BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

DATA TEKNIS PROFIL CAPIAN KINERJA PEMDA DALAM PENYELENGGARAAN SUB URUSAN KEBAKARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BATU

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI ACEH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN.

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB II KAMPANYE ANTISIPASI KEBAKARAN DI PEMUKIMAN PADAT

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi (Mulyono, 2008). Kota menjadi pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota harus didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai untuk waktu yang selama mungkin (Bintarto, 1983). Tidak dapat dipungkiri bahwa kota juga dapat mengalami berbagai bencana, umumnya bencana yang dialami oleh kota-kota ini beranekaragam bergantung kepada potensi bencana yang ada di kota tersebut. Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah + 265,10 km 2 yang terdiri dari 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan dan menjadi pusat pemerintahan di wilayah ini. Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera, selain itu juga menjadi pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat. Kejadian bencana yang terjadi di Kota Medan yaitu bencana banjir bandang, banjir rob, dan kebakaran permukiman. Banjir bandang yang terjadi di Kota Medan merupakan kiriman air sungai dari kawasan hulu, banjir rob umumya disebabkan oleh pasangnya air laut dan kebakaran permukiman umumnya terjadi pada wilayah padat penduduk (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan, 2012). Pada penelitian ini bencana yang dikaji adalah bencana kebakaran permukiman yang terjadi di Kota Medan. 1

2 Bahaya kebakaran permukiman erat kaitannya dengan lokasi dan usia bangunan, konstruksi bangunan, isi bangunan, faktor manajemen, faktor manusia, dan sistem perlindungan terhadap kebakaran. Penyebab terjadinya kebakaran antara lain karena kelalaian, peristiwa alam, penyalaan sendiri, dan unsur kesengajaan (Rijanto, 2010). Masalah kebakaran permukiman memiliki penyebab yang sangat beragam. Khusus Kota Medan penyalaan terjadi karena adanya hubungan listrik, kompor, rokok, lampu, lilin, obat nyamuk, dan lain-lain. Bahaya kebakaran permukiman juga berkaitan dengan kepadatan penduduk suatu wilayah. Semakin padat penduduk suatu area mengindikasikan semakin banyaknya permukiman yang berdiri hal ini berarti akan sulit untuk dicapai oleh peralatan pemadam kebakaran, terutama bila jalan atau aksesnya sangat minim. Kondisi permukiman penduduk yang sangat beragam sangat mempengaruhi tingkat kerentanan bencana kebakaran, seperti tidak adanya standar pencegahan bahaya kebakaran, misalnya bahan bangunan, jalan atau akses kebakaran, jarak bangunan, dan lainnya. Permukiman yang tidak tertata dengan baik, penggunaannya bercampur aduk dan sebagian menggunakan bahan bangunan yang mudah terbakar (Ramli, 2010). Lingkungan yang padat bangunan sangat berpengaruh terhadap mudahnya perembetan api dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Daerah yang padat ini sangat rentan terhadap bahaya kebakaran. Pola bangunan rumah mukim berkaitan dengan keteraturan permukiman, semakin teratur permukiman maka peluang api merambat ke rumah lain menjadi semakin kecil (Yunus, 2005). Permukiman yang teratur memiliki manajemen lingkungan yang baik termasuk di dalamnya perencanaan kelompok rumah, kepadatan, luas persil, lebar muka persil, prasarana lingkungan perumahan, fasilitas lingkungan

3 permukiman, dan peletakan unit rumah (Sastra, 2005). Lingkungan permukiman juga perlu dipertimbangkan kemungkinan disediakan akses petugas pemadam kebakaran. Gang-gang sempit akan sangat menyulitkan akses mobil pemadam kebakaran di daerah tersebut bila terjadi kebakaran. Ketersediaan hidran sebagai sumber air untuk kemudahan pemadaman kebakaran merupakan prioritas utama di daerah yang padat bangunannya (Yunus, 2005). Kondisi ini mengakibatkan daerah permukiman termasuk dalam kriteria rawan kebakaran. Hal ini perlu untuk dikaji karena erat kaitannya dengan perencanaan tata ruang wilayah kota yang mampu memberikan keamanan kepada seluruh penduduknya, yang mana perencanaan kota yang baik juga mampu menentukan kawasan rawan bencana. Aspek vital dari perencanaan tata ruang dan kaitannya dengan pengurangan resiko bencana yaitu berfungsi sebagai media pengambilan keputusan dalam pembangunan, sehingga bahaya dapat dihindari, mengeliminasi kerentanan, sampai dengan memperkuat kapasitas (Muta ali, 2013). Penentuan wilayah rawan kebakaran permukiman berkaitan dengan berbagai aspek yang berpengaruh pada terjadinya kebakaran misalnya sumber penyalaan, penyebab kebakaran, selanjutnya adalah proteksi pasif kebakaran dan proteksi aktif kebakaran. Proteksi pasif kebakaran termasuk di dalamnya konstruksi bangunan, pintu dan jendela tahan api, bahan pelapis interior, kelengkapan perabot, dekorasi, dan bahan pelapis yang digunakan, penghalang api, pertisi penghalang asap, penghalang asap, dan atrium. Sedangkan untuk proteksi aktif kebakaran termasuk pipa tegak, springkler otomatis, pompa pemadam kebakaran, penyediaan air, alat pemadam api ringan, deteksi dan alarm kebakaran, sistem

4 komunikasi, dan ventilasi masuk dan sistem pengelolahan asap (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/2008). Berdasarkan data dari Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan dapat kita ketahui bahwa dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (Tahun 2007 Tahun 2013) di Kota Medan terjadi kebakaran sebanyak 1.337 kejadian dengan rata-rata 191 kejadian per tahun atau 16 kejadian per bulan. Kerugian yang dialami Kota Medan selama tahun 2013 yang diakibatkan kebakaran adalah Rp 30.163.000.000, korban luka-luka 22 orang, dan korban meninggal sebanyak 5 orang. Untuk fasilitas keamanan dari segi ketersediaan hidran di Kota Medan yaitu total hidran sejumlah 118 unit hanya 35 unit yang berfungsi untuk seluruh Kota Medan. (Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan, 2013). Untuk itu perlu diadakan suatu kajian khusus untuk mengetahui sebaran wilayah yang rawan terhadap kebakaran permukiman. Untuk melakukan analisis spasial terhadap rawan kebakaran permukiman dalam penelitian ini akan difokuskan di Kecamatan Medan Timur. Hal ini disebabkan Kecamatan Medan Timur merupakan kecamatan dengan kejadian kebakaran tertinggi di Kota Medan pada tahun 2013, dengan jumlah 18 kasus kejadian kebakaran dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dengan total kerugian yang dialami mencapai Rp 3.801.000.000. Dari 35 unit Hidran yang berfungsi di seluruh Kota Medan, Kecamatan Medan Timur memiliki 2 unit hidran. Kecamatan Medan Timur memiliki luas wilayah 970,42 ha dengan 11 kelurahan yang terdiri dari 128 lingkungan. Luas Kecamatan Medan Timur mencakup 2,93% dari total luas Kota Medan (Kota Medan Dalam Angka, 2013). Untuk itu

5 perlu diadakan suatu kajian guna mengetahui sebaran wilayah rawan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur. Analisis spasial kerawanan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur akan ditampilkan dalam bentuk peta sebaran wilayah rawan kebakaran permukiman dengan mengoverlay (tumpang tindih) seluruh kriteria rawan kebakaran permukiman berdasarkan kepadatan bangunan permukiman, pola bangunan permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran di Kecamatan Medan Timur. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan data dari Dinas Pencegah Pemadan Kebakaran Kota Medan Tahun 2013 di Kota Medan terjadi kebakaran sebanyak 1.337 kejadian dengan rata-rata 191 kejadian per tahun atau 16 kejadian per bulan. Kerugian yang dialami Kota Medan selama tahun 2013 yang diakibatkan kebakaran adalah Rp 30.163.000.000, korban luka-luka 22 orang, dan korban meninggal sebanyak 5 orang. Untuk fasilitas keamanan dari segi ketersediaan hidran di Kota Medan yaitu total hidran sejumlah 118 unit hanya 35 unit yang berfungsi untuk seluruh Kota Medan. Kecamatan Medan Timur merupakan kecamatan dengan kejadian kebakaran tertinggi di Kota Medan pada tahun 2013, dengan jumlah 18 kasus kejadian kebakaran dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dengan total kerugian yang dialami mencapai Rp 3.801.000.000. Dari 35 unit hidran yang berfungsi di seluruh Kota Medan, Kecamatan Medan Timur memiliki 2 unit hidran. Bahaya kebakaran permukiman erat kaitannya kaitannya dengan lokasi dan usia bangunan, konstruksi bangunan, isi bangunan, faktor manajemen, faktor manusia, dan sistem perlindungan terhadap kebakaran, kepadatan penduduk suatu wilayah,

6 kondisi permukiman penduduk yang sangat beragam, lingkungan yang padat bangunan, pola bangunan rumah mukim, lingkungan permukiman, ketersediaan hidran. Selain itu kebakaran juga berkaitan dengan sumber penyalaan, penyebab kebakaran, selanjutnya adalah proteksi pasif kebakaran dan proteksi aktif kebakaran. Proteksi pasif kebakaran termasuk di dalamnya konstruksi bangunan, pintu dan jendela tahan api, bahan pelapis interior, kelengkapan perabot, dekorasi, dan bahan pelapis yang digunakan, penghalang api, pertisi penghalang asap, penghalang asap, dan atrium. Sedangkan untuk proteksi aktif kebakaran termasuk pipa tegak, springkler otomatis, pompa pemadam kebakaran, penyediaan air, alat pemadam api ringan, deteksi dan alarm kebakaran, sistem komunikasi, dan ventilasi masuk dan sistem pengelolahan asap. Rawan kebakaran yang akan dianalisis dalam penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Timur yang merupakan kecamatan dengan jumlah kejadian kebakaran tertinggi di Kota Medan Tahun 2013. Hasil analisis berupa peta sebaran wilayah rawan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur dengan mengoverlay seluruh kriteria yang mempengaruhi kerawanan kebakaran permukiman. Kriteria rawan kebakaran permukiman berdasarkan kepadatan permukiman, pola permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran di Kecamatan Medan Timur. C. Pembatasan Masalah Penentuan wilayah rawan kebakaran permukiman berkaitan dengan berbagai aspek yang mempengaruhi terjadinya kebakaran seperti sumber penyalaan, penyebab kebakaran, dan sistem proteksi kebakaran. Tidak hanya itu faktor

7 lingkungan juga memiliki keterkaitan terhadap penentuan kerawanan kebakaran permukiman yaitu kepadatan bangunan permukiman, pola permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran di Kecamatan Medan Timur. Pada penelitian ini tidak membahas mengenai sumber penyalaan dan penyebab kebakaran karena hal tersebut berkaitan dengan potensi kebakaran yang selalu ada di lokasi permukiman. Batasan dalam penelitian ini adalah identfikasi wilayah sebaran kerawanan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur Tahun 2015 berdasarkan kepadatan permukiman, pola permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran yang ada di Kecamatan Medan Timur. Pemilihan empat variabel kerawanan kebakaran ini adalah karena keterbatasan peneliti untuk mengindentifikasi sistem proteksi pasif dan proteksi aktif kebakaran di Kecamatan Medan Timur karena kompleksitas komponen yang harus dilihat di lapangan per satuan unit bangunan rumah mukim di Kecamatan Medan Timur yang menggunakan sistem proteksi pasif kabakaran dan proteksi aktif kebakaran pada bangunan permukiman. Hal ini juga berkaitan dengan keterbatasan waktu dan ketersediaan data yang dapat diakses oleh peneliti dari instansi terkait. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dalam penelititian ini yang menjadi perumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana sebaran kerawanan kebakaran permukiman berdasarkan kriteria kepadatan permukiman, pola permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran di Kecamatan Medan Timur?

8 2. Bagaimana sebaiknya antisipasi kerawanan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi sebaran kerawanan kebakaran permukiman berdasarkan kriteria kepadatan bangunan permukiman, pola bangunan permukiman, lokasi permukiman dari jalan umum, dan jarak permukiman terhadap hidran di Kecamatan Medan Timur. 2. Mengetahui antisipasi kerawanan kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Membantu upaya menajemen bencana kebakaran permukiman di Kecamatan Medan Timur terutama dalam rangka pengambilan keputusan untuk pencegahan kebakaran permukiman bagi stakeholder yang berkaitan dengan bencana kebakaran. 2. Membantu mengurangi dampak bencana kebakaran permukiman dalam kaitannya dengan tata ruang di Kecamatan Medan Timur.