TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

Tentang Kultur Jaringan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan jenis tanaman polong-polongan

HASIL DAN PEMBAHASAN

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. menargetkan produksi gula 5,7 juta ton pada tahun 2015 nanti. Salah satu upaya

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

PENGARUH BAP TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas, L) HASIL IRADIASI DENGAN SINAR GAMMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan ZipcodeZoo.com (2012) klasifikasi tanaman. Boesenbergia flava Holttum adalah Kingdom: Plantae, Class: Magnoliopsida

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut:kingdom: Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

Transkripsi:

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya Dengan semakin berkembangnya teknologi pertanian penyediaan benih tidak hanya dapat diperoleh dari sumber benih, akan tetapi dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan. Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian tersebut dalam media buatan secara aseptis yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup dan tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Teknologi kultur jaringan ini mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan perbanyakan tanaman dari benih, antara lain : 1. tanaman yang dihasilkan mempunyai keseragaman genetik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman yang berasal benih 2. mempunyai sifat yang sama dengan induknya 3. mempunyai kecepatan multiplikasi yang tinggi 4. tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas 5. pada beberapa jenis tanaman tertentu tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan ini mempunyai kelebihan tahan terhadap penyakit, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin 6. kecepatan pertumbuhan bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Anonim, 2011) 7. pengadaan bibit tidak tergantung musim 8. biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah (Anonim, 2011 a ).

Dalam proses perbanyakan kultur jaringan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Genotip tanaman Respon eksplan tanaman tergantung dari spesies, varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini berhubungan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing tanaman bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang digunakan sama. 2. Media kultur yang meliputi : a. Komposisi media Perbedaan komposisi media sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan. Perbedaan komposisi media biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan. Meskipun demikian, media yang telah diformulasikan tidak hanya berlaku untuk satu jenis eksplan dan tanaman saja. Beberapa jenis formulasi media bahkan digunakan secara umum untuk berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS. Namun ada juga beberapa jenis media yang diformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentu misalnya WPM, VW dll. Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti perkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan embriogenesis. b. Komposisi zat pengatur tumbuh Konsentrasi hormon pertumbuhan optimal yang ditambahkan ke dalam media tergantung pula dari eksplan yang dikulturkan serta kandungan hormon pertumbuhan endogen yang terdapat pada eksplan tersebut. Hormon pertumbuhan yang digunakan untuk perbanyakan secara invitro adalah golongan auksin, sitokinin, giberelin, dan growth retardant. Auksin yang umum dipakai adalah IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), NAA (Naphtalena Acetic Acid), dan 2,4-D (2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid). Selain itu beberapa peneliti pada beberapa tanaman menggunakan juga CPA (Chlorophenoxy Acetic Acid). Sitokinin yang banyak dipakai adalah Kinetin (Furfuryl Amino Purine), BAP/BA (Benzyl AminoKPurine/Benzyl Adenine), 2 i-p (2-isopentenyl Adenin). Beberapa sitokinin lainnya yang juga digunakan adalah zeatin, thidiazuron dan PBA (6(benzylamino)-9-(2- tetrahydropyranyl)-9h-purine). Hormon pertumbuhan golongan giberellin yang paling umum digunakan adalah GA3, selain itu ada beberapa peneliti yang menggunakan GA4 dan

GA7, sedangkan growth retardant yang sering digunakan adalah Ancymidol, Paraclobutrazol dan TIBA, AbA dan CCC. c. Jenis media yang digunakan Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. 3. Lingkungan tumbuh yang meliputi : a. Suhu Kebutuhan suhu untuk masing-masing jenis tanaman umumnya berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimumnya. Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat, namun pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat akibat tingginya laju respirasi eksplan. Suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25 C (kisaran suhu 17-32 C). Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27 C (kisaran suhu 24-32 C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8 C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25 C siang dan 20 C malam, atau 28 C siang dan 24 C malam. b. Kelembaban relatif Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut vitrifikasi atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol dengan tutup yang agak longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol kultur dapat membantu mengatasi masalah ini.

c. Cahaya Pertumbuhan eksplan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh : kuantitas dan kualitas cahaya (intensitas), lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya. Pertumbuhan Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah. Selain intensitas cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik ini penyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman. 4. Kondisi eksplan Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang telah disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan. Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, namun masing-masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasi dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya. Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh

karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncupkuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil. Ukuran eksplan juga mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan, maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung dari jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya. 5. Kondisi aseptis selama proses perbanyakan 6. Lingkungan pertumbuhan harus terkontrol (Luri, S. 2009 a ). Perbanyakan Bibit Teknologi Kultur Jaringan Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Inisiasi Kultur Multiplikasi (Perbanyakan Propagul) Pemanjangan Tunas (Elongasi ), Induksi, dan Perkembangan Akar Aklimatisasi Gb. Alur Tahapan Perbanyakan Bibit Secara Kultur Jaringan

Perbanyakan bibit secara kultur jaringan melalui beberapa tahapan proses yaitu : 1. Pemilihan dan penyiapan tanaman induk sumber eksplan. Tanaman yang akan dilakukan perbanyakan kultur jaringan harus jelas jenis, spesies, varietas, sehat dan bebas dari hama dan penyakit. 2. Inisiasi kultur. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Eksplan yang dikulturkan diharapkan dapat menginisiasi pertumbuhan baru sehingga akan memungkinkan dilakukan pemilihan tanaman yang tumbuhnya paling kuat untuk perbanyakan (multiplikasi tahap selanjutnya). 3. Multiplikasi atau perbanyakan propagul Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Pada tahapan ini, eksplan yang sudah diinisiasi akan menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004). 4. Pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan akar Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Tahapan ini bertujuan untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang kuat untuk dapat bertahan hidup sampai dipindahkan ke lingkungan. Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Menurut Pierek, auksin secara umum menyebabkan perpanjangan sel, pembesaran sel, pembentukan kalus dan pembentukan akar; dan menurut Wattimena, mendorong pertumbuhan pucuk. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. 5. Aklimatisasi Tahapan ini merupakan tahap kritis dalam perbanyakan kultur jaringan untuk produksi massal. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi (Luri, S. 2010 b ).

Tebu (Saccharum officinarum) Bagal mikro (G2) Pemotongan Lahan pendederan Budset terdiri dari 1 mata tunas Digemburkan dan Diberi Pupuk Kompos Pendederan Perawatan Dederan Transplatting ke kebun benih (6 8 minggu setelah tanam) Sumber : (Anonim, 2010 b ) Gb. Alur Penyiapan Bibit Tebu G2 Hasil Kultur Jaringan Bibit tebu hasil kultur jaringan ini memiliki keunggulan seperti : a. bebas penyakit RSD (Ratoon Stunting Disease) b. potensi produksi yang maksimal pada keprasan/ratoon c. bobot benih sekitar 60 % dari bobot budset sehingga mempermudah pengiriman (Anonim, 2010 c ).

Kakao Hasil Somatic Embriogenesis (SE) Bahan Tanam Unggul Sertifikasi Pembentukan sel Embriogenik Aklimatisasi Planlet Pasca Aklimatisasi Domain Pengguna Eksplant = Pistil / Bunga Kakao Embrio Tanaman Pembibitan Tanaman Kakao Asal SE Planlet Pra Aklimatisasi Bibit Kakao Siap Gb. Alur Proses Penyiapan Bibit Kakao Somatic Embryogenesis (SE) Tanaman yang berasal dari bibit kakao SE ini memiliki keunggulan antara lain : a. 4 bulan lebih cepat berubah daripada tanaman yang dikembangkan melalui benih b. tidak terbentuk Kotiledon c. produksi tinggi yaitu pada 3 tahun mencapai 500 kg/ha/th, 4 tahun mencapai 1.137 kg/ha/th dan pada 5 tahun mencapai 1.680 kg/ha/th d. pertumbuhan tanaman lebih vigor e. tahan kekeringan (Ditjenbun, 2009) f. tahan terhadap hama PBK (Penggerek Buah Kakao), penyakit busuk buah dan VSD ( Vascular Streak Dieback) (Anonim, 2010 d ). Dengan mengetahui keunggulan yang dapat diperoleh dari perbanyakan secara kultur jaringan ini, maka berbagai macam kendala yang disebabkan oleh perbanyakan dengan menggunakan benih dapat diatasi. Sumber : Anonim, 2010 a. Kultur Jaringan Alternatif Bibit Unggul. http://blogs.unpad.ac.id. Diakses tanggal 9 Februari 2011. b. Teknik Kultur Jaringan, Upaya Percepatan Pembenihan Tebu. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses tanggal 31 Januari 2011.

c. Teknologi Kultur Jaringan Untuk Penyediaan Benih Tebu. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses tanggal 31 Januari 2011. d. Dinas Pertanian Menanam Bibit Kakao SE. http://www.luwutimurkab.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2011., 2011. Kultur Jaringan. http://www.dephut.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2011. Ditjenbun, 2009. Mengenal Teknologi Somatic Embriogenesis (SE) Kakao. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2011. Luri, S. 2009 a. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Kultur Jaringan. http://kulturjaringan.blogspot.comdiakses tanggal 7 Februari 2011. b. Tahapan-Tahapan Kultur Jaringan. http://kulturjaringan.blogspot.comdiakses tanggal 7 Februari 2011. Pierek, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants dalam Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Secara In Vitro Pada Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP. Jurnal Sains & Teknologi. Desember 2003. Vol.3 No.3:103-109. Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Secara In Vitro Pada Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP. Jurnal Sains & Teknologi. Desember 2003. Vol.3 No.3:103-109.