BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Pengertian Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) merupakan upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, serta sikap dokter agar senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik. (PB IDI, 2007) Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan meliputi semua kegiatan dokter, formal maupun nonformal, yang dilakukannya untuk mempertahankan, membaharukan, mengembangkan, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesinalnya sebagai upaya yang memenuhi kebutuhan pasiennya. Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan praktik kedokteran, sekaligus menjadikan dokter semakin profesional sesuai dengan harkat dan martabat serta kehormatan profesinya dalam rangka memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat, dan harapan bangsa. (PB IDI, 2007)

2 Landasan hukum P2KB : a. Undang-undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan b. Undang-undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional d. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi e. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No.21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter f. AD/ART IDI, Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia Tahun (BP2KB Pusat IDI, 2007) Berdasarkan Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Bab V Pasal 28 ayat 1 disebutkan bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi (IDI) dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi pofesi (IDI) dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi. Pada ayat 2 disebutkan pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi kedokteran atau kedokteran gigi. (PB IDI, 2007) Tujuan P2KB yakni :

3 Tujuan Umum Program P2KB yaitu mendorong profesionalisme setiap dokter dengan cara uji diri (self-assessment) melalui pemenuhan angka kredit minimal untuk memperoleh sertifikat kompetensi sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, maupun afektif. Sedangkan tujuan khusus yaitu: a. Meningkatkan kinerja profesional dokter b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dokter c. Menjamin sikap etis dokter dalam memberikan layanan kedokteran sesuai dengan kewenangannya. (BP2KB Pusat IDI, 2007) Tujuan khusus di atas dicapai oleh para dokter dengan cara mengikuti/ menjalani berbagai kegiatan bernilai pendidikan, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Badan P2KB di wilayah kerjanya masing-masing untuk diproses lebih lanjut. Proses yang dimaksud adalah verifikasi berbagai dokumen bukti guna menilai kelayakan yang bersangkutan untuk memperoleh rekomendasi IDI dan sertifikasi kompetensi. (BP2KB Pusat IDI, 2007) Badan P2KB wilayah memegang kewenangan penuh untuk mengelola proses pembinaan ini. Bila dirasakan perlu, yaitu di wilayah yang padat dokter, IDI wilayah dapat membentuk Tim P2KB Cabang (AD/ART IDI-2006), yang merupakan organ pelaksana harian di tingkat cabang (antara lain dengan kewenangan verifikasi dan konversi). Tim P2KB ini bertanggung jawab/melapor kepada BP2KB wilayah. (BP2KB Pusat IDI, 2007) Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi kedokteran bertanggung jawab dalam menjamin terselanggaranya pelayanan praktik kedokteran yang bermutu.

4 IDI telah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi seluruh anggotanya. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan disesuaikan Dengan kebutuhan masing-masing dokter dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Materi pembelajarannya mengandung unsur praktik dan teori yang terpadu karena tujuan akhirnya adalah meningkatkan pelayanan praktik kedokteran. Oleh karena itu seyogianya program ini dijalankan secara terpadu dan menjadi bagian dari pelayanan praktik kedokteran. (PB IDI, 2007) Tata Cara Pendaftaran P2KB Pendaftaran dilakukan dengan mengisi borang pendaftaran yang terdapat dalam Buku Log P2KB, dan mengirimkannya ke IDI Cabang yang bersangkutan dengan rencana pengembangan diri. Mekanisme baku dalam P2KB adalah mekanisme kertas, tetapi sangat dianjurkan untuk menggunakan mekanisme maya dalam menjalani P2KB ini sehingga dapat dicapai efisiensi dan dapat dihindari kesalahan. Untuk mekanisme kertas, setiap dokter perlu mengisi Buku Log P2KB secara rutin, kemudian melaporkannya kepada petugas P2KB IDI Cabang secara berkala, lengkap dengan dokumen buktinya. Dokter yang ingin menggunakan mekanisme maya dapat langsung melakukan akses ke IDI on-line dan mengikuti cara registrasi untuk mendapatkan nama/nomor diri (access account). Dengan nama/ nomor diri, masing-masing dokter dapat mengisi borang penilaian diri langsung setiap saat. Sangat dianjurkan untuk melaporkan

5 perolehan SKP setiap tahun, sehingga kekurangan nilai SKP di akhir masa resertifikasi dapat diantisipasi dan dihindari. Penilaian diri dalam P2KB pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing anggota. Nilai SKP untuk kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen bukti yang diserahkan ke Badan/ Tim P2KB untuk verifikasi. Secara acak Badan/ Tim P2KB dapat melakukan pengawasan langsung untuk menjamin kebenaran data. (BP2KB Pusat IDI, 2007) Bukti kesertaan seseorang dokter dalam suatu program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan dinyatakan dalam satuan kredit partisipasi (SKP) yang diperoleh dari kegiatan yang bernilai pendidikan profesi. Satu kredit menggambarkan partisipasi seseorang dalam 1 jam kegiatan yang diakui sebagai kegiatan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (merupakan nilai normatif), selanjutnya disebut 1 SKP IDI. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan layanan kedokteran langsung dan tak langsung) maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen). (PB IDI, 2007) Kegiatan yang dapat diberikan angka kredit dibedakan atas 3 jenis: a. Kegiatan pendidikan pribadi yaitu kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan. b. Kegiatan pendidikan internal yaitu kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan.

6 c. Kegiatan pendidikan eksternal yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok lain di tempat kerja yang bersangkutan yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. (PB IDI, 2007) Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam progam Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan ini dibedakan atas: a. Kinerja profesional, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan kedudukannya sebagai dokter dan memberinya kesempatan untuk belajar, misalnya menangani pasien, penyaji makalah instruktur dalam suatu pelatihan/ workshop, moderator dalam suatu seminar. b. Kinerja pembelajaran, yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu tema misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi melalui internet, mengikuti suatu pelatihan. c. Kinerja pengabdian masyarakat/ profesi, yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada mesyarakat umum atau masyarakat profesinya, memberikan penyuluhan kesehatan, terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk sebagai pengurus suatu perhimpunan organisasi profesi kedokteran, duduk sebagai panitia pelaksana, suatu kegiatan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan organisasi profesi kedokteran. d. Kinerja publikasi ilmiah, yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasikan seperti menulis buku (dengan ISBN), menerjemahkan buku di bidang ilmunya (dengan ISBN), menulis tinjauan pustaka yang dipublikasikan di jurnal (yang terakreditasi).

7 e. Kinerja pengembangan ilmu dan pendidikan, yaitu kegiatan yang berkaitan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidangnya, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, atau membimbing di bidang ilmunya. (PB IDI, 2007) Dokter perlu mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan (Continuous Medical Education/ CME), dengan mengikuti kursus-kusus, seminar, simposium, penataran, lokakarya, atau mengikuti pendidikan formal spesialisasi/ subspesialisasi. (Hanafiah, 1999) Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangat penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesi menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan organisasi. (Ilyas, 2001) Menurut Meister yang dikutip Winardi (2007), kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: kemampuan dan motivasi. Kemampuan terdiri atas: pengetahuan dan keterampilan, sedangkan motivasi terdiri atas: kondisi sosial dan kebutuhan individu. Kebijakan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan mutlak dilaksanakan April 2007 oleh semua Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp) dan Perhimpunan Dokter Pelayanan Pertama (PDPP). Walaupun demikian, karena kebijakan ini menyangkut perubahan total dalam kehidupan professional anggota IDI maka diperlukan waktu untuk sosialisasi kebijakan ini sampai ke jajaran organisasi yang paling distal, penataan perangkat organisasi yang akan dijalankan kebijakan ini. (PB IDI, 2007)

8 Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kegiatan belajar mandiri yang self directed dan practice based, sehingga unsur utamanya adalah pencatatan untuk tujuan monitoring oleh perhimpunan. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar semua perhimpunan membangun sistem pencatatan yang web based walaupun tetap dimungkinkan pencatatan manual. Sistem berinternet ini di masa depan akan terhubung ke sistem di tingkat IDI. (PB IDI, 2007) 2.2. Motivasi Pengertian motivasi Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan nonmoneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerja secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. (Winardi, 2007) Maslow dalam Winardi (2007), mengemukakan sejumlah hal penting tentang perilaku manusia sebagai berikut: a. Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan (man is wanting being). Ia senantiasa menginginkan sesuatu yang lebih banyak lagi. Tetapi, apa yang

9 diinginkan tergantung pada apa yang sudah dimiliki olehnya. Segera setelah salah satu di antara kebutuhan manusia dipenuhi muncullah kebutuhan lain. b. Sebuah kebutuhan yang dipenuhi, bukanlah sebuah motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhilah memotivasi perilaku. c. Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-tingkatan hierarki menurut pentingnya masing-masing kebutuhan. Segera setelah kebutuhan-kebutuhan pada tingkatan lebih rendah kurang lebih terpenuhi, maka muncullah kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menuntut pemuasan. Menurut Gomes (2003), dalam hubungan dengan masalah motivasi ada beberapa istilah yang mempunyai pengertian sama atau hampir bersamaan yaitu: a. Drives, terutama digunakan untuk dorongan yang berhubungan dengan dorongan dasar atau kebutuhan dasar seperti: makan, minum, perlindungan, sex dan lainlain b. Needs, dipergunakan dalam pengertian bila pada individu ada sesuatu kekurangan c. Motive, digunakan untuk dorongan selain drives dan needs. Dalam uraian berikut pengertian yang sama, motive dan drives merupakan suatu kesatuan tenaga (complex state) dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan (goal atau incentive). Goal dan incentive juga ditujukan pada perbuatan yang bermotif. Goal lebih luas daripada incentive, sebab incentive lebih terbatas kepada tujuan yang merupakan objek. Norma-norma social, spiritual dan lainnya lebih merupakan goal.

10 Menurut Gray dalam Winardi (2007), bahwa kinerja pekerja merupakan hasil dari banyak faktor, yang sebagian tidak diketahui oleh pihak manajer dan ada beberapa dari faktor-faktor tersebut yang tidak dipahami secara sadar oleh pekerja. Namun ada persetujuan pandangan, terhadap dua variabel yang paling penting dalam menerangkan kinerja pekerja, yaitu motivasi pekerja dan kemampuan pekerja. Teori ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kinerja = motivasi x kemampuan Pada rumus sederhana diatas memberikan pemahaman bahwa, skor sangat rendah pada motivasi atau kemampuan, akan menyebabkan timbulnya kinerja rendah secara menyeluruh Klasifikasi motivasi Herzberg dalam Gibson (1997) mengklasifikasikan motivasi terdiri atas: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar, karena timbul dalam diri individu tersebut, sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, yang meliputi: prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja itu sendiri. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar dari individu yang meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal.

11 Dilihat dari dasar pembentukannya motivasi dibagi atas motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan, yang ada sejak lahir, tanpa dipelajari. Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar. Motif yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia, motivasi ini disebut motivasi sekunder yang muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang. (Sardiman, 2007) Gibson (1997) berpendapat bahwa keseluruhan kesatuan tenaga (Complex State) yang mendorong individu melakukan kegiatan pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam: a. Motif dasar (basic motive) atau dorongan biologis (biologies drives) merupakan motif yang berasal dari kebutuhan biologis, dan tidak dipelajari, artinya telah dimiliki sejak lahir atau insitif (naluriah). Beberapa motif dasar yang dimiliki manusia diantaranya: i. Motif dasar untuk makan, minum, bernafas ii. Motif dasar untuk perlindungan diri atau rasa aman iii. Motif dasar untuk beristirahat dan bergerak iv. Motif dasar untuk mengembangkan keturunan b. Motif sosial (social motives) Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupannya ia selalu berada bersama orang lain. Selain dari itu juga manusia adalah makhluk berakal. Karena kedua aspek ini maka manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat belajar

12 dari orang lain. Dengan jalan belajar, kehidupan manusia mempunyai kemungkinan lebih jauh sesuai dengan faktor-faktor yang dimungkinan oleh lingkungan. Demikian halnya dengan masalah motif manusia tidak hanya menetap pada tingkat motif dasar tetapi berkembang menjadi motif sosial Usaha-usaha membangkitkan motif Gibson (1997) menyatakan bahwa agar sesuatu usaha memberikan hasil yang efektif maka diperlukan adanya motif yang kuat. Beberapa usaha untuk membangkitkan dan memperkuat motivasi: a. Kompetisi atau persaingan, kompetisi sebenarnya memperbandingkan prestasi dan berusaha mengatasi sesuatu. Self Competition adalah kompetisi dengan prestasi sendiri, berusaha memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya dengan prestasi orang lain. b. Pace maker, goal atau tujuan dari sesuatu perbuatan bermotif sering kali sangat jauh. Untuk mencapai tujuan yang jauh itu sering kali individu merasa malas atau kurang motivasi. Maka untuk membangkitkan motivasi, tujuan yang jauh tersebut perlu didekatkan dengan memperincinya menjadi tujuan sementara yang dekat. Tujuan-tujuan sementara ini merupakan Pace Maker. c. Tujuan yang jelas, motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas suatu tujuan makin besar motifnya. d. Minat yang besar, motif akan timbul bila individu mencapai minat yang besar. Makin besar minat makin kuat motif untuk mencapai tujuan.

13 e. Kesempatan untuk sukses, sukses dapat menimbulkan rasa puas, rasa senang dan kepercayaan kepada diri sendiri. Kegagalan dapat memberikan efek sebaliknya. Agar motif seseorang besar maka ia harus diberi kesempatan untuk sukses atau mengetahui sukses yang diperolehnya Motivasi merupakan pola perilaku Herzberg dalam Gibson (1997) berpendapat bahwa bahwa dalam lingkungan kerja (organisasi) terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam hal motivasi yakni: motivasi kebutuhan yang menimbulkan kepuasan, dan faktor pemeliharaan kebutuhan yang menimbulkan ketidakpuasan. Seseorang itu dalam pekerjaannya pada dasarnya menyangkut suatu pembaharuan yang dirasakan harus dipenuhinya, yang mencakup faktor motivasi kebutuhan ialah : jenis pekerjaan, prestasi yang akan dicapai, pengakuan prestasi, tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang. Bila seseorang itu tidak mencapai atau memperoleh berbagai faktor ini (tidak puas) ia cenderung mengeluh tentang faktor pemeliharaan kebutuhan yang meliputi kondisi kerja, kebijaksanaan pemimpin, tidak cukup pengawasan, pengajaran dan lain-lain. Jika faktor pemeliharaan dapat diubah pengelola, selama faktor motivasi kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, seseorang itu tidak akan puas. Oleh sebab itu seseorang yang memperoleh prestasi, perkembangan pribadi yang cukup baik, pengakuan dan perasaan kepuasan dalam prestasi, tidak akan mengeluh tentang lingkungan kerja, bahkan mempunyai toleransi terhadap kondisi kerja yang kurang. (Siagian 2004)

14 Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja pegawai Mangkunegara (2002) berpendapat bahwa terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai yaitu: a. Prinsip Partisipatif, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan. b. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. c. Prinsip mengakui andil bawahan, pimpinan mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pimpinan. e. Prinsip memberi perhatian, pimpinan memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, dan bawahannya akan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pimpinan. Menjalani Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kewajiban profesi (professional imperative) bagi setiap dokter dan

15 merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu pelayanan kedokteran. Berbeda dengan prinsip dalam pendidikan kedokteran dasar dan pendidikan pasca dokter yang berstruktur, Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kegiatan belajar mandiri dengan ciri self directed dan practice based. Oleh karena itu keberlangsungan program Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan sangat bergantung pada motivasi dokter itu sendiri. Selain untuk mendorong pengembangan profesionalisme, juga bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi seorang dokter, yang sangat penting untuk memenuhi tuntutan pasien dan tuntutan sistem pelayanan kesehatan, serta menjawab tantangan kemajuan ilmu kedokteran. (PB IDI, 2007) Dari sudut pandang dokter, motivasi untuk menjalani Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan soyogyanya muncul dari tiga dorongan utama: a. Dorongan profesional untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien b. Dorongan untuk memenuhi kewajiban kepada pemberi kerja c. Dorongan untuk memperoleh kepuasan kerja dan mencegah kejenuhan Determinan yang dapat mempengaruhi rendahnya implementasi dokter dalam program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan adalah motivasi. (PB IDI, 2007) 2.3. Landasan Teori Gray dalam Winardi (2007) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor, namun faktor yang paling mempengaruhi kinerja adalah variabel

16 motivasi dan kemampuan. Berdasarkan teori Gray maka salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dokter dalam implementasi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan adalah variabel motivasi. Herzberg dalam Gibson (1997) mengklasifikasikan motivasi terdiri atas: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar, karena timbul dalam diri individu tersebut, sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, yang meliputi: prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja itu sendiri. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar dari individu yang meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal. Dengan demikian, apabila dalam diri setiap dokter terdapat motivasi yang baik tentunya akan memberi kekuatan bagi dokter dalam mengimplementasikan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Kerangka konsep

17 berikut: Berdasarkan tujuan penelitian maka digambarkan kerangka konsep sebagai Motivasi Intrinsik: 1. Prestasi 2. Pengakuan orang lain 3. Tanggung jawab 4. Peluang untuk maju 5. Kepuasan kerja Motivasi Ekstrinsik: 1. Kompensasi 2. Keamanan dan Keselamatan kerja 3. Kondisi kerja 4. Prosedur kerja 5. Supervisi teknis 6. Hubungan interpersonal Implementasi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Gambar 2.1. Kerangka Konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rekam Medik 2.1.1. Pengertian Rekam medik Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala

Lebih terperinci

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan.

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan. Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan www.patelki.cpdnakes.org Apa sich CPD? Proses pengembangan keprofesian yang meliputi

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BUKU I BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME KEDOKTERAN BERKELANJUTAN Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) Jakarta, April 2008 0 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM

PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM Dyah Agustina Waluyo BP2KB Program P2KB - Sertifikasi / Resertifikasi

Lebih terperinci

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) dr. Indra Z, Sp.THT-KL Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh Continuing Professional Development CPD adalah komitmen seumur hidup dokter untuk

Lebih terperinci

BUKU LOG & BORANG PENGISIAN

BUKU LOG & BORANG PENGISIAN BUKU LOG & BORANG PENGISIAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK INDONESIA BP2KB PERBANI BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN PROGRAM P2KB UNTUK DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB UNTUK DOKTER SPESIALIS FORENSIK P2KB PERHIMPUNAN DOKTER FORENSIK INDONESIA KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk menjalankan amanat UUPK bahwa setiap dokter yang melakukan

Lebih terperinci

SOSIALISASI PANDUAN. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

SOSIALISASI PANDUAN. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia SOSIALISASI PANDUAN Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PENGURUS BP2KB PB IDI Periode 2012-2015 DR.Dr.Aida Suriadiredja,Sp.KK (K) FINS-DV

Lebih terperinci

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II 2015 1 DATA PESERTA PROGRAM P2KB DPU Nama Lengkap (sesuai Ijazah) Tempat / Tanggal Lahir Alamat Handphone Email Data Organisasi

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB)

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB) BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB) IKATAN AHLI UROLOGI INDONESIA (IAUI) KOMISI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN

Lebih terperinci

Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI

Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI I. BORANG PENGISIAN BUKU LOG A. Kinerja Pembelajaran Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD) DI INDONESIA & POLA P2KB UNTUK DOKTER PRAKTEK I.OETAMA MARSIS BADAN P2KB

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD) DI INDONESIA & POLA P2KB UNTUK DOKTER PRAKTEK I.OETAMA MARSIS BADAN P2KB PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD) DI INDONESIA & POLA P2KB UNTUK DOKTER PRAKTEK I.OETAMA MARSIS BADAN P2KB IKATAN DOKTER INDONESIA PENDAHULUAN IKATAN DOKTER INDONESIA (IDI)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA 0 PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PENYUSUN Departemen DIKLAT Pengurus Pusat PPNI PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA Sekretariat: Jl. Jaya Mandala Raya No. 15 Patra

Lebih terperinci

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM (PAPDI) BUKU

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA. Created By : ASEP SOPARI, SKM, MM, MKM

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA. Created By : ASEP SOPARI, SKM, MM, MKM PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA Created By : ASEP SOPARI, SKM, MM, MKM I. DASAR HUKUM 1. Keputusan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Nomor : 096//PP.PPNI/SK/K/S/VIII/2012

Lebih terperinci

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA)

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA) BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA) JAKARTA, I. Identitas Anggota Nama Lengkap :.. NPA IDI :... NPA PERDOKLA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang ada pada bab IV serta uji hipotesis, Mutu Kinerja Pengawas Sekolah Menengah,

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN ( P2KB ) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia ( PERKI ) PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB)

PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA) JAKARTA, 2008 Tim Penyusun: Dr. H. Harijanto Mahdi, SpTht, SpKl Dr. Damanhuri Rosadi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Kata Pengantar. Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Kata Pengantar Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Puji syukur kehadirat Tuhan YME, Pedoman Pelaksaaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Dokter Sp.P Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS

KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS PENDAHULUAN Peraturan perundang-undangan yang mendasari praktek kedokteran di Indonesia antara lain berasal dari: Undang-Undang Praktek

Lebih terperinci

BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA

BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA 2007 KATA

Lebih terperinci

PESERTA PROGRAM P2KB ILMU KEDOKTERAN JIWA/ PSIKIATRI

PESERTA PROGRAM P2KB ILMU KEDOKTERAN JIWA/ PSIKIATRI PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB ILMU KEDOKTERAN JIWA INDONESIA Kolegium Psikiatri Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Ver. 2.0 PESERTA PROGRAM P2KB ILMU KEDOKTERAN JIWA/ PSIKIATRI

Lebih terperinci

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN IDI Cabang :... BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN IKATAN DOKTER INDONESIA WILAYAH BANTEN Sekretariat IDI Wilayah Banten Jln. A. Yani No. 9. Tangerang 15111 Telp.

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) PERDAFKI BP2KB PERDAFKI

Petunjuk Teknis. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) PERDAFKI BP2KB PERDAFKI Petunjuk Teknis Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) PERDAFKI BP2KB PERDAFKI BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Dokter Spesialis Farmakologi Klinik (SpFK) diharapkan memiliki

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PERBANI BP2KB DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK INDONESIA

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PERBANI BP2KB DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK INDONESIA BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PERBANI BP2KB DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK INDONESIA BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEPROFESIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN IDI TENTANG REGISTRASI, PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN KEDOKTERAN DI INDONESIA. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

KEBIJAKAN IDI TENTANG REGISTRASI, PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN KEDOKTERAN DI INDONESIA. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia KEBIJAKAN IDI TENTANG REGISTRASI, PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN KEDOKTERAN DI INDONESIA Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 1 butir 12 Organisasi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN BORANG

PANDUAN PENGISIAN BORANG PANDUAN PENGISIAN BORANG A. PENGISIAN BORANG DATA DIRI Anda harus sudah terdaftar sebagai anggota CPD IAUI. Log in pada web www.cpd iaui.org dengan menggunakan member ID dan Password yang telah dikonfirmasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BORANG SERTIFIKASI ULANG DOKTER SPESIALIS THT-KL / THT KL KONSULTAN PERHATI-KL (PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS THT BEDAH KEPALA LEHER INDONESIA)

BORANG SERTIFIKASI ULANG DOKTER SPESIALIS THT-KL / THT KL KONSULTAN PERHATI-KL (PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS THT BEDAH KEPALA LEHER INDONESIA) PERHATI KL 2005 1 BORANG SERTIFIKASI ULANG DOKTER SPESIALIS THT-KL / THT KL KONSULTAN PERHATI-KL (PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS THT BEDAH KEPALA LEHER INDONESIA) Isi Borang Penilaian Diri A. DATA DIRI B.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Hal ini adalah keinginan untuk melakukan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G PANDUAN PERHITUNGAN SATUAN KREDIT PROFESI (SKP) KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PERSATUAN

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANDROLOGI INDONESIA (P2KB PERSANDI) P E R S A N D I PENGURUS PUSAT PERSANDI DAN KOLEGIUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014 Tentang PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) PROGRAM

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PENGURUS PUSAT PPNI JANUARI 2013 KATA PENGANTAR Undang-Undang RI no 36 th 2009 mengamanatkan bahwa Setiap orang mempunyai hak dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit ditekankan pada peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan rumah sakit melalui peningkatan dan pengembangan manajemen rumah sakit terutama dari

Lebih terperinci

SISTIM PENILAIAN KEGIATAN P3KGB

SISTIM PENILAIAN KEGIATAN P3KGB SISTIM PENILAIAN KEGIATAN PKGB A. RUANG LINGKUP KEGIATANPKGB: 1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (Continuing Education), a. Kegiatan Ilmiah Berkelanjutan b. Kegiatan Ilmiah. Pelayanan Profesional

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development)

Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) 2007 Tim Penyusun dr. Sylvia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan mencakup pelayanan yang holistik karena kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

Lebih terperinci

Penjaminan Mutu Sertifikat Dokter dan Dokter Spesialis

Penjaminan Mutu Sertifikat Dokter dan Dokter Spesialis Penjaminan Mutu Sertifikat Dokter dan Dokter Spesialis Kiki Lukman Wakil Ketua III MKKI IDI 2018 RAKORNAS KKI 4/2018 1 Penjaminan mutu profesi dokter & dokter spesialis: DEFINISI REGULASI SERTIFIKASI RESERTIFIKASI

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANDROLOGI INDONESIA (P2KB PERSANDI) P E R S A N D I PENGURUS PUSAT PERSANDI DAN KOLEGIUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN PROGRAM P2KB IKABI

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN PROGRAM P2KB IKABI BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN PROGRAM P2KB IKABI I. PANDUAN PENGISIAN BUKU LOG yang bernilai pendidikan profesi meliputi: a. pendidikan pribadi b. pendidikan internal c. pendidikan eksternal -kegiatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT

PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PENGURUS PUSAT IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 2017 0 PASAL 1 PENDAHULUAN Tenaga kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

Kepada Yth, Pemegang Sertifikat Insinyur Profesional Persatuan Insinyur Indonesia Di tempat. Perihal : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Kepada Yth, Pemegang Sertifikat Insinyur Profesional Persatuan Insinyur Indonesia Di tempat. Perihal : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kepada Yth, Pemegang Sertifikat Insinyur Profesional Persatuan Insinyur Indonesia Di tempat Perihal : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dengan hormat, Persatuan Insinyur Indonesia mengucapkan selamat

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI. Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota...

FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI. Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota... Lampiran 1 Perihal : Permohonan Verifikasi SKP FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota...... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap (termasuk

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN P2KB DOKTER UMUM (DU) - Sebagai Penyaji 2 SKP Surat Tugas/Sertifikat. Harus dari Jurnal ilmiah terakreditasi oleh IDI

RINCIAN KEGIATAN P2KB DOKTER UMUM (DU) - Sebagai Penyaji 2 SKP Surat Tugas/Sertifikat. Harus dari Jurnal ilmiah terakreditasi oleh IDI RINCIAN KEGIATAN P2KB DOKTER UMUM (DU) I. Ranah Pembelajaran No. Nama Kegiatan 1. Kajian Mitra Bestari 2. Membaca jurnal dan menjawab pertanyaan dalam suatu uji diri (self - assesment) 3. Melakukan penelusuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Menurut Veithzal Rivai (2011:839), motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan Menurut A.W Van Den ban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

Lebih terperinci

HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA

HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA Oleh : Rahmat Domu, S.Pd. M.Si Widyaiswara Muda BDK Manado Motivasi merupakan pendorong untuk keberhasilan seseorang. Ternyata dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebabnya

Lebih terperinci

Continuing Professional Development (CPD) IAPI adalahe suatu program yang dirancang dalam upaya pembinaan (oversight) bersistem untuk meningkatkan

Continuing Professional Development (CPD) IAPI adalahe suatu program yang dirancang dalam upaya pembinaan (oversight) bersistem untuk meningkatkan Continuing Professional Development (CPD) IAPI adalahe suatu program yang dirancang dalam upaya pembinaan (oversight) bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan

Lebih terperinci

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes Peraturan yg menjadi acuan : Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit. Definisi Komite Medik Perangkat

Lebih terperinci

Sistem Aplikasi IDI Online Dalam Menunjang Pelayanan. Dr. Mahesa Paranadipa M, M.H Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

Sistem Aplikasi IDI Online Dalam Menunjang Pelayanan. Dr. Mahesa Paranadipa M, M.H Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Sistem Aplikasi IDI Online Dalam Menunjang Pelayanan Dr. Mahesa Paranadipa M, M.H Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Apakah dokter tetap mau gaptek? Siklus Dokter Urus STR Internsip Daftar Internsip

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA T E S I S OLEH : SRI RAHARDJO NIM : P 100030100 MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) ATAU CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) DAN RESERTIFIKASI BIDANG NEUROLOGI KOLEGIUM NEUROLOGI

Lebih terperinci

MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA DISAMPAIKAN PADA SEMINAR KEPERAWATAN, DPD PPNI PROVINSI SUMATERA UTARA, MEDAN, 11 FEBRUARI 2017

Lebih terperinci

Karir Dokter di Ranah Pelayanan Primer 1/9/2008 6

Karir Dokter di Ranah Pelayanan Primer 1/9/2008 6 Pendahuluan Dr., PKK Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia - Pusat Ketua Umum Pelayanan primer yang handal 1) MMR dan IMR rendah Sintas (harapan hidup) tinggi Hemat biaya kesehatan Dokter = Basic medical

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO Bachtiar Saruddin Komite Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Lebih terperinci

RE-REGISTRASI STR BIDAN

RE-REGISTRASI STR BIDAN RE-REGISTRASI STR BIDAN Netti Herlina Ketua PD Ikatan Bidan Indonesia Prov. Jatim Jl.Kutisari Indah Utara 2/2 Surabaya Email: pd_ibijatim@yahoo.com www.ibijatim.com Latar belakang 1.Undang-undang RI nomor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR Oleh ASTRID WIANGGA DEWI H24103086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

PANDUAN DAN PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

PANDUAN DAN PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PANDUAN DAN PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

Continuing Profesional Development - Ir. Soeradji, Dipl.HE

Continuing Profesional Development - Ir. Soeradji, Dipl.HE 1 2 Uu 18/1999 tentang Jasa Konstruksi PP 28/2000 sebagaimana diubah menjadi PP 04/2010 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Permen PU 14/2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Rivai (2009:1) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi perencanaan,

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

DOKTER DENGAN BP2KB IDI PUSAT

DOKTER DENGAN BP2KB IDI PUSAT MENINGKATKAN PROFESIONALISME DOKTER DENGAN PROGRAM P2KB I.OETAMA MARSIS BP2KB IDI PUSAT PENDAHULUAN UU No. 29 / 2004 tentang Praktek Kedokteran Bab I DEFINISI Pasal 1(ayat 12) Organisasi Profesi yg dimaksud

Lebih terperinci

Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf klinis Puskesmas Kampala -RAHASIA- BAB I PENDAHULUAN

Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf klinis Puskesmas Kampala -RAHASIA- BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksud denga Puskesmas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Kemenkes, 2014). Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Kemenkes, 2014). Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai

Lebih terperinci

PEDOMAN SERTIFIKASI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

PEDOMAN SERTIFIKASI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA PEDOMAN SERTIFIKASI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT) KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Karyawan Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKI. Dokter. Dokter Gigi. Kompetensi Yang Sama. Pengesahan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era kompetisi, organisasi apapun, baik lembaga publik dan terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusianya. Kemampuan

Lebih terperinci

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medis RSUP Fatmawati Jakarta. Pendahuluan Dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI yang baru tentang penyelenggaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6108 ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 79 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi manajerial kepala

Lebih terperinci

Persyaratan permintaan perpanjangan STR yang diajukan setiap 5 (lima) tahun sekali adalah sebagai berikut:

Persyaratan permintaan perpanjangan STR yang diajukan setiap 5 (lima) tahun sekali adalah sebagai berikut: A. PERSYARATAN RE REGISTRASI Cara mengajukan perpanjangan STR adalah dengan mengirimkan borang penilaian diri (portofolio) yang sudah diisi, dan melampirkan bukti fisik setiap kegiatan pengembangan keprofesian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

BAKUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN BERKESINAMBUNGAN. Biro Sertifikasi Insinyur Profesional PII

BAKUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN BERKESINAMBUNGAN. Biro Sertifikasi Insinyur Profesional PII BAKUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN BERKESINAMBUNGAN Biro Sertifikasi Insinyur Profesional PII DAFTAR ISI Halaman 1. KEGIATAN-KEGIATAN YANG DIAKUI DALAM PROGRAM PKB...1 1.1. Pendidikan dan Pelatihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER

Lebih terperinci