BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Perseroan Terbatas. Hal tersebut menjadi alasan dibuatnya Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

Koperasi. By :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M.

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha koperasi. perkoperasian menegaskan bahwa: Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. para anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

Menimbang : a. Mengingat : 1.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DALAM DAERAH KOTA TERNATE

Tutik Susilowati, Pengembangan Koperasi. JKB. Nomor 6 Th. IV Januari

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bibit koperasi di Indonesia tumbuh di Purwokerto pada tahun Waktu itu

PEMBUBARAN KOPERASI.

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Sejak digunjang krisis moneter pada tahun 1998 lalu,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BADAN HUKUM KOPERASI MEIDYA ANUGRAH / D

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bertemu langsung, kini bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa. bertatapan muka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

KOPERASI. Published by : M Anang Firmansyah

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah

Dosen Fakultas Hukum USI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah. Bentuk hukum ini sangat kurang lazim di dalam lingkungan bisnis nasional

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Penjelasan Pasal 33 menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Memperhatikan kedudukan Koperasi seperti dalam Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka peran Koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu, Koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Perkembangan ekonomi yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum sepenuhnya 1

2 menampakkan wujud dan perannya, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam perekonomiam nasional. Pengembangannya diarahkan agar Koperasi benar-benar menerapkan prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap, demokrasi, otonom, partisipatif dan berwatak sosial. Pembinaan Koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian menegaskan bahwa pemberian status Badan Hukum Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya. Pemerintah dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada Menteri yang membidangi Koperasi, yakni Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah mencampuri urusan Internal Organisasi Koperasi dan tetap memperhatikan prinsip kemandirian Koperasi. Asal kata Koperasi adalah Cooperation atau cooperatie yang berarti bekerjasama. Maksud dari kerja sama di sini adalah ikut serta beberapa orang untuk bekerja sendiri-sendiri dengan maksud tujuan yang sukar dicapai apabila mereka bekerja sendiri-sendiri. Koperasi secara etimologis terdiri dari 2 (dua) suku kata, yaitu: Co (bersama) dan operation (bekerja) yang artinya

3 bekerja bersama atau bekerjasama atau kebersamaan. 1 Sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai bekerja bersama atau yang popular dengan sebutan kebersamaan. Namun demikian yang harus diperhatikan bahwa bekerjasama tidak sama dengan sama-sama bekerja. 2 Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian: Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari pasal ini dapat dipastikan secara hukum bahwa: 1. Koperasi adalah badan usaha bukan Ormas 2. Pendiri/pemiliknya adalah orang-orang (perorangan/individu) atau badan hukum Koperasi 3. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi dan asas kekeluargaan 4. Sebagai gerakan ekonomi rakyat. 3 Secara substansial, prinsip perkoperasian berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian tidak banyak berbeda, yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil 1 Koermen, 2003, Manajemen Koperasi Terapan, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta, hlm. 37 2 Budi Untung, 2005, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta, hlm. 68 3 Koermen, 2003, Op. Cit, hlm. 35

4 dan seimbang dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal dan memiliki kemandirian. 4 Berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan sedikitnya ada 6 ciri Koperasi adalah: 1. Sebagai badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan keuntungan ekonomi sehingga dapat bergerak di segala sektor perekonomian di mana saja dengan mempertimbangkan kelayakan usaha 2. Harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraannya 3. Sifat keanggotaannya sukarela tanpa paksaan 4. Pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota memegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi sehingga anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi 5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha di dalam Koperasi didasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada Koperasi serta balas jasa atau modal yang diberikan kepada anggota dibatasi, yaitu tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar, sehingga dengan demikian tidak didasarkan atas besarnya modal yang diberikan 6. Koperasi bersifat mandiri, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, memiliki otonomi, swadaya, serta mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri dan keinginan mengelola diri sendiri. 5 Selanjutnya mengenai status badan hukum dari Koperasi diperoleh setelah akta pendirian status Koperasi yang dibuat oleh notaris tersebut disahkan oleh Pemerintah melalui Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Selanjutnya mengenai pengajuan untuk memperoleh status badan hukum, para pendiri Koperasi dapat mengajukan permintaan tertulis kepada Menteri melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di masingmasing provinsi. 4 Herlien Budiono, 2004, Perkoperasian di Indonesia, Makalah pada Upgrading & Refresing Course, Ikatan Notaris Indonesia, Denpasar, hlm. 4 5 Winanto Wiryomartani, tt, Aspek Hukum Undang-Undang Koperasi, Media Notariat, Jakarta, hlm. 39

5 Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan. Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan pada pihak kepada notaris. Namun, notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi akta Notaris, serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatanganan akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi Akta Otentik yang akan ditandatangani. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bungo, di Kabupaten Bungo sendiri masih banyak koperasi, baik itu koperasi primer maupun koperasi sekunder yang didirikan tanpa adanya akta otentik yang dibuat oleh Notaris. Hal tersebut menyebabkan anggota koperasi tidak memperoleh jaminan kepastian

6 hukum dari pihak koperasi dan koperasi tersebut belum mempunyai status sebagai badan hukum. Selain itu di Kabupaten Bungo, tidak semua koperasi sudah melaksanakan kegiatan kewajiban secara berkala dengan baik. Dari ratusan koperasi, pada awal 2014 ini baru segelintir yang sudah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT). Merujuk data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Bungo, hingga awal 2014 hanya 10 koperasi yang sudah menggelar RAT. Kabid Koperasi Dinas Perindagkop, Sadikun, membenarkan hal itu. Hal itu, dikatakan Sadikun, sangat disayangkan. Pasalnya menggelar RAT merupakan kewajiban yang harus digelar oleh koperasi. Mestinya RAT dilaksanakan secara rutin. Itu kan kewajiban koperasi yang tidak boleh diabaikan. Dari 110 koperasi yang ada di Bungo, baru 10 yang menggelar RAT. Sangat minim, ujar Sadikun. 6 Sadikun mengatakan pihaknya mengingatkan semua koperasi agar melakukan secara berkala. Menurutnya masih ada waktu untuk menggelar RAT. Berdasarkan UU nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian, limit waktu menggelar RAT adalah Mei tahun berjalan. Masing-masing koperasi aktif sudah kami surati. Kami harap segera direspon dalam waktu secepatnya, ujar Sadikun lagi. Menariknya, bukan hanya kewajiban RAT 2014 yang masih banyak belum dilakukan. Kewajiban menggelar RAT 2013 juga banyak yang diabaikan oleh pengurus koperasi yang ada di Bungo. Dari 110 koperasi, pada 6 Mulisin, Hanya 10 Koperasi di Bungo Gelar RAT, www.tribunjambi.com, diakses pada tanggal 12 April 2014

7 2013 lalu ada 33 persen yang belum melaksanakan RAT. Meski lebih 50 persen yang sudah melakukan RAT, namun jumlah tersebut masih belum memuaskan, katanya lagi. Sementara itu, seorang pengurus koperasi yang dikonfirmasi Tribun, mengakui koperasinya belum menggelar RAT. Bahkan pria yang minta namanya tak disebutkan ini mengatakan bukan hanya RAT yang jadi persoalan, namun juga banyak yang tidak beraktifitas sama sekali. Mendinglah kalau sekedar tidak melakukan RAT. Malah sebenarnya banyak yang tidak aktif lagi. Tinggal akta notaris saja, ujarnya. 7 Tetapi berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi tanggal 28 Mei 2014, Undang-undang nomor 17/2012 di batalkan melalui putusan nomor 28/PUU-XI/2013. Dalam amar putusanya memutuskan : 8 1. Undang undang nomor 17 /2012 tentang perkoperasian bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 2. Undang-undang nomor 17/2012 tentang perkoperasian tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 3. Undang-undang nomor 25/1992 tentang perkoperasian berlaku untuk sementara waktu sampai dengan terbentuk nya undang-undang yang baru. 4. Putusan tersebut dibacakan pada tanggal 28 mei 2014 pukul 09.30 Wib oleh Hakim Ketua: Hamdan Zoelva Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang manfaat akta koperasi dalam menjamin kepastian hukum bagi anggotanya dengan judul: MANFAAT AKTA KOPERASI YANG DIBUAT OLEH NOTARIS UNTUK MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM BAGI ANGGOTANYA DI KABUPATEN BUNGO. 7 Ibid 8 https://adityapatria.wordpress.com/2014/05/28/pembatalan-undang-undang-nomor-17-tahun- 2012-tentang-perkoperasian/

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan akta koperasi yang dibuat oleh notaris terhadap legalitas koperasi di Kabupaten Bungo? 2. Bagaimana manfaat akta koperasi yang dibuat oleh notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi anggotanya di Kabupaten Bungo? 3. Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap akta koperasi yang telah dibuatnya? C. Keaslian Penelitian Setelah diadakan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sejauh ini penelitian tentang Manfaat Akta Koperasi yang Dibuat oleh Notaris untuk Menjamin Kepastian Hukum bagi Anggotanya di Kabupaten Bungo sepanjang pengetahuan penulis belum pernah diteliti, akan tetapi pernah ada penelitian yang serupa, yaitu: 1. Tesis yang ditulis oleh Risa Primadona 9 pada tahun 2007 yang berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT INVESTASI ANTARA ANGGOTA KOPERASI TAKSI PANDAWA DAN BANK BPD DIY, dimana yang menjadi perumusan masalahnya adalah bagaimanakah 9 Risa Primadona, 2007, Pelaksanaan Perjanjian Kredit Investasi Antara Anggota Koperasi Taksi Pandawa dan Bank BPD DIY, Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

9 tanggung jawab Pengurus Koperasi Taksi Pandawa selaku penanggung apabila anggotanya melakukan wanprestasi; serta bagaimana penyelesaiannya apabila pihak anggota Koperasi selaku debitur melakukan wanprestasi. 2. Tesis yang ditulis oleh Didi Krismanto Denna 10 pada tahun 2009 yang berjudul PERANAN NOTARIS DAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI DALAM PENDIRIAN KOPERASI SERTA PROSES MEMPEROLEH BADAN HUKUM, yang merupakan penelitian Tesis S-2 Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dimana yang menjadi perumusan masalahnya adalah bagaimana peranan Notaris dan Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dalam proses pendirian koperasi sebagai badan hukum; kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh notaris dalam proses memperoleh status badan hukum bagi koperasi; serta upaya apa sajakah yang dapat dilakukan notaris apabila pengajuan pengesahan akta pendirian ditolak oleh Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Berbeda dengan kedua hasil penelitian tersebut di atas, yaitu penelitian pertama lebih memfokuskan pada tanggung jawab Pengurus Koperasi Taksi Pandawa selaku penanggung apabila anggotanya melakukan wanprestasi serta penyelesaiannya apabila pihak anggota Koperasi selaku debitur melakukan 10 Didi Krismanto Denna, 2009, Peranan Notaris dan Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Dalam Pendirian Koperasi serta Proses Memperoleh Badan Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

10 wanprestasi. Penelitian kedua lebih memfokuskan pada peranan Notaris dan Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dalam proses pendirian koperasi sebagai badan hukum. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih memfokuskan pada manfaat akta koperasi yang dibuat oleh Notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi anggotanya di Kabupaten Bungo. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian ini asli karena belum pernah dilakukan penelitian terhadap rumusan masalah tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum kenotariatan pada umumnya dan khususnya tentang manfaat akta koperasi yang dibuat oleh notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi anggotanya di Kabupaten Bungo dan menjadi tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin meneliti lebih dalam mengenai permasalahan ini. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait khususnya tentang manfaat akta koperasi yang dibuat oleh notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi anggotanya di Kabupaten Bungo.

11 E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji kedudukan akta koperasi yang dibuat oleh notaris terhadap legalitas koperasi di Kabupaten Bungo 2. Untuk mengetahui dan mengkaji manfaat akta koperasi yang dibuat oleh notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi anggotanya di Kabupaten Bungo 3. Untuk mengetahui dan mengkaji tanggung jawab notaris terhadap akta koperasi yang telah dibuatnya.