BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB IV P E N U T U P

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL EMAS TAHUN 2014

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG HOME CARE SERVICES WALIKOTA YOGYAKARTA,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

Poliklinik Kesehatan Desa

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rumah sakit menghadapi suatu masalah global akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. health coverage di tahun Universal health coverage berarti setiap warga di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

Tabel 7.5 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 5. INDIKATOR KINERJA (outcome)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES. Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) Brebes 52212

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi semua orang agar terwujud derajat kesehatan. masyarakat yang optimal merupakan tujuan pembanguan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

B A B P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

PEMBERDAYAAN KADER PKK DAN KADER POSYANDU SEBAGAI KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Namun sudah sejauh manakah perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia? Bagaimana keadaan derajat kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan, mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui gerakan masyarakat (Saifuddin, 2007). Penerapan paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan dalam jangka panjang agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam memelihara kesehatan, melalui peningkatan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mewujudkan Indonesia Sehat (Yuniarti, 2007). Visi pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang berparadigma sehat untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara berkelanjutan antara lain : meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat, meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini, menata kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan pengembangan system jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin, meningkatkan pengawasan obat dan makan serta ketersediaan obat, meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan peningkatan jaringan dan kualitas pelayanan kesehatan hingga kedaerah terpencil, dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (Wulandari, 2008).

Misi dan program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang berparadigma sehat untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara berkelanjutan antara lain terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan dengan program sumber daya kesehatan; terwujudnya peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat dengan program lingkungan sehat; terwujudnya peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini dengan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; terwujudnya penataan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin dengan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan program penelitian dan pengembangan kesehatan; terwujudnya peningkatan pengawasan obat dan makanan serta kesetersediaan obat dengan program pengawasan obat dan makanan, program obat dan perbekalan kesehatan dan program pengembangan obat asli Indonesia; terwujudnya peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas Puskesmas hingga ke daerah terpencil dengan program upaya kesehatan masyarakat, program pencegahan dan pemberantasan penyakit dan program perbaikan gizi masyarakat; terwujudnya peningkatan upaya kesehatan perorangan dengan program upaya kesehatan Perorangan (Wulandari, 2008). Masalah kesehatan di masyarakat adalah masih dijumpai keadaan kemiskinan pengetahuan masyarakat/kader akan kesehatan, rendahnya pemerataan kader kesehatan yang memadai dalam menopang pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya di desadesa miskin, dan rendahnya kualitas lingkungan yang mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memadai, sehingga perlu diterapkan pendekatan strategi pembelajaran Primary Health Care sebagai salah satu model untuk mempercepat terwujudnya desa sehat. Pendekatan Primary Health Care merupakan langkah operasional pelaksanaan kegiatan delapan elemen kesehatan yang terdiri dari; penyuluhan

kesehatan, perbaikan gizi,kesehatan lingkungan, KIA/KB, Imunisasi, Pelayanan kesehatan dasar dan sebagainya. Pelaksanaannya di desa miskin dengan cara menggali potensi yang ada dimasyarakat melalui peningkatan kompetensi di bidang kesehatan. Pendekatan Primary Health Care sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga karena baik tujuan dan proses pelaksanaannya untuk memandirikan masyarakat agar dapat hidup sehat (Castro, 2006). Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, tahu, mau, mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan oleh penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Kesiagaan dimaksud untuk mengantisipasi terhadap berbagai penyakit menular yang akan menimbulkan kejadian luar biasa, rawan pangan dan kurang gizi, bencana alam, kecelakaan yaitu dengan menggunakan teknologi tepat guna yang ada di tempat secara gorong royong menggalang potensi dan semangat kebersamaan melawan berbagai penyakit. Pembinaan desa siaga merupakan cermin kepedulian, menggelorakan semangat untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan mencegah, mengatasi berbagai hambatan, gangguan, ancaman dan tantangan terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan teknis praktis medis dasar membangun desa siaga yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melawan penyakit, bencana, rawan gizi antara lain: Tersedianya tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, sanitarian, petugas gizi yang kebetulan tinggal di desa, PKK juga kader kesehatan untuk merespon secara cepat terhadap ancaman yang dilaporkan masyarakat (Saifuddin, 2007). Misi Kabupaten Purbalingga dalam mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan,

dan mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui gerakan masyarakat. Untuk pencapaian misi tersebut perlu dukungan dari bawah yaitu kecamatan sehat kemudian diikuti dengan desa sehat mandiri yaitu desa yang secara mandiri mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas kepada masyarakatnya serta antisipatif dan responsif terhadap kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan kesehatan masyarakat Di kabupaten Purbalingga sendiri langkah kegiatan desa siaga mandiri dilakukan dengan pembentukan tim pembina desa siaga mandiri tingkat kabupaten dan kecamatan; advokasi dan sosialisasi baik di tingkat kabupaten, kecamatan, maupun desa; pembentukan forum kesehatan desa; musyawarah masyarakat desa. Langkah-langkah pengembangan desa siaga mandiri dilakukan dengan: persiapan internal: sosialisasi, perekrutan tenaga, pembentukan forum atau tim, pertemuan dan pelatihan; Persiapan eksternal: advokasi; telaah mawas diri: identifikasi masalah dan inventarisasi potensi; musyawarah masyarakat desa: mencari alternatif pemecahan masalah, dan melaksanakan kegiatan. Dalam mewujudkan desa sehat mandiri perlu adanya dukungan dari perilaku masyarakat (surveillance), perbaikan lingkungan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu dengan adanya Poliklinik Kesehatan Desa yang mempunyai sistem rujukan ke puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit (Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2007). Sehingga Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Poliklinik Desa dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan serta memberikan pengobatan.

Program Poliklinik Kesehatan Desa sudah berjalan satu tahun terakhir ini di kabupaten Purbalingga, dan mendapat antusias masyarakat yang sangat besar. Karena dari segi tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Angka kunjungan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) pada tahun 2008 di kecamatan Kejobong yang terbagi atas 13 desa antara lain di desa Bandingan sebanyak 872 kunjungan,di desa Lamuk sebanyak 869 kunjungan, di desa Gumiwang sebanyak 925 kunjungan, di desa Sokanegara sebanyak 941 kunjungan, di desa Nangkasawit sebanyak 851 kunjungan, di desa Krenceng sebanyak 826 kunjungan, di desa Pandansari 918 kunjungan, Pangempon 736, Kedarpan sebanyak 862 kunjungan, di desa Nangkod sebanyak 922 kunjungan, di desa Langgar sebanyak 874 kunjungan, di desa Timbang sebanyak 892 kunjungan. Sedangkan di desa Gumiwang sendiri penempatan Poliklinik Kesehatan Desa dinilai cukup setrategis. Terhitung sejak 1 Januari 31 Oktober 2009 terdapat 867 kunjungan masyarakat yang memanfaatkan Poliklinik Kesehatan Desa, sedangkan jumlah kunjungan dari luar desa sebanyak 35 kunjungan. Sedangkan pada 1 bulan terakhir, yaitu selama bulan Oktober 2009 terdapat 102 kunjungan dari keseluruhan jumlah penduduk laki-laki 1209 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1213 jiwa yang terbagi atas 723 Kepala Keluarga. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di desa Gumiwang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. B. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Desa Gumiwang? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) oleh masyarakat Desa Gumiwang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang memanfaatkan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Desa Gumiwang. b. Untuk mengetahui hubungan umur masyarakat dengan pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan d. Untuk mengetahui hubungan pendidikan masyarakat dengan pemanfaatan e. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan f. Untuk mengetahui hubungan keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan g. Untuk mengetahui hubungan perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan h. Untuk mengetahui faktor yang paling menentukan dalam pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa di Desa Gumiwang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Menambah dan memperluas khasanah ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas. 2. Bagi petugas kesehatan Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan petugas kesehatan tentang pentingnya pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) oleh warga masyarakat. 3. Bagi responden Sebagai masukan bagi warga masyarakat tentang pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat 4. Bagi instansi terkait Diharapkan dapat berguna untuk memajukan riset keperawatan yang merupakan dasar penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait. E. Penelitian Terkait Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang Khadijah (2004) melakukan penelitian tentang Meningkatkan Status Derajat Kesehatan Melalui Pemanfaatan Puskesmas dengan menggunakan uji Chi Square dengan a < 0,05, terlihat ada hubungan yang bermakna (p = 0,05). Uji Regresi Iogistik terhadap 5 (lima) variabel yang memenuhi syarat untuk analisis multivariat ditemukan bahwa ada 2 (dua) variabel yang berhubungan secara signifikan. Hasil akhir analisis multivariat didapatkan bahwa faktor pengetahuanlah yang paling dominan terhadap pemanfaatan Puskesmas (p = 0,000).