MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

III. GAMBARAN UMUM. abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang penting dalam

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

PERSEROAN TERBATAS (PT) - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) SOLUSI PELESTARIAN DANA BERGULIR PNPM-MD

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A20110 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

DAMPAK UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN MIKRO, DAN PERKOPERASIAN TERHADAP SEKTOR KEUANGAN ARDITO BHINADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT DELANGGU RAYA KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kegiatan yang dilakukan Bank Umum

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia yang sedang berkembang, berusaha untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

ANDRI HELMI M, A.Md., SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1992 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PERBANKAN. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

PENDAHULUAN. untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB II LANDASAN TEORI

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PT. BPR ARTHA MAKMUR LESTARI. susunan pengurus dan anggaran dasar sebagai berikut :

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

Mengenal OJK & Lembaga Keuangan Mikro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

PENDAHULUAN PENGERTIAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi

RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

PELhVANAN PADA NASABAM DAN

PELhVANAN PADA NASABAM DAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara dibidang keuangan (financial intermediary) semakin meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

Transkripsi:

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Judul : Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Disusun Oleh : 1. Ryan Krisnadi Sihotang (141510193) 2. Hartono Ramadhan (141510033) 3. Jefri Herdianto (141510196) UNIVERSITAS BINA DARMA SEPTEMBER 2016

I DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan... 3 BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank & Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 4 2.1.1 Pengertian Bank... 4 2.1.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 4 2.1.3 Jenis dan Bentuk Hukum BPR... 4 2.1.4 Fungsi dan Kegiatan BPR... 5 2.1.5 Tujuan Pendirian... 6 2.2 Kegiatan atau Usaha yang Dilarang Bagi BPR... 6 2.3 Perbedaan Bank Umum dan BPR... 6 BAB III : PEMBAHASAN 3.1 Pembahasan... 9 3.1.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 9 3.1.2 Fungsi dan Peran BPR... 11 3.1.3 Kendala yang Dihadapi BPR... 15 BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 18 4.2 Saran... 18 DAFTAR PUSTAKA... 20 LAMPIRAN... 21

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah lembaga perkreditan rakyat dimulai pada masa kolonial Belanda pada abad ke-19 dengan dibentuknya Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi. Pasca kemerdekaan Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga keuangan kecil dan lembaga keuangan di pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan mulai awal 1970an, Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat atau BPR. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tentang Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum Sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank. Selain itu, dinyatakan juga bahwa lembagalembaga keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).

2 Selanjutnya PP No.71/1992 memberikan jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997 bagi lembaga-lembaga keuangan tersebut untuk memenuhi persyaratan menjadi BPR. Sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, tidak seluruh lembaga keuangan tersebut dapat dikukuhkan sebagai BPR karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang dikukuhkan menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuanketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan Kredit Desa (BKD), meskipun lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, diberikan status sebagai BPR, namun karena organisasi dan manajemennya relatif sederhana, lingkup usahanya sangat kecil, serta operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan pengawasan terhadap BKD pun tidak dapat disamakan dengan BPR. Dengan mempertimbangkan karakteristik yang spesifik, jumlah dan sebarannya serta secara historis sebelum PAKTO 1988 pengawasan BKD dibawah kewenangan BRI maka pengawasan BKD dilakukan oleh BRI untuk dan atas nama Bank Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa BPR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) didirikan? 2. Apa peran dan fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam kegiatan perekonomian? 3. Apa saja kendala yang dihadapi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam kegiatan perekonomian?

3 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami penyebab berdirinya BPR (Bank Perkreditan Rakyat) 2. Untuk mengetahui dan memahami peranan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dalam kegiatan perekonomian 3. Untuk mengetahui dan memahami kendala kendala yang dihadapi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dalam kegiatan perekonomian

4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank & Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang Sedangkan menurut Undangundang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.1.2. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara bank menurut undang-undang ini adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf Hidup Rakyat 2.1.3. Jenis dan Bentuk Hukum BPR Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No 10 diklasifikasikan Menjadi: 1. BPR Badan Kredit Desa, terdiri dari : a. Bank Desa tahun 1998, BPR

5 b. Lumbung Desa 2. BPR Bukan Badan Kredit Desa, terdiri dari : a. BPR eks LDKP b. Bank Pasar c. BKPD (Bank Karya Produksi Desa) d. Bank Pegawai 3. LDKP (Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan) Adapun bentuk hukum BPR adalah : a. Perusahaan Daerah b. Koperasi c. Perseroan Terbatas d. Bentuk Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah 2.1.4. Fungsi dan Kegiatan BPR Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut : 1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke bank umum 2. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat 3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan. 4. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir Kegiatan usaha yang diperkenankan bagi BPR secara umum adalah sebagai berikut : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu 2. Memberikan kredit 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah

6 4. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bentuk lain 2.1.5. Tujuan Pendirian BPR Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu: 1. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat pedesaan 2. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para petani, nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah darat, pengijon dan pelepas uang 3. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif rendah pendidikannya 4. Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut membantu rakyat dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat yang dekat, aman, dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil 2.2. Kegiatan atau Usaha yang dilarang bagi BPR Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992, kegiatan atau usaha yang dilarang bagi BPR adalah : 1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran 2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing 3. Melakukan usaha perasuransian 4. Melakukan penyertaan modal 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan yang ditetapkan di atas. 2.3. Perbedaan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Perbedaan Bank Umum Dan Bank Perkreditan Rakyat. Sebelum melakukan transaksi ke bank ada baiknya di ketahui dulu jenis bank di Indonesia dan kegunaannya. Seperti yang tertulis dalam UU No. 10 tahun 1998, bank terbagi menjadi dua jenis yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Secara

7 definitif maksud dari keduanya adalah: Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum bank umum dan BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, dan Koperasi. No BANK UMUM 1 Bank Umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan Giro, simpanan tabungan dan simpanan Deposito. 2 Bank umum dapat memberikan jasa kliring. BANK PERKREDITAN RAKYAT Bank Perkreditan Rakyat menghimpun dana hanya dalam bentuk simpanan Tabungan dan simpanan Deposito. Bank Perkreditan Rakyat di larang untuk mengikuti kliring, Karena Bank Perkreditan Rakyat tidak menerima himpunan dana melalui simpanan Giro maka Bank Perkreditan Rakyat juga tidak menerima jasa kliring. 3 Dapat melakukan kegiatan valuta asing 4 Bank Umum bisa melakukan perasuransian. 5 Jumlah min modal yang harus disetor kalau Bank Umum minimal menyetor 3.000.000.000.000 untuk dapat membuka bank umum Di larang melakukan kegiatan valuta asing Bank Perkreditan Rakyat di larang melakukan Perasuransian BPR hanya Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk BPR yang didirikan di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kabupaten/Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi dan Karawang. Modal pada angka

8 Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota propinsi di luar wilayah tersebut Modal pada angka Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jadi intinya modal yang diperlukan adalah sebesar 3.000.000.000.000 untuk dapat membuka bank umum, sedangkan untuk BPR hanya sebesar 2.000.000.000 pada daerah istimewa.

9 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pembahasan 3.1.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk dengan tujuan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh agar dapat terlepas dari jerat hutang yang diberikan oleh rentenir. Dengan suku bunga yang sangat tinggi, para petani dan buruh merasa hasil jerih payah mereka habis hanya untuk membayar hutang kepada pihak rentenir. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mendirikan suatu lembaga keuangan mikro bertujuan untuk menghapus ketergantungan masyarakat terhadap sistem pinjaman uang yang menjerat tersebut. Runtutan sejarah panjang BPR dapat diuraikan sebagai berikut: Abad ke-19 : Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia : Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD). Awal 1970an : Didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah. Tahun 1988 : Dikeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat atau BPR yang bertujuan untuk melayani masyarakat golongan mikro, kecil, dan menengah. Tahun 1992 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, sebagai landasan hukum yang jelas terhadap BPR untuk diakui sebagai

10 salah satu jenis bank selain Bank Umum. Sejak saat itu di Indonesia mulai dikenal ada 2 lembaga keuangan setara bank yang diakui, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Tahun 2004 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah di bank yang beroperasional di wilayah hukum Indonesia, termasuk BPR. Sejak saat itu, tingkat keamanan masyarakat untuk menabungkan atau mendepositokan uangnya di BPR menjadi sama amannya dengan di bank umum selama besaran nilai simpanan dan suku bunga yang diberikan oleh bank sesuai dengan aturan yang berlaku. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Memberikan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi. Melalui peraturan Bank Indonesia, BPR diberi kesempatan untuk mempercepat pengembangan jaringan kantor dengan membuka Kantor Cabang dan Kantor Kas, sehingga ini akan semakin memperluas jangkauan BPR dalam menyediakan layanan keuangan kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah.menyimpan uang di BPR aman, karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku, sehingga tidak ada salahnya jika kita menabung dan atau mendepositokan uang di BPR. Perbandingan Pelayanan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

11 Beberapa Bank Perkreditan Rakyat ( BPR) yang berada di Sumatera Selatan : 1 BPR Tri Gunung Selatan 2 PT. BPR Tri Gunung Selatan 3 PT. BPR Musi Artha Lestari 4 PT. BPR Rarat Ganda 5 PT. BPR Rarat Ganda 6 PT. BPR Rarat Ganda 7 PT. BPR Agritans Batumarta 8 PT. BPR Cinta Manis Agroloka 9 PT. BD Sukasada 10 PT. BPR Mitra Central Dana 3.1.2 Fungsi dan peran badan perkreditan rakyat ( BPR ) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau produk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dilihat dari namanya, Bank Perkreditan rakyat berarti suatu bank yang memberikan jasa perbankan bagi masyarakat/rakyat. BPR merupakan pegembangan dari bank desa, bank pegawai, lembaga perkreditan desa, dan lembaga-lembaga keuangan lain yang biasa terdapat di desa, baik berbentuk koperasi maupun badan usaha lainnya dengan aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah. Menurut UU no. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

12 Berdasarkan keputusan Mentri Keuangan RI No. 221/KMK.017/1993, BPR hanya didirikan dan menjalankan usaha dengan izin Mentri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat terdapat hampir di setiap kecamatan. BPR sudah berembang di seluruh wilayah Indonesia dengan nasabah yang banyak juga. Beberapa contoh BPR yaitu Bank Desa, Bank Kredit Desa ( BKD ), dan Badan Kredit Kecamatan ( BKK ). Bank perkreditan rakyat mempunyai banyak fungsi bagi perkembangan perekonomian nasional dan utamanya bagi rakyat pengusaha kecil. Adapun fungsi bank perkreditan rakyat yaitu : 1. Memberikan pelayanan jasa perbankan ( seperti: memberikan kredit dan menerima penyimpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu ) kepada pengusaha kecil dan masyarakat pedesaan. 2. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. 3. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan. Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pengoperasian BPR yaitu : 1. BPR hanya boleh diusahakan oleh pemerintah daerah, koperasi, swasta nasional (WNI), dan badan hukum yang beranggotakan warga negara Indonesia. 2. BPR hanya boleh didirikan di kota kecamatan atau desa (di luar kota kabupaten, ibu kota provinsi dan ibu kota Negara) 3. Dalam menjalankan usahanya, Bank Perkreditan Rakyat dilarang melakukan kegiatan sebagai berikut : Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran ( kecuali memiliki syarat yang ditentukan oleh BI ). Melakukan usaha dalam valuta asing, penyertaan modal, usaha perasuransian, dan usaha lain di luar kegiatan usaha yang diperbolehkan.

13 4. Status badan usaha Badan perkreditan rakyat ( BPR ) bisa berupa perusahaan daerah (Perusda), koperasi, PT, atau bentuk lain yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Dalam sistem perbankan di Indonesia Bank Perkreditan Rakyat diberi peran yang penting, yaitu memberikan pelayanan perbankan kepada usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan. Peranan BPR dalam perekonomian Indonesia pada masa pra kemerdekaan Indonesia dapatlah digambarkan sebagai berikut: a. Lumbung Desa Pendirian Lumbung Desa yang dimaksudkan untuk mengurangi bencana apabila terjadi bahaya kelaparan dan juga berperan sebagai lembaga perkreditan. Dengan padi dari lumbung-lumbung Desa dapatlah ditolong mereka yang tidak mempunyai bibit padi atau mengalami kekurangan dalam masa paceklik. Kebutuhan kredit yang sangat mendesak pada waktu itu adalah untuk membeli bibit dan untuk mengerjakan sawahnya serta kebutuhan hidup dalam masa paceklik. Karena itu dalam masa paceklik tidak terjadi lagi bahaya kelaparan. Karena Lumbung-lumbung Desa di pulau Jawa terdapat persediaan padi dalam jumlah yang cukup besar. Lumbung-lumbung itu sehingga menambah penawaran. Hal ini merupakan mekanisme yang menekan gejolak harga padi. Mekanisme tersebut disertai dengan adanya pengangkutan padi dari satu daerah ke daerah lain mempunyai pengaruh dalam pemerataan dan kestabilan harga padi. b. Bank Desa Dengan makin meresapnya peredaran uang dalam masyarakat pedesaan maka jumlah Lumbung-lumbung Desa makin menyusut dan peranannya berangsur-angsur makin berkurang karena digantikan oleh peran lembaga perkreditan pedesaan yang memberikan kredit dalam bentuk uang yaitu Bankbank Desa. Pada waktu itu di pulau Jawa dikenal dua macam Bank Desa yaitu Bank Dagang Desa dan Bank Tani. Bank Dagang Desa semata-mata memberikan pinjamannya kepada para pedagang kecil yang harus diangsur seminggu sekali. Sedangkan Bank Tani memberikan pinjamannya semata-mata kepada para petani, untuk keperluan sarana produksi seperti untuk pembelian bibit, pupuk dan

14 pengerjaan lahan dan juga memberi pinjaman paceklik yaitu untuk kebutuhan hidup. Pinjaman tersebut dibayar kembali sesudah panen. c. Bank Pasar Bank Pasar sebagai BPR yang termuda memberikan kredit pasar kepada para pedagang dan pengusaha kecil terutama dipasar-pasar dan dikampungkampung, agar mereka tidak meminjam kepada para pelepas uang atau rentenir dan tengkulak. Dengan adanya Bank-bank Pasar maka peran dari para rentenir yang beroperasi dipasar-pasar menjadi berkurang. Dengan demikian Bank Pasar berperan dalam mengurangi operasi rentenir di pasar-pasar. d. Bank Pegawai dan Bank Rakyat Bank Pegawai atau Bank Priyayi sebagai Bank Perkreditan Rakyat berperan dalam membantu para priyayi atau pegawai negeri bangsa Indonesia agar tidak jatuh dalam cengkeraman para pelepas uang atau rentenir. Demikian pula Bank Afdeeling atau Bank Kabupaten peranannya juga membantu para pegawai negeri bangsa Indonesia dan Eropa serta para tukang atau pengrajin dan petani agar mereka tidak jatuh ketangan pelepas uang atau rentenir dan pengijon. Mengenai sektor ekonomi dan jenis usaha yang dapat dibantu dan dikembangkan didaerah pedesaan cukup banyak dan beraneka ragam, yaitu: 1. Pertanian. Seperti Ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi. 2. Peternakan. Seperti Unggas (ayam, bebek, burung puyuh, dll), kambing, sapi, kerbau, babi, dan lain-lain. 3. Perikanan. Seperti Kolam, keramba, dll 4. Industri Kecil. Seperti Keramik, logam, perusahaan genteng dan bata, pembuatan batako, dan lain-lain. 5. Kerajinan. Seperti Kayu, bambu, rotan, pandan, ijuk, kulit, tanduk, dan lainlain. 6. Tekstil. Seperti Tenun, konveksi, bordir, dan lain-lain. 7. Pengolahan makanan. Seperti Tahu, tempe, kerupuk, emping, bihun, mie, roti, dodol, gula merah, garam, tepung tapioka, makanan ternak dan sebagainya. 8. Minuman. Seperti Sari buah, sirop dan lain-lain.

15 9. Penyulingan minyak. Seperti Cengkeh, kenanga, sereh, nilam dan sebagainya. 10. Pertambangan/penggalian. Seperti Pasir, batu, kapur, lempung, kalium, fosfat, diatone, kalsit, bentonit, kaolin, dan lain-lain. 11. Perbengkelan. Seperti Bengkel las, kendaraan bermotor, radio dan televisi dan lain sebagainya. 12. Perdagangan. Seperti Hasil bumi, toko, warung, kios, pasar, keliling, kaki lima, dan sebagainya. 13. Jasa-jasa. Angkutan, tukang cukur, salon kecantikan dan lain-lain. Dengan terlaksananya fungsi BPR yang telah digariskan oleh Pemerintah maka bank berperan dalam membangun perekonomian daerah pedesaan, dengan mengembangkan potensinya sehingga daya produksi dan daya tukar hasil produksi masyarakat didesa dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Demikian pula BPR perlu mengusahakan agar uang yang beredar tidak disedot ke kota-kota, karena diperlukan untuk memperlancar roda perekonomian dan pembangunan desa. Maka dengan demikian BPR yang berada ditengah-tengah masyarakat desa dapat menjadi motor penggerak dalam menggali potensi yang terdapat di daerah pedesaan, dan berpartisipasi dalam mendidik rakyat untuk memahami pola rasional agar akselerasi pembangunan desa dapat dipercepat. Sehingga desa akan dapat cepat menjadi landasan yang kokoh bagi perekonomian Indonesia. 3.1.3 Kendala Yang Dihadapi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) 1. Persaingan bisnis pada industri perbankan rakyat. Persaingan bisnis pada industri lembaga keuangan BPR sangat ketat dan berat. BPR memiliki pesaing dari bank umum yang menyelenggarakan program kredit UKM dan BMT yang memilik pangsa pasar pada usaha-usaha kecil. Dalam kapanlagi.com, Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menilai persaingan usaha antara bank perkreditan rakyat (BPR) dengan bank-bank umum yang bermain dengan pangsa pasar sama cenderung tidak sehat serta merugikan keberadaan BPR. Persaingan tidak sehat itu seperti tercermin dalam regulasi yang ada bahwa bank umum sangat mudah membuka kantor cabang

16 pembantu untuk melayani usaha mikro, sedangkan BPR dibatasi hanya boleh buka satu cabang dalam satu tahun. Dalam hal CAR atau rasio kecukupan modal, BPR minimum harus mengantongi CAR 15%, padahal bank umum hanya dipatok delapan persen atau hanya separuhnya. Bank umum juga dibebaskan menggunakan merek atau nama untuk kantor cabang pembantu (KCP), walau bertentangan, misalnya dalam kasus Dana Simpan Pinjam (DSP) Bank Danamon, sedangkan BPR tidak boleh melakukan hal seperti ini. Selain itu, persaingan tidak sehat itu yang terlihat dari lokasi pembukaan KCP bank umum yang banyak di daerah yang sudah dilayani BPR serta mebiayai nasabah yang sama dilayani BPR, sehingga tujuan meningkatkan akses bagi usaha mikro tidak tercapai. Hal ini perlu disiasati secara kreatif dan inovatif. Kendala seperti relatif tingginya tingkat bunga yang ditawarkan BPR, tingginya cost of fund, biaya provisi dan biaya operasional yang juga tinggi, belum tersosialisasinya keberadaan. BPR ditengah masyarakat, Keengganan pengusaha itu sendiri berhubungan dengan BPR. Yang seharusnya dapat menjadi nasabah potensial BPR. Hingga tingginya tingkat persaingan BPR dalam pembiayaan UMK baik bersaing dengan sesama, BPR maupun dengan lembaga keuangan dan non keuangan lainnya. 2. Penguatan modal. Masih carut-marutnya perebutan segmentasi pasar antara bank perkreditan rakyat (BPR) dengan bank umum membuat persaingan dua bank itu tidak sehat. Pasalnya, saat ini bank umum ditengarahi mulai gencar membidik segmen mikro seperti halnya yang dilakukan oleh BPR. Diakui banyak pengamat perbankan bahwa, permodalan di bank umum lebih kuat dibandingkan dengan BPR, kerena itu penguatan lebih penting daripada memilih akuisisi. Dengan penguatan permodalan di setiap BPR sangat memungkinkan BPR bersangkutan bisa bersaing dengan bank umum dalam hal penyaluran kredit. Dengan penguatan modal ini, diharapkan mampu memiliki likuiditas yang kuat, sehingga mampu memberikan ketenangan pada nasabah.

17 3. Masalah sumberdaya dan pengembangan serta kesejahteraan. Menghadapi tingkat persaingan yang makin ketat di sektor keuangan, tidak saja memerlukan modal cukup dan sistem yang canggih, juga perlu terus dilakukan peningkatan kualitas SDM. Untuk itu SDM memiliki peran penting dalam manajemen BPR, seperti integritas, komitmen dan produktivitas. Kesulitan untuk memperoleh SDM yang baik disebabkan oleh minimnya ketersediaan modal sehingga berakibat terhadap lemahnya pelayanan. 4. Regulasi pemerintah. Dalam bisnis BPR pun pemerintah memiliki peran menjamin keamanan dana masyarakat dan melindungi pengusaha dalam bentuk regulasi-regulasi. Jangan sampai terjadi seperti berita yang dikutip dari bisnis.com, BPR dirugikan karena bank sentral memberikan kemudahan bank umum dalam melakukan ekspansi usaha. Ekonom Indef Aviliani mengatakan persaingan tidak sehat itu tercermin dari kemudahan regulasi pembukaan kantor cabang pembantu untuk melayani usaha mikro bagi bank umum dibandingkan dengan BPR. "BPR dibatasi hanya boleh buka satu cabang dalam satu tahun, sedangkan bank umum bebas buka kantor cabang pembantu," BPR di Indonesia tersendat-sendat, ada dua problem dalam upaya mengembangkan BPR yaitu Pertama, regulasi yang ketat dalam upaya menumbuhkembangkan BPR. Kedua, adanya tindak kejahatan di tubuh BPR sebagai imbas diabaikannya pengawasan terhadap lembaga ini daripada bank umum dan syariah. BI masih memberlakukan regulasi yang ketat terhadap pihakpihak yang ingin mengembangkan BPR. Selama ini, BPR sering mendapat kesulitan dalam pendirian kantor-kantor cabang. Meski dalam API (Arsitektur Perbankan Indonesia) disebutkan bahwa BPR akan mendapat kemudahan izin ketika hendak membuka cabang, dalam kenyataannya masih jauh dari ideal karena terkendala regulasi yang ketat.

18 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan tentang BPR, maka dapat disimpulkan bahwa BPR didirikan dengan tujuan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh agar dapat terlepas dari hutang yang diberikan oleh rentenir. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mendirikan suatu lembaga keuangan mikro bertujuan untuk menghapus ketergantungan masyarakat terhadap sistem pinjaman uang yang diberikan oleh rentenir. BPR memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan ekonomi yaitu memberikan pelayanan jasa perbankan (seperti: memberikan kredit dan menerima penyimpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu) kepada pengusaha kecil dan masyarakat pedesaan, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil dan menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan. Kendala yang dihadapi BPR yaitu persaingan bisnis pada industri perbankan rakyat yang tidak sehat, permodalan di bank umum lebih kuat dibandingkan dengan BPR yang menyebabkan BPR sulit bersaing dengan bank umum, BPR mengalami kesulitan untuk memperoleh SDM yang baik disebabkan oleh minimnya ketersediaan modal sehingga berakibat terhadap lemahnya pelayanan, dan regulasi pemerintah yang ketat dalam upaya menumbuhkembangkan BPR. 4.2 Saran Berdasarkan hasil pembahasan makalah ini, kami memberikan saran saran sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan BPR, pemerintah memberikan kemudahan kepada BPR dari sisi aturan agar dapat bersaing secara sehat dengan bank umum.

19 2. Dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, BPR mampu memperoleh modal yang cukup untuk memperoleh SDM yang layak dan bermutu dari sisi kuantitas dan kualitas SDM agar pelayanan diberikan menjadi lebih baik.

20 DAFTAR PUSTAKA http://kliping.mediabpr.com/p/apa-itu-bank-perkreditan-rakyat-bpr.html http://compusstreet.blogspot.co.id/2012/03/fungsi-dan-peranan-bank-umumbank.html http://duniamanajemenku.blogspot.co.id/2009/12/tantangan-dan-peluang-bpr-kedepan.html http://bankrakyatbpr.blogspot.co.id/2013/09/peran-dan-fungsi-bpr-dalam-masapra.html

LAMPIRAN 21