BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II LANDASAN TEORI. Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB II TEORI SEMANTIK

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA TOKO DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

ANALISIS SEMANTIK PADA PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR

BBM 8 Unsur Semantik dan Jenis Makna

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

Materi Bahan Ajar Semantik "Konsep Umum Makna" Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M. Miftakhul Bashori ( ) 2. Rizki Amaliah ( )

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

Makna dan Semantik. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAHAN AJAR. oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPO

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, tahun 2010 oleh Danang Eko Prasetyo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep penamaan rumah makan di daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas. Data penelitian berupa nama rumah makan sejumlah 44, dari warung kecil sampai dengan restoran. Tahap penelitian menggunakan langkah-langkah 1. Mencari data, 2. Metode pengumpulan data berupa: metode observasi, metode dokumentasi, metode wawancara, 3. Pengklasifikasian, 4.Analisis data dan 5. Kesimpulan. Sedangkan teknik analisis data meliputi klasifikasi data, analisis data sesuai jenis makna dan penggolongan data. Penelitian yang dilakukan oleh Danang Eko Prasetyo memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Persamaan pada penelitian ini yaitu penelitian ini sama-sama mengkaji atau menganalisis tentang penamaan pada nama-nama tempat. Perbedaan penelitian ini yaitu terdapat pada data dan sumber data. 2. Penelitian dengan judul Kajian Semantik pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, tahun 2013 oleh Rifa Noviyanti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna nama-nama tempat kos di Desa Dukuh Waluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Data penelitian berupa nama-nama tempat kos yang berjumlah 92 nama. Sumber data berupa data 6

7 primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah tempat kos yang merupakan tujuan pertama peneliti saat melaksanakan penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah para pemilik atau penghuni selaku pemberi nama tempat kos. Tahap penelitian meliputi tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap penyajian data. Tahap pengumpulan data berupa: 1. Teknik dasar meliputi: teknik pancig dan teknik wawancara terstruktur, 2. Teknik lanjutan meliputi: 1. Teknik cakap semuka, 3. Teknik lanjutan III dan IV meliputi: teknik rekam dan teknik catat.. Teknik analisis data berupa pengklasifikasian data dan analisis menggunakan metode padan. Teknik penyajian data menggunakan metode informal. Penelitian yang dilakukan oleh Rifa Nofiyanti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Persamaan pada penelitian ini yaitu penelitian ini sama-sama mengkaji atau menganalisis tentang penamaan pada namanama tempat. Pada penelitian ini menganalisis penamaan tempat kos, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan menganalisis tentang nama-nama hotel yang dikaji berdasarkan makna dan penamaannya. Perbedaan penelitian ini yaitu terdapat pada data dan sumber data. 3. Penelitian dengan judul Kajian Semantik Penamaan Rumah Makan di Sepanjang Jalan Buntu-Kebumen dan Menu Spesial yang Disajikannya, Tahun 2014 oleh Hidayatul Istiqomah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis penamaan, faktor perubahan makna dan faktor penyebab perubahan makna pada rumah makan di sepanjang jalan Buntu-Kebumen dan menu spesial yang disajikannya. Data penelitian berupa namanama rumah makan di sepanjang jalan Buntu-Kebumen beserta menu yang

8 disajikannya sejumlah 50 nama rumah makan dan 71 nama menu spesial yang disajikannya. Sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu (a) sumber data primer dan (b) sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rumah makan di sepanjang jalan Buntu-Kebumen beserta menu yang disajikannya. Sumber data sekunder adalah 50 pemilik rumah makan atau pelayan di tempat makan. Tahap penelitian meliputi (1) tahap penyediaan data berupa (a) teknik dasar : pancing, (b) teknik lanjutan I : teknik cakap semuka, (c) teknik lanjutan III dan IV : teknik rekam dan teknik catat. (2) tahap penganalisisan data menggunakan metode padan dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL), dan (3) tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayatul istiqomah memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Persamaan pada penelitian ini yaitu penelitian ini sama-sama mengkaji atau menganalisis tentang penamaan pada nama-nama tempat. Perbedaan penelitian ini yaitu terdapat pada data dan sumber data. Hasil analisis pembahasaan pada kedua penelitian ini juga berbeda. Penelitian tentang nama tempat makan menganalisis tentang jenis penamaan, faktor perubahan makna dan faktor penyebab perubahan makna, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan hasil analisis pembahasan menganalisis tentang makna dan penamaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penelitian mengenai analisis semantik nama-nama hotel di kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas ini belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas lain di Purwokerto sehingga perlu dilakukan penelitian.

9 B. Semantik 1. Pengertian Semantik Chaer (2013:2) mengemukakan bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema, kata benda yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Prancis: signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini terdapat dalam tanda atau lambang kebahasaan, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Chaer (2013:15) mengemukakan bahwa Ferdinand de Saussure juga mengajukan konsep signe (Inggris: sign, Indonesia: tanda) untuk menunjukkan gabungan signifie (Inggris: signified) atau yang dijelaskan dan signifiant (Inggris: signifier) atau yang menjelaskan. Signifie atau yang dijelaskan adalah tidak lain dari makna atau konsep dari signifiant atau yang menjelaskan yang wujudnya berupa bunyi-bunyi bahasa. Signifie dan signifiant sebagai signe linguistique merupakan suatu kesatuan yang merujuk kepada satu referen yaitu sesuatu berupa benda atau hal yang berada di luar bahasa. Aminuddin (2011:15) mengemukakan bahwa semantik berasal dari bahasa Yunani semantikos dari kata sema yang berarti tanda mengandung makna to signify atau memaknai dan secara teknik mengandung pengertian studi tentang makna.

10 Poerwadarminta (2007:1070) mengatakan bahwa semantik merupakan ilmu tentang makna kata. Dengan kata lain, semantik merupakan ilmu tentang kata, pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna kata. Menurut Verhaar (2012: 385), semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Jadi dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan istilah yang digunakan untuk bidang linguistik. Semantik digunakan untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen yaitu komponen signifiant yang mengartikan dan komponen signifie yang diartikan. Dengan kata lain semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. 2. Jenis Semantik Subroto (2011:31), menyatakan bahwa jenis-jenis semantik dapat dibagi menjadi dua, yaitu semantik leksikal dan gramatikal. Arti leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah bahasa yang lebih kurang bersifat tetap. Sedangkan semantik gramatikal berkaitan dengan arti struktural atau arti yang timbul karena relasi satuan gramatikal baik dalam konstruksi morfologi, frasa maupun klausa/ kalimat. Dalam penelitian ini diggunakan jenis semantik leksikal karena yang menjadi data penelitian adalah makna kata pada nama-nama hotel di kawasan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Chaer (2013:8) mengatakan bahwa objek kajian

11 dalam semantik leksikal adalah leksikon dari bahasa itu. Makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Menurut Pateda (2010:74), semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Verhaar (dalam Pateda, 2010:74) berkata, perbedaan antara leksikon dan gramatikal menyebabkan adanya pembeda antara semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata sebagai satuan mandiri. Semantik leksikal tidak membahas ketika kata tersebut dirangkaikan sehingga menjadi kalimat. C. Makna Djajasudarma (2009:7) mengatakan bahwa makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Sedangkan Lyons (dalam Djajasudarma, 2009:7) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata yang lain. Kridalaksana (2011:149) menyebutkan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat yaitu: (1) maksud pembicaraan,(2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, dan (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pengertian makna yang ketiga, hal ini karena penelitian menganalisis hubungan antara bahasa dan alam di luar bahasa

12 dan hal-hal yang ditunjuknya. Sedangkan menurut Chaer (2013:33) makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala dalam ujaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna adalah suatu maksud dari sebuah pembicaraan. Makna juga merupakan maksud dari sebuah kata. Kata dan kalimat yang mengandung makna adalah milik pemakai bahasa. Karena pemakai bahasa bersifat dinamis yang kadang-kadang memperluas makna suatu kata ketika ia berkomunikasi, makna kata yang digunakan dapat berubah. 1. Jenis Makna Pateda (2010:96) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis makna, diantaranya: (1) makna afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna leksikal dan gramatikal (8) makna idesional, (9) makna intensi, (10) makna khusus dan umum, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17) makna kontekstual, (18) makna lokusi, (19) makna luas dan sempit, (20) makna piktoral, (21) makna proposional, (22) makna pusat, (23) makna referensial, (24) makna stilistika, (25) makna tekstual, (26) makna tematis. Djajasudarma (2009,8) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis makna antara lain : (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4) makna konotatif dan emotif, (5) makna referensial, (6) makna konstruksi, (6) makna leksikal dan gramatikal, (7) makna idesional, (8) makna proposisi, (9) makna pusat, (10) makna piktoral, (11) makna idiomatik. Menurut Chaer (2013: 60-78) jenis makna meliputi : (1) makna leksikal dan gramatikal, (2) makna referensial dan nonreferensial, (3) makna denotatif dan konotatif, (4) makna konseptual dan asosiatif,

13 (5) makna idiomatikal dan peribahasa, (6) makna kias, (7) makna lokusi, ilokusi dan perlokusi. Penelitian ini membatasi teori jenis makna, yaitu (a) makna luas, (b) makna sempit, (c) makna konotatif, (d) makna denotatif, (e) makna kognitif, (f) makna leksikal, (g) makna referensial, (h) makna konseptual, (i) makna kiasan. Jenis makna yang dipilih disesuaikan dengan data yang akan dianalisis yaitu mengenai nama-nama hotel di kawasan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Untuk lebih jelas maka akan diuraikan penjelasan mengenai jenis makna sebagai berikut. a. Makna Konotatif Menurut Pateda (2010:112), makna konotatif muncul akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Sedangkan Chaer (2013:65) menyebutkan bahwa sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa baik, positif maupun negatif. Djajasudarma, (2009:12) menyatakan bahwa makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna lain. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Misalnya, bunga melati yang dijadikan lambang kesucian berkonotasi positif, sedangkan bunga kamboja yang dijadikan lambang kematian berkonotasi negatif. b. Makna Denotatif Menurut Pateda (2010:98), makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar

14 bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya. Lyons (dalam Pateda, 2010: 98) mengatakan bahwa denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran. Chaer (2013:65) mengatakan bahwa makna denotatif (sering disebut makna denotasional, makna konseptual, makna kognitif karena dilihat dari sudut pandang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran dan lain sebagainya. Misalnya, kata wanita dan perempuan keduanya mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. c. Makna Kognitif Pateda (2010:109) mengatakan bahwa makna kognitif (cognitive meaning) adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Djajasudarma (2009:11) mengatakan bahwa makna kognitif yang disebut juga makna deskriptif atau denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya memiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk kognitifnya. Misalnya, kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang berkata pohon, terbayang pada kita pohon yang selama ini kita kenal.

15 d. Makna Referensial Makna referensial (referential meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang diamanatkan oleh leksem. Makna referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang langsung mengacu sesuatu, apakah benda, gejala, peristiwa, proses, ciri, sifat,dsb. Misalnya, kita mengatakan kata marah maka yang diacu adalah gejala, misalnya muka yang cemberut atau ucapan dengan ujaran nada tinggi (Pateda, 2010:125). Djajasudarma (2009:14) mengatakan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif karena memiliki acuan. Misalnya, kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen yaitu sejenis perabot rumah tangga. e. Makna Konseptual Menurut Chaer (2013:72) makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun. Pateda (2010:114) mengemukakan bahwa makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam komunikasi. Makna konseptual setiap kata dapat dianalisis dalam kemandiriannya dan dapat dianalisis setelah kata itu berada dalam satuan konteks. Misalnya kata demokrasi, apabila kata ini diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dan demokrasi pancasila maka makna konseptual dari kata demokrasi itu akan berubah. f. Makna Kiasan Menurut Kridalaksana (2008,149) makna kiasan (transferred meaning atau figurative meaning) adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Makna

16 kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun kalau dipikir secara mendalam masih ada kaitan dengan makna sebelumnya. Chaer (2013:77) mengemukakan bahwa penggunaan istilah arti kias sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Semua bentuk bahasa yang tidak merujuk pada arti sebenarnya disebut mempunyai arti kiasan. Misalnya, kata putri malam mempunyai arti bulan, pencakar langit berarti gedung bertingkat tinggi. D. Penamaan 1. Pengertian Penamaan Nama adalah kata untuk menyatakan panggilan atau sebutan orang, barang, tempat dan lain sebagainya (Poerwadarminta, 2007:793). Menurut Djajasudarma (1999:30), nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas dan peristiwa di dunia ini. Subroto (1991:15) menyatakan bahwa nama diri (dan nama tempat geografis) pada dasarnya adalah label untuk menyebut atau memanggil sesuatu, tetapi penyebutnya berbeda. Proses penamaan sebenarnya merupakan budi daya manusia untuk memudahkan mereka berkomunikasi. Penamaan itu sendiri merupakan kegiatan pengganti benda, proses, gejala, aktivitas, sifat. Karena itu nama merupakan kata untuk menyebut tempat, barang, binatang, serta nama untuk menyebut atau memanggil orang (Alwi, Peny., 2005 : 773). Kehidupan manusia yang kompleks dan beragam serta alam sekitar manusia yang berjenis-jenis terkadang mengakibatkan manusia sulit untuk memberikan label satu persatu terhadap benda yang ada di sekelilingnya.

17 Socrates (dalam Pateda, 2010: 63) mengatakan bahwa nama harus sesuai dengan sifat dan acuan yang diberi nama. Menurut Aristoteles (dalam Pateda, 2010:63), pemberian nama adalah soal perjanjian konvensi. Yang dimaksud dengan soal perjanjian bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama untuk sesuatu yang diberi nama. Nama biasanya berasal dari seseorang seperti pakar, ahli, pemimpin negara atau tokoh masyarakat yang kemudian dipopulerkan oleh masyarakat, baik melalui media massa elektronik maupun non elektronik atau melalui pembicaraan tatap muka, misalnya dalam bidang fisika dikenal dengan hukum Boyle dan Archimedes, karena penemuan hukum tersebut adalah Boyle dan Archimedes. 2. Jenis Penamaan Chaer (2013:44) mengemukakan bahwa terdapat sembilan sebab yang melatarbelakangi terjadinya penamaan, diantaranya: (a) peniruan bunyi, (b) penyebutan bagian, (c) penyebutan sifat khas, (d) penemu dan pembuat, (e) tempat asal, (f) bahan, (g) keserupaan, (h) pemendekan, (i) penamaan baru. Subroto (1991, 18) menyebutkan bahwa ada sepuluh cara dalam proses penamaan, antara lain sebagai berikut: (a) peniruan bunyi, (b) penyebutan bagian, (c) penyebutan sifat khas, (d) penyebutan aplevita, (e) penyebutan tempat asal, (f) penyebutan bahan, (g) penyebutan keserupaan, (h) penyebutan pemendekan, (i) penyebutan penamaan baru, dan (j) penyebutan pengistilahan. Penelitian ini membatasi teori jenis penamaan yaitu (a) penyebutan bagian, (b) penyebutan sifat khas, (c) penemu dan pembuat, (d) tempat asal, (e) bahan, (f) keserupaan, (g) pemendekan. Untuk lebih jelas maka akan diuraikan penjelasan mengenai jenis penamaan berikut:

18 a. Jenis Penamaan secara Umum 1) Penamaan Berdasarkan Peniruan Bunyi (Onomatope) Chaer (2013:44) mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya bunyi sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya cak, cak, cak. Subroto (1991:18) berpendapat bahwa katakata tiruan bunyi dibentuk berdasarkan bunyi yang dihasilkan oleh benda-benda yang disebut dengan kata-kata itu. 2) Penyebutan Bagian Chaer (2013:45) mengatakan bahwa istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui umum. Subroto (1991:20) menyatakan bahwa tipe penyebutan/penunjukan ini berdasarkan atas sebagian yang mewakili keseluruhan atau disebut pars pro toto. Misalnya kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukan dalam arti kepala itu saja melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan. 3) Penyebutan Sifat Khas Penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu (Chaer, 2013:46). Di sini terjadi perkembangan yaitu

19 berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu sehingga kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Subroto (1991:20) menyatakan bahwa tipe ini adalah penyebutan/ penunjukan berdasarkan salah satu sifatnya yang paling menonjol. Jadi dapat di simpulkan bahwa suatu sifat khas yang dimiliki oleh benda, orang, maupun tempat berubah menjadi alat untuk menyebut benda itu. Contohnya orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. 4) Penemu dan Pembuat Subroto (1991:21) menyatakan penyebutan/penunjukan tipe ini didasarkan atas penemunya atau atas pabrik pembuatnya. Chaer (2013:47) mengatakan bahwa banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penemu dan pembuat merupakan penamaan yang didasarkan atas penemu dan pabrik pembuatnya. Misalnya mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. 5) Tempat Asal Chaer (2013:48) menyatakan bahwa nama suatu benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat benda itu berasal. Menurut Subroto (1991:22) penyebutan/ penunjukan yang termasuk tipe ini didasarkan atas nama tempat asal. Slametmuljana (1964:16) menyatakan bahwa banyak nama benda yang berasal dari nama tempat.

20 Transposisi nama tempat menjadi nama benda, seringkali tidak lagi terasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan tempat asal merupakan penamaan yang didasarkan atas tempat asalnya. Misalnya, kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia. Kata kenari yaitu sejenis burung yang berasal dari Pulau Kenari di Afrika. 6) Bahan Chaer (2013:49) menyatakan bahwa ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Subroto (1991:21) menyatakan bahwa penyebutan/penunjukan tipe ini didasarkan atas bahan yang dipakai untuk suatu benda. Slametmuljana (1964:16) menyatakan bahwa di dalam bahasa Indonesia tidak banyak terdapat transposisi bahan kepada benda yang dibuat dari bahan yang bersangkutan. Misalnya, kaca adalah nama bahan. Lalu bahan-bahan lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca spion dan kaca mobil. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah benda yang digunakan sebagai dasar dari bahan pembuat benda itu dapat digunakan untuk menyebut nama benda sesuai dengan bahan yang digunakan. 7) Keserupaan Chaer (2013:50) menyatakan bahwa dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Dalam pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Misalnya kata kaki ada frasa kaki

21 meja, kaki gunung, kaki kursi. Disini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dengan kaki itu yaitu alat penopang berdirinya tubuh pada frasa kaki meja dan kaki kursi dan ciri terletak pada bagian bagian bawah pada frasa kaki gunung. 8) Pemendekan Chaer (2013:51) mengatakan bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa akronim ini kita dapati dalam semua bidang kegiatan. Misalnya ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemendekan ini merupakan hasil pengambilan huruf depan atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu dan membentuk sebuah singkatan. b. Penamaan secara Khusus Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa tidak semua data termasuk kedalam jenis penamaan yang sudah ada. Peneliti menemukan adanya data yang sesuai dengan jenis penamaan yang disebutkan oleh Dianawati (1998:78) bahwa terdapat sembilan jenis nama diri, antara lain: (1) nama yang bermakna bunga dan indah, (2) nama yang bermakna sifat baik, (3) nama yang bermakna selamat, (4) nama yang bermakna keadaan dan situasi, (5) nama yang bermakna peristiwa, (6) nama yang diambil dari nama tokoh, (7) nama yang bermakna tempat, (8) nama yang

22 bermakna urutan, (9) nama yang bermakna waktu kelahiran yang terdiri dari hari kelahiran dan bulan kelahiran. Teori tersebut tidak peneliti uraikan semua. Peneliti hanya menguraikan enam jenis makna nama diri yang sesuai dengan data yang ada dalam penelitian ini, yaitu: 1) Penamaan Berdasarkan Bunga dan Indah Dianawati (1998: 80) mendefinisikan nama yang mempunyai makna bunga dan indah adalah nama yang komponen kata sebagai pembentuk nama tersebut mengandung makna bunga dan keindahan, termasuk nama yang mempunyai konotasi keindahan seperti emas, intan, cahaya dan mutiara. Menurut Poerwadarminta (2007: 190) bunga mempunyai arti bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan sedap baunya. Sedangkan indah mempunyai arti elok, bagus, mahal harganya dan sangat berharga. Nama yang mengandung makna bunga dan indah biasanya ditandai dengan adanya komponen kata seperti puspa bermakna bunga, sari bermakna indah, mutiara, melati dan mawar. 2) Penamaan berdasarkan Selamat Dianawati (1998:101) mendefinisikan nama yang bermakna selamat adalah nama yang komponen katanya sebagai pembentuk nama tersebut mengandung makna keselamatan. Menurut Poerwadarminta (2007:1058) selamat mempunyai arti terpelihara dari bencana, terhindar dari bahaya, aman, sentosa, sejahtera, tak kurang suatu apapun, sehat, tak mendapat gangguan, kerusakan dan sebagainya. Nama yang bermakna selamat mempunyai tujuan agar sesuatu yang diberi nama senantiasa

23 diberikan keselamatan. Komponen kata yang mengandung makna selamat antara lain : rahayu bermakna selamat, lestari bermakna lestari, sehat bermakna terhindar dari penyakit, dan raharja bermakna selamat. 3) Penamaan berdasarkan Keadaan dan Situasi Dianawati (1998:116) mendefinisikan nama yang mempunyai makna keadaan dan situasi adalah nama yang komponen katanya sebagai pembentuk nama tersebut menunjukkan atau sebagai penanda keadaan atau situasi tempat. Situasi mempunyai arti kedudukan atau letak suatu tempat, keadaan, perihal dan peristiwa (Poerwadarminta, 2007:1134). Misalnya, hening karena lokasi tempat tersebut mempunyai suasana yang hening atau tenang, asri karena tempat tersebut mempunyai pemandangan yang asri. Fajar karena dilahirkan pada waktu fajar. Prihatin karena dilahirkan saat keadaan keluarga yang memprihatinkan. 4) Penamaan berdasarkan Nama Tokoh Dianawati (1998:114) mendefinisikan nama yang diambil dari nama tokoh adalah nama yang diberikan kepada seseorang atau tempat berdasarkan nama tokoh tertentu. Tokoh yang biasanya digunakan seperti tokoh agama, tokoh pahlawan, tokoh pewayangan dan nama seorang yang besar jasanya. Selain itu dapat pula digunakan nama orang yang mempunyai keterkaitan dengan hal yang akan diberi nama. Misalnya nama tokoh wayang Arjuna, Pandawa, Bima, Kresna, sri bermakna Dewi. Adapula orang yang menamai anaknya dengan nama-nama Nabi seperti Muhammad, Musa, Ibrahim dan Ismail.

24 5) Penamaan berdasarkan Tempat Dianawati (1998:127) menyebutkan bahwa nama yang bermakna tempat adalah nama yang diberikan kepada seseorang ataupun tempat sesuai dengan tempat kelahiran ataupun yang melatarbelakangi lokasi tempat tersebut. Seseorang melahirkan anaknya tidak selalu di dalam ruangan rumah sakit, di dalam klinik, ataupun di dalam ruangan rumah. Poerwadarminta (2007: 1239) mendefinisikan tempat adalah benda yang dipakai untuk menaruh, menyimpan atau meletakkan sesuatu. Tempat juga diartikan sebagai ruang atau bidang yang tersedia untuk melakukan sesuatu. Misalnya nama randu dikarenakan tempat tersebut banyak ditumbuhi pohon randu. Glagah dikarenakan tempat tersebut banyak dutumbuhi pohon glagah. 6) Penamaan berdasarkan Urutan Dianawati (1998: 131) mendefinisikan nama yang bermakna urutan adalah nama yang diberikan kepada seseorang ataupun tempat sesuai dengan jumlah anak dalam keluarganya. Misalnya sebagai anak pertama kemudian diberi nama Purwaka yang bermakna permulaan atau pembuka. Anak yang terlahir sebagai anak terakhir diberi nama Pamungkas yang bermakna terakhir atau penutup. Poerwadarminta (2007: 1349) urutan dapat diartikan sebagai rentetan, perturutan ataupun susunan kata. Komponen kata yang bermakna urutan adalah eka bermakna satu, dwi bermakna dua dan tri bermakna tiga.

25 Analisis Semantik Nama-nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden Kabupaten Banyumas Semantik Makna Penamaan Jenis Makna Jenis Penamaan 1. Makna Konotatif 2. Makna Denotatif 3. Makna Referensial 4. Makna Konseptual 5. Makna Kiasan 6. Makna Asosiatif Penamaan secara Umum 1. Penyebutan Sifat Khas 2. Penemu dan Pembuat 3. Tempat Asal 4. Bahan 5. Keserupaan 6. Pemendekan Penamaan secara Khusus 1. berdasarkan Bunga dan Indah 2. berdasarkan Sifat Baik 3. Selamat 4. Berdasarkan Keadaan dan Situasi. 5. Diambil dari Nama Tokoh 6. Berdasarkan Tempat 7. Berdasarkan Urutan 25