KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

3. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

SPERMONDE (2017) 3(1): ISSN: STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASIR PUTIH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU TIKUS BENGKULU

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DETERMINATION OF MARINE TOURISM REGION IN WANGI-WANGI ISLAND WITH

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Gambar 3 Lokasi penelitian.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI PULAU WANGIWANGI, KABUPATEN WAKATOBI

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Triyadi Purnomo *, Sigid Hariyadi, Yonvitner

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

PEMODELAN DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU SAPUDI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.. April. 05 ISSN : 087-X KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH Agus Indarjo Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto,SH. Tembalang.Semarang.Tel/Fax: 04.7474698 E-mail : indarjoa@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian perairan Pulau Panjang untuk kegiatan ekowisata snorkling. Data biogeofisik dikumpulkan melalui survey lapang. Metode analisis data terdiri dari analisis kesesuaian dan analisis spasial dengan menggunakan SIG. Hasil analisis kesesuaian perairan Pulau Panjang untuk kegiatan ekowisata bahari jenis ekowisata snorkeling kategori sesuai tersebar pada stasiun, stasiun 3, stasiun 4, stasiun 5 dan stasiun 6. Kata kunci : ekowisata snorkling, kesesuaian perairan, Pulau Panjang. ABSTRACT This research purposed at determining the suitability of the waters of Panjang Island for snorkling ecotourism activities. Biogeophysical data were collected by field survey. Method of data analysis comprises analysis of land and waters suitability and spatial analysis using GIS. Analysis results of the waters Panjang Island suitability for snorkling ecotourism activities categories class suitable at station, station 3, station 4, station 5 and station 6. Key words : Snorkeling ecotourism, waters suitable, Panjang island PENDAHULUAN Undang-Undang No.9 tahun 990, menyebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berkaitan dibidang tersebut. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, dan kegiatan lain yang terkait dengan pariwisata. Sedangkan pengertian wisata bahari adalah meliputi berbagai aktivitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktivitas wisata bahari tersebut diantaranya adalah duduk santai di pantai menikmati lingkungan alam sekitar, berenang, tour keliling (boat tour, cruising/extended boat tour), surfing, diving, water sky dan sailing. Beberapa atraksi wisata antara lain taman laut (terumbu karang dan biota laut), formasi karang buatan, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah. Pendayagunaan laut sebagai medium wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain: (I) keadaan musim dan cuaca yang cukup baik sepanjang tahun; () lingkungan laut yang bersih, bebas pencemaran; (3) keadaan pantai yang bersih dan alami; (4) keadaan dasar laut yang masih alami, misalnya taman laut yang merupakan habitat dari berbagai fauna dan flora; (5) gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05

Kesesuaian Ekowisata Snorkling (Agus Indarjo) tinggi (Hidayat, 000). Di samping memiliki luas dan jumlah yang banyak, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar. Pontensi perikanan dan kelautan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil didukung oleh adanya beragam ekosistem seperti terumbu karang, padang lamun dan vegetasi mangrove. Wilayah pesisir dan Pulau kecil juga memiliki banyak tempat tempat yang indah dan nyaman untuk wisata seperti pantai berpasir putih, permukaan air, kolom air dan dasar perairan diantaranya ikan karang dan terumbu karang. Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata semakin meningkat. Menurut Fandeli (00) terdapat kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal. Melalui kegiatan ekowisata keberadaan ekosistem mangrove dapat dilindungi sekaligus dikembangkan sebagai atraksi wisata dengan berbagai kegiatan yang menarik seperti menyusuri anak sungai di tengah hutan mangrove, berjalan - jalan sambil mempelajari mangrove, mempelajari dan melakukan penanaman mangrove, melihat burung dan memancing, seperti di Australia, Philipina, Thailand dan Venezuela. Pulau Panjang merupakan kawasan pariwisata karena mempunyai keindahan alam dan keindahan panorama (RTRW Kabupaten Jepara, 004-03). Namun implementasi kebijakan pemanfaatan pariwisata bahari untuk mencapai pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan di kawasan tersebut hingga kini belum dapat berkembang dan masih jauh dari harapan, karena kenyataannya pengelolaan yang sedang berjalan saat ini terlihat masih bersifat sektoral. Disamping itu belum adanya zonasi ekowisata yang kompatibel, sehingga berimplikasi timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan kerusakan sumberdaya dan ekosistem seperti yang terjadi sekarang ini. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan Kesesuaian perairan Pulau Panjang untuk kegiatan ekowisata bahari perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian dan pemetaan kegiatan ekowisata snorkling di perairan Pulau Panjang. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan kawasan pariwisata di Kabupaten Jepara (RTRW Kabupaten Jepara, 004-03). Secara geografi Pulau Panjang terletak pada posisi 06º 34 30 LS dan 0º 37 45 BT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 0 sampai dengan bulan Oktobar 0. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang. Pengumpulan data primer menggunakan metode observasi dan pengukuran in site terhadap kondisi sumberdaya pesisir. Penentuan titik sampling berdasarkan sistem informasi geografis (SIG) (Burrough dan McDonnell, 998) dan mengggunakan teknik Purposive sampling berdasarkan pertimbangan keberadaan sumberdaya pesisir. Sedangkan pengumpulan data sekunder bersumber dari instansi terkait, pustaka dan hasil penelitian yang relevan dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk peta dan data digital. Kondisi terumbu karang di perairan ditentukan melalui perhitungan persentase penutupan karang hidup. Kriteria kondisi terumbu karang ditentukan oleh nilai persentase penutupan karang hidup berdasarkan English et al (994). Penutupan karang hidup diketahui dengan menggunakan transek garis menyinggung (Line Intercept Transect). Setiap koloni karang yang ditemukan berada di bawah transect di identifikasi hingga tingkat genus dengan menggunakan buku identifikasi dari Sya rani, (98). Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.. April. 05 ISSN : 087-X Pengambilan data ikan karang dilakukan pada area terumbu karang di stasiun penelitian. Metode yang digunakan pada pengambilan data ikan karang adalah dengan sensus visual (Visual Census), yakni mendata jenis dan jumlah ikan yang berada di kolom air (English et al., 994). Sedangkan pengumpulan data kualitas perairan dilaksanakan bersamaan dengan pengambilan sampel air di stasiun penelitian pada saat terjadi pergerakan dari kondisi surut menuju pasang. Analisa kesesuaian ekowisata snorkling Kriteria kesesuaian kawasan ekowisata snorkling menggunakan acuan dari Bakosurtanal (996) dan Yulianda (007). Rumus yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wisata adalah, (Yulianda (007): IKW = [ Ni/Nmaks] x 00% Keterangan : IKW : Indeks Kesesuaian Wisata Ni : Nilai Paramater ke-i (Bobot x Skor) Hmaks : Nilai Maksimum dari suatu kategori wisata Kesesuaian ekowisata snorkling dibagi dalam tiga klasifikasi penilaian yaitu : sangat sesuai (S) dengan IKW sebesar > 80%; sesuai (S) dengan IKW sebesar 66% - 80% dan tidak sesuai (N) dengan IKW sebesar < 66%. Semakin kecil faktor pembatas dan peluang keberhasilan atau produksi suatu kawasan semakin besar nilainya. Analisa pemetaan kelas kesesuaian perairan Pemetaan kelas kesesuaian menggunakan analisis keruangan (spatial analysis). Penelitian ini menggunakan analisis keruangan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan menggunakan program ArcView Version 3.4. Penggunaan SIG untuk analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modelling. Metode ini menggunakan pembobotan pada sejumlah alternatif faktor yang berpengaruh dan skor kesesuaian pada setiap kriteria yang ditentukan. Basis data akan dibentuk dari data spasial dan data atribut, kemudian dibuat dalam bentuk layers atau coverage dimana akan dihasilkan peta-peta tematik dalam format digital sesuai kebutuhan untuk masing-masing jenis kesesuaian lahan. Setelah basis data terbentuk, analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun (overlay) terhadap parameter yang berbentuk poligon. Proses overlay dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing layers untuk tiap jenis kesesuaian lahan. Penilaian terhadap kelas kesesuaian dilakukan dengan melihat nilai indeks overlay dari masingmasing jenis kesesuaian lahan tersebut. Pelaksanaan operasi tumpang susun untuk setiap peruntukan dimulai dari parameter yang paling penting (bobotnya terbesar), berurutan hingga variabel yang kurang penting. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan perairan pada tujuh stasiun penelitian di Pulau Panjang, lima stasiun areal terumbu karangnya sesuai (S) dan stasiun termasuk kategori tidak sesuai (N) untuk jenis ekowisata snorkling. Kelas kesesuaian S memiliki nilai kesesuaian berkisar antara 69% - 77% dan tersebar pada stasiun, stasiun 3, stasiun 4, stasiun 5 dan stasiun 6. Kelas kesesuaian N memiliki nilai berkisar antara 60% - 64% dan terdapat pada stasiun dan stasiun 7. Parameter dan kriteria kesesuaian kawasan berdasarkan kelas kesesuaian untuk wisata bahari jenis kegiatan ekowisata snorkeling disajikan pada Tabel dan Tabel. Peta kesesuaian wisata bahari kategori ekowisata snorkling dapat dilihat pada Gambar. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05 3

Tabel. Parameter Kesesuaian Ekowisata Snorkling di Pulau Panjang Kecerahan Tutupan karang Jenis life Jenis ikan Stasiun (%) Hidup (%) form karang Kecepatan arus (cm/det) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar Hamparan Datar karang (m) Keterangan 00 8,94 0,40 04 Snorkling 00 39,04 5 9,60 50 Snorkling 3 00 7,06 0 4,70 05 Snorkling 4 00 4,88 7 8 4,5,75 0 Snorkling 5 00 7,64 7 7 3,65 5 Snorkling 6 00 6,66 7 4 4,55 5 Snorkling 7 00 0,66 8 5 9,70 05 Snorkling Sumber : Data Primer (0) Tabel. Kriteria Kesesuaian Ekowisata Snorkling di Pulau Panjang No Parameter Kelas Kesesuaian 3 4 5 6 7 Bobot Skor 3 4 5 6 7 Kecerahan perairan (%) Tutupan komunitas karang (%) S : 00 S : 50 - < 00 N : < 50 S : > 75 S : 50 75 N : < 50 3 Jenis life form S : > S : < 7 N : < 7 4 Jenis Ikan karang S : > 00 S : 50 00 N : < 50 5 Kecepatan arus (m/d S : 0-5 S : > 5 50 N : > 50 6 Kedalaman terumbu karang (m) S : 5 S : > 5 0 N : > 0 Kesesuaian Ekowisata Snorkling (Agus Indarjo) 00 00 00 00 00 00 00 5 3 8,94 39,04 7,06 4,88 7,64 6,66 0,66 5 3 5 7 7 6 8 4 3 9 0 8 7 4 5 4 3 0 4 4,5 3 4 9 3 3,4,6,7,75,65,55,70 3 3 4 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 8 8 8 4 4 4 4 4 4 4 4 6 9 9 9 9 9 6 9 9 9 9 9 9 9

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.. Oktober. 05 ISSN : 087-X No Parameter Kelas Kesesuaian 7 Lebar hamparan S: > 500 datar karang (m) S: 50-500 N : <50 Sumber : Hasil Analisis (0) 3 4 5 6 7 Bobot Skor 3 4 5 6 7 04 50 05 0 5 5 05 3 3 9 9 6 6 6 6 6 Jml 8 46 63 6 56 56 56 49 % 56 77 76 69 69 69 60 N S S S S S N Gambar. Peta Kesesuaian Perairan P Panjang untuk Ekowisata Snorkling. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05 5

Kesesuaian Ekowisata Snorkling (Agus Indarjo) KESIMPULAN Kesesuaian perairan Pulau Panjang untuk ekowisata bahari jenis ekowisata snorkeling untuk kategori sesuai tersebar pada stasiun, stasiun 3, stasiun 4, stasiun 5 dan stasiun 6 (gambar warna biru muda) Sedangkan kesesuaian ekowisata snorkeling untuk kategori tidak sesuai terdapat pada stasiun dan stasiun 7 (gambar warna coklat muda) DAFTAR PUSTAKA Arsyad. S.,999. Zonasi dalam Rencana Pengelolaan Pariwisata Pantai yang Berkelanjutan di Kawasan Batam, Rempang dan Galang Propinsi Riau. Tesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Bakosurtanal, 996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Kupang - Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan SIG. Jakarta Burrough & McDonnel. 998. Principle of Geographical Information System. Oxford University Press. 37 pp.london. English, S., C. Wilkinson, and V. Baker. 994. Survey Manual For Tropical Marine Resources. Australian Institute of Marine Science. Australia. 368 pp.townsville. Fandeli, C. 00. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM kerjasama dengan Unit KSDA Daerah Istimewa Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.Yogyakarta. Hidayat, A. 000. Konsep dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari. Seawatch Indonesia, BPPT, Himateka IPB.Bogor. Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, S. Baba. 997. Buku Panduan Mangrove di Indonesia. Bali dan Lombok. Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency.Jakarta. KMN LH RI (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. 00. Laporan Pengembangan Konsep Daya Dukung dalam Pengelolaan Lingkungan Pulau Pulau Kecil. Jakarta. Sya rani L. 98. Karang : Kunci Determinasi Genus. Undip,95 hlm.semarang. Yulianda, F., 007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 6 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 05