BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB III METODE PENELITIAN

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

PENEMPATAN TENAGA KERJA

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan


DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dan serta harus memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengaju pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal ditunjukkan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berdaulat, keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu negara untuk jangka panjang. Proses ini dilihat dari aspek dinamis suatu perekonomian yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Suatu ekonomi dapat dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Menurut Todaro (2000) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah: Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia,

2 Pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya yang akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital, kemajuan teknologi. Terkait dengan fenomena tersebut maka tingkat kemampuan daerah dengan pemanfaatan sumber daya dimiliki merupakan syarat wajib yang harus digali dan dimanfaatkan secara maksimal. Kenyataan tersebut akibat adanya pandangan secara umum yang lebih disandarkan pada asumsi dengan besarnya pendapatan asli daerah yang telah dimiliki suatu daerah. Kenyataan menunjukkan bahwa di Indonesia saat ini banyak terdapat kesenjangan atau ketimpangan pembangunan antar suatu daerah, hal tersebut dapat diketahui pada tingkat pembangunan antara kawasan barat Indonesia dan kawasan timur Indonesia. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pembangunan kawasan barat Indonesia menjadi pusat-pusat pertumbuhan atau pengembangan pembangunan, sehingga yang terjadi yaitu adanya perbedaan yang sangat mencolok dari kedua wilayah tersebut. Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalan jangka panjang. Menurut Lincolin Arsyd (1999) Pembanguna Ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah daerah berusaha untuk memperdayakan tingkat kemampuan ekonomi masing-

3 masing sektor. Hal tersebut mengingat kemampuan masing-masing daerah untuk menciptakan pendapatan asli daerah mempunyai korelasi yang positif terhadap eksis dan tidaknya kemampuan yang telah dimiliki. Tolok ukur ini menjadi sangat penting dan menjadi pilihan fundamental untuk digunakan dalam rangka menyikapi perubahan yang begitu cepat itu betul-betul terjadi. Seiring dengan prinsip demokrasi, iklim perubahan akan memberikan kontribusi dalam memberikan ruang dan peran serta masyarakat secara terbuka. Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah seringkali menjadi permasalahan yang serius. Beberapa daerah dapat mencapai pertumbuhan yang signifikan, sementara beberapa daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah yang tidak mengalami yang sama disebabkan karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan pemilik modal memilih daerah perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi perbankan, juga tenaga terampil. Disamping itu juga adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat atau propinsi kepada daerah seperti provinsi atau kecamatan (Mudrajad Kuncoro, 2004). Salah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diidentifikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena itu semua wilayah mencanangkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai salah satu tujuan pembangunan wilayahnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

4 internal dapat berupa kemampuan wilayah dalam menggerakkan sektor-sektor andalannya dalam menopang kegiatan perekonomian. Faktor eksternal lebih diakibatkan oleh perdagangan antar wilayah atau luar negeri, pertumbuhan ekonomi sekitarnya, dan kebijakan pemerintah pusat. Kemampuan setiap daerah untuk membangun daerahnya masing-masing berbeda, karena dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang dimilikinya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatanserta sumber daya sosial. Dalam proses pembangunan ada daerah yang melimpah sumber daya alam tetapi kurang dalam sumber daya manusia, namun ada daerah yang sebaliknya kurang dalam hal sumber daya alam tapi melimpah dalam sumber daya manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan perbedaan dalam perkembangan pembangunan yang mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan kesejahteraan di masing-masing daerah. Mengingat pentingnya pertumbuhan ekonomi regional, maka setiap daerah dituntut mampu mengembangkan potensinya agar dapat menciptakan keunggulan sektoral atau komoditi daerahnya, ini diharapkan agar sektor yang memiliki keunggulan tersebut akan membawa prospek yang lebih baik untuk dikembangkan, sehingga akan berdampak pada sektor-sektor lain untuk berkembang serta berdampak positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik secara sektoral maupun perkapita. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan dan distribusikan pendapatan yang merata.

5 Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Masli, 2008). Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menimbulkan kesenjangan distribusi pendapatan hal ini dikarenakan tidak memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh masing masing orang, daerah satu dengan daerah lainnya maupun negara satu dengan negara lainnya. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestik Produk (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten dan kota. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten yang maju karena sektor Industri Pengolahan. Selain itu Kabupaten Jepara juga memiliki berbagai potensi, antara lain Investasi, Perdagangan, Koperasi, Ketahanan Pangan, Kehutanan dan Perkebunan, Perikanan dan Kelautan, Energi dan Sumber Daya Mineral. Akan tetapi masyarakat masih belum puas dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah terhadap masing-masing daerah. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 Kab. Cilacap 2,64 12,11 4,63 4,42 Kab. Banyumas 5,30 5,36 3,24 3,14 Kab. Purbalingga 6,19 4,14 3,25 3,14 Kab. Banjarnegara 5,01 2,84 2,69 2,62 Kab. Kebumen 4,52 3,24 2,49 2,43 Kab. Purworejo 6,08 5,30 3,57 3,45 Kab. Wonosobo 3,58 3,12 2,25 2,20 Kab. Magelang 5,21 5,42 3,40 3,28 Kab. Boyolali 4,08 6,39 3,26 3,16 Kab. Klaten 3,31 8,10 3,35 3,24 Kab. Sukoharjo 5,11 5,23 3,27 3,16 Kab. Wonogiri 5,07 4,20 3,00 2,91 Kab. Karanganyar 5,74 8,03 4,16 3,99 Kab. Sragen 5,73 5,23 3,55 3,43 Kab. Grobogan 4,37 5,84 3,24 3,14 Kab. Blora 4,46 4,60 2,98 2,90 Kab. Rembang 3,81 5,56 3,21 3,11 Kab. Pati 5,19 1,25 2,40 2,34 Kab. Kudus 3,23 10,94 4,03 3,88 Kab. Jepara 4,74 5,72 3,26 3,16 Kab. Demak 4,15 4,54 2,85 2,77 Kab. Semarang 4,72 5,17 2,91 2,83 Kab. Temanggung 4,03 5,61 3,00 2,91 Kab. Kendal 4,28 4,11 2,60 2,54 Kab. Batang 3,49 3,46 2,17 2,12 Kab. Pekalongan 4,59 5,14 3,12 3,02 Kab. Pemalang 4,47 5,20 3,04 2,95 Kab. Tegal 5,51 7,27 3,90 3,76 Kab. Brebes 4,79 7,64 3,80 3,66 Kota Magelang 5,17 5,15 3,00 2,91 Kota Surakarta 5,82 7,69 4,11 3,95 Kota Salatiga 5,39 6,38 3,50 3,39 Kota Semarang 5,98 5,58 3,69 3,56 Kota Pekalongan 3,80 5,89 2,98 2,89 Kota Tegal 5,21 8,46 4,11 3,95 Sumber : Data diolah, BPS Jawa Tengah 6

7 Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan pertumbuhan PDRB di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, rata rata laju pertumbuhan PDRB yang terjadi di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan tetapi tidak konsisten. Sama halnya dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara mengalami fluktuasi pada tahun 2007-2008 yaitu 4,74% menjadi 5,72%. Tetapi pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan menjadi 3,26% pada tahun 2010 menjadi 3,16%.

8 Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jepara Dirinci Per Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah) KECAMATAN 2006 2007 2008 2009 2010 1. Kedung 143.770,16 149.516,13 151.263,77 158.570,93 159.177,97 2. Pecangaan 189.094,51 201.186,85 198.773,89 217.616,86 230.092,72 3. Kalinyamatan 128.561,66 142.105,13 146.736,10 168.131,20 170.267,10 4. Welahan 204.897,15 209.163,18 213.831,35 219.394,78 242.397,43 5. Mayong 206.405,91 199.347,95 198.149,55 208.447,30 221.693,79 6. Nalumsari 108.849,74 116.833,71 122.705,07 152.655,37 159.255,98 7. Batealit 259.996,50 292.941,41 330.093,08 387.639,77 369.073,33 8. Tahunan 601.763,36 626.138,80 636.630,79 666.495,85 705.209,14 9. Jepara 512.094,27 547.288,25 618.572,72 599.275,65 643.215,23 10. Mlonggo 318.794,66 346.878,60 197.902,78 219.577,91 228.174,94 11. Pakis Aji 160.458,93 172.389,99 183.541,40 12. Bangsri 245.249,68 272.220,67 271.315,08 273.852,30 276.379,37 13. Kembang 145.338,14 160.695,20 157.181,17 156.130,43 173.398,28 14. Keling 455.894,63 422.210,80 309.443,27 282.342,10 290.527,73 15. Donorojo 142.229,72 167.919,34 177.393,20 16. Karimun Jawa 33.340,75 36.151,15 34.701,59 34.996,58 40.459,29 PDRB 3.554.051,12 3.722.677,83 3.889.988,85 4.085.438,36 4.270.256,90 Sumber : BPS, Tinjauan PDRB Kab. Jepara 2010 Berdasarkan pembahasan diatas peneliti mengambil inisiatif untuk meneliti posisi pertumbuhan perekonomian masing-masing kecamatan di Kabupaten Jepara berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita, sektor unggulan serta untuk mengetahui tingkat kesenjangan antar kecamatan di Kabupaten Jepara. Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka secara khusus akan dibahas mengenai kondisi tersebut melalui penelitian dengan judul Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Kesenjangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2006-2010.

9 B. PerumusanMasalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang perlu diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi pada tingkat kecamatan di Kabupaten Jepara? 2. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Jepara? 3. Apa saja yang dapat dijadikan sektor unggulan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Jepara? 4. Bagaimana kesenjangan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Jepara? C. BatasanMasalah Penelitian ini dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi, pola pertumbuhan ekonomi, sektor unggulan, dan kesenjangan antar kecamatan di Kabupaten Jepara periode tahun 2006-2010. D. TujuanPenelitian 1. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Jepara 2. Untuk menganalisa atau mengkaji pola pertumbuhan ekonomi yangterjadi di Kabupaten Jepara 3. Untuk mengetahui sektor unggulan yang ada pada tingkat kecamatan di Kabupaten Jepara 4. Untuk mengetahui kesenjangan antar kecamatan di Kabupaten Jepara

10 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dalam melakukan perbaikan-perbaikan dan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dalam mengembangkan dan menggali potensi sektoral ekonomi di tiap-tiap wilayah. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah referensi untuk melakukan penelitian yang sama pada masa yang akan datang.