BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut telah diciptakan Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Indonesia. Untuk melaksanakan visi tersebut, salah satu misi Depkes adalah meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. (KKI, 2006) Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi kedokteran merupakan salah satu stake holder pelayanan kesehatan yang turut bertanggung jawab dalam menjamin terselenggaranya pelayanan kedokteran yang bermutu. IDI telah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi seluruh anggotanya sebagai pengejantawahan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 28 ayat 1, yang menyebutkan bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi (IDI) dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi pofesi (IDI) dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi. (PB IDI, 2007) Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dokter berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan praktik kedokteran, sekaligus menjadikan dokter semakin profesional sesuai dengan harkat dan martabat serta kehormatan profesinya dalam rangka memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat, dan harapan bangsa. (PB IDI, 2007) Model kegiatan P2KB/ CPD beragam untuk berbagai Negara. Di Indonesia sertifikasi awal dilakukan uji kompetensi untuk dokter umum, yang dilanjutkan dengan resertifikasi dengan cara pengumpulan nilai SKP IDI setidaknya untuk 3 tahun pertama. Bila siap akan dimulai dengan uji coba kompetensi. Di Amerika Serikat ditetapkan setelah mengikuti program pendidikan CPD-nya, dilakukan uji kompetensi dengan ujian formal. Negara-negara Persemakmuran dalam melaksanakan program CPD menekankan pada pengembangan kemampuan praktek dan aktifitas mandiri ( mengumpulkan CPD point) dan tidak ditekankan pada ujian formal.
(Marsis IO, 2008). Berdasarkan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, serta sikap dokter agar senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan juga merupakan bagian integral dari mekanisme pemberian izin praktik. (PB IDI, 2007) Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dokter dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Materi pembelajarannya mengandung unsur praktik dan teori yang terpadu karena tujuan akhirnya adalah meningkatkan pelayanan kedokteran. Oleh karena itu seyogianya program ini dijalankan secara terpadu dan menjadi bagian dari pelayanan kedokteran. (PB IDI, 2007) Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan meliputi semua kegiatan dokter, formal maupun nonformal, yang dilakukannya untuk mempertahankan, membaharukan, mengembangkan, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesinalnya sebagai upaya yang memenuhi kebutuhan pasiennya. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kegiatan
belajar mandiri yang self directed dan practice based, sehingga unsur utamanya adalah pencatatan untuk tujuan monitoring oleh perhimpunan. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu, oleh karena itu sangat dianjurkan agar semua perhimpunan membangun sistem pencatatan yang web based walaupun tetap dimungkinkan pencatatan manual. Sistem berinternet ini di masa depan akan terhubung ke sistem di tingkat IDI. (PB IDI, 2007) Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib berhak memperoleh kesempatan untuk menjalani Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh penghimpunan dokter yang sesuai dengan ciri praktiknya. Program ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses resertifikasinya. Untuk itu ia wajib mendaftarkan kesertaannya kepada perhimpunan yang bersangkutan. (PB IDI, 2007) Namun fakta yang dijumpai bahwa masih banyak dokter dan dokter gigi yang masih rendah tingkat partisipasinya dalam program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan, padahal seluruh dokter yang bernaung di bawah IDI, syarat uji kompetensi untuk registrasi ulang adalah keikutsertaannya dalam proses Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. ( PC IDI Langkat ) Berdasarkan data yang diperoleh dari Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Cabang Langkat diperoleh informasi bahwa tingkat partisipasi
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di kabupaten Langkat Sumatera Utara masih kurang dan dibutuhkan upaya peningkatan. (PC IDI Langkat, 2008) Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Cabang Langkat ( 2008) didapatkan informasi bahwa kurangnya partisipasi dalam program P2KB dapat disebabkan faktor penguasaan teknologi informasi yang masih belum memadai seperti penggunaan internet untuk mendapatkan pengetahuan kedokteran terbaru, faktor ekonomi yakni mahalnya biaya untuk mengikuti ataupun mengadakan seminar/ pelatihan kedokteran yang terakreditasi IDI, dan kurangya sponsor pendukung dana kegiatan, serta motivasi dari para dokter. Berdasarkan survei pendahuluan (Mei 2009) terhadap 40 pasien yang berkunjung ke polikinik tentang kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan dokter di RSU Tanjung Pura, didapatkan hasil 18 pasien (45%) merasa tidak puas. Pada saat yang sama dilakukan survei pendahuluan terhadap 10 dokter tentang tingkat partisipasi dokter di RSU Tanjung Pura dalam melaksanakan program P2KB didapatkan 6 dokter (60%) tingkat partisipasi P2KB kurang baik. Penelitian tentang implementasi Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan dokter di RSU Tanjung Pura Langkat belum pernah dilakukan. Dari sudut pandang dokter, motivasi untuk menjalankan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan seyogyanya
muncul dari tiga dorongan utama, yaitu: dorongan profesional untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien, dorongan untuk memenuhi kewajiban kepada pemberi kerja, keinginan untuk memperoleh kepuasan kerja dan mencegah kejenuhan. Salah satu determinan yang dapat menjadi penyebab rendahnya implementasi dokter dalam program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan adalah faktor motivasi. Berdasarkan paparan di atas ditetapkan sebagai variabel independen adalah faktor motivasi para dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara, dan sebagai variabel dependen adalah implementasi dokter dalam progam Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan yang di nilai dari: kinerja pembelajaran, kinerja profesional, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan kinerja pengembangan ilmu. (PB IDI, 2007) Sangat penting dilakukan analisis mengenai pengaruh motivasi terhadap implementasi dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara dalam Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, supervisi teknis, hubungan interpersonal) terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, supervisi teknis, hubungan interpersonal) terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, supervisi teknis, hubungan interpersonal) terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian Memberikan kontribusi kepada pimpinan Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat/ Propinsi Sumatera Utara/ Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pengurus IDI Cabang Langkat, IDI Wilayah Sumatera Utara, dan IDI Pusat untuk mencari solusi meningkatkan motivasi dokter dalam mengimplementasikan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya minat studi Administrasi Rumah Sakit.