19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies interproksimal pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan menggunakan radiografi bitewing. 23 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo karena pada anak sekolah dasar tersebut banyak yang menderita karies. Pengambilan foto radiografi bitewing untuk penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara, karena merupakan satu-satunya Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang berada di Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2016. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang berusia 10-12 tahun di salah satu sekolah dasar di Berastagi sejumlah 160 orang.
20 3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak dengan tabel random berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusi a. Anak sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun. b. Menyetujui untuk mengikuti prosedur penelitian dengan mengisi lembaran inform concent. Kriteria Eksklusi a. Gigi posterior yang memiliki karies interproksimal tidak memiliki gigi tetangga b. Memakai piranti ortodonti Besar Sampel Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Keterangan: n = Besar sampel Zα = Derajat kepercayaan 10% 1,96 P = Proporsi penelitian sebelumnya Q = 1 P d = Presisi mutlak
21 Dengan memakai rumus diatas diperoleh besar sampel minimal 41 orang anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Pada penelitian ini menggunakan 60 sampel. 3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel dari penelitian ini berupa: 1. Variabel bebas : Karies interproksimal 2. Variabel terikat : Gambaran ronsen foto dan kedalaman karies 3.4.2 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala 1. Usia Usia responden pada pengambilan radiografi bitewing yang dihitung sejak ulang tahun terakhir Wawancara 10-12 tahun Numerik 2. Gambaran Karies interproksimal Ronsen Gambaran radiolusen Nominal Radiografi adalah karies yang Foto pada mahkota gigi: Karies Interproksi mal terdapat diantara gigi yang berkontak 1. Radiolusen mencapai enamel/k1 2. Radiolusen mencapai enamel-
22 dentin junction/k2 3. Radiolusen mencapai sebagian luar enamel/k3 4. Radiolusen mencapai sebagian dalam dentin./k4 3. Radiografi Hasil yang diproduksi Ronsen Gambaran radiografi: Bitewing dengan alat radiografi intraoral Foto 1. Ada dijumpai karies interproksimal 2. Tidak dijumpai karies interproksimal 3.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah: a. Pesawat radiografi intraoral merk Planmeca. b. Viewer box untuk melihat foto ronsen. c. Laptop HP Pavilion g series Bahan yang digunakan adalah: a. Lembar pencatatan b. Bahan prosesing (fixer, developer) merk KODAK c. Film merk KODAK. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitan 3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
23 Prosedur pengumpulan data penelitian ini yaitu melakukan Pengambilan data pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan melakukan pemeriksaan klinis kepada sampel. 3.6.2 Alur Penelitan Populasi Wawancara Seleksi kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi Hasil foto diinterpretasikan dan dilihat dengan menggunakan viewer box (diawasi oleh dokter di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi USU) Pengambilan ronsen foto Pemeriksaan gigi-geligi (Pemeriksaan klinis) Pengumpulan data hasil pemeriksaan 3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolahan data. 3.7.2 Analisa Data Analisis data univariat disajikan dalam bentuk persentase berupa distribusi anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting yang memiliki karies interproksimal. 3.8 Etika Penelitian Etika Penelitian dalam penelitian ini mencakup :
24 1. Lembar persetujuan (informed concent) Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal yang berkaitan penelitian. 2. Ethical Clearence Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Commite of North Sumatera) dengan nomor surat 110/KOMET/FK USU/2016 dengan judul penelitian prevalensi karies interproksimal ditinjau dengan radiografi bitewing di Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
25 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel Penelitian ini telah dilakukan pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Berastagi. Untuk memperoleh sampel dilakukan wawancara berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian penelitian dilakukan dengan menggunakan radiografi bitewing untuk melihat karies interproksimal dan dicatat dengan bantuan viewer box. Penelitian ini melibatkan 60 sampel berusia 10-12 tahun yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini diperiksa adanya karies interproksimal pada gigi posterior. 4.2 Prevalensi Karies Interproksimal Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 37 anak mengalami karies interproksimal dengan prevalensi sebesar 61,16%. Tabel 1. Prevalensi anak yang terkena karies interproksimal Kategori Jumlah Persentase Terkena karies interproksimal Tidak terkena karies interproksimal 37 anak 61,16% 23 anak 38,84%
26 4.3 Prevalensi Kedalaman Karies Interproksimal Kategori klas kedalaman terbanyak pada penelitian ini adalah klas K1 (Gambaran radiolusen mencapai enamel) yaitu sebanyak 86,53%. Tabel 2. Prevalensi kedalaman karies interproksimal Klas Kedalaman Jumlah Persentase K1 45 86,53 K2 3 5,76 K3 2 3,84 K4 2 3,84 4.4 Prevalensi Daerah yang Terkena Karies Interproksimal Daerah distal gigi yang terkena karies inteproksimal sedikit lebih besar dibandingkan daerah mesial yaitu 51,9%. Tabel 3. Prevalensi daerah yang terkena karies interproksimal Daerah gigi yang terkena karies interproksimal Jumlah Persentase Disto interproksimal 27 51,9% Mesio interproksimal 25 48,1%
27 4.5 Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Karies Interproksimal Elemen gigi yang paling banyak terkena karies adalah elemen gigi 36, 25, dan 26 dengan persentase sebesar 11,53% dari masing-masing gigi. Tabel 4. Prevalensi elemen gigi yang terkena karies inteproksimal Elemen gigi yang terkena karies interproksimal Jumlah Persentase 45 5 gigi 9,61% 36 6 gigi 11,53% 25 6 gigi 11,53% 26 6 gigi 11,53% 46 4 gigi 7,69% 47 3 gigi 5,76% 35 4 gigi 7,69% 65 2 gigi 3,84% 75 1 gigi 1,92% 15 3 gigi 5,76% 16 5 gigi 9,61% 55 2 gigi 3,84% 27 2 gigi 3,84%
28 44 1 gigi 1,92% 34 2 gigi 3,84% 4.6 Gambaran Kedalaman K1 dan K2 Kategori kedalaman karies K1 (Radiolusen mencapai enamel) mengenai gigi 15 terlihat pada gambar 11.a dan kategori kedalaman karies K2 (Radiolusen mencapai dentin enamel junction) mengenai gigi 16 terlihat pada gambar 11.b. a b Gambar 11. a. Kategori kedalaman K1 b. Kategori kedalaman K2 (Dokumen pribadi) 4.7 Gambaran Kedalaman K3 dan K4 Kategori kedalaman karies K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar dari dentin) mengenai gigi 26 terlihat pada gambar 12.a dan kategori kedalaman karies K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dari dentin) mengenai gigi 36 terlihat pada gambar 12.b. a b
29 Gambar 12. a. Kategori kedalaman K3 b. Kategori kedalaman k4 (Dokumen pribadi) BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting di Berastagi sebanyak 60 anak yang berusia 10-12 tahun. Pengamatan dilakukan untuk melihat berapa banyak anak yang mengalami karies interproksimal dan melihat kedalaman karies interproksimal pada setiap elemen gigi yang terkena karies. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi sampel yang mengalami karies interproksimal lebih tinggi, yaitu 61,16% (37 anak) sedangkan yang tidak mengalami karies interproksimal sebanyak 38,84% (23 anak) seperti yang terlihat pada tabel 1. Angka ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alm et al, (2007) yang menunjukkan prevalensi karies interproksimal yang tinggi juga yaitu sebesar 74%. 24 Adapun yang dianggap sebagai faktor risiko dari karies meliputi pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan dan status sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. 3 Anak yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya menjaga kebersihan dan pola makan yang tidak baik menjadi salah satu penyebab paling umum dari masalah gigi di dunia. 25 Beberapa bakteri penyebab karies memproduksi asam dari makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat sehingga terjadi demineralisasi. Di antara waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi karies. 3 Karies interproksimal dapat terjadi karena adanya plak dental didaerah interproksimal. Di daerah interproksimal sangat sulit untuk membersihkan sisa-sisa
30 makanan karena daerah ini adalah daerah yang berada diantara dua gigi yang saling berdekatan. Beberapa bakteri mampu memfermentasi substansi karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa, memproduksi asam, menyebabkan ph plak jatuh di bawah 5 dalam kurun waktu 1-3 menit. Berulangnya penurunan ph ini secara terus-menerus menyebabkan terjadinya demineralisasi dan remineralisasi yang dapat menyebabkan terjadinya karies. 1,2 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 melaporkan bahwa 76,5% anak usia 12 tahun memiliki kerusakan gigi yang tidak dirawat. 9 Karies interproksimal sulit untuk dideteksi sehingga tidak bisa dilakukan perawatan, dikhawatirkan keadaan tersebut dapat menyebabkan peradangan pulpa atau lebih sering disebut dengan pulpitis dan seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan nekrosis pulpa. 10 Pada Tabel 2 terlihat hanya 52 elemen gigi yang terkena karies interproksimal dan masing-masing elemen gigi memiliki kedalaman yang bervariasi secara radiografis. Kedalaman karies interproksimal dapat dikategorikan menjadi klas 1/ K1 (Radiolusen mencapai enamel), klas 2/ K2 (Radiolusen mencapai enamel-dentin junction), klas 3/ K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar dentin), dan klas 4/ K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dentin). Pada penelitian ini kedalaman karies interproksimal yang paling banyak terjadi adalah kategori K1 yaitu yang menunjukkan gambaran radiolusen mencapai enamel sebanyak 86,53%. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Yin et al menyatakan bahwa prevalensi karies interproksimal pada bagian enamel paling banyak dibandingkan karies yang sudah mencapai dentin dengan persentase yang mencapai 79%. 26 Banyaknya karies interproksimal yang terjadi pada kategori kedalaman K1 disebabkan karena waktu dan periode yang dibutuhkan untuk menembus permukaan enamel cukup lama. 27 Enamel terdiri dari 93% berat anorganik dan 4% berat organik sedangkan dentin terdiri dari 66% berat anorganik dan 18% berat organik. Tingginya bahan anorganik enamel menyebabkan proses demineralisasi berjalan cukup lama. Pada dentin proses demineralisasi akan berjalan lebih cepat dikarenakan komposisi bahan anorganik yang lebih sedikit ditambah lagi unsur organik yang banyak menyebabkan pekerjaan
cepat. 15 Pada Tabel 3 dapat dilihat prevalensi daerah yang terkena karies 31 mikroorganisme golongan Streptococcus mutans dan Lactobacillus menjadi lebih inteproksimal. Daerah mesial gigi yang terkena karies interproksimal sebesar 51,9% dan daerah distal sebesar 48,1%. Hasil ini tidak menunjukkan angka yang signifikan sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini insidensi terjadinya karies interproksimal bisa saja terjadi didaerah mesial maupun distal. Elemen-elemen gigi yang terkena adalah 45, 36, 25, 26, 46, 47, 35, 65, 75, 15, 16, 55, 27, 44, dan 34 (Tabel 3). Frekuensi gigi yang mengalami karies interproksimal yang paling tinggi adalah gigi 36, 25,dan 26 dengan persentasi 11,53% pada masing-masing gigi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arrow (2007) yang menyatakan bahwa molar satu permanen merupakan gigi yang paling banyak terkena karies interproksimal, yaitu 60%. 28 Prevalensi karies yang tinggi pada molar pertama disebabkan karena ukuran mahkota gigi yang besar sehingga memicu banyak perlekatan plak pada mahkota gigi dan produksi asam oleh bakteri semakin besar pada daerah tersebut ditambah lagi molar satu permanen merupakan gigi permanen pertama yang erupsi. 29
32 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa prevalensi karies interproksimal yang terdapat pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebesar 61,16% dan prevalensi kedalaman karies interproksimal yang paling banyak dijumpai adalah kategori kedalaman K1 (Radiolusen mencapai Enamel) sebanyak 86,53%. 6.2 Saran 1. Dibutuhkan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar di sekolah yang sama agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. 2. Perlu diadakan pemeriksaan berkala dan didukung dengan pemeriksaan radiografi bitewing pada sekolah tersebut agar dapat mencegah terjadinya pekembangan karies interproksimal kearah yang lebih parah.