BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
I NENGAH WIJAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh World Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

III. METODE PENELITIAN

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. untuk membantu proses penyususnan penelitian ini adalah:

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

Produk Domestik Regional Bruto

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1)

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai kepariwisataan sudah banyak dilakukan, tetapi sebagian masih bersifat umum dan terbatas, antara lain hasil penelitian sebelumnya: Ardhana (2004), dalam penelitiannya membahas pengaruh pendapatan per kapita, nilai tukar dan keamanan serta implikasinya pada perencanaan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali, dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, double log, semi log, dan log. Hasil menunjukkan bahwa wisatawan Jepang, Australia, Amerika, dan Inggris variabel pendapatan per kapita memberikan pengaruh positif signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, dengan model linier, double log, semi log, dan sedangkan dengan model log berpengaruh negatif. Kurs (nilai tukar) berpengaruh positif, dan keamanan juga berpengaruh positif. Untuk wisatawan Singpura, dan Amerika diperoleh bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif, kurs berpengaruh negatif, dan keamanan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dlaksanakan, yaitu variabel yang digunakan dan teknik analisis. Bedanya adalah Ardhana menggunakan variabel dependen jumlah kunjungan wisatawan Jepang, Australia, Amerika, Inggiris, dan Singapura dari tahun 1989-2002, dan variabel keamanan diukur dengan keadaan aman sebagai variabel dummy (boneka), 9

10 sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu pendapatan Kabupaten Badung dari tahun 1997-2010. Eka Armoni (2009), dalam penelitiannya mengkaji faktor-fator yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali secara simultan maupun secara partial. Dalam penelitian ini, pendapatan per kapita, dan nilai tukar memiliki faktor pendorong, sedangkan keamanan mewakili faktor-faktor penarik. Hubungan sebab akibat dalam penelitian ini dibentuk oleh tiga variabel independen yaitu pendapatan per kapita Korea Selatan, nilai tukar Won terhadap rupiah, dan keamanan yang diukur dengan banyaknya kasus yaitu jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah diverivikasi kebenarannya dalam periaode waktu tahun 1993-2007. Teknik analisis yang digunakan adalah model regresi berganda, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan per kapita, nilai tukar, dan keamanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali. Faktor penentu ke dua adalah perubahan nilai tukar Won terhadap Rupiah, sedangkan keamanan dalam arti banyaknya kasus-kasus kriminal yang menimpa wisatawan asing selama mereka tinggal di Bali tidak menjadi faktor penting mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan Korea selatan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik analisis. Bedanya adalah Eka Armoni menggunakan variabel independen pendapatan per kapita, nilai tukar Won, dan keamanan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari tahun 1993-2007, dengan teknik linier berganda.

11 Lubis (2003) dalam penelitiannya mengkaji potensi wisatawan mancanegara terhadap sektor pariwisata kota Medan.Variabel yang diamati antara lain jumlah kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata. Analisis dalam penelitian tersebut menggunakan aplikasi model teori permintaan double logaritme natural dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jangka pengamatan tahun 1981-2001. Hasil penelitian tersebut adalah seluruh variabel yang diamati berpengaruh positif dan signifikan terhadap sektor pariwisata kota Medan, kecuali variabel kebijakan promosi. Kebijakan promosi pariwisata pemerintah Indonesia kurang berhasil menumbuhkan potensi sektor pariwisata kota Medan. Dimana Lubis meneliti variabel jumlah kunjungan, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata kota Medan tahun 1981-2001, dengan analisis model double logaritme natular metode Ordinary Least Square (OLS). Bedanya adalah Lubis menggunakan variabel independen jumlah kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata. Kembar Sri Budhi (1999) dalam tulisannya berjudul Efektivitas Pertumbuhan sektor Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali, yang menggunakan data deret waktu 18 tahun terakhir. Pokok pembahasan yang dikaji dalam tulisan tersebut, yaitu tentang efektivitas pertumbuhan ekonomi sektor pertanian jika dibandingkan dengan sektor industri dan sektor jasa terhadap pertumbuhan perekonomian daerah Bali. Kesimpulan yang diperoleh, yaitu bahwa secara simultan variabel pertumbuhan sektor pertanian, industri dan jasa berpengaruh positip terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Bali. Kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap

12 ekonomi Bali juga berpengaruh positif sebesar 0,33, yang berarti jika terjadi perubahan sektor primer sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah 0,33% cateris paribus. Kemudian kontribusi pertumbuhan sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif sebesar 0,22, yang berarti jika terjadi perubahan pertumbuhan sektor industri sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah 0,22% cateris paribus. Sedangkan kontribusi pertumbuhan sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi berpengaruh positip sebesar 0,48, yang berarti jika terjadi perubahan pertumbuhan sektor jasa sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah sebesar 0,48% cateris paribus. Sementara itu, efektifitas pertumbuhan sektor pertanian dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Bali dibandingkan dengan sektor industri dan jasa terlihat 50% lebih tinggi dibandingkan sektor industri, namun 31% di bawah sektor jasa selama 18 tahun terakhir. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik analisis. Bedanya adalah Kembar Sri Budi menggunakan variabel independen sektor Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali, yang menggunakan data deret waktu 18 tahun terakhir. 2.2 Konsep 2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian memberikan pengertian industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun untuk perekayasaan industri. Istilah industri pariwisata atau sektor

13 pariwisata, bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu, dan bukan merupakan cabang produksi tertentu. Barang dan jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor, dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri (United Nations Conference on Trade and Development dalam Erawan, 1994 : 4). Selanjutnya berdasarkan penjelasan tersebut maka industri-industri yang dianggap termasuk industri pariwisata adalah : akomodasi; agen perjalanan; restoran dan cafetaria; perusahaan angkutan, dan lain-lainnya. Kata industri mengandung pengertian suatu rangkean perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang (product) tertentu. Produk wisata sebenarnya bukan merupakan suatu produk nyata, melainkan rangkain jasa barang yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang bersifat sosial dan psikologis serta alam. Jasa-jasa yang diusahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi satu produk wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata, 1976 :40). Menurut Medlik dan Middleton (Yoeti, 1996:12) dalam tulisannya The Formulation in Tourism, yang diterbitkan oleh Association of International Expert & Scientific in Tourism (AIEST) dalam tahun 1973, yang dimaksud dengan product dalam industri pariwisata ialah semua jenis jasa-jasa (servicess) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya sampai ia kembali ke rumah ia tinggal. Pada dasarnya ada tiga golongan pokok industri pariwisata tersebut yaitu : a) Tourist objects atau objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya

14 tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. b) Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, bar dan restauran, entertaiment dan rekreasi. c) Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisatawan (tourist destination area) serta transportasi ditempat tujuan ke objek-objek pariwisata. 2.2.2 Pengertian Pawisata Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan atau mencari nafkah. Orang yang melakukan perjalanan disebut traveler, sedangkan orang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist. Pariwisata pada hakekatnya adalah merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perseorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dalam lingkungan hidup di dalam demensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 1989). Menurut Yoeti, (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan berkreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

15 Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan internasional Union Office Travel Organization, definisi wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup dua katagori wisatawan mancanegara, yaitu : a) Wisatawan (tourism) adalah setiap pengunjung seperti definisi tersebut yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak boleh lebih dari 6 bulan ditempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain : berlibur, rekreasi, dan olah raga, bisnis, mengunjungi teman, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan; b) Pelancong (excursionist) adalah setiap pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam ditempat yang dikunjungi (termasuk cruise passangers) yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut. Batasan tersebut bisa berlaku wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing, akan tetapi tidak mengandung batasan waktu maupun ruang teritorial yang jelas. Menurut Marpaung (2002:13) menyatakan bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

16 2.2.3 Pengertian Wisatawan Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai yang umum sampai dengan yang khusus. Menurut Soekadijo (2000:3) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan untuk kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987:7, dalam Sukarsa 1999:10). 2.2.4 Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memproleh pekerjaan dan penghasilan ditempat yang dikunjungi, pada periode tertentu yang diukur dalam satuan orang. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung cendrung mengalami peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya bervariasi tergantung pada situasi ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 2.2.5 Lama Tinggal Wisatawan

17 Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima untuk negara-negara yang mengandalkan devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Lama tinggal wisatawan biasanya banyak tergantung pada: a. besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang bersangkutan; b. tour operator setempat dapat mengemas paket wisata yang dijual sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk membeli Option Tour; c. kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang ada; d. faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih betah berlama-lama tinggal di DTW tersebut; dan; e. faktor transportasi, telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut. Lama tinggal yang dimaksud adalah banyaknya hari yang dihabiskan oleh seorang wisatawan disuatu negara diluar tempat tinggalnya. Ada kecendrungan semakin jauh negara tempat tinggal wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan negara, lebih lama tinggal di Indonesia jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan laut (Biro Pusat Statistik Indonesia, 1995: 38) 2.2.6 Kurs valuta Asing, dan Devisa Kurs valuta asing adalah harga dari suatu mata uang yang diukur dalam mata uang lainnya. Permintaan dan penawaran valuta asing menentukan kurs valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing terjadi

18 sebagai akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah, perubahan cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial politik suatu negara. Menurut Nopirin (1997: 147) kurs valuta asing suatu negara juga sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang diterapkan oleh negara tersebut. Mata uang Dolar Amerika merupakan salah satu mata uang internasional, karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, dolar Amerika diterima oleh siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya. Perdagangan internasional mengharuskan adanya angka perbandingan antara nilai satu mata uang dengan mata uang lainnya. Angka perbandingan tersebut disebut dengan kurs devisa (Boediono, 1985: 45) Devisa umumnya disebut sebagai alat pembayaran luar negeri, kata devisa berasal dari bahasa Belanda deviezen, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah foreign exchange (Soediyono, 1990: 46) Uang atau foreign exchange mempunyai arti sebagai alat pembayaran; alat pertukaran; alat pengukur nilai; dan alat menyimpan. Dalam peredarannya devisa menpunyai berbagai macam atau bentuk, yaitu wesel luar negeri; saham perusahaan luar negeri; surat obligasi luar negeri; cheque atau giro luar negeri; rekening-rekening kita di luar negeri; uang kertas luar negeri, dan surat-surat berharga lainnya. Aktivitas perdagangan internasional yang salah satu kegiatannya berupa ekspor, dimana menghasilkan devisa dalam

19 bentuk mata uang asing, tentunya perubahan kurs dolar Amerika akan mempengaruhi besarnya devisa. 2.2.7 Jumalah Wisatawan akan mendorong Peningkatan Pendapatan Meningkatnya pendapatan per kapita merupakan salah satu indikasi telah terjadi perubahan struktur dalam proses pembangunan suatu negara. Perubahan struktur dalam proses pembangunan mencakup transformasi ekonomi, sosial dan budaya, idiologi, politik dan kelembagaan. Rostow dalam Sukirno (2006:168), menjelaskan bahwa transformasi masyarakat tradisional sebagai outcome dari pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berdemensi banyak. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan orientasi sosial yang pada mulanya mengarah ke dalam menjadi orientasi ke luar dan menyebabkan pula terjadi perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu semula yang menginginkan banyak anak menjadi lebih sedikit atau membatasi jumlah anggota keluarga. Perubahan orientasi sosial dan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga adalah salah satu aspek faktor pendorong untuk ingin berwisata sebagai perwujudan gaya hidup dan hak untuk berlibur, (Ross, 1998:21) Peningkatan pendapatan per kapita dari suatu waktu juga mempengaruhi perubahan pola konsumsi individu atau rumah tangga. Secara garis besar, komponen-komponen utama konsumsi dapat dibedakan atas tiga katagori, yaitu konsumsi a) barang tahan lama (kendaran bermotor, mebel dan perlengkapan rumah tangga, lain-lain), b) barang tidak tahan lama (makanan, pakaian dan sepatu, barang-barang energi, lain-lain), dan c) jasa (perumahan, transportasi,

20 berwisata, perawatan medis, lain-lain). Di negara-negara midle income dan highincome countries, kebutuhan dasar untuk makanan telah terpenuhi dan kesehatan, rekreasi dan pendidikan menuntut bagian yang lebih besar dari anggaran keluarga. Pola konsumsi rumah tangga mencerminkan tingkat kualitas hidup sebagai suatu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai faktor pendorong setiap individu untuk berwisata diakibatkan adanya berubahan orientasi sosial, nilai-nilai sosial dalam keluarga sebagai perwujudan gaya hidup dan hak-hak berlibur. Di samping itu pendapatan per kapita mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika pendapatan meningkat maka konsumsi juga meningkat. Akan tetapi, semakin tinggi tingkat pendapatan pola konsumsi cenderung berubah yang dicirikan oleh menurunnya alokasi pengeluaran untuk katagori konsumsi makanan. Sebaliknya, terjadi peningkatan alokasi pengeluaran untuk konsumsi non makanan diantaranya pendidikan, kesehatan, dan rekreasi. Pariwisata internasional tercipta sebagai akibat kerjasama antar negara, dimana negara-negara yang pendapatan perkapitanya tinggi sebagai pihak pengirim wisatawan. Sebaliknya, negara-negara yang pendapatan per kapitanya yang memiliki potensi pariwisata sebagai pihak penerima wisatawan atau daerah tujuan wisata (DTW). Semakin meningkat pendapatan per kapita suatu negara, maka tingkat kecenderungan penduduknya semakin banyak bepergian untuk berwisata ke negara lain. Dengan semakin banyaknya wisatawan datang untuk berlibur, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami peningktan akan

21 menyebabkan pula meningkatnya devisa yang diterima oleh negara penerima atau yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) 2.2.8 Lama Tinggal dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Tingkat keamanan akan mempengaruhi rasa nyaman daerah tujuan wisata, seperti kasus-kasus kriminal, bencana alam, pencemaran limbah, dan masalah sosial di suatu Daerah Tujuan Wisata dalam periode waktu tertentu. Semakin banyak kasus-kasus yang terjadi yang menimpa wisatawan di Daerah Tujuan Wisata, maka tingkat keamanan dan kenyamanan di daerah tersebut akan semakain rendah. Sebaliknya, semakin sedikit kasus-kasus yang terjadi maka tingkat keamanan dan kenyamanan di Daerah Tujuan Wisata semakin baik atau kodusif. Faktor Lama Tinggal (Length of Stay) merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima oleh suatu negara yang mengandalkan devisa dari sektor pariwisata. Menurut Yoeti (2008:65) bahwa semakin lama seseorang wisatawan tinggal di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin banyak uang yang akan dibelanjakan di DTW tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal di situ. Agar devisa sektor pariwisata lebih banyak titerima, maka diusahakan wisatawan yang datang lebih banyak. Namun demikian wisatawan yang banyak jumlahnya belum tentu menjamin bahwa perolehan devisa akan menjadi banyak pula. Oleh karena itu faktor yang paling menetukan adalah pengeluaran wisatawan itu sendiri. Semakin banyak uang yang dibelanjakan di negara tersebut, semakin

22 banyak devisa yang diterima negara yang bersangkutan. Ada suatu faktor lain yang cukup menentukan, yaitu lama tinggal wisatawan. Kalau ketiga faktor itu dapat diusahakan semaksimal mungkin, maka barulah devisa pariwisata itu akan diterima lebih banyak seperti yang diharapkan. Yang paling idial adalah rata-rata pengeluaran wisatawan yang harus diikuti jumlah wisatawan yang besar, dan baru lama tinggal lebih panjang. Menurut Yoeti (2008:35) bahwa faktor rata-rata pengeluaran tiap wisatawan dianggap paling menentukan, karena walaupun banyak wisatawan datang tetapi uang yang dibelanjakannya sedikit, maka penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang akan diperoleh sedikit. Kalau ini terjadi berarti pariwisata yang kita kembangkan tidak efisien lagi. 2.2.9 Kurs Dolar dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau menetapkan harga-harga setiap barang dan jasa yang ada. Kurs memainkan peranan penting dalam hubungan perdagangan internasional, karena dengan kurs memungkinkan untuk memperbandinmgkan harga-harga setiap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Kurs dapat dikemukan dengan dua cara, yakni sebagai harga mata uang asing dalam dolar (misalnya 1dolar per 9500 rupiah), atau sebaliknya harga dolar dalam mata uang asing yang bersangkutan ( misalnya 9500 rupiah per 1 doalar). Krugman dan Obstfeld (2005:42), mendefinisikan kurs sebagai besarnya nilai mata uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing atau disebut sebagai valuta asing. Seandainya, kurs antara dua mata uang dari dua

23 negara diketahui, maka disparitas nilai harga domestik dan harga luar negeri suatu barang dapat ditentukan. Perubahan-perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu sebagai depresiasi (melemah), atau apresiasi (menguat). Apabila kondisi lainnya tetap (cateris paribus), depresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barangnya menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sebaliknya bila semua kondisi lainnya tetap, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barang menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, ekspor bagi pihak luar negeri menjadi semakin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu semakin mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya, harga-harga produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi semakin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah dibandingkan sebelumnya. Menurut Hamdy (2001:24) kurs valuta asing dalam suatu negara juga sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang ditetapkan oleh negara yang bersangkutan melalui suatu kebijakan yang disebut dengan kebijakan moneter. Berdasarkan praktek kebijakan moneter yang ditetapkan di berbagai negara dikenal tiga sistem penentuan nilai kurs, yaitu kurs baku (fixed exchange rates), sistem kurs mengambang (floating exchange rate), dan sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rates). Sistem kurs tetap adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang berwenang dibidang moneter. Untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah, apabila nilai mata uang negara tersebut berubah maka otomatis moneter yang

24 berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan nilai tukar yang ditetapkan. Berbeda dengan sistem kurs mengambang bebas, pemerintah tidak ikut campur tangan, sehingga kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar valuta asing. Sedangkan, pada sistem kurs mengambang terkendali nilai kurs valas juga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valas. Namun apabila kurs berubah terlalu tinggi atau rendah sampai batas yang tidak diharapkan, maka pemerintah akan turut campur dengan menetapkan batas tinggi yang dilewati. Menurut Yoeti (2008:151) dalam rangka menarik lebih banyak wisatawan, kebijakan tentang nilai tukar mata uang cukup efektif untuk menarik wisatawan lebih banyak berkunjung ke negara penerima wisatawan. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi bila nilai mata uang negara penerima wisatawan melemah terhadap mata uang negara pengirim wisatawan. Pertama wisatawan mancanegara mrasakan murahnya belanjadi negara penerima sebagai akibat dari nilai tukar yang lebih menguntungkan mereka. Akibatnya, kunjungan wisatawan untuk jangka pendek akan meningkat. Kedua melemahnya nilai tukar negara penerima, mengurangi keinginan warga sendiri untuk melakukan promosi pariwisata keluar negeri, karena diperlukan jumlah uang dalam negeri yang lebih banyak untuk dibelanjakan diluar negeri. Akibatnya, karena kurangnya promosi maka kunjungan wisatawan mancanegara bisa menjadi menurun dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa perubahan kurs antara negara penerima dan pengirim wisatawan akan berpengaruh terhadap penerimaan

25 pendapatan atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah. Sepanjang proporsi penurunan nilai kurs tersebut lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan harga-harag yang terjadi di negara-negara penerima wisatawan maka PDRB ke daerah tujuan akan meningkat. Demikian sebaliknya, jika proporsi penurunan nilai kurs negara penerima lebih kecil dibandingkan proporsi kenaikan harga-harga yang terjadi di negara-negara penerima maka PDRB ke daerah tujuan akan berkurang, karena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. 2.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara dapat diukur berdasarkan nilai nominal maupun nilai riil. PDB nominal adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa dalam satuan nilai uang yang dijual di pasar pada tingkat harga yang berlaku. Berdasarkan definisi ini, PDB nominal juga disebut PDB pada harga yang berlaku (GDP at current prices). PDB riil adalah jumlah barang dan jasa dalam satuan unit yang dijual di pasar pada harga konstan. Pendapatan nasional suatu negara yang besarnya mengalami peningkatan dibandingkan satu periode sebelumnya menandakan keadaan ekonomi di suatu negara mengalami pertumbuhan, (Hartono, 2006:125). Kalau menghitung pendapatan daerah untuk Provinsi maupun Kabupaten disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di daerah atau wilayah tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan dari faktor-faktor produksi.

26 Pengertian PDRB tersebut dapat dipersempit menjadi PDRB menurut lapangan usaha, adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. Sedangkan PDRB menurut penggunaan adalah jumla,barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Komponen-komponen penggunaan PDRB meliputi : pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga suasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik regional bruto, perubahan stok dan ekspor netto. Untuk menghitung PDRB ada tiga metode perhitungan yang bisa digunakan yaitu : 2.3.1 Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut secara garis besar dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu : a. Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; b. Pertambangan dan penggalian; c. Industri pengolahan; Listrik, gas dan air bersih; d. Bangunan; e. Perdagangan hotel dan restoran; f. Pengangkutan dan komonikasi; g. Lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; h. Jasa-jasa. 2.3.2 Dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Selain variabel tersebut, penysutan, pajak

27 tidak langsung, akan subsidi juga merupakan bagian dalam penyusunan PDRB melalui pendekatan pendapatan ini. 2.3.3 Dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosial nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto. Secara teoritis, agregat PDRB dibedakan menjadi : PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai berdasarkan tahun dasar; PDRB atas dasar harga yang berlaku, adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan; PDRB atas dasar harga pasar, merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu, meliputi balas jasa faktor produksi (gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung. Produk Domestik Regional Bruto Netto (PDRBN) atas dasar harg, pasar adalah PDRB atas harga pasar dikurangi nilai pajak tidak langsung netto pada tahun yang bersangkutan. PDRBN atas dasar biaya faktor adalah PDRBN atas dasar harga pasar dikurangi nilai pajak langsung netto pada tahun bersangkutan (BPS,1998 :3) 2.4 Landasan Teori 2.4.1Teori Permintaan dan Penawaran Menururt Sadono Sukirno (2008: 76), bahwa teori penawaran dan permintaan (supply and demand), dimana permintaan adalah makin rendah harga suatu barang makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sedangkan

28 sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Dan penawaran adalah makin tinggi harga sesuatu barang semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Pada umumnya kurve penawaran naik dari kiri bawah kekanan atas. Arah pergerakannya berlawanan dengan arah kurve permintaan yaitu dari kiri atas kekanan bawah. Selanjutnya keseimbangan pasar terjadi apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Menurut Wahab (2003: 108) penawaran dan permintaan wisata adalah : 1) Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh distinasi pariwisata kepada wisatawan yang riil maupun yang potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu: penawaran jasa-jasa, yang ditawarkan sifatnya kaku dalam arti sulit mengubah sasaran penggunaan diluar pariwisata, penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran jasa-jasa lain; 2) permintaan pariwisata dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan nyata (actual). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasiranasir pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka dalam keadaan siap untuk bepergian ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). 2.4.2 Teori Faktor pendorong dan Penarik (Push and Pull Factors Theory) Menurut Goodal dalam Sharpley, (1994:98) menyatakan bahwa faktor pendorong merupakan person-specific motivation, yakni faktor internal dalam diri individu yaitu kebutuhan dan keinginan seseorang yang memotivasi wisatawan

29 untuk melakukan perjalanan, sedangkan faktor penarik merupakan distinationspcific atributs yang sesungguhnya faktor eksternal yang memotivasi wisatawan. Selanjutnya dikatakan bahwa pembedaan Pull and push faktor menjadi sangat penting dalam memahami peran motivasi dalam hubungannya dengan permintaan pariwisata. Ricardson dan Fluker (2004:67) menjelaskan pentingnya push and Pull faktor dan pariwisata sebagai berikut: faktor pendorong adalah semua kekuatan ekonomi, teknologi, dan kekuatan politik yang merangsang munculnya kebutuhan untuk melakukan aktivitas pariwisata yang mendorong konsumen pergi dari tempat tinggalnya ke suatu destinasi. Kekutan ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi konsumen ketika mereka memutuskan kemana mau pergi. Sedangkan faktor penarik adalah faktor-faktor yang menarik konsumen pergi kesuatu destinasi khusus (seperti: citra positif, keamanan, atraksi wisata, dan iklim). Bentuk-bentuk pariwisata berbeda diantara faktor-tawaran destinasi kepada wisatawan. Menurut Dann dalam Ross ( 1998:31) menyatakan bahwa dua faktor atau tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan sebagai berikut: 1) Faktor pendorong adalah faktor yang membuat seseorang ingin bepergian; 2) Faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana seseorang akan pergi setelah ada keinginan awal bepergian. Faktor-faktor tersebut menarik: seseorang setelah yang bersangkutan didorong untuk ingin bepergian. Oleh karena itu faktor penarik harus didahului oleh kebutuhan untuk bepergian. 2.5 Model Penelitian

30 Permasalahan yang telah dirumuskan diperlukan kerangka, konsep atau model penelitian, yang merupakan kerangka kerja dalam penelitian. Dalam perkembangan pariwisata di Bali telah terjadi perubahan sigmen pasar dari yang didominasi oleh wisatawan Eropa dan Amerika bergeser didominasi kunjungan wisatawan kawasan Asia dan Fasifik. Jumlah kunjungan wisatawan kawasan Asia dan Fasifik dari tahun 1997-2010 terus menerus mengalami peningkatan, sedang jumlah kunjungan wisatawan lainnya cendrung menurun. Hal ini menandakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang di Kabupaten Badung akan terus meningkat. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, maka diperlukan pendekatan teori, dan konsep untuk menggambarkan serta membahas fenomena masalah yang terjadi. Teori peningkatan jumlah wisatawan dipengaruhi oleh beberapa teori yaitu teori permintaan dan penawaran, serta teori faktor pendorong dan penarik (pull and push factors). Faktor yang mendorong, juga sesorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi daerah mana yang dituju tergantung pada berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh Daerah Tujuan Wisata (DTW). Untuk lebih jelasnya Kerangka Berfikir dapat dilihat pada model penelitian. Faktor-faktor pendorong dan penarik ini merupakan faktor yang secara simultan memotivasi untuk melakukan perjalanan wisata dan memilih daerah tujuan yang ingin dikunjungi. Faktor-faktor pendorong berkaitan dengan kondisi negara asal wisatawan, sebaiknya faktor penarik berkaitan kondisi yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.

31 Pendekatan konsep seperti pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB. Dengan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PDRB diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika ke Kabupaten Badung. Teori dan Konsep dapat mendukung hipotesis, karena hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang harus diuji kebenarannya melalui uji statistik. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika baik secara parsial maupun secara simultan terhadap peneriman PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung digunakan analisis linier berganda. Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis maka dapat diperoleh hasil penelitian, kemudian dirangkum untuk rekomendasi dan kebijakan, agar lebih jelas alur penelitian ini dapat dilihat pada model penelitian Gambar 2.5

32 Pengembangan Pariwisata Bali K unjunganwisatawan Manca negara Jumlah wisatawan Manca negara Lama Tinggal Kurs dolar Amerika PDRB Kab Badung Teori -Teori Permintaan dan Penawaran -Teori faktor pendo rong dan penaruk (push factor and pull factor) Konsep dan Landasan teori -Pariwisata -Wisatawan -Pendapatan -Nilai tukar dolar -Permintaan Pariwisata Pokok Masalah -Hasil pembahasan -Metode penelitian -Pendekatan kuantitatif -Simpulan dan -Saran Gambar : 2.5 Model Penelitian (Kerangka konsep) Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal, Kurs dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB industri Pariwisata Kabupaten Badung dan

33 2.6 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah di atas, maka dapat dirumuskan dua hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu : 2.6.1 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara parsial berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 2007 2010. 2.6.2 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara simultan berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Bsdung tahun 2007 2010