KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

Faktor-faktor yang Menentukan Eksistensi Kampung Pekojan sebagai Kampung Kota di Kota Semarang

Morfologi Spasial Lingkungan di Kawasan Malabar-Merbabu Malang

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

PENGATURAN PERUBAHAN FUNGSI PADA KAWASAN PERUMAHAN KONSERVASI: STUDI KASUS KAWASAN KONSERVASI CISANGKUY, BANDUNG

KETERPADUAN BLOK TUNJUNGAN DALAM KONTEKS PERENCANAAN KOTA YANG IDEAL

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 41 PEMETAAN DAN IDENTIFIKASI BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA TUA AMPENAN MATARAM NUSA TENGGARA BARAT.

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

Morfologi Spasial Kompleks Perumahan Karyawan Pabrik Gula Wonolangan, Probolinggo

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB I PENDAHULUAN. Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), lima kawasan cagar budaya

Lampiran A Foto Bangunan Objek Penelitian di Jl.Cilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA. Bappeda Yogyakarta Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Revitalisasi Sungai Winongo Kota Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

TRANSFORMASI FISIK SPASIAL KAMPUNG KOTA DI KELURAHAN KEMBANGSARI SEMARANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang

TATA BANGUNAN PADA JALAN D. I. PANJAITAN DAN JALAN ALI MAKSUM DI YOGYAKARTA 1

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

STUDI TATA BANGUNAN PADA JALAN DI.PANJAITAN DAN ALI MAKSUM YOGYAKARTA 1

Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I Definisi Pola Pemanfaatan Ruang. dan memelihara kelangsungan hidupnya (pasal 1 ayat 1). Pola Ruang

Kata Kunci : Koridor Jalan Boulevard II, Perubahan Fisik, Perubahan Fungsi

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Jl. Tamansari No.1 Bandung

PERKAMPUNGAN TUA DI TENGAH KOTA, Upaya Mewujudkan Kawasan Bantaran Sungai sebagai Kawasan Budaya Berjatidiri

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

PENGARUH PERKEMBANGAN PERKOTAAN TERHADAP MORFOLOGI KAMPUNG KAUMAN KOTA SEMARANG. Cynthia Putriyani Alie¹ dan Djoko Suwandono²

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENELUSURAN KAWASAN ALUN-ALUN BUNDER KOTA MALANG SEBAGAI OPEN SPACE RANCANGAN IR KARSTEN

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

TINJAUAN BENTUK DAN MASSA BANGUNAN DI KAWASAN SIMPANG LIMA BANDUNG

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia) QS. Al-Hijr: 76.

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda E-mail: hattamusthafa@gmail.com ABSTRACT Old Sagan area is an area in Yogyakarta, which still preserves its architectural and region. Architecturally, this area is a building of residential-style that has a form of Indisch, colonial influence Dutch inherent in all the land until the construction of the roof of the House. By region, the region has the character of the old settlement of Sagan with ordered plots of land, vegetation and the placement of a planned land not aroused. The existence of Old Sagan located in the middle of the city became an important part in the development of this important region. Various influences lifestyles and needs of the people began to affect the region, especially the commercial side. Character of the area began to undergo transformation because of the influence of pressure from the surrounding area is growing rapidly with commercialization. Keywords : character, housing, indisch ABSTRAK Kawasan Sagan Lama adalah salah satu kawasan di Yogyakarta yang masih mempertahankan ciri khasnya baik secara arsitektural maupun kawasan. Secara arsitektural, kawasan ini adalah permukiman yang memiliki bentuk bangunan bergaya indisch, pengaruh kolonial belanda melekat pada keseluruhan bangunan mulai dari lahan hingga atap rumah. Secara kawasan, kawasan Sagan Lama memiliki karakter berupa permukiman dengan persil lahan yang rapi, penempatan vegetasi serta lahan tak terbangun yang terencana. Keberadaan kampung Sagan yang terletak di tengah kota menjadi bagian penting yang patut diperhatikan dalam perkembangan kawasan. Berbagai pengaruh gaya hidup dan kebutuhan manusia mulai mempengaruhi kawasan, terutama sisi komersial. Karakter kawasan mulai mengalami transformasi akibat pengaruh desakan dari kawasan sekitarnya yang tumbuh pesat dengan aroma komersialisasi. Kata kunci : karakter, Permukiman, indisch A. PENDAHULUAN Kawasan Sagan Lama merupakan kampung yang ada di Yogyakarta yang masih mempertahankan ciri khasnya baik secara arsitektural maupun kawasan. Secara arsitektural, kawasan ini memiliki bentuk bangunan bergaya indisch, pengaruh kolonial belanda melekat pada keseluruhan bangunan mulai dari lahan hingga atap rumah. Secara kawasan, Sagan Lama memiliki karakter berupa perumahan dengan persil lahan yang rapi, penempatan vegetasi serta lahan tak terbangun yang terencana. 11

Hatta Musthafa Adham Putra, Karakter Indis Kawasan Sagan Lama Yogyakarta Gambar 1 Kawasan Sagan Lama adalah salah satu kawasan di Yogyakarta yang di dalamnya terdapat bangunan cagar budaya dalam bentuk bangunan Indis peninggalan kolonial Belanda. Pasal 1 UU No. 5/1992 menyebutkan bahwa Bangunan Cagar Budaya adalah segala bentuk bangunan yang berupa kesatuan atau kelompok, berumur 50 tahun atau lebih, atau mewakili gaya bangunan yang berumur 50 tahun atau lebih, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Yogyakarta memiliki 407 bangunan warisan budaya yang terdaftar pada 2009. dari 407 bangunan tersebut, 13 diantaranya berada di kawasan Sagan 2. Bangunan ini telah terdaftar setelah melalui tahapan survey hingga penetapan oleh dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Kawasan cagar budaya penting dipelihara karena aspek Budaya, Ekonomi dan Pendidikan. 12 Gambar 2 Gambar 1-2. Peta Lokasi Kampung Sagan Yogyakarta Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta, 2001 Keberadaan kawasan Sagan yang terletak di tengah kota menjadi bagian penting yang patut diperhatikan dalam perkembangan kawasan. Berbagai pengaruh gaya hidup dan kebutuhan manusia mulai mempengaruhi kawasan, terutama sisi komersial. Beberapa bangunan mulai mengalami perubahan fungsi, struktur persil lahan, hingga gaya arsitektural bangunan. Bangunan yang awalnya hanya berupa rumah tinggal berubah menjadi warung makan, toko, apotik, dan fungsi lain yang secara komersial menjadi terbuka untuk umum. Dampak utama dari perubahan fungsi terebut adalah adanya pergeseran morfologi dan spasial bangunan di kawasan Sagan. Ciri khas bangunan maupun fungsi bangunan mulai mengalami transformasi akibat pengaruh desakan dari kawasan sekitarnya yang tumbuh pesat dengan aroma komersialisasi. B. Gambaran Lokasi Kampung Sagan Perumahan kolonial di Sagan yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah sebuah perumahan yang dibangun oleh Belanda di bagian Utara Kota Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman. Lokasi penelitian kini termasuk kedalam wilayah RW 12, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Luas wilayah keseluruhan RW 12 menurut monografi Kelurahan Terban tahun 2005 mencapai 12,8 hektar dengan jumlah KK mencapai 235 KK. Adapun batas-batas wilayah RW 12 adalah : Bagian Utara: Jl. Kartini atau yang dahulu dikenal dengan nama Jl. Sagan Lor. Bagian Timur: Jl. Prof. Herman Yohannes atau dikenal dengan nama Jl. Reksonegaran. Bagian Barat: Rumah-rumah tinggal yang ada di sebelah Timur Jl. Cik Di Tiro atau yang dahulu dikenal dengan nama Dr. Yap Boulevard.

Bagian Selatan: Jl. Sam Ratulangi atau yang dahulu dikenal dengan nama Jl. Dr. Schuerer. Gambar 3. Foto udara kawasan Kampung Sagan Sumber : Google earth 2006 Nama Sagan Lama dan Sagan Baru merupakan penyebutan yang diberikan oleh masyarakat sekitar untuk membedakan dua buah perumahan yang dibangun pada waktu berbeda dalam satu kampung yang sama yaitu Kampung Sagan. Sagan Lama merupakan perumahan kolonial yang didirikan oleh Belanda pada sekitar tahun 1930-an sebagai kawasan rumah dinas amteenar Belanda. Vol. 2, No. 1, Oktober 2014 Kampung Sagan Lama sebagai satu dari beberapa kawasan peninggalan Belanda di Yogyakarta, memiliki blok kawasan yang tertata rapi dan arsitektur Indisch yang kental. Di samping itu, setting karakter kawasan sangat unik dengan persil, ruang jalan, vegetasi yang sangat tertata serta berlokasi strategis di lingkup kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena kawasan Sagan Lama merupakan permukiman yang benar-benar dibangun tertata rapi sebagaimana layaknya perumahan terencana saat ini. C. PEMBAHASAN C.1 Pola Massa Bangunan dalam Kawasan Bangunan di Kampung Sagan Lama terdiri dari bangunan satu dan dua lantai. Pada tahun 2010 terdapat satu bangunan 4 lantai yaitu Hotel Sagan. Bangunan tersusun mengikuti pola jalan seperti halnya sebuah permukiman dengan format perumahan. Gambar 5. Pola massa kawasan Kampung Sagan Lama Gambar 4 Pembagian area Kampung Sagan Lama dan Sagan Baru Sumber : google earth 2006, analisa penulis Selain pola massa yang tertata, beberapa bangunan masih memperlihatkan bentuk massa aslinya. Hal ini terlihat dari jarak antar bangunan maupun jarak bangunan dengan jalan. Dari pola massa ini juga memperlihatkan suatu pola grid sebagai implementasi dari permukiman yang terencana. 13

Hatta Musthafa Adham Putra, Karakter Indis Kawasan Sagan Lama Yogyakarta C.2 Pola Persil Kawasan Layaknya sebuah perumahan terencana yang dibangun pada jaman Kolonial Belanda, Kampung Sagan Lama memiliki pola persil yang tertata. Perencanaan kawasan ketika sebelum pembangunan serta diperkuat oleh aturan bangunan cagar budaya, menyebabkan kawasan ini terjaga seperti kondisi aslinya. penambahan bangunan baru selain bangunan utama. Gambar 7. Setback kawasan Kampung Sagan Lama Gambar 6. Pola persil kawasan Kampung Sagan Lama Persil kawasan membagi area permukiman menjadi simetris. Namun terdapat beberapa persil yang lebih lebar dibandingkan dengan persil lainnya, yaitu di area sudut. Pola persil ini masih bertahan hingga sekarang, meskipun fungsi beberapa bangunan telah berubah dan terdapat penambahan bangunan di beberapa sisi. C.3 Setback Kawasan Kawasan Sagan Lama memiliki persil yang terpola, demikian pula setback kawasan. Meskipun di beberapa tempat terdapat beberapa persil dengan sempadan yang berbeda, namun secara keseluruhan memperlihatkan pola sempadan yang tertata rapi, dengan jarak yang sama terhadap jalan. Perbedaan setback muncul akibat adanya 14 C.4 Elemen Sky Line Pembentuk Karakter Kawasan Sagan Lama Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat, diketahui bahwa hanya ada satu bangunan yang masih mendekati asli, dalam arti minim perubahan. Rumah tersebut adalah Rumah tinggal di Jl. Dewi Sartika no. 5 yang memiliki luas lahan kurang lebih 1000 m² ini merupakan kediaman dari keluarga Ibu Tri Sedjati Kolopaking salah seorang dosen di Fakultas Sastra Universitas Teknologi Yogyakarta. Gambar 8. Rumah asli di kawasan kampung Sagan Lama Sumber : Dokumentasi Penulis, 2010

Gambar 9. Sketsa Rumah asli di kawasan kampong Sagan Lama Sky Line terbentuk oleh perpaduan garis atap dari tiap bangunan. Perpaduan ritme dan geometri bentuk tersebut menciptakan pola yang akan menjadi sky line. Gambar 10. Sky line penggal Jl. Dewi Sartika, kawasan Kampung Sagan Lama Sumber : Analisa penulis Vol. 2, No. 1, Oktober 2014 D. Kesimpulan dan Saran Kawasan Sagan Lama adalah salah satu kawasan di Yogyakarta yang masih mempertahankan karakter fisik berupa permukiman dengan persil lahan yang rapi, penempatan vegetasi serta lahan tak terbangun yang terencana. Keberadaan Sagan Lama ini berdekatan dengan kawasan Kotabaru Yogyakarta yang mencirikan kawasan indis dengan ruang hijau yang memadai Kawasan Sagan Lama masih memiliki karakter kuat yang dapat dirasakan. Namun jika tidak dilakukan pengawasan dan pemberlakuan regulasi, dikhawatirkan karakter tersebut akan hilang perlahan. Untuk itu, secara umum perlu adanya regulasi yang mengatur perubahan kawasan dalam rangka mempertahankan karakter kawasan Sagan Lama Yogyakarta ini. a. diharapkan peran serta pemerintah melalui dinas kebudayaan dalam rangka menjaga kelestarian kawasan Sagan Lama sebagai kawasan budaya dan memiliki karakter khas Indis. b. perlu adanya regulasi yang mengatur secara khusus tentang bangunan dan massa dalam kawasan. Keseragaman tinggi bangunan, bentukan massa serta gaya bangunan merupakan factor penting dalam menjaga karakter kawasan Sagan Lama. c. Untuk daerah kawasan lain di Indonesia, perlu adanya pendataan kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi, serta upaya pemerintah untuk mempertahankan bangunan dalam kawasan tersebut sehingga menjadi aset sejarah arsitektural daerah yang bermanfaat. 15

Hatta Musthafa Adham Putra, Karakter Indis Kawasan Sagan Lama Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA Buku Informasi Museum Bangunan-Bangunan Indis. 2001. Departemen Pendidikan Nasional Dinas Pariwisata Seni dan Budaya, 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Laporan Pendataan Kawasan Kotabaru. 2007. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Moughtin, Cliff. Urban Design, Street and Square. 2003. Architectural Press, Burlington Shirvani, Hamid, 1985. The Urban Design and Process. Van Nostrand Reinhold. New York. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DIY. 2007. Hasil Pendataan Bangunan Indis di Kawasan Bintaran Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space : Theories of Urban Design, Van Nostrand Reinhold. New York. architect-news.com Elantowow.wordpress.com Purbakalayogya.com wikipedia.com Yogyakarta.kemenag.go.id WEBTOGRAFI 16