PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) Oleh: Lili Somantri 24060/1-6/259/06

2 LATAR BELAKANG Terjadinya bencana kebakaran di Kota Bandung telah menimbulkan korban nyawa dan harta benda. Menurut data dari Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, dari tahun 2001 sampai tahun 2006 tercatat telah terjadi kebakaran, korban meninggal 28 orang dan korban lukaluka 61 orang, dengan kerugian harta sebesar rupiah.

3 Saat ini sudah ada teknologi yang dapat digunakan untuk mengkaji daerah perkotaan, yaitu penginderaan jauh. Teknologi ini memiliki kelebihan dapat menghasilkan data dengan cepat dan akurat. Salah satu citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk studi perkotaan, adalah citra quickbird. Citra quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi,yaitu 0,6 meter sehingga dapat menampilkan objek-objek perkotaan dengan akurat dan teliti.

4 PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana ketelitian citra Quickbird dalam memperoleh parameter-parameter potensi kebakaran permukiman (kepadatan bangunan rumah mukim, pola bangunan rumah mukim, jenis atap bangunan rumah mukim, lebar jalan masuk, dan kualitas jalan) untuk menentukan tingkat kerentanan kebakaran permukiman. 2. Bagaimana peta zonasi tingkat kerentanan kebakaran permukiman dengan bantuan Sistem Informasi Geografis.

5 KEGUNAAN PENELITIAN 1. Memberikan kontribusi dalam aplikasi penginderaan jauh untuk studi kota, khususnya pemetaan zonasi kerentanan kebakaran permukiman. 2. Sebagai salah satu masukan dalam perencanaan pembangunan fasilitas pemadam kebakaran di Kota Bandung. 3. Salah satu acuan dalam penentuan program perbaikan permukiman perkotaan di Indonesia.

6 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengkaji ketelitian citra quickbird dalam memperoleh parameter-parameter potensi kebakaran daerah perkotaan untuk menentukan tingkat kerentanan kebakaran permukiman. 2. Mengestimasi potensi kebakaran berdasarkan parameter yang diperoleh dari citra Quickbird. 3. Memetakan zonasi tingkat kerentanan kebakaran permukiman dengan bantuan Sistem Informasi Geografis.

7 TINJAUAN PUSTAKA Permukiman secara luas mempunyai arti perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal, secara sempit berarti daerah tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal (Yunus, 1987). Kebakaran adalah bahaya yang mengancam keselamatan jiwa dan harta benda bahkan pada rumah yang padat tidak hanya satu rumah tetapi satu blok permukiman (Dinas Kebakaran Kota Bandung, 2006).

8 Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lilesand et al. 2004). Sistem informasi geografis adalah sebuah sistem untuk pengelolaan dan penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis dan penayangan data, yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi (Suharyadi dan Danoedoro, 2004).

9 mu mu mu mu mu mu mu mt mt mt PETA CITRA QUICKBIRD KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT TAHUN 2003 : Sukasari Cidadap 1 0, Km LOKASI PENELITIAN Sukajadi Cicendo Coblong Andir Bandung Kulon Bojongloa Kaler Babakan Ciparay LEGENDA Batas Kota Lokasi Penelitian Batas Kecamatan Kota Bandung Sumber : Citra Quickbird Kota Bandung Bagian Barat, Tahun 2003 Proyeksi : UTM, Zona 48S Dikutip Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt

10 Suharyadi (2001) daerah yang rentan terhadap bahaya kebakaran biasanya dicirikan adanya kondisi fisik bangunan yang padat, pola bangunan tidak teratur, dan kualitas bangunan rendah, ditambah dengan minimnya fasilitas pemadam kebakaran. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang sangat tinggi (61 cm untuk pankromatik dan 2,44 m untuk multispektral) dan resolusi temporal 3 hari.

11 Wilayah permukiman yang memiliki kepadatan bangunan permukiman yang tinggi, pola bangunan permukiman yang tidak teratur, kualitas bahan bangunan yang mudah terbakar, lebar jalan masuk yang sempit, jauh dari sumber air, memasang listrik yang asal-asalan, dan tidak lengkapnya fasilitas pemadam kebakaran akan menyebabkan permukiman tersebut rentan terhadap bahaya kebakaran permukiman. Padatnya bangunan membuat kebakaran cepat menjalar dari sumber api ke bangunan lain. Selain itu, padatnya bangunan juga membuat sulitnya memadamkan api akibat mobil pemadam kebakaran kesulitan mendekati lokasi kebakaran.

12 METODE PENELITIAN 1 BAHAN PENELITIAN a) Citra Quickbird Pankromatik tanggal 21 Agustus 2003 Daerah Kota Bandung Bagian Barat. b) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Bandung dan Lembar Ujung Berung, Skala 1:25.000, Tahun c) Peta Penggunaan Lahan Kota Bandung, skala 1 : , Tahun Dari Dinas Tata Kota Bandung. d) Peta Cadangan Air Kota Bandung dari PDAM Kota Bandung Tahun e) Data fasilitas hidran, tandon air, APAR, dan APAB dari Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dan PDAM Kota Bandung Tahun f) Data pelanggan listrik dari PLN Kota Bandung Tahun g) Data jumlah bangunan dari Dinas Bangunan Kota Bandung, Tahun 2006

13 2. ALAT PENELITIAN Perangkat keras komputer Perangkat lunak komputer (software) Arcview dan ArcGis untuk proses pemasukan, pengolahan, dan analisis data. kompas Global Positioning System (GPS) Kamera digital

14 VARIABEL PENELITIAN - Variabel potensi kebakaran terdiri atas kepadatan bangunan rumah mukim, pola bangunan rumah mukim, jenis atap bangunan rumah mukim, lokasi sumber air, lokasi permukiman dari jalan utama, lebar jalan masuk, kualitas jalan, kualitas bahan bangunan, dan pelanggan listrik. - Variabel ketersediaan fasilitas pemadam kebakaran, yaitu fasilitas air hidran, fasilitas alat pemadam kebakaran ringan (APAR), alat pemadam kebakaran berat (APAB), dan tandon air.

15 Sumber Data Parameter Kerentanan Kebakaran Permukiman No Parameter Perolehan Data Citra Quickbird Data Sekunder Suvei Lapangan 1 Kepadatan Bangunan Rumah Mukim X X 2 Pola Bangunan Rumah Mukim X X 3 Lokasi Permukiman dari Jalan Utama X X 4 Jenis Atap Bangunan Rumah Mukim X X 5 Lebar Jalan Masuk Permukiman X X 6 Kualitas Jalan X X 7 Lokasi Sumber Air X X 8 9 Kualitas Bahan Bangunan Rumah Mukim Pelanggan Listrik X X 10 Fasilitas Hidran X X 11 Fasilitas APAR X 12 Fasilitas APAB X 13 Fasilitas Tandon Air X X

16 POPULASI DAN SAMPEL No Kelas Populasi Sampel 1 Permukiman jarang teratur Permukiman jarang semi teratur Permukiman jarang tidak teratur Permukiman sedang teratur Permukiman sedang semi teratur Permukiman sedang tidak teratur Permukiman padat teratur Permukiman padat semi teratur Permukiman padat tidak teratur 43 9 Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

17

18 PARAMETER YANG DIGUNAKAN 1. Kepadatan Bangunan Rumah Mukim No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman Berdasarkan Kepadatan Bangunan Rata-Rata Harkat 1 Jarang < 40% 1 2 Agak padat 40%-75% 2 3 Padat >75% 3 Sumber : Ditjen Cipta Karya, 1980 dengan perubahan

19 2. Pola Bangunan Rumah Mukim No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman yang Menghadap Ke Jalan Lingkungan atau Jalan Utama Harkat 1 Teratur < 40% 1 2 Agak teratur 40%-75% 2 3 Tidak teratur >75% 3 Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan

20 3. Jenis Atap Bangunan Rumah Mukim No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman Berdasarkan Jenis Atap Genteng dan Beton Harkat 1 Baik < 40% 1 2 Sedang 40%-75% 2 3 Buruk >75% 3 Sumber : Ditjen Cipta Karya, 1980 dengan perubahan

21 4. Lokasi Permukiman dari Jalan Utama No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman dari Jalan Utama (Arteri dan Kolektor) Harkat 1 Dekat > 75% berjarak 100 m 1 2 Agak jauh 40% - 75% berjarak 100 m dan > 75% berjarak m 3 Jauh < 40% berjarak 100 m dan < 75% berjarak m 2 3 Sumber : Ditjen Cipta Karya, 1980 dengan perubahan

22 5. Lokasi Sumber Air No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman Terhadap Buffer Jarak Lokasi Sumber Air Harka t 1 Dekat >75% Berjarak kurang dari 500 m 1 2 Agak jauh 40%-75% Berjarak kurang dari 500 m dan > 75% Berjarak antara 500 m m 3 Jauh <40% Berjarak kurang dari 500 m dan < 75% Berjarak antara 500 m m 2 3 Sumber : Dinas Kebakaran Kota Bandung, 2007 dengan perubahan

23 6. Lebar Jalan Masuk Permukiman No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman terhadap Lebar Jalan Masuk Harkat 1 Lebar >75% Lebarnya masuknya lebih dari 6 m 1 2 Agak lebar 40%-75% Lebarnya masuknya > 6 m dan >75% Lebarnya masuknya antara 3 m- 6 m 3 Sempit <40% Lebarnya masuknya lebih dari 6 m dan <75% Lebarnya masuknya antara 3 m- 6 m 2 3 Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan.

24 7. Kualitas Jalan No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman Terhadap Jalan yang Telah Diperkeras (Aspal, Beton, Tembok) Harkat 1 Baik < 40% 1 2 Sedang 40%-75% 2 3 Buruk >75% 3 Sumber : Ditjen Cipta Karya, 1980 dengan perubahan

25 8. Kualitas Bahan Bangunan Rumah Mukim No Klasifikasi 1 Tidak mudah terbakar 2 Agak mudah terbakar 3 Mudah terbakar Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan Persentase Blok Permukiman Terhadap Kualitas Bahan Bangunan (Beton, Bata, Batako) Harkat < 40% 1 40%-75% 2 >75% 3

26 9. Pelanggan Listrik No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman yang Berlangganan Listrik Ke PLN Harkat 1 Baik < 50% 1 2 Sedang 25%-50% 2 3 Buruk >25% 3 Sumber : Ditjen Cipta Karya, 1980 dengan perubahan

27 10. Fasilitas Hidran No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman yang Mudah Terlayani oleh Fasilitas Air Hidran Harkat 1 Dekat >75% Berjarak kurang dari 500 m 1 2 Sedang 40%-75% Berjarak kurang dari 500 m dan > 75% Berjarak antara 500 m m 3 Jauh <40% Berjarak kurang dari 500 m dan < 75% Berjarak antara 500m m 2 3 Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan

28 11. Fasilitas APAR No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman yang Dilengkapi dengan Fasilitas APAR Harkat 1 Lengkap > 50% 1 2 Agak lengkap 1% - 50% 2 3 Tidak lengkap <1% 3 Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan

29 12. Fasilitas APAB No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman Yang Dilengkapi Dengan Fasilitas APAB Harkat 1 Lengkap > 50% 1 2 Agak lengkap 1% - 50% 2 3 Tidak lengkap <1% 3 Sumber : Suharyadi, 2000 dengan perubahan

30 13. Fasilitas Tandon Air No Klasifikasi Persentase Blok Permukiman yang Mudah Terlayani oleh Fasilitas Tandon Air (< 500 Meter) Harkat 1 Dekat >75% Berjarak kurang dari 500 m 1 2 Agak jauh 40%-75% Berjarak kurang dari 500 m dan > 75% Berjarak antara 500 m m 3 Jauh <40% Berjarak kurang dari 500 m dan < 75% Berjarak antara 500m m 2 3 Sumber : Suharyadi, 2000dengan perubahan

31 PEMBOBOT SETIAP PARAMETER No Parameter Pembobotnya 1 Kepadatan Bangunan Rumah Mukim 3 2 Pola Bangunan Rumah Mukim 2 3 Lokasi permukiman dari jalan utama 3 4 Jenis Atap Bangunan Rumah Mukim 2 5 Lebar Jalan masuk 3 6 Kualitas Jalan 1 7 Lokasi sumber air Kualitas bahan bangunan Pelanggan Listrik Fasilitas Hidran 3 11 Fasilitias APAR 1 11 Fasilitas APAB 1 12 Fasilitas Tandon Air 2

32 Potensi kebakaran permukiman pada setiap satuan pemetaan (blok permukiman) ditentukan dengan cara menjumlahkan harkat atau nilai setiap parameter yang digunakan sebagai penilai setelah dikalikan dengan faktor pembobotnya.

33 POTENSI KEBAKARAN Arjuna Garuda Curugcariang Curugcariang Kota Bandung Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt Lokasi Penelitian Kota Bandung Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt Non Permukiman Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Batas Kelurahan Jalan Utama Jalan Permukiman Kualitas Jalan Lokasi Penelitian Kota Bandung Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt Non Permukiman mt Cirangrang Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Kota Bandung Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Lokasi Penelitian Kota Bandung Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt mt mu Ledeng Ciumbuleuit Gegerkalong 2 Km Sukarasa mu Dago Hegarmanah Sarijadi Sekeloa Sukagalih Sukawarna Pasteur Lebaksiliwangi Cipaganti Sukaraja Lebak Gede mu mt mt Isola : mu mu 0, mu mu Isola : 0 mt PETA POTENSI KEBAKARAN PERMUKIMAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT 0 0, mu mt Ledeng Ciumbuleuit mu mt mu PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN PELANGGAN LISTRIK KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Gegerkalong 1 2 Km Sukarasa Dago Hegarmanah Sarijadi Sadang Serang Kebon Jeruk mu Babakan Tarogong Gempolsari Babakan Asih LEGENDA Batas Kota Suka Asih Babakan Cigondewah Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt mu Ciroyom Kebon Jeruk Sukahaji Jamika Warungmuncang Babakan Tarogong Caringin Gempolsari LEGENDA Batas Kota Babakan Asih Batas Kecamatan Suka Asih Babakan Cigondewah Batas Kelurahan Jalan Utama Jalan Permukiman Kopo Rel Kereta Api Babakan Ciparay Cigondewah Kidul Potensi Kebakaran Rendah Margahayu Utara Sedang Tinggi Margasuka Lokasi Penelitian Kota Bandung Non Bangunan Non Permukiman Cirangrang Sumber : Data Pelanggan Listrik dari PLN Bandung, 2007 Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S. Pasir Kaliki Arjuna Curugcariang Cibuntu Non Permukiman Non Bangunan Cirangrang mu Lokasi Penelitian mu Kota Bandung Maleber Cijerah mu Sedang Pamoyanan Garuda Baik Margasuka Pajajaran Husensastranegara mu Rel Kereta Api mu mu Jalan Utama Jalan Permukiman Pelanggan Listrik Margahayu Utara Lebak Gede Sadang Serang Campaka Batas Kecamatan Batas Kelurahan Kopo Babakan Ciparay Cigondewah Kidul Lebaksiliwangi Cipaganti mu mu Jamika Warungmuncang Pasteur Sukabungah mu Ciroyom Sukahaji Cibuntu Caringin Sekeloa Sukagalih Sukawarna Sukaraja mu Curugcariang Cijerah Overlay (Harkat, Bobot) mu Pasir Kaliki Arjuna Garuda Sumber : Hasil Analisis, 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S mu Pamoyanan Maleber mu mu Husensastranegara mu Pajajaran mu Sukabungah Campaka mu Tidak Mudah Terbakar Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt Non Permukiman Margasuka Listrik Rel Kereta Api Agak Mudah Terbakar Non Bangunan Cirangrang Lokasi Penelitian Batas Kelurahan Jalan Utama Jalan Permukiman Bahan Bangunan Margahayu Utara Non Permukiman Batas Kota Batas Kecamatan Kopo Babakan Ciparay Cigondewah Kidul Baik Margasuka LEGENDA Suka Asih Babakan Cigondewah Batas Kecamatan Kopo Babakan Ciparay Margahayu Utara Non Bangunan Babakan Asih Batas Kota Suka Asih Babakan Cigondewah Cigondewah Kidul mu mu Rel Kereta Api Lebar Margasuka Non Bangunan Cirangrang Babakan Tarogong Gempolsari LEGENDA mu mu Jalan Utama Jalan Permukiman mu Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S. Jamika Warungmuncang mu Batas Kecamatan Lebar Jalan Margahayu Utara mu Non Permukiman Cirangrang Sukahaji Cibuntu Caringin mt Potensi Kebakaran Non Bangunan Cirangrang Sumber : Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S. Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt mu Babakan Asih Batas Kelurahan Kopo Babakan Ciparay Cigondewah Kidul Lokasi Penelitian Margasuka Non Bangunan Ciroyom Kebon Jeruk Babakan Tarogong Gempolsari Batas Kota Suka Asih Babakan Cigondewah mu Arjuna Garuda Cijerah mu mu mu mu mu Babakan Asih Dekat mu Pasir Kaliki mt Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S. Pamoyanan LEGENDA Gempolsari Kota Bandung Cirangrang mu mu Lokasi Penelitian Margasuka Sadang Serang Husensastranegara Ciroyom Jamika Warungmuncang Agak Baik Non Permukiman Lebak Gede Pajajaran Maleber Sukahaji Cibuntu Caringin Buruk Non Bangunan Sukaraja Kebon Jeruk Cijerah Sempit Margasuka Lebaksiliwangi Cipaganti mu Pasir Kaliki Sedang mu mu mu mu Pamoyanan Agak Jauh Pasteur mu Husensastranegara Jauh Sekeloa Sukagalih Sukawarna mu mu Arjuna Babakan Tarogong Dago Hegarmanah Sukabungah Agak Jauh Ciumbuleuit Sukarasa Campaka Maleber Ciroyom Jamika Warungmuncang Ledeng 2 Pajajaran Jauh Isola Gegerkalong 1 Km Danau 0,5 Sadang Serang mu Sungai Buffer Lokasi Air Lebak Gede mt mu Sukaraja Sukahaji Cibuntu Jalan Permukiman Rel Kereta Api Kopo Lebaksiliwangi Cipaganti mu mu mu mu Suka Asih Babakan Ciparay mu mu Sekeloa Pasteur mt Sarijadi Sukagalih Sukawarna mt : mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu mu Pamoyanan Pasir Kaliki Caringin Batas Kelurahan Margahayu Utara Dago Hegarmanah Sukabungah mu mu Sukarasa Baik (>75% Beton dan Genting) Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt Km Kebon Jeruk Cigondewah Kidul Ledeng Gegerkalong 2 Sedang (40%-75% Beton dan Genteng) Sumber : Citra Quickbird Daerah Kota Bandung, Bulan Agustus Cek Lapangan, Januari 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S mt Jenis Atap Husensastranegara Maleber PETA KUALITAS BAHAN BANGUNAN RUMAH MUKIM KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Ciumbuleuit 0,5 Campaka Jalan Utama Babakan Isola Bahan Bangunan mt Sadang Serang Curugcariang Batas Kecamatan Babakan Asih Dekat 0 Pajajaran Garuda Batas Kota Cigondewah Jalan Permukiman Rel Kereta Api Lebak Gede Sukaraja Cijerah LEGENDA Babakan Tarogong Gempolsari Lokasi Permukiman Lebaksiliwangi Cipaganti Arjuna mt Sarijadi Sekeloa Pasteur Ciroyom Jamika Warungmuncang Batas Kelurahan Jalan Utama Kopo Babakan Ciparay Margahayu Utara Dago Hegarmanah Sukagalih Sukawarna Sukahaji Cibuntu Pamoyanan Pasir Kaliki Caringin Batas Kota Suka Asih Babakan Sukarasa Kebon Jeruk Cigondewah Kidul Husensastranegara Maleber Curugcariang Babakan Asih Cigondewah Km mt Sukabungah Batas Kecamatan Jalan Utama Jalan Permukiman 2 : Ciumbuleuit Gegerkalong 1 Campaka Garuda LEGENDA Ledeng PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN KUALITAS JALAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Semi Teratur Lebak Gede mt Sadang Serang Cijerah Babakan Tarogong Gempolsari Batas Kota Batas Kecamatan 0,5 Pajajaran Ciroyom Jamika Warungmuncang LEGENDA Rel Kereta Api Non Permukiman Kota Bandung Sukaraja Isola : 0 Kualitas jalan Tidak Teratur Non Bangunan Cirangrang Lebaksiliwangi Cipaganti Kebon Jeruk Batas Kelurahan Kopo Babakan Ciparay Margahayu Utara mu Lokasi Penelitian mu Suka Asih Babakan Cigondewah Cigondewah Kidul Teratur Margasuka mu Rel Kereta Api mu Jalan Utama Jalan Permukiman Sekeloa Pasteur mt Sarijadi Sukagalih Sukawarna Sukahaji Cibuntu Caringin mu mu mu mu Batas Kecamatan Pola Bangunan Margahayu Utara Arjuna Curugcariang Babakan Asih Batas Kelurahan Kopo Babakan Ciparay Cigondewah Kidul Gempolsari Batas Kota Suka Asih Babakan Cigondewah Pasir Kaliki Cijerah Babakan Tarogong Dago Hegarmanah mt Sukabungah Pamoyanan Kebon Jeruk Babakan Asih Sukarasa Campaka Garuda Ciroyom Jamika Warungmuncang LEGENDA Gempolsari Husensastranegara Sukahaji Cibuntu Caringin Km PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN KONDISI LEBAR JALAN MASUK PERMUKIMAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Ciumbuleuit 2 Sadang Serang Maleber mu Arjuna Curugcariang Cijerah Ledeng Lebar Jalan mu Pasir Kaliki Kebon Jeruk Jamika Babakan Tarogong Isola mu Pamoyanan Garuda Ciroyom Sukahaji Warungmuncang Lebak Gede mt Gegerkalong 0 Pajajaran mu Husensastranegara Maleber 0,5 Sukabungah mu Curugcariang Sukaraja Campaka mu Arjuna Garuda Cibuntu Caringin Lebaksiliwangi Cipaganti Sadang Serang mu Pamoyanan Pasir Kaliki Cijerah Sekeloa Pasteur 1 Sarijadi Sukagalih Sukawarna mt mu Lebak Gede Dago Hegarmanah mt : Ciumbuleuit Sukarasa Pajajaran mu mu mu Husensastranegara Ledeng Km Sukabungah Campaka Pajajaran Maleber Isola Gegerkalong mu Sukaraja Sadang Serang Sukabungah Campaka mu Lebaksiliwangi Cipaganti 0 PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN BUFFER LOKASI SUMBER AIR KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT mu Lebak Gede Sekeloa Pasteur 0,5 Sarijadi Sukagalih Sukawarna mu Sukaraja Dago Hegarmanah mt mu Lebaksiliwangi Cipaganti Sukarasa mt mu Sekeloa Pasteur Km Sarijadi Sukagalih Sukawarna mt PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN BUFFER JALAN UTAMA KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Ciumbuleuit mu mu Dago Ledeng Gegerkalong 0,5 Sumber air Hegarmanah Isola mu : mu Sukarasa Sarijadi mt mu Km mt mu mt Loka s : i mu Ledeng Ciumbuleuit mu Isola Gegerkalong 0, mu mu mu : 0 PETA JENIS ATAP BANGUNAN RUMAH MUKIM KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT mu mt mu mt mu mt mu PETA POLA BANGUNAN RUMAH MUKIM KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT mu Jenis atap mu Pola Kepadata n

34 Keterangan: PK = Harkat total potensi kebakaran n = Jumlah parameter Vi = Variabel potensi kebakaran Bi = Faktor pembobot variabel potensi kebakaran

35 Untuk menentukan besarnya fasilitas pemadam kebakaran yang ada pada setiap satuan pemetaan dilakukan dengan cara yang hampir sama, yaitu dengan menjumlahkan harkat parameter yang digunakan setelah dikalikan dengan faktor pembobotnya. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut.

36 Keterangan: FP n Vi Bi = Harkat total fasilitas pemadam kebakaran = Jumlah parameter = Variabel fasilitas pemadam kebakaran = Faktor pembobot variabel fasilitas pemadam kebakaran

37 Penentuan Kerentanan Kebakaran Permukiman Hasil pemodelan pada tahap pertama, yaitu peta potensi kebakaran dan peta fasilitas pemadam kebakaran. Kedua peta tersebut digabungkan (overlay) sehingga menghasilkan peta kerentanan kebakaran permukiman. Penentuan kerentanan kebakaran berdasarkan potensi kebakaran dan fasilitas pemadam kebakaran. Cara menggabungkan dua peta tersebut dengan menggunakan tabel dua dimensi sebagai berikut.

38 Kelas Kerentanan Kebakaran Permukiman Kelas Kelas Fasilitas Pemadam Kebakaran Potensi Kebakaran Baik Sedang Buruk Rendah Tidak rentan Tidak rentan Agak rentan Sedang Agak rentan Rentan Rentan Tinggi Rentan Rentan Rentan

39 HASIL PENELITIAN Hasil uji ketelitian interpretasi untuk kepadatan bangunan rumah mukim, yaitu sebesar 92,3%. Pola bangunan rumah, yaitu sebesar 96,15%, jenis atap bangunan rumah, yaitu 100%, lebar jalan masuk permukiman, yaitu 100%, dan kualitas jalan, yaitu 92,3%.

40 POTENSI KEBAKARAN Potensi Kebakaran diketahui bahwa sebanyak 36,1% atau 1036,7 Ha termasuk pada kelas tinggi, 24% atau 691,3 Ha termasuk pada kelas sedang, dan 39,9% atau 1146,9 Ha termasuk pada kelas potensi rendah. Jika dilihat per kecamatan, yang memiliki potensi tinggi paling luas, yaitu Coblong (199,2 Ha), Bojongloa Kaler (195,1 Ha), dan Sukajadi (155 Ha). Kecamatan yang memiliki potensi sedang paling luas, yaitu Bandung Kulon (147,3 Ha), Coblong (138,5 Ha), dan Cicendo (133,2 Ha), kecamatan yang memiliki potensi rendah paling luas, Sukasari (303,5 Ha), Sukajadi (206,3 Ha), dan Cidadap (149,1 Ha).

41 mu mu mu mu mu mu mu mt mt mt PETA POTENSI KEBAKARAN PERMUKIMAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT : Isola Ledeng Ciumbuleuit Gegerkalong 0 0,5 1 2 Km Sarijadi Sukarasa Hegarmanah Dago Sukawarna Sukagalih Sekeloa Sukaraja Pasteur Sukabungah Lebaksiliwangi Cipaganti Lebak Gede Sadang Serang Campaka Pajajaran Husensastranegara Pamoyanan Maleber Pasir Kaliki Garuda Arjuna Curugcariang Ciroyom Cijerah Sukahaji Cibuntu Jamika Warungmuncang Kebon Jeruk Caringin Babakan Tarogong LEGENDA Gempolsari Cigondewah Babakan Babakan Asih Suka Asih Batas Kota Batas Kecamatan Batas Kelurahan Jalan Utama Cigondewah Kidul Babakan Ciparay Margahayu Utara Kopo Jalan Permukiman Rel Kereta Api Potensi Kebakaran Rendah Sedang Tinggi Lokasi Penelitian Margasuka Cirangrang Non Bangunan Non Permukiman Kota Bandung Sumber : Hasil Analisis, 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt

42 FASILITAS PEMADAM KEBAKARAN Berdasarkan fasilitas pemadam kebakaran sebesar 47,8% atau 1374,4 Ha fasilitasnya termasuk kategori sedang, 37% atau 1064,4 Ha termasuk pada kelas buruk, 15% atau 436,1 Ha termasuk pada kelas baik. Jika dilihat per kecamatan, yang memiliki fasilitas baik paling luas, yaitu Coblong (198 Ha), Cicendo (97,8 Ha), dan Sukajadi (71,3 Ha). Kecamatan yang memiliki fasilitas kategori sedang paling luas, Bandung Kulon (314,7 Ha), Babakan Ciparay (289,4 Ha), dan Bojongloa Kaler (210,9 Ha). Kecamatan yang memiliki fasilitas kategori buruk paling luas, yaitu Sukajadi (321,8 Ha), Sukasari (283,5 Ha), dan Coblong (195,7 Ha).

43 mu mu mu mu mu mu mu mt mt mt PETA BLOK PERMUKIMAN BERDASARKAN FASILITAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT : Isola Ledeng Ciumbuleuit Gegerkalong 1 0, Km Sarijadi Sukarasa Hegarmanah Dago Sukawarna Sukagalih Sekeloa Sukaraja Pasteur Sukabungah Lebaksiliwangi Cipaganti Lebak Gede Sadang Serang Campaka Pajajaran Husensastranegara Pamoyanan Maleber Pasir Kaliki Garuda Arjuna Curugcariang Ciroyom Cijerah Sukahaji Cibuntu Jamika Warungmuncang Kebon Jeruk Caringin Babakan Tarogong LEGENDA Gempolsari Cigondewah Babakan Babakan Asih Suka Asih Batas Kota Batas Kecamatan Batas Kelurahan Jalan Utama Cigondewah Kidul Babakan Ciparay Kopo Jalan Permukiman relkereta Fasilitas Pemadam Margahayu Utara Baik Sedang Buruk Lokasi Penelitian Margasuka Cirangrang Non Bangunan Non Permukiman Kota Bandung Sumber : Hasil Analisis, 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt

44 ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN di daerah penelitian 46,7% atau seluas 1343,2 Ha termasuk kategori rentan, 30,4% atau seluas 871,7 Ha termasuk kategori tidak rentan, dan 22,9% atau seluas 660,1 Ha termasuk kategori agak rentan. Kecamatan yang paling luas kategori rentan, yaitu Bandung Kulon (246,9 Ha), Bojongloa Kaler (212,2 Ha), Babakan Ciparay (211,6 Ha), Coblong (163,3 Ha) dan Cicendo (147,9 Ha). Kecamatan yang paling luas kategori agak rentan, yaitu Coblong (174,5 Ha), Babakan Ciparay (106,6 Ha), Cidadap (77,2 Ha), dan Bandung Kulon (74,3 Ha). Kecamatan yang paling luas kategori tidak rentan, yaitu Sukasari (281,7 Ha), Sukajadi (206,3 Ha), Coblong (124,4 Ha), dan Cidadap (101,9 Ha).

45 mu mu mu mu mu mu mu mt mt mt PETA ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT : Isola Ledeng Ciumbuleuit Gegerkalong 1 0, Km Sarijadi Sukarasa Hegarmanah Dago Sukawarna Sukagalih Sekeloa Sukaraja Pasteur Sukabungah Lebaksiliwangi Cipaganti Lebak Gede Sadang Serang Campaka Pajajaran Husensastranegara Pamoyanan Maleber Pasir Kaliki Garuda Arjuna Curugcariang Ciroyom Cijerah Sukahaji Cibuntu Jamika Warungmuncang Kebon Jeruk Caringin Babakan Tarogong LEGENDA Gempolsari Cigondewah Babakan Babakan Asih Suka Asih Batas Kota Batas Kecamatan Batas Kelurahan Jalan Utama Cigondewah Kidul Babakan Ciparay Kopo Jalan Permukiman Rel Kereta Api Kerentanan Kebakaran Margahayu Utara Tidak Rentan Agak Rentan Rentan Lokasi Penelitian Margasuka Cirangrang Non Bangunan Non Permukiman Kota Bandung Sumber : Hasil Analisis, 2008 Proyeksi : UTM, Zona 48S Dibuat Oleh : Lili Somantri 24060/1-6/259/ mt mt mt

46 KESIMPULAN Permukiman yang rawan terhadap kebakaran, dicirikan dengan kondisi permukimannya merupakan daerah padat, dengan pola bangunan permukiman tidak teratur, lokasi permukimannya jauh dari jalan utama dengann kondisi lebar jalan masuk yang sempit, bahan bangunannya termasuk kategori non permanen sehingga agak mudah terbakar, banyak rumah yang tidak berlangganan listrik ke PLN sehingga dalam pemasangan listrik asal-asalan, tidak dilengkapi fasilitas APAR dan APAB, dan lokasinya jauh dari sumber air (sungai, danau), hidran, dan tandon air.

47 SARAN 1. Pembangunan fasilitas-fasilitas pemadam kebakaran, terutama pada daerah-daerah yang rentan kebakaran, seperti tandon air yang secara khusus untuk pemadaman bukan dari tandon air yang tersedia di hotel atau bangunan bertingkat. 2. Perawatan fasilitas hidran harus terus dilakukan jangan sampai dibiarkan rusak dan tidak berfungsi serta kondisi airnya harus tetap stabil. Setiap rumah harus dilengkapi dengan fasilitas APAR atau dalam setiap RT harus tersedia fasilitas APAB. 3. Perlu ditambahkan mobil unit-unit pemadam kebakaran mengingat jumlah penduduk yang banyak. 4. Semua warga harus diprogramkan untuk diberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai cara pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebarakan.

48 TERIMA KASIH

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Lili Somantri Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS, UPI, L_somantri@ymail.com

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

TAHUN : 2006 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN WILAYAH KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 29 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELUARAHAN KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 08 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik interpretasi

Lebih terperinci

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp.

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN 01 Andir Jl. Srigunting Raya No.1, Telp. 022-6011304, Email: Kec.adr@bandung.go.id 1 / 28 1. Campaka 2. Ciroyom 3. Dunguscariang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penerbitan sertipikat tanah, pemerintah telah membuat kebijakan yang secara normatif memberikan kepastian

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung Bentuk bentang alam Kota Bandung berupa cekungan dengan ketinggian ratarata 791 meter di

Lebih terperinci

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1.

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1. DAFTAR SASARAN PROGRAM DNAS ESEHATAN OTA BANDUNG TAHUN BAY BAY L AJA 45-59 60-69 =Ž70 NO ECAMATAN ESMAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 SUASAR 1 Sukarasa 1 Sukarasa 10,832 154

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANDUNG Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 Tanggal 27 Juli 1987 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka pemikiran studi serta sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Geografi, Pendekatan Geografi, dan Konsep Geografi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Geografi, Pendekatan Geografi, dan Konsep Geografi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Geografi, Pendekatan Geografi, dan Konsep Geografi a. Pengertian Geografi Menurut hasil seminar lokakarya peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki kepadatan

Lebih terperinci

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel. 3.1. SUMBER DATA KEPENDUDUKAN 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan setiap 5 tahun sekali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG SEMINAR LAPORAN AKHIR Kajian Satuan Tugas Pelaku Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah melakukan pengidentifikasian dan analisis mengenai tingkat resiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR NO NAMA KECAMATAN / KELURAHAN ALAMAT TELP. KANTOR 4 I KECAMATAN SUKASARI Jln. Gegerkalong Hilir No. 55 0-906 Kelurahan Isola Jln. Gegerkalong Girang No. 0-900 Kelurahan Gegerkalong Jln. Sukajadi Atas Blk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan merupakan kawasan pemusatan penduduk. Keadaan ini akan memicu terjadinya penurunan kualitas perkotaan yang dapat ditunjukkan dengan timbulnya berbagai permasalahan

Lebih terperinci

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp Daftar Kelurahan Di Kota Bandung No. Kecamatan Kelurahan Alamat Kecamatan Andir Kebon Jeruk Jl. Babatan 2, Telp. 421-2036 Ciroyom Jl. Ciroyom 27, Telp. 601-6697 Dungus Cariang Jl. Terusan Rajawali 20,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA BANDUNG TAHUN 2015-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Kelurahan Sadang Serang merupakan salah satu bagian wilayah di Kecamatan Coblong Kota Bandung yang dibentuk pada tahun 1976 dengan memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol.

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Data kependudukan yang dikumpulkan bersumber pada : 1. Sensus Penduduk Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. 2. Survey Penduduk Antar Sensus Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah Studi

Gambaran Umum Wilayah Studi Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi II.1 Gambaran Umum Wilayah Bandung II.1.1 Latar Belakang Geografi Jawa Barat Bandung terletak pada koordinat 107 BT and 6 55 LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia memerlukan perhatian khusus dalam pembangunannya, karena masalah permukiman berkaitan dengan aspek fisik

Lebih terperinci

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN ZONASI KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN BALIKPAPAN SELATAN Wisnu Widyatmadja atmadjawima@yahoo.com

Lebih terperinci

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani Ahmad Pratama NIM :E

SKRIPSI. Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani Ahmad Pratama NIM :E PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN ZONASI DAERAH RAWAN KEBAKARAN KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG 1488 : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran 1799 : Menjadi bagian Sumedang Larang yang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Bandung Bojonagara

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Bandung Bojonagara BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Bandung Bojonagara Pada masa penjajahan kolonial Belanda di Indonesia, pajak sudah dijalankan, hal ini dapat kita lihat dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pembangunan wilayah di Kotamadya Bandung diprioritaskan untuk menanggulangi kepadatan lalulintas yang kian hari semakin padat.

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS ZONASI DAERAH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PUBLIKASI KARYA ILMIAH Disusun Oleh RENDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Persaingan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: RENDI NIRM : E

SKRIPSI. Disusun oleh: RENDI NIRM : E ANALISIS ZONASI DAERAH RAWAN BENCANA KEBAKARAN DI KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SKRIPSI Disusun oleh: RENDI NIRM : E 100120037

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan

Lebih terperinci

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF PEMETAAN RESIKO BERMACAM BAHAYA LINGKUNGAN (MULTI RISK HAZARD MAPPING) DI KELURAHAN KAMPUNG MELAYU, CIPINANG BESAR UTARA DAN PENJARINGAN PROPINSI DKI JAKARTA (complement slides) oleh : Eka Rianta S. Database

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan

Lebih terperinci

KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Study of Transportation Movement Generation In Bandung City by using QuickBird

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN Fiska Yanuar Jurusan Geografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memegang peran yang cukup besar dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu peranan yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1555 Katalog BPS : 9213.3273.180 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 cm x 25 cm : 12 halaman Naskah: Ruhyana Gambar Kulit: Ruhyana Diterbitkan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kota Bandung terletak pada posisi 107º36 Bujur Timur dan 6º55 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Cimahi dengan letak astronomis berdasarkan peta rupa bumi lembar Bandung dan Cimahi berada pada koordinat 107 0 30 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Bojongloa Kaler yang terletak di Kota Bandung regional barat, tepatnya dengan letak geografis 107 35 7,08 BT

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3.1 Arahan Kebijakan Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Bandung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung penjelasan mengenai permasalahan permukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian menurut Sumaatmadja (1998) populasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian menurut Sumaatmadja (1998) populasi adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Lokasi Dan Subyek Populasi Populasi penelitian menurut Sumaatmadja (1998) populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang ada di daerah penelitian.

Lebih terperinci

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09 LAMPIRAN I : PETUNJUK PELAKSANAAN PPDB KOTA BANDUNG NOMOR :...TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 A. PENSKORAN USIA CALON PESERTA DIDIK SD/MI NO. USIA SKOR 1. 7 tahun 7,00 2. 6 tahun lebih 11 bulan 6,11 3. 6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu baik dari segi fisik maupun non fisik. Kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Andir Kota Bandung yang merupakan salah satu kecamatan dari 30 kecamatan di wilayah Kota Bandung dengan letak astronomis

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA DAN KELUARGA PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KOTA BANDUNG I. IDENTITAS RESPONDEN. Nama:. Alamat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem informasi geografis, dimana menggabungkan beberapa data dan informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA Gamma Reiza Nusantarawati gamreiza@gmail.com Endang Saraswati esaraswati@ugm.ac.id

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Penelitian

1.3 Tujuan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang seringkali terjadi di masyarakat dengan target berupa bangunan, seperti rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Maraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, dengan susunan fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi NO KELURAHAN LOKASI KEGIATAN YANG DIUSULKAN KECAMATAN BUAH BATU 1 Jatisari RW.04 Penyediaan Roda sampah 4 unit - KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah administratif Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB II GAMBARAN UMUM. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan a. Tugas Pokok Melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. b. Fungsi. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga timbul karena penduduk

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN KOTA YOGYAKARTA BAGIAN SELATAN DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM PUTIH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : #'&)'#%*$ $4025 &$%( STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1654 Katalog BPS : 9213.3273.180 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah: Ruhyana Gambar

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH

NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH 1 Kamis 12 Juni 2014 421.1/498-PTKSD/2014 Kabupaten Bogor Bogor SDN Nilem 1 2 Senin, 16 Juni 2014 421.1/451-PTKSD/2014 Propinsi Jawa Barat Jl. Dr.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu studi ialah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian.

Lebih terperinci

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG No. Nama Lembaga Jenis Satuan No. NPSN/NILEK/ NILEM Status 1 BUNGA ALAMI TK 20254852 Swasta 2 BUNGA HARAPAN TK 20254855 Swasta 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG Oleh : Aditiya Ramdani 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, Bandung email : adityaramdani@mail.unpas.ac.id ABSTRAK Rencana

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian ini yaitu pelayanan prima sebagai variabel bebas atau independen (variabel X) terhadap kepuasan pelanggan sebagai variabel terikat atau dependent

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau peristiwa yang terjadi di muka bumi yang timbul dari aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara 20 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara astronomi daerah studi terletak pada 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci