PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

MODIFIKASI KITOSAN DENGAN KAOLIN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL (II)

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

PENGARUH PERBANDINGAN KOMPOSISI KITOSAN DAN SILIKA TERHADAP KARAKTERISASI ADSORBEN KITOSA-SILIKA BEAD

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

4. Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

PENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH MENGGUNAKAN ADSORBEN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI

3. Metodologi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

Adsorpsi Pb 2+ dan Cu 2+ Menggunakan Kitosan-Silika dari Abu Sekam Padi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

3 Metodologi Penelitian

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Cation Exchange Capacity of Zeolite X from Bagasse Ash against Magnesium(II)

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODE PENELITIAN

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

3. Metode Penelitian

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

Indo. J. Chem. Sci. 3 (3) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

3. Metodologi Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN Muhardi 1*, Nurlina 1, Anis Shofiyani 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak *email: muhardiadi7@gmail.com ABSTRAK Kitosan merupakan adsorben yang mempunyai kemampuan tinggi namun stabilitasnya rendah terutama dalam media asam. Zeolit merupakan adsorben yang berpori dan memiliki kekuatan mekanik yang baik. Pada penelitian ini dibuat komposit kitosan-zeolit untuk meningkatkan stabilitas adsorben terhadap asam dan terhadap temperatur. Komposit dibuat dalam bentuk beads dan pelet dengan variasi massa kitosan : zeolit 0,5:0,3; 0,5:0,5; 0,5:0,7 dan 0,5:1,0 kemudian diikat silang menggunakan glutraldehid. Uji stabilitas komposit dalam media asam dilakukan dengan melarutkan komposit ke dalam larutan asam asetat dengan variasi konsentrasi 1%, 2,5% dan 5%. Uji stabilitas termal dilakukan dengan menggunakan analisis DTA/TGA pada suhu 30-500 o C. Spektra FT-IR menunjukkan bahwa komposit dengan variasi massa 0,5:1,0 (bentuk beads) dan variasi massa 0,5:0,3 (bentuk pelet) mempunyai stabilitas paling tinggi dalam media asam. Spektrum FT-IR menunjukkan terbentuknya ikatan antara kitosan dan zeolit muncul pada bilangan gelombang 1024,16 cm -1 (Si-O dan Al-O). Uji stabilitas termal komposit bentuk pelet dan pelet terikat silang menunjukkan kehilangan massa komposit sebesar 0,65 mg dan 0,78 mg sedangkan dalam bentuk beads dan beads terikat silang kehilangan massa sebesar 3,66 mg dan 5,54 mg. Hasil ini menunjukkan bahwa komposit dalam bentuk pelet dan pelet terikat silang memiliki stabilitas termal yang lebih baik dibandingkan bentuk beads dan beads terikat silang. Kata Kunci : beads, komposit kitosan-zeolit, pelet, stabilitas PENDAHULUAN Kitosan merupakan biopolimer polikationik yang mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam dan merupakan polimer poliamina berbentuk linier (Cahyaningrum dkk., 2008). Kitosan mengandung gugus amina bebas yang memberikan karakteristik sebagai penukar ion dan pembentukan ion kompleks. Keberadaan gugus amina tersebut menyebabkan kitosan mudah larut dalam media asam. Kitosan dapat dibuat komposit dengan material anorganik untuk meningkatkan ketahanan fisiknya yang mudah larut atau membentuk gel pada suasana asam. Komposit kitosan dengan material anorganik diharapkan dapat bekerja dengan baik pada suasana asam dan mempunyai stabilitas yang tinggi. Komposit kitosan dengan bahan anorganik berpori berpotensi memberikan keuntungan dalam mekanisme adsorpsi. Proses adsorpsi dapat terjadi dengan melibatkan gugus fungsi atau melibatkan pori atau keduanya menjadi sama-sama berperan dalam mekanisme adsorpsi. Berbagai modifikasi kimia telah dilakukan untuk menghasilkan turunan kitosan ataupun komposit kitosan yang diharapkan dapat memperbaiki ketahanan, stabilitas dan kemampuan kitosan sebagai adsorben. Cahyaningrum dkk. (2008), membuktikan dalam proses modifikasi kitosan-silika dalam bentuk beads, kitosan yang sudah dimodifikasi dengan silika memiliki ketahanan terhadap asam lebih baik dibandingkan dengan sebelum dimodifikasi. Pada penelitian ini, kitosan akan dikompositkan dengan zeolit. Zeolit merupakan suatu mineral berupa kristal silika yang terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dapat dipertukarkan, kerangka alumina silikat dan air serta memiliki sifat 66

tahan terhadap suhu tinggi dan stabilitas tinggi (Hamdan, 1992). Stabilitas adsorben komposit kitosanzeolit (beads dan pelet) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komposisi masing-masing penyusunnya. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi berat kitosanzeolit untuk menghasilkan komposit berbentuk beads dan pelet. Komposit yang dihasilkan diikat silang menggunakan glutaraldehid dalam upaya untuk meningkatkan stabilitasnya. Komposisi kitosan-zeolit beads dan pelet yang dipilih akan diuji stabilitasnya secara kimia dalam pelarut asam dan stabilitas fisik terhadap perubahan suhu (stabilitas termal). Karakterisasi dengan spektrofotometri FT- IR untuk melihat perubahan gugus fungsional yang terjadi pada proses pembuatan komposit. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, botol semprot, timbangan analitik, oven, indikator universal, kertas saring, spatula, pemanas, termometer, magnetik stirer, spektrofotometer FT-IR Shimadzu, syringe 3 ml, alat Differential Thermal Analiysis (DTA) STA PT1000. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah akuades (H 2 O), asam asetat (CH 3 COOH), asam klorida (HCl), etanol (C 2 H 5 OH), glutaraldehid (C 5 H 8 O 2 ), kitosan derajat deasetilasi >80%, zeolit alam, padatan natrium hidroksida (NaOH), polovinil alkohol (C 2 H 4 O), dan zeolit alam. Prosedur Penelitian Proses preparasi dan aktivasi zeolit Proses peparasi dan aktivasi zeolit merujuk pada penelitian Utami dkk. (2012). Zeolit alam dihancurkan dengan penggerus mortar dan diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh. Zeolit dicuci dengan akuades dengan perbandingan (100 g zeolit dalam 300 ml akuades), kemudian diaduk. Zeolit yang telah diaduk selanjutnya diendapkan selama 1 jam pada suhu 70 o C, lalu dibiarkan semalaman pada suhu ruang. Endapan dicuci dua kali dengan akuades. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 110 C. Zeolit yang sudah dikeringkan dicampurkan dengan HCl 0,05 M. Campuran tersebut diaduk selama 1 jam pada suhu 70 C dan dibiarkan semalaman pada suhu ruang, lalu dicuci hingga ph pencuci konstan. Endapan selanjutnya dikeringkan pada suhu 110 C. bentuk beads bentuk beads merujuk pada penelitian Indrawati dan Cahyaningrum (2013). Komposit kitosan-zeolit bentuk beads dibuat dengan melarutkan kitosan sebanyak 0,5 gram dalam 25 ml larutan asam asetat 2,5%, sambil diaduk dengan menggunakan magnetik stirer sehingga terbentuk larutan kitosan yang berwarna kuning jernih. Kemudian ditambahkan zeolit alam yang sudah diaktivasi dengan perbandingan komposisi (b/b) yaitu 0,5:0,3; 0,5:0,5; 0,5:0,7 dan 0,5:1,0. Campuran kitosan-zeolit diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama 20 jam. Pembentukan beads dilakukan dengan meneteskan campuran kitosan-zeolit ke dalam larutan NaOH yang mengandung etanol menggunakan syringe 3 ml. Beads yang terbentuk disaring dan dinetralkan sampai ph konstan kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah kering, beads direndam dalam glutaraldehid 5% (v/v) selama 24 jam dengan perbandingan 1:1,5 (b/v). Beads yang telah terikat silang dengan glutaraldehid disaring kemudian dinetralkan dengan akuades sampai ph konstan dan disimpan di dalam botol hingga dikarakterisasi dan digunakan. Karakterisasi terhadap material beads kitosan-zeolit yang diperoleh dilakukan dengan FT-IR. bentuk pelet bentuk pelet merujuk pada penelitian Wahono dkk. (2010). Kitosan-zeolit bentuk pelet dibuat dengan mencampurkan kitosan dan zeolit alam dengan perbandingan komposisi (b/b) yaitu 0,5:0,3; 0,5:0,5; 0,5:0,7 dan 0,5:1,0. Setelah itu ditambahkan PVA secukupnya sampai keduanya bercampur, lalu dibentuk menjadi pelet. Adsorben yang dihasilkan dikeringkan pada suhu kamar. Setelah 67

kering, pelet direndam dalam glutaraldehid 5% (v/v) selama 24 jam dengan perbandingan 1:1,5 (b/v). Pelet yang telah terikat silang dengan glutaraldehid disaring kemudian dinetralkan sampai ph konstan dengan akuades dan disimpan di dalam botol hingga dikarakterisasi dan digunakan. Karakterisasi terhadap material beads kitosan-zeolit yang diperoleh dilakukan dengan FT-IR. Uji stabilitas komposit kitosan-zeolit beads dan pelet Uji stabilitas komposit kitosan-zeolit beads dan pelet merujuk pada penelitian Zaharah dkk. (2015). Sebanyak 0,05 gram kitosan-zeolit beads dan pelet 0,5:0,3; 0,5:0,5; 0,5:0,7 dan 0,5:1,0 dicampurkan dengan larutan asam asetat 1%, 2,5%, dan 5%, lalu diaduk pada kecepatan pengadukan 33-35 rpm selama 1 jam. Campuran disaring dan dikeringkan pada suhu 60 C selama 2 jam. Persen stabilitas ditentukan dari perbedaan berat akhir (W f ) dengan berat awal (W s ) yang ditimbang dengan persamaan: Stabilitas termal atau stabilitas komposit kitosan-zeolit pada perubahan temperatur dilakukan secara differential thermal analysis-thermogravimetric analysis (DTA/TGA). Variasi temperatur dilakukan pada 30-500 C dengan pembacaan setiap 20 C. Berdasarkan grafik DTA/TGA, ditentukan temperatur dimana komposit mulai mengalami dekomposisi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi Kitosan-Zeolit Zeolit alam yang digunakan pada penelitian ini diaktivasi terlebih dahulu secara fisika dan kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan dengan cara mencuci zeolit alam menggunakan akuades. Pencucian ini dilakukan untuk membersihkan zeolit dari pengotor-pengotor zeolit seperti tanah atau pengotor lain yang bersifat polar sehingga dapat larut dalam air. Pencucian dengan akuades dilakukan sebanyak tiga kali dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses pencucian pada zeolit alam. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan cara mencampurkan zeolit dengan larutan HCl. Aktivasi dengan asam dilakukan dengan tujuan melarutkan pengotor yang larut dalam asam seperti senyawa oksida logam alkali dan alkali tanah. Proses pembuatan kitosan termodifikasi diawali melarutkan kitosan ke dalam asam asetat hingga terbentuk gel kitosan. Pelarutan kitosan terlebih dahulu bertujuan untuk menata ulang susunan polimer kitosan namun tidak mengubah gugus fungsionalnya (Zaharah dkk., 2015). Larutan kitosan yang terbentuk kental berwarna kuning pucat. Proses pembuatan komposit beads dengan memodifikasi kitosan dengan zeolit alam dilakukan pada berbagai perbandingan komposisi (b/b) 0,5:0,3; 0,5:0,5; 0,5:0,7 dan 0,5:1,0 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan massa kitosan seiring dengan bertambahnya massa zeolit dan ketahanan dari komposit kitosan-zeolit melalui uji stabilitas terhadap ph dan temperatur. Larutan kitosan-zeolit dicampur sampai homogen. Campuran kitosan-zeolit yang telah homogen selanjutnya dibentuk menjadi beads dalam larutan NaOH yang mengandung etanol dengan menggunakan syringe. Penggunaan larutan NaOH bertujuan untuk mengeraskan beads kitosan-zeolit sehingga terjadi repolimerisasi kitosan, serta dengan adanya etanol akan membantu menurunkan tegangan permukaan sehingga bentuk beads yang terkoagulasi dalam NaOH bisa bulat sferis (tidak berekor). Ukuran beads kitosan-zeolit diusahakan dalam ukuran kecil karena semakin kecil ukuran maka semakin besar luas permukaannya. Kitosan-zeolit beads yang terbentuk direndam selama 24 jam untuk proses pengerasan. Selanjutnya dicuci dengan menggunakan aqua d.m hingga netral kemudian dikeringkan dalam suhu kamar selama 24 jam. Setelah kering beads kitosan-zeolit direndam dalam glutaraldehid. Penambahan glutaraldehid bertujuan untuk mengikat silang kitosan. Hal ini disebabkan karena ikatan yang terdapat pada kitosan bersifat sangat lemah sehingga perlu penambahan bahanbahan organik seperti glutaraldehid (Coradin dkk., 2006). Selanjutnya beads kitosan-zeolit dicuci kembali dengan aqua d.m hingga netral dan dioven untuk 68

menghilangkan sisa air yang masih terkandung di dalamnya. Suhu yang Modifikasi kedua adalah mengubah komposit kitosan-zeolit dalam bentuk pelet. Proses pembuatan komposit pelet dengan memodifikasi kitosan dengan zeolit alam merupakan salah satu cara supaya stabilitas fisiko-kimia komposit yang dihasilkan meningkat. Langkah selanjutnya kedua material tersebut diaduk dengan tujuan untuk mengontakkan kedua adsorben lalu ditambahkan dengan PVA secukupnya sampai keduanya bercampur, kemudian dibentuk menjadi pelet. Penambahan PVA disini bertujuan untuk merekatkan antar kedua material sehingga dapat mempermudah pada saat proses pencetakan menjadi pelet. Kemudian pelet dicetak dengan menggunakan pipet, dibuat dalam ukuran kecil dengan tujuan untuk meningkatkan luas permukaannya. Setelah kering pelet kitosan-zeolit direndam dalam glutaraldehid. Selanjutnya pelet kitosanzeolit dicuci dengan aqua d.m hingga netral dan dioven untuk menghilangkan unsur air yang masih terkandung di dalamnya. Suhu yang rendah digunakan untuk mencegah rusaknya pelet yang telah dibuat. Stabilitas Komposit Kitosan-Zeolit dalam Pelarut Asam Asetat Kestabilan adsorben kitosan-zeolit bentuk beads dan pelet tidak terikat silang larut sepenuhnya ke dalam asam asetat. rendah digunakan untuk mencegah rusaknya beads yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan ikatan dari kedua adsorben bersifat sangat lemah. Sedangkan kestabilan adsorben kitosanzeolit bentuk beads dan pelet terikat silang terhadap asam asetat lebih stabil. Hal ini dikarenakan adanya proses ikat silang dari penambahan glutaraldehid yang membuat ikatan kedua adsorben menjadi lebih kuat. Berdasarkan Tabel 1, pada konsentrasi larutan asam asetat 2,5% kestabilan komposit beads terikat silang pada komposisi 0,5:0,5 (kitosan-zeolit) berbeda dengan komposit beads terikat silang pada komposisi 0,5:1,0 (kitosan-zeolit). Hal ini disebabkan penambahan komposisi zeolit yang lebih maka membuat komposit kitosan-zeolit menjadi tidak mudah larut dalam larutan asam asetat sehingga adsorben tidak mudah hancur (Indrawati dan Cahyaningrum, 2013). Kestabilan adsorben kitosan-zeolit bentuk beads terikat silang relatif stabil pada variasi komposisi 0,5:1,0 dengan persentase kestabilan rata-rata di atas 96% sedangkan kestabilan adsorben kitosan-zeolit bentuk pelet terikat silang relatif stabil pada variasi komposisi 0,5:0,3 dengan persentase kestabilan rata-rata di atas 97%. Selanjutnya dianalisis menggunakan DTA/TGA untuk melihat pengaruh temperatur terhadap material tersebut. Tabel 1. Hasil Uji Stabilitas Beads dan Pelet terikat silang terhadap Asam Asetat % komposit kitosan-zeolit tidak terlarut 0,5 : 0,3 0,5 : 0,5 0,5 : 0,7 0,5 : 1,0 Konsentrasi asam asetat (% v/v) beads pelet beads pelet beads pelet Beads pelet 1% 90,67 98,43 86,30 95,71 89,68 98,37 96,81 97,07 2,5% 92,74 97,33 90,47 92,30 95,61 93,03 97,47 95,44 5% 95,80 97,38 91,10 98,04 96,61 97,43 96,69 97,46 Tabel 2. Hasil Analisis DTA-TGA Komposit Kitosan-Zeolit Bentuk Komposit Kitosan-Zeolit Puncak pertama endotermik ( o C) Puncak kedua endotermik ( o C) Penurunan berat signifikan ( o C) Massa yang hilang Beads 123 o C 328 o C 342-404 o C 3,66 mg Beads terikat silang 106 o C 325 o C 355-478 o C 5,53 mg Pelet 63 o C 341 o C 366-480 o C 0,65 mg Pelet terikat silang 73 o C 359 o C 417-495 o C 0,78 mg 69

Stabilitas Termal Komposit Kitosan- Zeolit Beads dan Pelet Berdasarkan Tabel 2, puncak endotermik pertama dan kedua dari komposit menyatakan perubahan yang berhubungan dengan penghilangan molekul air dan oksidasi senyawa organik. Menurut Kasmaydi dkk. (2007) indikasi terjadinya pelepasan air secara fisik dan oksidasi senyawa organik dapat diamati pada kurva TGA (Thermogravimetric Analysis). Tabel 3 menunjukkan penurunan berat yang terus meningkat. Persentase penurunan berat meningkat pada beads terlihat pada komposit beads (kitosanzeolit), komposit beads (kitosan-zeolit) terikat silang, komposit pelet (kitosanzeolit) dan komposit pelet (kitosan-zeolit) terikat silang berturut-turut adalah 342 404 o C, 355 478 o C, 366 480 o C, dan 417 495 o C. Kehilangan berat sampel sebagai akibat perlakuan pemanasan dikarenakan terlepasnya air serta senyawasenyawa organik pada sampel, dimana sampel beads kehilangan berat sebesar 3,66 mg, sampel beads terikat silang kehilangan berat sebesar 5,53 mg, sampel pelet kehilangan berat sebesar 0,65 mg dan sampel pelet terikat silang kehilangan berat sebesar 0,78 mg. Hasil ini menunjukkan bahwa komposit dalam bentuk pelet dan pelet terikat silang memiliki stabilitas terhadap temperatur yang lebih baik dibandingkan bentuk beads dan beads terikat silang. Hasil Karakteristik Kitosan-Zeolit Beads dan Pelet Berdasarkan Tabel 3 perubahan gugus fungsional beads dan pelet kitosan-zeolit sebelum dan setelah teriikat silang yang dikarakterisasi melalui spektrofotometer FT-IR dimana spektra dari beads dan pelet kitosan-zeolit sebelum dan setelah terikat silang memperlihatkan karakteristik yang tidak jauh berbeda dibandingkan spektra kitosan. Pada daerah sekitar 3500-3310 cm -1, serapan pada bilangan gelombang 3344,90 cm -1 merupakan vibrasi ulur gugus N-H kitosan, setelah dikompositkan dengan zeolit menjadi bentuk beads dan beads terikat silang bilangan gelombangnya bergeser dari 3344,90 cm -1 menjadi 3351,69 cm -1 dan 3350,74 cm -1. Sedangkan bentuk pelet dan pelet terikat silang bilangan gelombangnya begeser dari 3344,90 cm -1 menjadi 3315,45 cm -1 dan 3339,86 cm -1. Serapan lainnya yaitu 2877,08 cm -1 pada kitosan, 2884,69 cm -1 pada beads, 2893,25 cm -1 pada pelet, 2932,48 cm -1 pada beads terikat silang dan 2898,66 cm -1 pada pelet terikat silang merupakan vibrasi ulur dari gugug C-H metilen. Vibrasi bengkokan N-H pada kitosan 1638,55 cm -1, 1637,21 cm -1 pada beads, 1636,29 cm -1 pada pelet, 1642,78 cm -1 pada beads terikat silang dan 1640,57 cm -1 pada pelet terikat silang. Vibrasi ulur Si-O dan Al-O pada panjang gelombang 1009,09 cm -1 pada beads, 1022,49 cm -1 pada pelet, 1023,48 cm -1 pada beads terikat silang dan 1024,16 cm -1 pada pelet terikat silang. Berdasarkan hasil karakterisasi FT-IR pada beads dan pelet kitosan-zeolit hasil penelitian, diperkirakan bahwa modifikasi kitosan dengan zeolit melibatkan interaksi elektrostatik antara gugus Si-O dan Al-O pada zeolit dengan gugus amina terprotonasi pada kitosan. Tabel 3. Interpretasi Gugus Fungsi Spektrum FT-IR Kitosan dan Komposit Kitosan-Zeolit Bentuk Beads Komposisi 0,5:1,0 dan Bentuk Pelet Komposisi 0,5:0,3 Bilangan Gelombang FT-IR (cm -1 ) Komposit Komposit Komposit Komposit Gugus Kitosan- Kitosan-Zeolit Kitosan-Zeolit Kitosan-Zeolit Kitosan Fungsional Zeolit Pelet Beads (0,5:1,0) Pelet (0,5:0,3) Beads (d) (0,5:0,3) terikat silang terikat silang (0,5:1,0) (a) (b) (c) (e) N-H ulur 3315,45 3350,74 3339,86 3344,90 3351,69 C-H ulur 2893,25 2932,48 2898,66 2877,08 2884,69 N-H bengkokan 1636,29 1642,78 1640,57 1638,55 1637,21 Si-O dan Al-O 1022,49 1023,48 1024,16 1009,09 - ulur Si-O quartz 791,01 784,21 790,12-786,37 70

Gambar 1. Spektrum FT-IR kitosan dan komposit kitosan-zeolit (pelet (a), beads (0,5:1,0) terikat silang (b), pelet terikat silang (0,5:0,3) (c), kitosan (d) dan beads (0,5:1,0) (e)) SIMPULAN Hasil dari uji stabilitas beads dan pelet terhadap asam asetat 1%, 2,5% dan 5 % menunjukkan bahwa kestabilan adsorben kitosan-zeolit bentuk beads dan pelet tidak terikat silang larut sepenuhnya ke dalam asam asetat. Kestabilan adsorben kitosanzeolit bentuk beads terikat silang relatif stabil pada variasi komposisi 0,5:1,0 dengan persentase kestabilan rata-rata di atas 96% dan kestabilan adsorben kitosanzeolit bentuk pelet terikat silang relatif stabil pada variasi komposisi 0,5:0,3 dengan persentase kestabilan rata-rata di atas 97%. Hasil stabilitas terhadap temperatur dalam bentuk pelet dan pelet terikat silang kehilangan massa sebesar 0,65 mg dan 0,78 mg sedangkan dalam bentuk beads dan beads terikat silang kehilangan massa sebesar 3,66 mg dan 5,54 mg. Hasil ini menunjukkan bahwa komposit dalam bentuk pelet dan pelet terikat silang memiliki stabilitas terhadap temperatur yang lebih baik dibandingkan bentuk beads dan beads terikat silang. DAFTAR PUSTAKA Cahyaningrum, S. E., Narsito., Santoso, S. J., dan Agustini, R., 2008, Adsorption of Zn(II) Metal Ion on Chitosan Bead From Shell Shrimp (Penaus monodon), Jurnal Manusia dan Lingkungan, 15, (2): 90-99. Coradin, T., Allouche, J., Boissière, M., dan Livage, J., 2006, Sol-Gel Biopolymer/Silica Nanocomposites in Biotechnology, Current Nanoscience, 2 (3): 1-11. Hamdan, H., 1992, Introduction to Zeolites: Synthesis, Characterization, and Modification, Universiti Teknologi Malaysia, Penang. Indrawati, D., dan Cahyaningrum, S. E., 2013, Pengaruh perbandingan komposisi kitosan dan silika terhadap karakterisasi adsorben kitosan-silika bead, UNESA J. of Chemistry, 2 (1): 8-13. Kasmayadi, W., & Murwani, I. K., 2007, Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar, Akta Kimindo. 3 (1): 43 48. 71

Utami, R., Yulizar, Y., Utari, T., 2012, Modifikasi Zeolit Alam dengan Nanokitosan sebagai Adsorben Ion Logam Berat dan Studi Kinetikanya terhadap Ion Pb(II), FMIPA UI, (Skripsi). Wahono, S. K., Maryana, R., Kismurtono, S., Nisa, K., dan Poeloengasih, C. D., 2010, Modifikasi Zeolit Lokal Gunung Kidul Sebagai Upaya Peningkatan Performa Biogas Untuk Pembangkit Listrik, Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik, Semarang. Zaharah, T. A., Shofiyani, A., dan Sayekti, E., 2015, Karakteristik Biomassa Chlorella sp Terimobilisasi pada Kitosan untuk Adsorpsi Kromium(III) dalam Larutan, Alchemy, 11 (1): 15-28. 72