PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

BAB IV PENUTUP. jumlah skor rata-rata berada pada klasifikasi sedang, yakni antara

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, If Khoiru dkk Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

DAFTAR PUSTAKA. Ardy Wiyani, Novan. Manajemen Kelas; Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-12, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: variabel dapat dikatakan memiliki korelasi sedang.

DAFTAR PUSTAKA., (1993), Manajemen Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI MTs AS-SUNNAH KOTA CIREBON SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir: Penelitian Pendidikan Matematika

DAFTAR PUSTAKA. Abdillah Muhammad Bin Ismail, Imam Abi, Hadist Shokhih Bukhori juz 1, Semarang : Toha Putra, tt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR RUJUKAN. Aminuddin dkk Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Ghalia Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, M Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA. A. M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Sadirman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU. Diajukan oleh Bambang Irawan NIM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasar analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, M.I. (2003). Manajerial. Bandung: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi UPI.

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Anwar. (2003). Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam UU Sisdiknas.Jakarta : Depag RI

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PENGARUH PENILAIAN BERBASIS KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALIMANAN SKRIPSI

Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang : Kalimasada Press, 1994.

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, H. M., 2000, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Tingkat prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Bantul Manunggal tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan terkait penelitian ini, ketiga kesimpulan itu adalah:

Mudjiono, dan Dimyati Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PAI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMPN 13 MALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

ANALISIS PENERAPAN 8 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU KELAS II DAN V DI SDN 1 SUMBERBENING KECAMATAN DONGKO KABUPATEN TRENGGALEK

BAB V PENUTUP. dengan baik dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya

DAFTAR PUSTAKA. Afifudin Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo: Harapan Masa.

MELANJUTKAN PENDIDIKAN GURU KITA. Kata Kunci: pembelajaran, guru, profesional, peak performer

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2

DAFTAR RUJUKAN. Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offiset

: Kompetensi Manajerial, Kepala Sekolah, Kinerja guru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: faktor eksternal siswa yang sebesar 44,75%. Gedung di SMK N 1 Seyegan.

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA ARAB DI MTs SEWILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB V PENUTUP. 1. Rata-rata hasil belajar menggunakan media pembelajaran geogebra. pada materi Transformasi berada pada kualifikasi baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

PENDAPAT GURU PAMONG TENTANG KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR PRAKTIKAN PPL PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA

PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS VII C DI SMPN 1 PULUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh kesimpulan secara umum sebagai berikut: Ibnu Mas ud sudah diterapkan dengan baik. Pembelajaran yang dilakukan

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI SD NEGERI KALONGAN 02, DESA KALONGAN, UNGARAN TIMUR Semion Nuh,

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta,

DAFTAR PUSTAKA. Abuddin Nata. Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI MA ARIF NU 01 PURBASARI KECAMATAN KARANGJAMBU KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

Habibah Umi, Peningkatan Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 13 Malang, skripsi, jurusan pendidikan agama

Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Produktif di SMK Negeri 1 Tarakan

BAB V PENUTUP. kepala madrasah terhadap guru di MTs Kudus, diperoleh kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4, April 2016, hal 1-9 ISSN:

PROFESIONALISME GURU KELAS DALAM MENDIDIK SISWA SDN SIDOKARE 01 KECAMATAN REJOSO KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI. Oleh: Yuswanto Dwi Susilo

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa data pada bab sebelumnya di atas dapat diambil

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas. Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia

Jamal Ma mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, Diva Press, Jogjakarta, hlm.161

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH. Sulaiman 1), Hasmiana 2), Asmaini 3)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. lingkungan alam sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar kognitif IPA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KOTA MALANG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB V PENUTUP. statistik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas. pembelajaran IPS di kelas IVB SDN Nanggulan Sleman.

BAB IV PENUTUP. mengajar beregu/kelompok, perancangan, latihan keterampilan, pembelajaran adalah metode percobaan, karya wisata dan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

PERAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMP TAMAN DEWASA KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

DAFTAR RUJUKAN. A, Harjasujana Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012, dengan r x1y

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMK NEGERI 2 JIWAN KABUPATEN MADIUN TESIS

DAFTAR PUSTAKA. Ali Mohammad (2007), Guru dalam Proses Belajar mengajar.bandung : Sinar Baru

Transkripsi:

15 PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I Abstrak Pendidikan merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan manusia akan mengerti tentang apa yang harus dillakukan dan mana yang tidak. Pendidikan memiliki tiga komponen utama yaitu guru, siswa, dan materi. Proses pendidikan tergambar dari tiga hal yaitu adanya input, proses, dan output. Profesionalisme guru merupakan hal yang harus selalu ditingkatkan oleh seorang yang berprofesi sebagi guru atau pendidik. Ada banyak cara melakukan peningkatan profesionalisme yang dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan bertanggung jawab atas perkembangan tenaga kependidikan. Setiap guru semestinya pada tahap profesional karena sebagian guru telah tersertifikasi dan kesesuain bidang yang diajarkan. Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui beberap hal di antaranya, dengan melanjutkan studi, kegiatan lesson study, MGMP, diklat, seminar. Penghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di antarnya adalah, keterbatasan dana, honor yang tidak seimbang, kurangnya guru tetap. Sedangkan yang menjadi pendukung upaya tersebut antara lain, kedudukan kepala sekolah sebagai alumni, rasa kasih sayang, dan rasa saling menghormati yang tercipta melalui iklim sekolah yang baik. Kata Kunci: Kepala Sekolah, profesionalisme Guru. Pendahuluan Pendidikan sebagai sistem pencerdasan anak bangsa, dewasa ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Pada arus global, sementara ini kita berhadapan dengan arus globalisasi, peniadaan sekat-sekat ideologi politik, budaya, dan sebagainya. Selain itu, kita menyaksikan pesona peradaban yang disatukan oleh corak budaya yang sama, ekonomi yang sama, bahkan substansi kehidupan yang nyaris sama, globalisasi. Di era globalisasi ini belahan dunia bagian timur dan barat dapat terakses dengan mudah dengan batas waktu yang begitu singkat. Karena itu tugas dan tanggung jawab kita saat ini adalah bagaimana dapat memecahkan masalah yang berkembang di era globalisasi ini melalui pendidikan. Pendidik yang merupakan salah satu unsur terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah pendidikan dituntut untuk menjadi profesional. Arti pendidik dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Adapun pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. Ada beberapa hal yang menjadi masalah bagi guru pada era ini. Sosok guru dalam hal ini harus mengedepankan sikap profesionalnya. Permasalahan pertama adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Kedua, krisis moral yang melanda bangsa secara merata. Ketiga, krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Keempat, krisis identitas sebagai bangsa dan negara, sudah seharusnya kita memiliki suatu identitas kebangsaan tersendiri di tengah bangsabangsa di dunia. Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat Asia Pasifik maupun dunia. Kondisi ini mutlak membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dari sekian banyak masalah dan tantangan guru sebagaimana telah disebutkan di atas, menurut hemat peneliti semua itu hanyalah rangsangan untuk meningkatkan profesionalisme guru semata. Lebih jauh jika kita perhatikan, maka kita akan menemukan berbagai problematika yang berkaitan dengan guru terjadi di lembaga-lembaga pendidikan formal. Salah satu contoh yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah MTs Daruttauhid Malang. Sejauh pengamatan peneliti, MTs Daruttuahid Malang merupakan lembaga pendidikan formal sebagaimana lembaga pendidikan formal lainnya. Adapun yang membuatnya berbeda dengan lembaga formal setingkat lainnya adalah karena MTs Daruttauhid Malang ini merupakan MTs yang dinaungi oleh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Daruttauhid Malang, para guru MTs Daruttuahid Malang sebagian merupakan alumni dari LPI Daruttauhid Malang dan sebagian lagi dari guru-guru luar yang bukan alumni LPI Daruttauhid Malang yang tentunya memiliki kemampuan profesional yang tidak diragukan lagi, MTs Daruttauhid Malang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu meluluskan semua siswanya dalam Ujian Nasional. Keberadaan lembaga MTs Daruttauhid Malang ini didahului oleh lembaga formal yang tingkatannya lebih tinggi yaitu MA Daruttauhid Malang. Beberapa hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MTs Daruttuahid Malang sebagai objek penelitian ini, namun yang paling utama membuat peneliti untuk meneliti di MTs Daruttauhid Malang adalah karena kedua lembaga formal di bawah naungan Lembaga Pendidikan Islam Daruttauhid ini dikepalai oleh satu orang kepala sekolah. Awal mulanya kedua lembaga formal ini masing-masing dikepalai oleh seorang kepala sekolah, namun pada masa-masa terakhir, kedua lembaga formal ini hanya dikepalai oleh satu orang kepala sekolah, dari keunikan inilah peneliti ingin meneliti tentang bagaimana seorang kepala sekolah menangani dua lembaga formal sekaligus dalam hal peningkatam profesionalisme guru yang ada di lembaga MTs Daruttauhid Malang yang membuatnya masih dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini merupakan hal yang luar biasa dan tentunya tidak mudah bagi seorang kepala untuk menangani dua lembaga. Oleh karena itu peneliti tidak ragu lagi untuk mengkaji dan meneliti di lembaga MTs Daruttauhid Malang. Penelitian ini berfokus pada tiga hal yaitu: 1) bagaimana profesionalisme guru di Mts Daruttauhid Malang?; 2) Bagaimana upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang?; 3) Apa faktor penghambat dan pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang?. Penelitian ini bertujuan secara khusus untuk menggambarkan secara mendalam tentang profesionalisme guru yang ada di MTs Daruttauhid Malang 16

17 serta mengungkapkan faktor yang memengaruhi dan menghambat upaya menuju profesional. Tinjauan Teori Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan tonggak bagi suatu lembaga pendidikan. Keberhasilah suatu lembaga tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat perubahan, dan mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah mendapatkan bermacam-macam sebutan sebagaimana pendapat Arrifin (1998: 44-45) yang dikutip oleh Marno dan Triyo. Ada yang menyebut kepala sekolah sebagai guru (head techer dan head master), kepala sekolah (principal), kepala sekolah yang mengajar (teaching principal), kepala sekolah pensupervisi (supervising principal), direktur (director), administrator (administrator), pemimpin pendidikan (aducational leaderrship). Syarat menjadi kepala sekolah sebenarnya telah diatur oleh pemerintah secara khusus sesuai jenjang pendidikan. Sebagai contoh dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal kata dari kata profesi yang artinya bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan kejuruan) tertentu. Adapun profesional bermakna bersangkutan dengan profesi atau memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Secara bahasa profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Menurut Dedi Supriyadi (1999) yang dikutip oleh Saondi. Guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi profesional. Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Maka pengertian profesionalisme merujuk kepada komitmen sebagai anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya terus menerus. Adapun profesionalitas adalah sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya. Senada dengan yang diungkapkan Kunandar, profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Kesimpulan

18 Berdasarkan uraian dalam pembahasan tentang hasil penelitian yang berjudul Upaya Kepala Sekolah Pada Peningkatan Profersionalisme Guru (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang), dapat diambil bebarapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Guru MTs Daruttauhid Malang sudah termasuk guru yang profesional. Hal ini berdasarkan pada kesesuaian bidang dengan materi yang diajarkan, penguasaan keilmuan yang mencukupi dan keinginan untuk terus melakukan peningkatan dalam hal keilmuan, pengalaman, dan kinerja, pengalaman mengajar yang cukup lama, serta dari sertifikasi sebagian guru. Peningkatan empat kompetesi guru yaitu kepribadian, profesionalisme, pedagogik, dan sosial telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para guru. Kedua, Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang pada peningkatan profesionalisme guru sudah cukup baik. Hal ini berdasarkan kesesuaian realitas di lapangan dengan teori-teori yang berlaku secara umum. Namun ada satu langkah yang tidak peneliti temukan dalam teori yaitu kegiatan lesson study, ini merupakan langkah yang berbeda yang diupayakan kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan empat kompetensi guru telah dilakukan secara tidak langsung dari berbagai kebijakan dan kegiatan terkait peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Ketiga, Ada beberapa hambatan yang dialami kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang, antara lain, ketidaksesuaian antara honor yang diberikan dengan kinerja yang dikeluarkan, keterbatasan dana untuk melakukan kegiatan-kegitaan dalam upaya peningkatan profesionalisme guru, dan rendahnya kesejahteraan guru sehingga membuat kepala sekolah harus berupaya untuk memasukkan sebagian guru mengikuti program sertifikasi dengan harapan kesejahteraan mereka akan menjadi lebih baik. Adapun yang menjadi motivasi atau pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru adalah, kedudukannya sebagai alumni, rasa kasih sayang kepada bawahan yang timbul karena komunikasi yang baik, dan rasa saling menghormati antara kepala sekolah dan guru yang dihasilkan dari iklim sekolah yang baik. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma mur. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press. Bafadal, Ibrahim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Faisal, Sanapiyah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakrata: Rajawali Pers. Marno dan Triyo Supriyanto. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurdin, Syafruddin dan Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers. Purwanto, M. Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Redaksi Sinar Grafika. 2010. Undan-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar Grafika. Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: ALFABETA Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama Saudagar, Facruddin dan Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press. Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun. 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang SISIDIKNAS dan tentang PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN serta WAJIB BELAJAR. Bandung: Citra Umbara. Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Kasara. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Yasmin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 19