TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

Transkripsi

1 1 TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Putusan No. 220/Pid.Sus/2016/PN.Skt) Penulis : Eko Susanto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta Abstract The purpose of this study was to determine the application of the elements of the narcotic crime against the user in case the decision No. 220 / Pid.Sus / 2016 / PN.Skt and also to know the basic legal consideration of judges in decisions with No. 220 / Pid.Sus / 2016 / PN.Skt. Background to the dispute In a legislation that supports the eradication of narcotic crime is necessary, especially narcotic crime is one form of crime unconventional done systematically, using the modus operandi of the high and sophisticated technology and committed in an organized (organized crime ) and already are transnational. With the enactment of law No. 35 of 2009 on narcotics signifies the seriousness of the government to tackle the dangers of drug abuse. Methods This research approach is normative, with a qualitative approach, the locations used in this study are in Surakarta District Court. In this study the source of the data used is secondary data, the data is arranged in a systematic and data analysis with qualitative normative method. From the research that has been done, it can be concluded that the elements of each abusers have been fulfilled and proved that the perpetrator of the crime of Narcotics is accused Didier Didier Bin Subagio Santoso Als. And called abusers under Article 1 paragraph (15) of Law Number 35 Year 2009 on Narcotics is a person who use narcotics without authority or unlawfully based on the evidence had been met under Article 183 Criminal Procedure Code, which is at least two valid evidence has been fulfilled and in this decision there is evidence that the testimony of 3 (three) and the testimony of the defendant. Then used as the basis of legal considerations the judge in the case convict is appropriate because in the case have met the elements of Article 127 paragraph 1 (a), point (a) of Act 35 of 2009 About Narcotics in the case judges have also been consider the mitigating and aggravating circumstances.

2 2 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia saat ini sangat rawan dengan peredaran barang haram contohnya narkotika. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa disebut narkoba yaitu merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia pengobatan. Didalam suatu Peraturan perundang-undangan yang mendukung dalam upaya pemberantasan tindak pidana narkotika sangat diperlukan, apalagi tindak pidana narkotika merupakan salah satu bentuk kejahatan inkonvensional yang dilakukan secara sistematis, menggunakan modus operandi yang tinggi dan teknologi canggih serta dilakukan secara terorganisir (organized crime) dan sudah bersifat transnasional (transnational crime). Dengan diberlakukannya undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika menggantikan undang-undang Nomor 22 tahun 1997 dan undang-undang Nomor 9 tahun 1976 menandakan keseriusan dari pemerintah untuk menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkotika. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta pada Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 220/Pid.Sus/2016/PN.Skt?

3 3 3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Obyektif Mengkaji pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta. b. Tujuan Subyektif 1) Memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. 2) Memberikan sumbangan kepustakaan dalam bentuk skripsi pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. 4. Tinjauan Pustaka a. Pengertian Tindak Pidana Secara Umum Istilah Tindak Pidana adalah dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah Belanda Strafbaar Feit atau Delik. Menurut K. Wantjik Saleh, ada lima istilah yang tercipta dalam bahasa Indonesia untuk menterjemahkan istilah Strafbaar feit atau Delik ini; yaitu: 1. Perbuatan yang boleh dihukum, 2. Peristiwa pidana, 3. Pelanggaran pidana, 4. Perbuatan pidana, 5. Tindak pidana. b. Tinjauan Umum Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika 1) Pengertian Narkotika

4 4 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa yang dimaksud dengan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang apabila digunakan akan dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnyarasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap pemakainya. 2) Tindak Pidana Narkotika Tindak Pidana Narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 yang merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam Undang-undang Narkotika bahwa tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangsikan lagi bahwa semua tindak pidana di dalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan. 3) Sistem Pemidanaan Di Indonesia KUHP mengenal dua jenis pidana di dalam sistem pemidanaan di Indonesia. Dua jenis pidana tersebut antara lain adalah pidana pokok dan pidana tambahan, sebagaimana sesuai dengan ketentuan Pasal 10 KUHP yang mengatur bahwa : Pidana terdiri dari atas : a) Pidana pokok :

5 5 (1) Pidana mati, (2) Pidana penjara, (3) Pidana kurungan, (4) Denda. b) Pidana tambahan : (1) Pencabutan hak-hak tertentu, (2) Perampasan barang-barang tertentu, (3) Pengumuman putusan hakim. c. Tinjuan Umum Putusan Hakim 1) Pengertian Putusan Hakim Pengertian putusan sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 1 angka 11 KUHAP, yaitu : Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undangundang ini. 2) Proses Penjatuhan Putusan Hakim Secara khusus ketentuan sebagaimana disebutkan di atas juga diatur didalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

6 6 B. Metode Penilitian 1. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah Normatif, dengan metode pendekatan Kualitatif. Penelitian normatif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data dan bahan hukum tersier. 2. Sifat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menggambarkana tentang pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta. 3. Sumber Data Penelitian Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Bahan Hukum Primer b. Bahan Hukum Sekunder c. Bahan Hukum Tersier 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumen atau pengumpulan data sekunder berupa bahan-bahan kepustakaan yang berupa buku-buku, laporan hasil penelitian, peraturan

7 7 perundang-undangan, serta pengumpulan data melalui media internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. C. Hasil dan Pembahasan Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pengguna narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta dalam putusan perkara Nomor 220/Pid.Sus/2016/PN.Skt? Kebijakan hukum pidana terhadap pecandu atau korban penyalahguna narkotika kini selain dikenakan pidana penjara, dapat juga dikenakan tindakan rehabilitasi. Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menyatakan bahwa Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hakim menjatuhkan pidana terhadap seseorang tidaklah semena-mena, ada pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Dalam perkara Nomor 220/Pid.Sus/2016/PN.Skt, ada beberapa pertimbangan yang menurut hakim terdakwa harus dipidana diantaranya yaitu : 1. Menimbang, bahwa dari kenyataan yang diperoleh selama persidangan dalam perkara ini Majelis Hakim tidak menemukan halhal yang dapat melepaskan terdakwa dari pertanggung jawaban pidana, baik alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, oleh karenanya Majelis Hakim berkesimpulan bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa harus dipertanggung jawabkan kepadanya.

8 8 2. Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka disamping terdakwa dinyatakan bersalah harus pula dijatuhi pidana. 3. Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penjatuhan pidana atas diri terdakwa sebagaimana tercantum dalam amar putusan dibawah menurut Majelis adalah yang memenuhi rasa keadilan di dalam masyarakat maupun hukum yang berlaku. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I sebagaimana yang dimaksud dalam putusan hakim dalam Perkara Nomor.220/Pid.Sus/2016/PN.Surakarta. antara lain yaitu majelis hakim mempertimbangkan hal-hal yuridis dan non yuridis. Pertimbangan hakim yang bersifat yuridis adalah unsur delik pada Pasal 127 ayat (1) huruf (a), alat bukti yang berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, barang bukti serta keterangan terdakwa dan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan. Pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis adalah hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa.

9 9 2. Saran Diharapkan kepada majelis hakim untuk lebih mempertimbangkan aspek rehabilitasi bagi para pengguna (bukan pengedar) narkotika agar pengguna tersebut setelah direhabilitasi akan dapat kembali dan diterima dalam kehidupan masyarakat secara baik serta tidak mengulangi perbuatannya di kemudian hari. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. E. DAFTAR PUSTAKA Aw Widjaja Masalah Kenakalan Remaja Dan Penyalahgunaan Narkotika. Bandung. Armico. G Supramono, Hukum Narkotika Indonesia. Djambatan. Jakarta. H.J Van Scharavendijk, Buku Pelajaran tentang Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta. Herlambang, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Jhony Ruby Hardiati Diktat Kuliah Hukum Pidana Khusus Tindak Pidana Narkotika, Purwokerto : Fakultas Hukum. Unsoed. Mohammad Taufik & Suhasril Makarao Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia. K. Wantjik Saleh, 1996, Tindak Pidana Korupsi dan Suap. Jakarta: Paramestika. P.A.F. Lamintang. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti.

10 10 RM Suhartono Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Obyektif Sebagai Dasar Dakwaan. Jakarta: Sinar Grafika. Soedjono Dirjosisworo Hukum Narkotika Di Indonesia. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Supramono, Hukum Narkotika Indonesia. Djambatan, Jakarta. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Refika Aditama. Peraturan Perundang-Undangan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-undang No.48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Kitab Uandang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) PP RI No.1 Tahun 1980 Tentang Ketentuan Penanaman Papaver, Koka, Dan Ganja