BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Namun sudah sejauh manakah perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia? Bagaimana keadaan derajat kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan, mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui gerakan masyarakat (Saifuddin, 2007). Penerapan paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan dalam jangka panjang agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam memelihara kesehatan, melalui peningkatan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mewujudkan Indonesia Sehat (Yuniarti, 2007). Visi pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang berparadigma sehat untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara berkelanjutan antara lain : meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat, meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini, menata kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan pengembangan system jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin, meningkatkan pengawasan obat dan makan serta ketersediaan obat, meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan peningkatan jaringan dan kualitas pelayanan kesehatan hingga kedaerah terpencil, dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (Wulandari, 2008).
Misi dan program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang berparadigma sehat untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara berkelanjutan antara lain terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan dengan program sumber daya kesehatan; terwujudnya peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat dengan program lingkungan sehat; terwujudnya peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini dengan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; terwujudnya penataan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin dengan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan program penelitian dan pengembangan kesehatan; terwujudnya peningkatan pengawasan obat dan makanan serta kesetersediaan obat dengan program pengawasan obat dan makanan, program obat dan perbekalan kesehatan dan program pengembangan obat asli Indonesia; terwujudnya peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas Puskesmas hingga ke daerah terpencil dengan program upaya kesehatan masyarakat, program pencegahan dan pemberantasan penyakit dan program perbaikan gizi masyarakat; terwujudnya peningkatan upaya kesehatan perorangan dengan program upaya kesehatan Perorangan (Wulandari, 2008). Masalah kesehatan di masyarakat adalah masih dijumpai keadaan kemiskinan pengetahuan masyarakat/kader akan kesehatan, rendahnya pemerataan kader kesehatan yang memadai dalam menopang pelaksanaan pembangunan kesehatan khususnya di desadesa miskin, dan rendahnya kualitas lingkungan yang mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memadai, sehingga perlu diterapkan pendekatan strategi pembelajaran Primary Health Care sebagai salah satu model untuk mempercepat terwujudnya desa sehat. Pendekatan Primary Health Care merupakan langkah operasional pelaksanaan kegiatan delapan elemen kesehatan yang terdiri dari; penyuluhan
kesehatan, perbaikan gizi,kesehatan lingkungan, KIA/KB, Imunisasi, Pelayanan kesehatan dasar dan sebagainya. Pelaksanaannya di desa miskin dengan cara menggali potensi yang ada dimasyarakat melalui peningkatan kompetensi di bidang kesehatan. Pendekatan Primary Health Care sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembentukan Desa Siaga karena baik tujuan dan proses pelaksanaannya untuk memandirikan masyarakat agar dapat hidup sehat (Castro, 2006). Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, tahu, mau, mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan oleh penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Kesiagaan dimaksud untuk mengantisipasi terhadap berbagai penyakit menular yang akan menimbulkan kejadian luar biasa, rawan pangan dan kurang gizi, bencana alam, kecelakaan yaitu dengan menggunakan teknologi tepat guna yang ada di tempat secara gorong royong menggalang potensi dan semangat kebersamaan melawan berbagai penyakit. Pembinaan desa siaga merupakan cermin kepedulian, menggelorakan semangat untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan mencegah, mengatasi berbagai hambatan, gangguan, ancaman dan tantangan terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan teknis praktis medis dasar membangun desa siaga yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melawan penyakit, bencana, rawan gizi antara lain: Tersedianya tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, sanitarian, petugas gizi yang kebetulan tinggal di desa, PKK juga kader kesehatan untuk merespon secara cepat terhadap ancaman yang dilaporkan masyarakat (Saifuddin, 2007). Misi Kabupaten Purbalingga dalam mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan,
dan mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui gerakan masyarakat. Untuk pencapaian misi tersebut perlu dukungan dari bawah yaitu kecamatan sehat kemudian diikuti dengan desa sehat mandiri yaitu desa yang secara mandiri mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas kepada masyarakatnya serta antisipatif dan responsif terhadap kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan kesehatan masyarakat Di kabupaten Purbalingga sendiri langkah kegiatan desa siaga mandiri dilakukan dengan pembentukan tim pembina desa siaga mandiri tingkat kabupaten dan kecamatan; advokasi dan sosialisasi baik di tingkat kabupaten, kecamatan, maupun desa; pembentukan forum kesehatan desa; musyawarah masyarakat desa. Langkah-langkah pengembangan desa siaga mandiri dilakukan dengan: persiapan internal: sosialisasi, perekrutan tenaga, pembentukan forum atau tim, pertemuan dan pelatihan; Persiapan eksternal: advokasi; telaah mawas diri: identifikasi masalah dan inventarisasi potensi; musyawarah masyarakat desa: mencari alternatif pemecahan masalah, dan melaksanakan kegiatan. Dalam mewujudkan desa sehat mandiri perlu adanya dukungan dari perilaku masyarakat (surveillance), perbaikan lingkungan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu dengan adanya Poliklinik Kesehatan Desa yang mempunyai sistem rujukan ke puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit (Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2007). Sehingga Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Poliklinik Desa dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan serta memberikan pengobatan.
Program Poliklinik Kesehatan Desa sudah berjalan satu tahun terakhir ini di kabupaten Purbalingga, dan mendapat antusias masyarakat yang sangat besar. Karena dari segi tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Angka kunjungan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) pada tahun 2008 di kecamatan Kejobong yang terbagi atas 13 desa antara lain di desa Bandingan sebanyak 872 kunjungan,di desa Lamuk sebanyak 869 kunjungan, di desa Gumiwang sebanyak 925 kunjungan, di desa Sokanegara sebanyak 941 kunjungan, di desa Nangkasawit sebanyak 851 kunjungan, di desa Krenceng sebanyak 826 kunjungan, di desa Pandansari 918 kunjungan, Pangempon 736, Kedarpan sebanyak 862 kunjungan, di desa Nangkod sebanyak 922 kunjungan, di desa Langgar sebanyak 874 kunjungan, di desa Timbang sebanyak 892 kunjungan. Sedangkan di desa Gumiwang sendiri penempatan Poliklinik Kesehatan Desa dinilai cukup setrategis. Terhitung sejak 1 Januari 31 Oktober 2009 terdapat 867 kunjungan masyarakat yang memanfaatkan Poliklinik Kesehatan Desa, sedangkan jumlah kunjungan dari luar desa sebanyak 35 kunjungan. Sedangkan pada 1 bulan terakhir, yaitu selama bulan Oktober 2009 terdapat 102 kunjungan dari keseluruhan jumlah penduduk laki-laki 1209 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1213 jiwa yang terbagi atas 723 Kepala Keluarga. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di desa Gumiwang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. B. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Desa Gumiwang? C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) oleh masyarakat Desa Gumiwang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang memanfaatkan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Desa Gumiwang. b. Untuk mengetahui hubungan umur masyarakat dengan pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan d. Untuk mengetahui hubungan pendidikan masyarakat dengan pemanfaatan e. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan f. Untuk mengetahui hubungan keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan g. Untuk mengetahui hubungan perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan h. Untuk mengetahui faktor yang paling menentukan dalam pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa di Desa Gumiwang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti
Menambah dan memperluas khasanah ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas. 2. Bagi petugas kesehatan Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan petugas kesehatan tentang pentingnya pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) oleh warga masyarakat. 3. Bagi responden Sebagai masukan bagi warga masyarakat tentang pemanfaatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat 4. Bagi instansi terkait Diharapkan dapat berguna untuk memajukan riset keperawatan yang merupakan dasar penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait. E. Penelitian Terkait Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang Khadijah (2004) melakukan penelitian tentang Meningkatkan Status Derajat Kesehatan Melalui Pemanfaatan Puskesmas dengan menggunakan uji Chi Square dengan a < 0,05, terlihat ada hubungan yang bermakna (p = 0,05). Uji Regresi Iogistik terhadap 5 (lima) variabel yang memenuhi syarat untuk analisis multivariat ditemukan bahwa ada 2 (dua) variabel yang berhubungan secara signifikan. Hasil akhir analisis multivariat didapatkan bahwa faktor pengetahuanlah yang paling dominan terhadap pemanfaatan Puskesmas (p = 0,000).