PELAKSANAAN PENGAWASAN PUTUSAN PENGADILAN BERUPA REHABILITASI PECANDU NARKOTIKA OLEH HAKIM PENGAWAS ( Studi di Pengadilan Negeri Klas IA Padang )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. oleh

Jurnal Ilmu Hukum ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

JURNAL ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: CINDY LUSITA NOVELLA NIM.

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas maka penulis mengambil kesimpulan: sering jadi pertimbangan khusus di mana penerapan sanksi pidana

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN REMISI. A. Sulit mendapatkan Justice Collaborator (JC)

ARTIKEL. EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

PERAN JAKSA DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA YANG DIBERIKAN PELEPASAN BERSYARAT DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kejaksaan Negeri Surakarta)

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

PERAN HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMIDANAAN (Studi Di Pengadilan Negeri Klas I A Palu) BUYUNG / D

Oleh : I Gede Kusuma Jayantara NPM : Pembimbing I : A.A Sagung Laksmi Dewi,SH.,MH. Pembimbing II : Luh Putu Suryani,SH.,MH.

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. Berdasarkan Pembahasan maka dapat penulis simpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PEGAMAT TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.B KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Marwan Busyro 1

TINJAUAN TERHADAP PEMBINAAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS IIB KARANGASEM

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemidanaan terhadap Pecandu Narkotika merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: penyalahgunaan psikotropika dapat dengan menggunakan diskresi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A KEROBOKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

BAB III PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika ========================================================== Oleh: Jaenam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

IMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG.

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN Oleh: Oktaphiyani Agustina Nongka 2

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENGAWASAN PUTUSAN PENGADILAN BERUPA REHABILITASI PECANDU NARKOTIKA OLEH HAKIM PENGAWAS ( Studi di Pengadilan Negeri Klas IA Padang ) ARTIKEL Oleh: Erich Novrianto NPM. 1110012111036 Bagian Hukum Pidana FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2016 0

1

PELAKSANAAN PENGAWASAN PUTUSAN PENGADILAN BERUPA REHABILITASI PECANDU NARKOTIKA OLEH HAKIM PENGAWAS ( Studi di Pengadilan Negeri Klas IA Padang ) Erich Novrianto 1, Syafridatati 1, Yetisma Saini 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta, E-mail: novrianto_erich@yahoo.com ABSTRACT Article 277 of the Act No. 8 of 1981 on the law of criminal procedure states that the judges have other duties, namely to carry out the supervision and observation of the Court ruling, implementation monitoring and observations made by the judge of Trustees. one of the Court's verdict is overseen by a supervisory judge dropped to narcotic addicts be undergoing treatment or rehabilitation. The problems are: (1) how did the supervisory Court ruling against narcotic addict rehabilitation form by supervisor at State Courst class 1A Padang? (2) whether the obstacles found in the narcotic addict rehabilitation against oversight by Supervisory Judges? This type of research is the sociological, juridical data consists of primary data and secondary data. The technique of data collection is interviews and study documents. The data were analyzed qualitatively. The results of research: (1) the Supervisory Judge Ruling Against Narcotic Addict Rehabilitation Form by judge Trustees: Trustees and Judges are not only Observers in charge of the supervision of the correctional facility to the clerk, but now the existence of Supervisory Judges and observers no longer applies to determine whether prosecutors have been carrying out the verdict of the Court, as appropriate. (2) supervisory Judge implementation Constraints: there are no rules of the Supervisory judge in Correctional legislation, issues a flurry of Supervisory, coordinating Judges less intense and not note as well as the difficulty of a drug addict to convinced to follow the rehabilitation. Keywords: supervision, rehabilitation, judges, Supervisors PENDAHULUAN begitu penting mengingat bahwa Masalah penyalahgunaan narkotika ini bukan saja merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi negara Indonesia, melainkan juga bagi dunia Internasional. Masalah ini menjadi narkotika adalah drugs yang mempunyai pengaruh terhadap fisik dan mental, dan apabila digunakan dengan dosis yang tepat dan di bawah pengawasan dokter atau psikiater dapat 2

digunakan untuk kepentingan Penyalahgunaan narkotika pengobatan atau penelitian, namun apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat membahayakan. Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu, namun disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. telah meluas di sebagian kalangan masyarakat di kota-kota besar bahkan peredarannya sulit dihentikan. Penyalahgunaan narkotika dimaksud bila digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa. Sebagai masyarakat Indonesia yang pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat maraknya pemakai, secara tidak sah bermacammacam narkotika maupun psikotropika. Kasus narkotika yang diputus oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana narkotika dengan penjatuhan sanksi pidana penjara atau kurungan. Selain itu bagi pecandu 3

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (selanjutnya disebut Undang-Undang Narkotika) juga ditegaskan bahwa adanya rehabilitasi terhadap penyalahguna atau pecandu narkotika yang terdapat dalam Pasal 54 yaitu dinyatakan bahwa: Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika perawatan apabila pecandu narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika. Kedua, hakim dapat menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan (rehabilitasi), apabila pecandu narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak wajib menjalani rehabilitasi medis pidana narkotika. dan rehabilitasi sosial. Berdasarkan pasal ini rehabilitasi dapat diselenggarakan oleh instasi pemerintah atau masyarakat yang di atur dalam Peraturan Menteri. Pasal 103 Undang-Undang Narkotika menyebutkan hakim yang memeriksa perkara pecandu narkotika dapat melakukan dua hal. Pertama, hakim dapat memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau Undang-Undang Narkotika 35 tahun 2009 diatur tentang pengobatan dan rehabilitasi. Para pencandu dan korban penyalahgunaan narkotika tidak lagi diberikan kebebasan untuk sembuh, karena sudah ada ketentuan yang mengaturnya dengan kesadaran sendiri atau keluarganya untuk melaporkan atau merehabilitasi pelaku penyalahguna yang kecanduan. Melakukan rehabilitasi bagi 4

penyalahguna narkotika untuk menempatkan para pengguna narkotika baik yang bersalah maupun tidak bersalah menjalani dan/atau perawatan melalui rehabilitasi. Hakim selaku penegak hukum juga diberikan wewenang untuk menjatuhkan putusan kepada penyalahguna yang tidak bersalah melakukan tindak pidana narkotika untuk tetap menjalani pengobatan dan rehabilitasi. Pelaksanaan putusan hakim kepada pecandu narkotika berupa menjalani pengobatan atau rehabilitasi, hakim mempunyai tugas lain yaitu untuk melaksanakan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 277 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang berbunyi: (1) Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan. (2) Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang disebut hakim pengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua petigadilan untuk paling lama dua tahun. Tugas pengawasan dan pengamatan ini dilaksanakan setelah pengadilan menjatuhkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, artinya putusan tersebut sudah tidak ada upaya hukum lagi. Pelaksanaan pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat untuk dilaporkan kepada Ketua Pengadilan. Salah satu contoh kasus pecandu narkotika yang mendapat putusan berupa rehabilitasi di 5

Pengadilan Negari Padang yaitu kasus dengan Nomor Perkara 631/Pid.Sus/2015/PN Pdg, dalam putusan perkara tersebut menyatakan bahwa terdakwa Andi Kurniawan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menggunakan narkotika dilakukan oleh keluarga pecandu narkotika saja. Berdasarkan dari hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah tulisan yang berjudul: PELAKSANAAN PENGAWASAN golongan I dalam bentuk bukan tanaman bagi diri sendiri dan terdakwa PUTUSAN BERUPA PENGADILAN REHABILITASI harus menjalani pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis dan sosial di Rumah Sakit Sa anin Padang selama 10 (sepuluh) bulan yang diperhitungkan dengan masa pidana yang dijatuhkan. Namun dalam pelaksanaan putusan rehabilitasi medis dan sosial terhadap pecandu narkotika tidak diawasi secara maksimal oleh hakim pengawas dan pengamat seperti PENGGUNA NARKOTIKA OLEH HAKIM PENGAWAS (Studi di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka untuk mengarahkan proses penelitian serta penulisan, penulis perlu merumuskan masalah yang harus dibahas dan ditemukan jawabannya: yang diamanatkan oleh Undang- 1,Bagaimanakah pelaksanaan undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika namun pengawasan hanya pengawasan putusan pengadilan berupa rehabilitasi terhadap pecandu 6

narkotika oleh Hakim Pengawas di Pengadilan Negeri Klas IA Padang? 2.Apakah kendala yang ditemukan dalam pengawasan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika oleh Hakim Pengawas? Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan putusan pengadilan berupa rehabilitasi terhadap pecandu narkotika oleh Hakim Pengawas di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. 2. Untuk mengetahui kendala yang ditemukan dalam pengawasan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika oleh Hakim Pengawas. Dalam melakukan serta menyelesaikan penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian yang bersifat yuridis sosiologis yaitu menekankan pada aspek hukum yang berlaku dikaitkan dengan kenyataan hukum dalam prakteknya di lapangan atau dengan cara mengumpulkan data dari perundang-undangan yang erat kaitannya dengan penelitian serta norma-norma yang berlaku tersebut dikaitkan atau dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ditemui di lapangan. Di dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menggunakan dua sumber data sebagai berikut: a.data primer 7

Data primer, yaitu data yang Wawancara yaitu didapatkan langsung dari lapangan cara pengumpulan data dan dengan melakukan wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada 2 orang penelitian berkomunikasi dengan langsung Hakim pengawas di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. dengan obyek atau sampel. Teknik wawancara yang b.data sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dipergunakan wawancara terstruktur. adalah semi Teknik resmi, buku-buku yang berhubungan wawancara semi terstruktur dengan obyek penelitian. Data adalah menggunakan sekunder diperoleh dari Pengadilan Negeri Padang berupa data hakim pedoman wawancara dan ada kalanya peneliti tidak yang melakukan pengawasan terhadap pecandu narkotika dari tahun 2011-2015. menggunakan dalam wawancara pedoman melakukan untuk Dalam pengumpulan data pada penelitian dan penulisan ini, pengumpulan datanya. b. Studi dokumen maka teknik pengumpulan yang Studi dokumen dilakukan yaitu: a. Wawancara adalah studi yang bertujuan dan kegunaannya adalah menunjukkan jalan 8

pemecahan penelitian. permasalahan Penulis gejala-gejala yang menjadi fokus penelitian. menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data dari jurnal dan literatur yang berkaitan dengan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pengawasan Putusan Hakim Berupa Rehabilitasi pelaksanaan pengawasan Terhadap Pecandu Narkotika Oleh putusan hakim berupa Hakim Pengawas Di Pengadilan rehabilitasi pecandu Negeri Klas IA Padang narkotika oleh Pengadilan Negeri Padang. Analisis data adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan penyelesaian permasalahan penelitian yang menjadi objek kajian penulisan. Penulis melakukan analisa data dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMARI) Nomor 7 Tahun 1985 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat (Wasmat) maka Pelaksanaan Pengawasan Putusan Hakim Berupa Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Oleh Hakim mengkaji sebuah pemikiran, makna, cara pandang manusia mengenai 9

Pengawas Di Pengadilan Negeri Klas IA Padang yaitu: 1 1,Memeriksa dan menanda-tangani register pengawas dan pengamat yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri. 2.Mengadakan checking on the spot paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali ke lembaga pemasyarakatan. 3.Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatankegiatan yang berlangsung di dalam lingkungan lembaga. 4.Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan (terutama para wali-pembina 5.Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana mengenai hal ihwal perlakuan terhadap dirinya Mengumpulkan data-data tentang perilaku narapidana. 6.Mengadakan evaluasi mengenai hubungan antara perilaku narapidana tersebut dengan pidana yang dijatuhkan, apakah lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap narapidana dengan perilaku tertentu sudah tepat (dalam arti cukup) untuk melakukan pembinaan terhadap dirinya sehingga pada waktu dilepaskan nanti, narapidan tersebut sudah dapat menjadi anggota masyarakat baik dan narapidana-narapidana yang taat pada hukum. bersangkutan) mengenai perilaku serta hasil-hasil pembinaan narapidana. baik 1 Wawancara dengan Estiono sebagai hakim di Pengadilan Negeri Padang, Tanggal 4 April 2016 Tabel Jenis Putusan Pengadilan Negeri Padang terhadap kasus Narkotika Pada tahun 2015 10

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 juml ah Bulan januari februari maret april mei juni juli agustus septem oktober november desember Putusan perkara 11 10 11 6 13 11 11 14 26 20 26 21 180 ber Penjara 11 9 11 4 12 8 9 10 21 20 20 19 154 Rehabilitasi - 1 org - 2 org 1 3 2 4 org 5 org - 6 org 2 org 26 medis org org org org Laporan ke hakim wasmat - 1 org - - - - 1 org 2 org 2 org - 3 org - 9 org Dari tabel diatas dapat dilihat tidak Negeri Klas IA Padang dalam semua putusan pengadilan terhadap Melakukan Pengawasan kasus narkotika adalah berupa rehabilitasi dan belum sepenuhnya perkara yang diputus oleh pengadilan mengenai rehabilitasi narkotika itu yang melapor kepada hakim pengawas. Kendala Yang Ditemukan Oleh Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika yaitu: 2 1. Aturan hakim Pengawas dalam undang-undang Pemasyarakatan dan belum terdapat peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang Hakim Pengawas Dalam Melakukan Pengawasan Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Kendala pelaksanaan tugas Hakim Pengawas Pengadilan 2 Wawancara dengan Leba Max Nandoko Rohi sebagai hakim di Pengadilan Negeri Padang, Tanggal 4 April 2016 11

mekanisme pengawasan terhadap sanksi rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika serta peraturan yang mengatur mengenai sanksi administrasi bagi Hakim Pengawas yang lalai atau tidak menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga pengawasan dan pengamatan tidak terlalu dianggap penting bagi hakim, serta kurangnya perhatian dan dukungan para pihak penegak hukum serta petugas. Pengadilan Negeri Padang melaksanakan Hakim Pengawas dan Pengamat (Kimwasmat) untuk kelancaran tugas Ketua Pengadilan Negeri. Hakim Pengawas sebagai perpanjangan tangan Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan pengawas dan pengamatan terhadap putusan Pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan. Mengingat Pasal 277 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Jo. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Hakim Pengawas dan Pengamat (Kimwasmat) di Pengadilan Negeri Padang dilaksanakan berdasarkan KUHAP dan Buku Pengawasan dari Badan Pengawasan Mahkamah Agung. Setiap dua (2) tahun sekali Ketua Pengadilan Negeri Padang menetapkan Hakim Pengawas dan Pengamatan. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengamatan dilaksankan satu (1) tahun dua (2) kali di akhir juni dan akhir desember tahun berjalan. Sementara laporan Hakim Pengawas dan Pengamat (Kimwasmat) di Pengadilan Negeri Padang di laporkan enam (6) bulan sekali. Bentuk laporan Hakim 12

Pengawasan dan Pengamatan sudah ada formulirnya yang ditentukan. Penerapan Hakim Pengawas sebagai mekanisme penilai perilaku narapidana dirasakan kurang efektif sehingga hasil laporan dari Hakim Pengawas tidak menjadi bahan pertimbangan karena pengawasan dan pengamatan terhadap perilaku Narapidana di Lembaga Pemsyarakatan dilakukan hanya dalam waktu enam (6) bulan atau satu (1) tahun sekali. Hakim Pengawas disini hanya menjalankan tugas dan fungsinya secara formalitas saja seperti apa yang diamanatkan didalam Pasal 277 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang peradilan umum. Hakim Pengawas. Dalam waktu tiap dua (2) tahun sekali Ketua Pengadilan Negeri Padang menetapkan Hakim Pengawas dan Pengamatan. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengamatan dilaksankan satu (1) tahun dua (2) kali di akhir juni dan akhir desember tahun berjalan. Namun checking on the spot (kunjungan Hakim Pengawas ke LP) jika diperhatikan sangat jauh dari cukup, sehingga sangat tidak mungkin memberikan penilaian yang tepat terhadap perbaikan perilaku narapidana di LP. Hakim Pengawas disini hanya menjalankan tugas dan fungsinya secara formalitas saja seperti apa yang diamanatkan didalam Pasal 277 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Hakim Pengawas 13

dan Pengamat. Dalam waktu tiap dua (2) tahun sekali Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta menetapkan Hakim Pengawas dan Pengamatan. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengamatan dilaksankan satu (1) tahun dua (2) kali di akhir juni dan akhir desember tahun berjalan. Namun checking on the spot (kunjungan Hakim Pengawas ke LP) jika diperhatikan sangat jauh dari cukup, sehingga sangat tidak mungkin memberikan penilaian yang tepat terhadap perbaikan perilaku narapidana di LP. 2.Masalah kesibukan Hakim Pengawas yang juga menjabat hakim aktif Hakim Pengawas harus mengurusi berbagai perkara yang masuk ke secara berkala dan tidak teratur, pengawasan dan pengamatan sangat jarang dilaksanakan ke dalam Lapas. 3.Pengawas dan Kejaksaan serta Lapas kurang intens dan tidak diperhatikan. Obyek pengawasan dan pengamatan adalah narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana penjara di Lapas, jadi narapidana yang sedang menjalani hukuman di luar Lapas, seperti narapidana yang telah selesai menjalani pidananya, narapidana yang sedang menjalani pidana bersyarat (PB), cuti bersyarat (CB), dan cuti menjelang bebas (CMB) bukanlah program kerja dari Hakim Pengawas Pengadilan Negeri Klas IA Padang tetapi program kerja dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang Pengadilan Negeri Klas IA Padang bertugas melaksanakan sehingga Hakim Pengawas memeriksa dan menandatangani register hanya pembimbingan, pengawasan dan penindakan. Hasil penelitian 14

dilapangan menunjukan bahwa pelaksanaan tugas Hakim Pengawas Pengadilan Negeri Klas IA Padang bagi narapidana penjara di Lapas sudah berjalan, tetapi pelaksanaannya belum maksimal dan belum dirasakan manfaatnya bagi pemidanaan. 3 Fungsi koordinasi dilakukan dengan pihak Kejaksaan sebagai pelaksana (eksekusi) putusan dan dengan Lembaga Pemasyarakatan sebagai penampung Narapidana. Koordinasi Hakim Pengawasan dan Pengamat dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan dalam hal melakukan pengawasan dan pengamatan perilaku narapidana dengan cara di surati terlebih dahulu satu minggu sebelum melakukan kunjungan. Sejak Agustus 2011 pihak Kejaksaan Negeri Padang 3 Ibid belum mengirim laporan sampai wawancara ini dilaksanakan. 4.Sulitnya pecandu narkotika untuk diyakinkan agar mengikuti rehabilitasi Pencandu narkotika pada dasarnya merasa dirinya telah membuat kesalahan. Mereka menganggap dirinya telah melanggar hukum sehingga menjadi takut ketika bersentuhan dengan petugas apalagi dengan aparat hukum. Kondisi psikologis seperti inilah yang menyebabkan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan para pihak yang peduli kepada masa depan generasi muda harus berusaha agar para pecandu tersebut bersedia di rehabilitasi. Simpulan Dari uraian atau paparan diatas yang penulis buat, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu : 15

1.Pelaksanaan Pengawasan Putusan Hakim Berupa Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Oleh Hakim Pengawas Di Pengadilan Negeri Klas IA Padang yaitu Hakim Pengawas dan Pengamat tidak hanya bertugas pengawasan kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan, akan tetapi sekarang b.masalah kesibukan Hakim Pengawas yang juga menjabat hakim aktif harus mengurusi berbagai perkara yang masuk ke Pengadilan Negeri Klas IA Padang. c.koordinasi antara Hakim Pengawas dan Kejaksaan serta Lapas kurang intens dan tidak diperhatikan. keberadaan Hakim Pengawas dan Sulitnya pecandu narkotika untuk Pengamat tidak lagi berlaku untuk mengetahui apakah jaksa telah melaksanakan putusan pengadilan diyakinkan agar mengikuti rehabilitasi DAFTAR PUSTAKA Buku-buku sebagaimana mestinya. 2.Kendala pelaksanaan tugas Hakim Pengawas Pengadilan Negeri Klas IA Padang bagi narapidana penjara di Lapas yaitu: a.tidak ada aturan hakim Pengawas dalam undang-undang Pemasyarakatan dan belum terdapat peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang mekanisme pengawasan. A.A. Istri Mas Candra Dewi, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penyalahguna Narkotika Dengan Berlakunya Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Jurnal, Universitas Udayana, Denpasar, 2012 Al Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung. 16

Andi Hamzah dan RM Surahman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Sinar Grafika, Jakarta Bambang Poernomo, 1982, Pokok- Pokok Hukum Acara Pidana dan Beberapa Harapan Dalam Pelaksanaan KUHAP, Liberty, Yogyakarta. Bambang Sunggono,2013, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta Gatot Supramono, 2004, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta J.P. Caplin. Kartini Kartono, 2003, Kamus Lengkap Psikologi, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode dan Riset Sosial, Manjar Maju, Bandung Barda Nawawi Arief, 2005, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakthi, Bandung. Burhan Ashofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta Lilik Mulyadi, 2010, Seraut Wajah: Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, Citra Aditya, Jakarta. Mardani, 2008. Penyalaghunaan Narkotika dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 17

Mardjono Reksodiputro, 1984, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan d/h Lembaga Kriminologi UI, Jakarta. Oemar Seno Adji, 1984, Hukum (Acara) Pidana Dalam Prospekksi, Erlangga, Jakarta. Satya Joewana, 1986. Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2012 tentang Tata Cara Alkohol dan Zat Adiktif Pelaksanaan Rehabilitasi Lainnya. Karisma Indonesia, Jakarta. Medis bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Sudarsono, 1990, Etika Islam Tentang Penyalahgunaan Narkotika Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta. yang dalam Proses atau yang Telah Diputus oleh Pengadilan Taufik Makarao, 2003, Tindak pidana narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 11 Tahun 1985 tentang 18

Permohonan Rehabilitasi dari Terdakwa yang Dibebaskan http://www.hukumonline.com/klinik/d etail/lt560211ea73636/tatacara-pengajuan-permohonan- rehabilitasi-narkotika, diakses Tanggal 4 Maret 2016 Sumber Lain atau Dilepas dari Segala Tuntutan Hukum Sry Wahyuni, Penerapan Rehabilitasi Bagi Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Padang, Artikel, Universitas Andalas, Padang, 2012. Muladi, Pembinaan Narapidana dalam Kerangka Rancangan Undang-undang Hukum Acara Pidana di Indonesia, Makalah FH-UI Majalah Gatra, Edisi Oktober 1999, No. 159. Nazpa Penghancur Bangsa. Jakarta. Kasus pecandu narkotika yang mendapat putusan berupa rehabilitasi http://pnpadang.go.id/diakses Selasa tanggal 16 Februari 2016 19