39,078 14,908 OK 3 Pemasyarakatan 1,88 2,32 1,80 3,87 5,59 0,69 0,011 0,0025 3,55 13,77 20,804 NOT OK

4.2. Solusi dan Rencana Perbaikan Saluran Solusi dan perbaikan saluran disini dimaksud yaitu penambahan kapasitas dan dimensi saluran drainase pada jalan Seroja dan jalan Pemasyarakatan. Dari perhitungan sebelumnya dapat diketahui bahwa kapasitas saluran drainase yang ada tidak dapat menampung debit rencana. Rencana penambahan dimensi saluran diantaranya sebagai berikut: Ditinjau Penampang saluran jalan Seroja (penambahan dimensi saluran) Diketahui: - kapasitas rencana: Qr = 14,5 m 3 /det - Koefisien kekasaran Manning untuk beton: n = 0,014 - Kemiringan dasar saluran: S = 2,5.10-3 Diminta: Dimensi Saluran Penyelesaian: Rumus debit pengaliran, QQ = AA. 1 nn. RR2 3. SS 1 2 Dimana: AA = BB. h atau BB = AA h PP = BB + 2. h Untuk tampang ekonomis PP = AA h + 2h AA = 2h 2 = BBh dddd = AA ddh h 2 BB = 2h RR = AA PP = BBh BB+2h atau h = B 2 atau RR = h 2 BB+2h = h 2

QQ = AA. 1. nn RR2 3. SS 1 2 14,5 = 2. h 2. h = 2,064 m B = 2h 1. 3 0,015 h 2 2 = 2.2,064 = 4,128 m. (0,0025) 1 2 h t = 10 9. h = 10 9. 1,292 = R1,436 m Saluran Tabel 4.25 Perhitungan Normalisasi Dimensi Saluran H (m) h (m) B (m) A P (m 2 ) (m) R (m) n S V (m/s) Q (m 3 /det) Seroja 1,5 1,3 4 5,2 6,6 0,787 0,014 0,0025 3,05 15,842 Pemasyarakatan 1,9 1,44 6 8,64 11,936 0,724 0,014 0,0025 2,88 24,877 (Sumber: Hasil Perhitungan) B h H Gambar 4.4 Desain Penampang Saluran Primer

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Akhir dari penulisan tugas akhir yang berjudul Analisis Normalisasi Saluran Drainase Primer pada Sungai Badera Kota Medan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyebab terjadinya banjir di DAS Sei Badera adalah ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan debit air hujan, karena debit air yang masuk lebih besar dari kapasitas saluran. 2. Saluran drainase primer yang ditinjau kapasitasnya sebanyak 3 titik, yaitu saluran pada jalan Seroja, saluran pada jalan Amal dan saluran pada jalan Pemasyarakatan, tetapi hanya kapasitas saluran pada jalan Amal yang masih memenuhi. 3. Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi didesain ulang dimensinya, yaitu saluran pada jalan Seroja dengan dimensi H = 1,5 m; h = 1,3 m; B = 4 m, dan saluran pada jalan Pemasyarakatan dengan dimensi H = 1,9 m; h = 1,44 m; B = 6 m. 4. Seluruh saluran yang ditinjau memiliki luas wilayah 776,7 Ha dengan panjang saluran utama 6250 meter. 5.2. Saran 1. Hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan

perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan khususnya pada Sungai Badera Kota Medan. 2. Pekerjaan drainase khususnya di saluran primer DAS Sei Badera sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, juga dengan pengawasan yang serius agar tidak menghasilkan infrastruktur yang terkesan asal jadi, seperti pada saluran jalan Amal yang lebar namun semakin ke hilir kembali menyempit. 3. Sangat diperlukannya Operation and maintenance (OP) dan Evaluation and Monitoring (EM) dengan komitmen bersama seluruh stakeholder untuk mewujudkan good government.