BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

MAKALAH GENETIKA PCR ( Polimerase Chain Reaction ) «apikde...

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

4 Hasil dan Pembahasan

PERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan fungsi pertumbuhan dan metabolisme (Young, 2001; Pencharz, 2012).

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

Pengujian DNA, Prinsip Umum

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING

Fakultas Biologi Unsoed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (6):

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sedangkan kerupuk kulit atau yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

3 Metodologi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita

Bimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN DNA DAN RNA

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2013

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

DNA (Deoxyribo Nukleid Acid) adalah macam asam nukleat yang berhubungan dengan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

REPLIKASI DNA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2014

BAB XIII. SEKUENSING DNA

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu

menggunakan program MEGA versi

TEKNIK REKAYASA GENETIKA

III. BAHAN DAN METODE

PCR Cabinet, Thermocycler (PCR Mechine) and Real Time -PCR

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

IDENTIFIKASI KANDUNGAN DAGING BABI PADA BEEF BURGER MENGGUNAKAN METODE RT-PCR SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kasus Penderita Diabetes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Tuna ( Thunnus sp)

DAFTAR SIMBOL, SINGKATAN DAN DEFINI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leuconostoc, Oenococcus, Pediococcus, Paralactobacillus, Streptococcus,

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala. babi sangat suka berada pada tempat yang kotor dan pemalas (Wijaya, 2009). Hewan babi dimanfaatkan mulai dari minyak babi untuk penyedap rasa, bulu babi dipakai sebagai kuas cat dan kotoran babi untuk pupuk kandang namun secara umum babi lebih banyak dimanfaatkan dagingnya untuk dikonsumsi. Dilihat dari sisi harga pada tahun 2013 daging babi lebih murah dibandingkan dengan daging sapi, hal tersebut bisa membuka peluang produsen makanan untuk mencampur daging babi dengan daging sapi pada produk makanan untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak. (Dono, 2010) B. Hukum Daging babi dalam Islam Hukum dari Daging babi pada Quran Surat An Nahl Ayat 115 Alloh berfirman: Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selai Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 4

5 Kemudian diterangkan lagi dalam surat al an am ayat ayat 145 : Artinya : Katakanlah Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Sehingga sudah sangat jelas hukum daging babi diharamkan oleh agama Islam kecuali pada kondisi kondisi tertentu. C. Kornet Daging Sapi Kata corned berasal dari bahasa Inggris yang berarti di awetkan dengan garam. Dari kata tersebut lahirlah istilah corned beef yaitu daging sapi yang di-awetkan dengan penambahan garam dan dikemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned beef diadopsi menjadi daging kornet (Nugroho, 2008). Menurut SNI (01-3775-1995) Komposisi kornet sapi terdiri dari bahan baku utama yaitu daging sapi dan bahan tambahan pangan yang diijinkan untuk kornet daging sapi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Syarat mutu dan kriteria uji yang ditetapkan untuk kornet daging sapi meliputi keadaan (bau, warna, dan rasa), lemak, protein, karbohidrat,

6 pengawet nitrit, cemaran logam (tembaga, timbal, seng, timah, raksa), cemaran arsen, dan cemaran mikroba. D. DNA Asam nukleat terdapat dalam dua bentuk, yaitu asam deoksiribosa (DNA) dan asam ribosa (RNA). Keduanya merupakan polimer linier, tidak bercabang, dan tersusun dari subunit-subunit yang disebut nukleotida (Stansfield et al, 2006). Asam nukleat mempunyai fungsi yang menentukan untuk penyimpanan dan pengolahan informasi genetik (Koolman, 1995). DNA berperan penting dalam menjaga kelestarian spesies dari generasi ke generasi. DNA melalui urutan basanya membawa kode informasi genetik yang spesifik untuk setiap individu dan spesies tertentu. Informasi genetik pada DNA akan ditranskripsi menjadi RNA dan selanjutnya RNA akan ditranslasikan menjadi protein. Tidak semua informasi genetik tersimpan dalam bentuk DNA, pada virus tertentu seperti retrovirus materi genetik tersimpan dalam bentuk RNA (Gaffar, 2007). Mitokondria memiliki perangkat genetik sendiri yaitu DNA mitokondria atau sering disingkat mtdna. Dengan bantuan DNAnya, mitokondria mempunyai kemampuan untuk mensintesis sendiri beberapa proteinnya. Namun bagian terbesar protein mitokondria disandi di dalam inti sel, kemudian disintesis pada ribosom yang bebas dalam sitoplasma dan diimpor ke dalam mitokondria (Koolman et al, 1994). Ukuran genom mitokondria minimum untuk berfungsinya mitokondria hewan multiseluler adalah 14000 pasang basa dari total ukuran yang berkisar hingga 39000 pasang basa. DNA mitokondria merupakan DNA rantai ganda yang berbentuk sirkuler. Ukuran DNA mitokondria relatif sangat kecil dibandingkan dengan ukuran genom intinya (Solihin, 1994). Pada penelitia sebelumnya yang dilakukan Syahruni tahun 2012 menunjukkan bahwa kontaminasi babi dapat dideteksi dengan

7 menggunakan primer spesifik ND5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sampel burger yang mengandung babi berhasil teramplifikasi menunjukkan fragmen 227 bp dari gen ND5 mitokondria babi. Batas deteksi pada DNA babi 1 pg dan 0,5% pada sampel burger yang dicampur dengan daging babi A template Gambar 1. Struktur mtdna (Andaman, 1992) Keterangan : A = sekuen ND5 yang akan dituju pada DNA E. Polymerase chain reaction (PCR) PCR digunakan untuk memperbanyak jumlah DNA pada target DNA tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target yang dituju. Perbanyakan fragmen DNA dilakukan saecara selektif dan spesifik oleh sepasang oligonukleotida yang dikenal sebagai primer (Pertiwi 2010). Beberapa komponen penting yang dibutuhkan dalam reaksi PCR adalah template DNA, sepasang primer oligonukleotida, DNA polymerase,

8 deoksinukleosida trifosfat (dntp), dan larutan buffer (Muladno, 2010; Gaffar, 2007; Sulistyaningsih, 2007). 1. Template DNA Template DNA adalah molekul DNA untai ganda yang mengandung sekuen target yang akan diamplifikasi. Ukuran DNA bukan merupakan faktor utama keberhasilan PCR, berapapun panjangnya jika tidak mengandung sekuen yang diinginkan maka tidak akan berhasil proses suatu PCR, namun sebaliknya jika ukuran DNA tidak terlalu panjang tapi mengandung sekuen yang diinginkan maka PCR akan berhasil (Sulistyaningsih, 2007). 2. Primer Susunan primer merupakan salah satu kunci keberhasilan PCR. Pasangan primer terdiri dari 2 oligonukleotida yang mengandung 18-28 nukleotida dan mempunyai 40-60% GC content. Sekuen primer yang lebih pendek akan memicu amplifikasi produk PCR non spesifik. Ujung 3' primer penting dalam menentukan spesifisitas dan sensitivitas PCR. Ujung ini tidak boleh mempunyai 3 atau lebih basa G atau C, karena dapat menstabilisasi annealing primer non spesifik. Disamping itu ujung 3' kedua primer tidak boleh komplementer satu dengan yang lain, karena hal ini akan mengakibatkan pembentukan primer-dimer yang akan menurunkan hasil produk yang diinginkan. Ujung 5' primer tidak terlalu penting untuk annealing primer, sehingga memungkinkan untuk menambahkan sekuen tertentu misalnya sisi restriksi enzim, start codon ATG atau sekuen promoter (Sulistyaningsih, 2007). 4. Deoxynucleotide Triphosphate (dntp) Deoxynucleotide Triphosphate merupakan material utama untuk sintesis DNA dalam proses PCR yang terdiri dari datp, dgtp, dctp, dan dttp. Konsentrasi dntp masing-masing sebesar 20-200 µmdapat menghasilkan keseimbangan optimal antara hasil, spesifisitas dan ketepatan PCR. Konsentrasi masing-masing dntp

9 harus seimbang untuk meminimalkan kesalahan penggabungan. Deoxynucleotide Triphosphate akan menurunkan Mg2+ bebas sehingga mempengaruhi aktivitas polimerase dan menurunkan annealing primer. Konsentrasi dntp yang rendah akan meminimalkan mispriming pada daerah non target dan menurunkan kemungkinan perpanjangan nukleotida yang salah. Oleh karena itu spesifisitas dan ketepatan PCR meningkat pada konsentrasi dntp yang lebih rendah (Sulistyaningsih, 2007). 5. Larutan Buffer Buffer yang digunakan biasanya mengandung 10 mm Tris-HCl ph 8,3, 50 mm KCl, dan 1,5 mm MgCl2. Keberadaan ion Mg2+ sangat penting. Konsentrasi ion Mg2+ ini sangat mempengaruhi proses primer annealing, denaturasi, spesifisitas produk, aktivitas enzim, dan fidelitas reaksi (Gaffar, 2007). Ion Mg2+ bebas akan mengikat DNA template, primer dan membentuk kompleks terlarut dengan dntp untuk membuat subtrat yang akan dikenali oleh enzim Taq Polymerase. PCR harus mengandung 0,5-2,5 µm Mg2+ dari total konsentrasi dntp (Sulistyaningsih, 2007). PCR secara konvensional mempunyai prinsip cara kerja yaitu mengamplifikasi Fragmen DNA tertentu dalam beberapa siklus, berikut adalah tahapan pada proses PCR : 1. Denaturasi Denaturasi merupakan reaksi yang berlangsung dalam suhu tinggi, yaitu 95 C hingga 97 C yang bertujuan untuk memutus ikatan hidrogen DNA atau terdenaturasi dan DNA menjadi berutas tunggal (Mulado, 2010). 2. Annealing Pada tahap ini, primer akan menuju daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. hidrogen akan terbentuk antara primer degan urutan komplemen pada templat (Gaffar, 2007).

10 3. Elongasi Elongasi adalah proses perpanjangan rantai terjadi terjadi pada suhu 72 0C karena merupakan suhu optimum Taq polymerase. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3'nya dengan penambahan dntp yang komplemen dengan template oleh DNA polimerase (Gaffar, 2007). Dalam PCR ada beberapa metode salah satumya adalah PCR RFLP (Retriction Fragment Lenght Polymorph), yaitu Salah satu teknik dalam PCR yaiut analisis Fragmen yang merupakan hasil amplifikasi PCR langsung digunakan dalam reaksi digesti dengan menggunakan enzim restriksi. Daerah DNA mitokondria hasil amplifikasi dengan PCR. (lelana et al, 2003). Multipleks PCR merupakan salah satu variasi dari teknik PCR dengan beberapa primer yang digunakan bersama-sama untuk amplifikasi pada beberapa daerah target (Jain 2007). Multipleks PCR umum digunakan untuk analisis genotipe yang memerlukan beberapa penciri secara simultan, deteksi patogen, organisme rekayasa genetik (GMO) atau untuk analisis mikrosatelit (Römpler 2006). PCR RAPD adalah penanda berbasis PCR dengan menggunakan 10 basa primer acak. Teknik RAPD tidak memerlukan pelacak DNA atau informasi mengenai sekuens DNA yang dilacak. Prosedurnya sederhana dan mudah dalam hal preparasi, dapat dilakukan secara maksimal untuk sampel dalam jumlah banyak, jumlah DNA yang diperlukan relatif sedikit, (Syarifuddin 2011; KARP at al., 1996). F. Real Time PCR Real-time PCR memiliki kemampuan analisanya yang sensitif dan spesifik sehingga mengurangi kesalahan pada hasil (Burns et al, 2005). instrumen real-time PCR mendeteksi amplikon dengan mengukur peningkatan pewarna (dye) fluorescent yang berpendar ketika terikat dengan double-stranded DNA. Karena sifat inilah maka pertumbuhan fragment DNA hasil amplifikasi dapat diikuti secara seketika, semakin 22

11 banyak DNA yang terbentuk semakin tinggi pula intensitas fluorescent yang dihasilkan. SYBR Green dan TaqMan adalah dua macam fluorescence reporter yang biasanya digunakan dalam Real Time PCR. Quantitative PCR dimungkinkan dapat mendeteksi secara akurat konsentrasi DNA hingga hitungan pikogram atau setara dengan sel tunggal karena sensitifitas dye yang sangat tinggi. Hasil peningkatan fluorescent digambarkan melalui kurva amplifikasi yang menunjukkan tiga fasa yaitu fasa awal, fasa eksponensial atau puncak dan fasa plateau atau stabil (Vaerman, 2004). Salah satu perbedaan Real time PCR dengan PCR konvensional adalah penggunaan pewarna yang kemudian dibaca flourosensinya sebagai gambaran jumlah DNA yang berhasil teramplifikasi. SYBR green I adalah pewarna / fluoresen yang proporsional sesuai dengan amplikon atau produk PCR. Namun SYBR green I mempunyai kekurangan yaitu merupakan label fluoresen yang tidak spesifik sehingga dapat menghasilkan sinyal pengujian false-positive karena terjadinya miss preaming, cemaran, primer-dimer atau produk yang tidak spesifik, penting dilakukannya penganalisisan formasi dari kurva pelelehan (melting curve) (Nur utami; Pestana et al. 2010). G. Elektroforesis Gel Agarosa Gel elektroforesis adalah suatu teknik yang menggunakan medan listrik untuk memisahkan molekul berdasarkan ukuran. Karena mengandung gugus fosfat yang bermuatan negatif, di dalam medan listrik DNA akan bergerak menuju elektroda yang bermuatan positif (Marks, Dawn B et al, 2000). Elektroforesis gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang berukuran lebih besar dari 100 pb dan dijalankan secara horizontal, sedangkan elektroforesis poliakrilamid dapat memisahkan 1 pb dan dijalankan secara vertikal. Elektroforesis 29 poliakrilamid biasanya digunakan untuk menentukan urutan DNA (Gaffar, 2007