BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA PERENANG DI BEBERAPA KOLAM RENANG MEDAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Ruang lingkup tempat. Bandarharjo, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bandarharjo, Kota Semarang Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. palatum, lidah, dan gigi. Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies interproksimal pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan menggunakan radiografi bitewing. 23 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo karena pada anak sekolah dasar tersebut banyak yang menderita karies. Pengambilan foto radiografi bitewing untuk penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara, karena merupakan satu-satunya Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang berada di Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2016. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang berusia 10-12 tahun di salah satu sekolah dasar di Berastagi sejumlah 160 orang.

20 3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak dengan tabel random berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusi a. Anak sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun. b. Menyetujui untuk mengikuti prosedur penelitian dengan mengisi lembaran inform concent. Kriteria Eksklusi a. Gigi posterior yang memiliki karies interproksimal tidak memiliki gigi tetangga b. Memakai piranti ortodonti Besar Sampel Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Keterangan: n = Besar sampel Zα = Derajat kepercayaan 10% 1,96 P = Proporsi penelitian sebelumnya Q = 1 P d = Presisi mutlak

21 Dengan memakai rumus diatas diperoleh besar sampel minimal 41 orang anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Pada penelitian ini menggunakan 60 sampel. 3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel dari penelitian ini berupa: 1. Variabel bebas : Karies interproksimal 2. Variabel terikat : Gambaran ronsen foto dan kedalaman karies 3.4.2 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala 1. Usia Usia responden pada pengambilan radiografi bitewing yang dihitung sejak ulang tahun terakhir Wawancara 10-12 tahun Numerik 2. Gambaran Karies interproksimal Ronsen Gambaran radiolusen Nominal Radiografi adalah karies yang Foto pada mahkota gigi: Karies Interproksi mal terdapat diantara gigi yang berkontak 1. Radiolusen mencapai enamel/k1 2. Radiolusen mencapai enamel-

22 dentin junction/k2 3. Radiolusen mencapai sebagian luar enamel/k3 4. Radiolusen mencapai sebagian dalam dentin./k4 3. Radiografi Hasil yang diproduksi Ronsen Gambaran radiografi: Bitewing dengan alat radiografi intraoral Foto 1. Ada dijumpai karies interproksimal 2. Tidak dijumpai karies interproksimal 3.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah: a. Pesawat radiografi intraoral merk Planmeca. b. Viewer box untuk melihat foto ronsen. c. Laptop HP Pavilion g series Bahan yang digunakan adalah: a. Lembar pencatatan b. Bahan prosesing (fixer, developer) merk KODAK c. Film merk KODAK. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitan 3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data

23 Prosedur pengumpulan data penelitian ini yaitu melakukan Pengambilan data pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan melakukan pemeriksaan klinis kepada sampel. 3.6.2 Alur Penelitan Populasi Wawancara Seleksi kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi Hasil foto diinterpretasikan dan dilihat dengan menggunakan viewer box (diawasi oleh dokter di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi USU) Pengambilan ronsen foto Pemeriksaan gigi-geligi (Pemeriksaan klinis) Pengumpulan data hasil pemeriksaan 3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolahan data. 3.7.2 Analisa Data Analisis data univariat disajikan dalam bentuk persentase berupa distribusi anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting yang memiliki karies interproksimal. 3.8 Etika Penelitian Etika Penelitian dalam penelitian ini mencakup :

24 1. Lembar persetujuan (informed concent) Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal yang berkaitan penelitian. 2. Ethical Clearence Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Commite of North Sumatera) dengan nomor surat 110/KOMET/FK USU/2016 dengan judul penelitian prevalensi karies interproksimal ditinjau dengan radiografi bitewing di Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

25 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel Penelitian ini telah dilakukan pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Berastagi. Untuk memperoleh sampel dilakukan wawancara berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian penelitian dilakukan dengan menggunakan radiografi bitewing untuk melihat karies interproksimal dan dicatat dengan bantuan viewer box. Penelitian ini melibatkan 60 sampel berusia 10-12 tahun yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini diperiksa adanya karies interproksimal pada gigi posterior. 4.2 Prevalensi Karies Interproksimal Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 37 anak mengalami karies interproksimal dengan prevalensi sebesar 61,16%. Tabel 1. Prevalensi anak yang terkena karies interproksimal Kategori Jumlah Persentase Terkena karies interproksimal Tidak terkena karies interproksimal 37 anak 61,16% 23 anak 38,84%

26 4.3 Prevalensi Kedalaman Karies Interproksimal Kategori klas kedalaman terbanyak pada penelitian ini adalah klas K1 (Gambaran radiolusen mencapai enamel) yaitu sebanyak 86,53%. Tabel 2. Prevalensi kedalaman karies interproksimal Klas Kedalaman Jumlah Persentase K1 45 86,53 K2 3 5,76 K3 2 3,84 K4 2 3,84 4.4 Prevalensi Daerah yang Terkena Karies Interproksimal Daerah distal gigi yang terkena karies inteproksimal sedikit lebih besar dibandingkan daerah mesial yaitu 51,9%. Tabel 3. Prevalensi daerah yang terkena karies interproksimal Daerah gigi yang terkena karies interproksimal Jumlah Persentase Disto interproksimal 27 51,9% Mesio interproksimal 25 48,1%

27 4.5 Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Karies Interproksimal Elemen gigi yang paling banyak terkena karies adalah elemen gigi 36, 25, dan 26 dengan persentase sebesar 11,53% dari masing-masing gigi. Tabel 4. Prevalensi elemen gigi yang terkena karies inteproksimal Elemen gigi yang terkena karies interproksimal Jumlah Persentase 45 5 gigi 9,61% 36 6 gigi 11,53% 25 6 gigi 11,53% 26 6 gigi 11,53% 46 4 gigi 7,69% 47 3 gigi 5,76% 35 4 gigi 7,69% 65 2 gigi 3,84% 75 1 gigi 1,92% 15 3 gigi 5,76% 16 5 gigi 9,61% 55 2 gigi 3,84% 27 2 gigi 3,84%

28 44 1 gigi 1,92% 34 2 gigi 3,84% 4.6 Gambaran Kedalaman K1 dan K2 Kategori kedalaman karies K1 (Radiolusen mencapai enamel) mengenai gigi 15 terlihat pada gambar 11.a dan kategori kedalaman karies K2 (Radiolusen mencapai dentin enamel junction) mengenai gigi 16 terlihat pada gambar 11.b. a b Gambar 11. a. Kategori kedalaman K1 b. Kategori kedalaman K2 (Dokumen pribadi) 4.7 Gambaran Kedalaman K3 dan K4 Kategori kedalaman karies K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar dari dentin) mengenai gigi 26 terlihat pada gambar 12.a dan kategori kedalaman karies K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dari dentin) mengenai gigi 36 terlihat pada gambar 12.b. a b

29 Gambar 12. a. Kategori kedalaman K3 b. Kategori kedalaman k4 (Dokumen pribadi) BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting di Berastagi sebanyak 60 anak yang berusia 10-12 tahun. Pengamatan dilakukan untuk melihat berapa banyak anak yang mengalami karies interproksimal dan melihat kedalaman karies interproksimal pada setiap elemen gigi yang terkena karies. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi sampel yang mengalami karies interproksimal lebih tinggi, yaitu 61,16% (37 anak) sedangkan yang tidak mengalami karies interproksimal sebanyak 38,84% (23 anak) seperti yang terlihat pada tabel 1. Angka ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alm et al, (2007) yang menunjukkan prevalensi karies interproksimal yang tinggi juga yaitu sebesar 74%. 24 Adapun yang dianggap sebagai faktor risiko dari karies meliputi pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan dan status sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. 3 Anak yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya menjaga kebersihan dan pola makan yang tidak baik menjadi salah satu penyebab paling umum dari masalah gigi di dunia. 25 Beberapa bakteri penyebab karies memproduksi asam dari makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat sehingga terjadi demineralisasi. Di antara waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi karies. 3 Karies interproksimal dapat terjadi karena adanya plak dental didaerah interproksimal. Di daerah interproksimal sangat sulit untuk membersihkan sisa-sisa

30 makanan karena daerah ini adalah daerah yang berada diantara dua gigi yang saling berdekatan. Beberapa bakteri mampu memfermentasi substansi karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa, memproduksi asam, menyebabkan ph plak jatuh di bawah 5 dalam kurun waktu 1-3 menit. Berulangnya penurunan ph ini secara terus-menerus menyebabkan terjadinya demineralisasi dan remineralisasi yang dapat menyebabkan terjadinya karies. 1,2 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 melaporkan bahwa 76,5% anak usia 12 tahun memiliki kerusakan gigi yang tidak dirawat. 9 Karies interproksimal sulit untuk dideteksi sehingga tidak bisa dilakukan perawatan, dikhawatirkan keadaan tersebut dapat menyebabkan peradangan pulpa atau lebih sering disebut dengan pulpitis dan seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan nekrosis pulpa. 10 Pada Tabel 2 terlihat hanya 52 elemen gigi yang terkena karies interproksimal dan masing-masing elemen gigi memiliki kedalaman yang bervariasi secara radiografis. Kedalaman karies interproksimal dapat dikategorikan menjadi klas 1/ K1 (Radiolusen mencapai enamel), klas 2/ K2 (Radiolusen mencapai enamel-dentin junction), klas 3/ K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar dentin), dan klas 4/ K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dentin). Pada penelitian ini kedalaman karies interproksimal yang paling banyak terjadi adalah kategori K1 yaitu yang menunjukkan gambaran radiolusen mencapai enamel sebanyak 86,53%. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Yin et al menyatakan bahwa prevalensi karies interproksimal pada bagian enamel paling banyak dibandingkan karies yang sudah mencapai dentin dengan persentase yang mencapai 79%. 26 Banyaknya karies interproksimal yang terjadi pada kategori kedalaman K1 disebabkan karena waktu dan periode yang dibutuhkan untuk menembus permukaan enamel cukup lama. 27 Enamel terdiri dari 93% berat anorganik dan 4% berat organik sedangkan dentin terdiri dari 66% berat anorganik dan 18% berat organik. Tingginya bahan anorganik enamel menyebabkan proses demineralisasi berjalan cukup lama. Pada dentin proses demineralisasi akan berjalan lebih cepat dikarenakan komposisi bahan anorganik yang lebih sedikit ditambah lagi unsur organik yang banyak menyebabkan pekerjaan

cepat. 15 Pada Tabel 3 dapat dilihat prevalensi daerah yang terkena karies 31 mikroorganisme golongan Streptococcus mutans dan Lactobacillus menjadi lebih inteproksimal. Daerah mesial gigi yang terkena karies interproksimal sebesar 51,9% dan daerah distal sebesar 48,1%. Hasil ini tidak menunjukkan angka yang signifikan sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini insidensi terjadinya karies interproksimal bisa saja terjadi didaerah mesial maupun distal. Elemen-elemen gigi yang terkena adalah 45, 36, 25, 26, 46, 47, 35, 65, 75, 15, 16, 55, 27, 44, dan 34 (Tabel 3). Frekuensi gigi yang mengalami karies interproksimal yang paling tinggi adalah gigi 36, 25,dan 26 dengan persentasi 11,53% pada masing-masing gigi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arrow (2007) yang menyatakan bahwa molar satu permanen merupakan gigi yang paling banyak terkena karies interproksimal, yaitu 60%. 28 Prevalensi karies yang tinggi pada molar pertama disebabkan karena ukuran mahkota gigi yang besar sehingga memicu banyak perlekatan plak pada mahkota gigi dan produksi asam oleh bakteri semakin besar pada daerah tersebut ditambah lagi molar satu permanen merupakan gigi permanen pertama yang erupsi. 29

32 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa prevalensi karies interproksimal yang terdapat pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebesar 61,16% dan prevalensi kedalaman karies interproksimal yang paling banyak dijumpai adalah kategori kedalaman K1 (Radiolusen mencapai Enamel) sebanyak 86,53%. 6.2 Saran 1. Dibutuhkan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar di sekolah yang sama agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. 2. Perlu diadakan pemeriksaan berkala dan didukung dengan pemeriksaan radiografi bitewing pada sekolah tersebut agar dapat mencegah terjadinya pekembangan karies interproksimal kearah yang lebih parah.