Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan 1

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan 1

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *)

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

Efisiensi PLTU batubara

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

Versi 27 Februari 2017

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

TEORI ENERGI 1.1 Pengertian Energi 1.2 Macam-macam Energi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009

Teknologi Daur Kombinasi Gasifikasi Batubara Terintegrasi 1

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Bab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Data Historis Konsumsi Energi dan Proyeksi Permintaan-Penyediaan Energi di Sektor Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

Studi Pendahuluan untuk Analisis Energi-Exergi Kota Jakarta. Laporan Teknis

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL 1

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EFEK PENGGUNAAN BIODIESEL TERHADAP EMISI PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

PROSPEK PENGGUNAAN TEKNOLOGI BERSIH UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA DI INDONESIA

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

Transkripsi:

Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan 1 Oleh : Ir. Agus Sugiyono, M.Eng. Peneliti, BPP Teknologi Abstrak Keterkaitan antara energi, lingkungan dan ekonomi saat ini merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan energi. Berbagai model telah dikembangkan untuk membantu dalam perencanaan energi. Dalam makalah dibahas perencaan energi di Indonesia yang meliputi kondisi permintaan dan penyediaan energi saat ini dan proyeksi untuk masa depan serta permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan energi. Hasil dari model MARKAL menunjukkan bahwa batubara mempunyai pangsa yang terbesar sebagai penyedia energi primer bagi Indonesia untuk masa depan. 1. Pendahuluan Bagi Indonesia energi memegang peranan yang penting karena disamping untuk mencukupi keperluan dalam negeri juga sebagai komoditi eksport. Konsumsi energi dalam negeri perkapita di Indonesia masih kecil dan diperkirakan akan terus meningkat seperti di negara berkembang lainnya. Untuk mencukupi kebutuhan energi tersebut diperlukan pengembangan sumber-sumber energi. Karena pengembangan sumber energi memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang besar, maka harus dilakukan dengan perencanan yang baik. Keterkaitan antara sektor energi dengan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek dalam perencanaan energi. Dalam pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan energi juga muncul paradigma baru yaitu keterkaitan antara energi, ekonomi, dan lingkungan (EEE : Energy-Environment-Economics). Ini merupakan tanggapan dari kenaikan penggunaan energi untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan ekologi sebagai konsekuensi dari kenaikan penggunaan energi tersebut di masa lampau. Indonesia pun tidak lepas dari permasalah tersebut disamping permasalahan lain seperti penggunaan energi nonkomersial dan keterbatasan bahan bakar minyak yang merupakan andalan sumber energi saat ini. Berbagai model telah dikembangkan untuk membantu dalam perencanaan energi. Model yang berdasarkan ekonometrik atau teknik statistik banyak digunakan untuk membuat proyeksi kebutuhan energi jangka panjang. Sedangkan untuk strategi penyediaan energi, banyak digunakan teknik optimisasi dengan fungsi obyektif tertentu. Disamping itu juga telah dikembangkan model rekursif yang berdasarkan kesetimbangan permintaan dan penyediaan energi dengan mengatur parameter harga untuk jangka panjang. Model-model tersebut diantara Model Edmond-Reilly, Model Global 21 dan model dari World Energy Council yang semuanya merupakan model global yang dibagi menjadi beberapa wilayah untuk jangka panjang. Sedangkan untuk Indonesia salah satu model yang cukup detail mengenai perencanan energi adalah model MARKAL. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai permasalahan dalam penyediaan energi, khususnya di Indonesia. Selanjutnya akan diuraikan tentang strategi penyediaan energi untuk jangka panjang serta prospek dari berbagai sumber energi untuk masa depan. Pembahasan 1 Laporan Teknis, Desember 1995 1

termasuk juga aspek lingkungan yang akhir-akhir ini menjadi topik dalam berbagai seminar, baik nasional maupun internasional. 2. Pertumbuhan Ekonomi dan Penggunaan Energi Berdasarkan data statistik (gambar 1) terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir ini pangsa energi nonkomersial sudah mulai turun digantikan dengan energi komersial. Untuk energi komersial, konsumsi energi primer yang terbesar adalah minyak bumi diikuti dengan gas alam dan batubara. Sedangkan pangsa sumber energi terbarukan seperti tenaga air dan geothermal masih sangat kecil. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 MTOE Biomasa Geothermal Tenaga Air Batubara Gas Alam Minyak Bumi Gambar 1. Konsumsi energi primer [5] Penggunaan energi komersial untuk setiap sektor ditunjukkan pada gambar 2. Sektor industri merupakan pemakai terbesar dengan pertumbuhan sekitar 1 % per tahun. Pangsa kedua penggunaan energi adalah sektor transportasi dengan pertumbuhan sekitar 7.6 % per tahun dan sektor rumah tangga dengan pertumbuhan sekitar 7.3 % per tahun. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang banyak mempengaruhi permintaan energi. Berdasarkan sensus tahun 199 jumlah penduduk sudah mencapai 179,3 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk saat ini sekitar 1.8 % per tahun. Pada gambar 3 diperlihatkan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia sampai tahun 221. Faktor lain yang banyak mempengaruhi permintaan energi, disamping pertumbuhan penduduk, adalah pertumbuhan ekonomi dan efisiensi dalam memanfaatkan energi tersebut. Indonesia termasuk negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Kebijaksanaan pemerintah pertengahan tahun 198 menghasilkan pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) sebesar 7,5 % pada tahun 1989, 7,1 % pada tahun 199 dan sebesar 6.6 % pada tahun 1991. Pertumbuhan GDP jangka panjang diperkirakan berkisar antara 5 % sampai 6 % per tahun [1]. 2

4 35 3 25 2 15 1 5 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 OtherSect Transport Industry MTOE Gambar 2. Konsumsi energi tiap sektor [5] Juta Jiwa 3 25 2 15 1 Other Island Kalamantan Sumatera Jawa 5 1991 1996 21 26 211 216 221 Gambar 3. Proyeksi pertumbuhan penduduk [1] 3. Strategi Penyediaan Energi 3.1 Proyeksi permintaan dan penyediaan energi Gambar 4 memperlihatkan proyeksi permintaan energi setiap sektor sampai tahun 221. Seperti data statistik, pertumbuhan permintaan energi pada sektor industri, transportasi serta rumah tangga cukup besar. Pada tahun 21 pangsa permintaan energi di sektor rumah tangga paling besar dan mencapai 33 % dari total permintaan energi. Hal ini disebabkan makin meningkatnya standard hidup masyarakat serta makin makin meningkatnya keperluan energi listrik untuk rumah tangga. Pada tahun 221 diharapkan pertumbuhan penduduk sudah tidak terlalu besar sehingga pangsa permintaan energi di sektor rumah tangga juga menurun menjadi sekitar 16 %. Pada saat itu pangsa permintaan energi di sektor industri menempati urutan pertama sebesar 33 %. 3

MTOE 3 25 2 15 1 5 Nonenergy Commersial Household Transport Industri 1991 21 211 221 Gambar 4. Proyeksi permintaan energi tiap sektor [2] Dengan melihat kondisi cadangan dan produksi bahan bakar fossil (tabel 1) dapat ditunjukkan bahwa adanya keterbatasan dalam pemakaian minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi serta cadangan batubara yang masih sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan. Pada tingkat produksi minyak bumi saat ini maka cadangan akan habis sekitar tahun 25 bila tidak diketemukan cadangan baru. Untuk mempertahankan minyak bumi sebagai komoditi eksport maka perlu mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dalam negeri dengan meningkatkan penggunaan gas alam dan batubara untuk pembangkit tenaga listrik, disamping melakukan pencarian cadangan baru. Tabel 1. Cadangan energi dan penggunaannya pada tahun 199 [1] Minyak bumi Gas Alam Batubara Tenaga Air Geothermal 1 9 Barrel 1 12 scf 1 9 ton GW GW Cadangan Terbukti 5.3 64 4.8 75 16 Cadangan Potensial 5.4 38 29.5 - - Cadangan Total 1.7 12 34.3 75 16 Produksi tahun 199.47 2.1.11 - - Kapasitas tahun 199 - - - 2.2.17 Dengan memperhatikan cadangan energi yang tersedia dapat diperkirakan bahwa penggunaan batabara untuk jangka panjang akan semakin besar. Pada gambar 5 diperlihatkan hasil optimisasi dari model MARKAL dengan scenario tinggi dan pengurangan emisi. Tingkat pertumbuhan penyediaan energi primer rata-rata meningkat sebesar 5.4 % per tahun. Dengan pertumbuhaan ini berarti setiap 13 tahun jumlah penyediaan energi akan naik dua kali lipat. Pada tahun 21 pangsa terbesar penyediaan energi adalah minyak bumi dan gas alam masing-masing sebesar 29 % dan 27 % dari total penyedian energi primer. Setelah itu pangsa batubara mulai membesar dan mencapai 4 % pada tahun 221. Biomassa meskipun pangsanya terus menurun karena kurang fleksible dalam penggunaannya, tetapi kuantitasnya terus meningkat. 4

MTOE 4 35 3 25 2 15 1 5 Biomassa Hydro&Geo Coal Gas Oil 1991 21 211 221 Gambar 5. Proyeksi penyediaan energi [1] 3.2 Aspek lingkungan Dengan meningkatnya penggunaan batubara akan menyebabkan dua masalah utama. Pertama adalah dampak lingkungan seperti emisi debu, SO 2 dan NO 2 dan yang kedua adalah mempersiapakan prasarana transportasi batubara karena cadangan batubara berada di Sumatera dan Kalimantan sedangkan konsumsi energi terbesar berada di Jawa. Seperti terlihat pada gambar 6 dampak lingkungan dari pemakaian batubara cukup besar, khususnya dalam proses konversi batubara sebagai energi primer menjadi energi final. Bagi Indonesia sebagian besar batubara dikonversikan menjadi energi listrik. Untuk mengurangi dampak lingkungan pada pembangkit listrik baik yang menggunakan batubara maupun bahan bakar fossil lainya dapat dilakukan dengan beberapa cara : - menggunakan electrostatic precipitator untuk mengurangi emisi debu - menggunakan desulphurisasi untuk mengurasi emisi SO 2, dan - menggunakan de NOx untuk mengurangi emisi NO 2. Pada pembangkit listrik batubara kemungkinan lain untuk mengurangi emisi adalah menggunakan teknologi batubara bersih (clean coal technology). Dampak lingkungan lainnya yang berhubungan dengan penggunaan energi adalah emisi CO 2. Meskipun Indonesia masih relatif kecil dalam penggunaan energi sehingga emisi CO 2 yang ditimbulkannya juga masih kecil tetapi karena efek emisi CO 2 merupakan efek global untuk seluruh dunia maka perlu juga mempertimbangkannya. Saat ini di negara maju langkahlangkah untuk mengurangi emisi CO 2 terus diusahakan, seperti Belanda dan Swedia telah memberlakukan pajak emisi CO 2 dan dalam seminar internasional dibahas juga kemungkinan memberlakukan perdagangan emisi CO 2 antar negara. Bagi negara yang emisi CO 2 melebihi ketentuan harus membayar kepada negara yang emisinya rendah. Hal ini kemungkinan akan menguntungkan bagi negara berkembang yang emisi CO 2 nya masih sangat kecil dibandingkan dengan negara maju. 5

* Disturbance is mainly in the form of mining or analogous activity and resulting solid waste disposal + Destruction is the result of mining or analogous activity and/or massive resulting contamination & Eutrophication often occurs Thermal pollution and some heavy metal contamination Gambar 6. Tingkat dampak lingkungan dari bermacam-macam energi primer [4] 6

Gambar 7. Proyeksi dari kerangka waktu dalam pengembangan teknologi energi [7] 7

3.3 Prospek berbagai sumber energi baru Selain bahan bakar fossil seperti minyak bumi, gas alam dan batubara yang untuk jangka panjang sangat besar pangsanya sebagai penyediaan energi, masih banyak sumber energi selain bahan bakar fossil yang mempunyai prospek yang baik. Pada gambar 7 ditunjukkan proyeksi pengembangan teknologi energi baru dan juga proyeksi proses baru dalam memanfaatkan bahan bakar fossil. Terlihat bahwa teknologi pemanfaatan biomassa, teknologi sel surya dan juga teknologi bahan baru yang lainnya terus dikembangkan sehingga kemungkinan pemanfaannya juga semakin besar. Di Indonesia masih banyak daerah yang tidak terjangkau jaringan listrik. Sehingga energi terbarukan seperti tenaga surya, minihidro, geothermal dan teknologi baru untuk konversi biomasa akan memegang peranan penting di daerah tersebut. Gambar 8. GENESIS [6] Beberapa studi memproyeksikan bahwa biaya pembangkit listrik tenaga surya untuk masa depan akan semakin murah. Hal ini memberikan harapan untuk membuat perencanan penggunaan energi tenaga surya dalam skala global. Pada gambar 8 diperlihatkan salah satu kemungkinannya. Meskipun secara ekonomis belum terbukti layak untuk saat ini tetapi memberi wawasan dalam penggunaan energi surya untuk masa depan. Perencaan tersebut diberi nama GENESIS (Global Energy Network Equipped with Solar Cells and Internatonal Superconductor Grids). 3.4 Peningkatan efisiensi dan konservasi energi Untuk lebih mendayagunakan pemakaian energi, peningkatan efisiensi sisi penyediaan energi memegang peranan yang penting, seperti peningkatan efisiensi pembangkit tenaga listrik dan distribusinya. Disamping meningkatkan efisiensi sisi penyedian energi, perlu ditingkatkan juga efisiensi sisi pemakai. Dalam hal ini peralatan pemakai energi juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas pemakaian energi. Dalam sektor industri ada dua cara untuk lebih mendayagunakan pemakaian energi. Pertama adalah menggunakan peralatan baru yang mempunyai kehilangan energi yang lebih kecil dan yang kedua adalah mengubah pola penggunaan peralatan ataupun proses yang bisa mengurangi penggunaan energi. Penggunaan bahan baku yang berasal dari recycling merupakan contoh proses yang dapat mengurangi pemakaian energi dalam sektor industri. Di beberapa negara maju telah diterapkan kereta api sebagai alat transportasi masal dan berdayaguna yang tinggi karena tepat waktu dan penggunaan energi yang efisien. Di Indonesia 8

saat ini sektor transportasi masih didomimasi dengan penggunaan mobil sebagai alat transportasi masal. Mengingat makin meningkatnya kebutuhan akan transportasi dan juga adanya keterbatasan bahan bakar minyak maka sektor transportasi masal dengan kereta rel listrik mempunyai prospek yang baik. 3.5 Kerjasama internasional Untuk membangun prasarana penyediaan energi diperlukan kerjasama dengan negara maju karena teknologi tersebut berada di negara maju. Dalam kaitan ini transfer teknologi serta penyesuaian teknologi yang ada dengan kondisi setempat, misalnya untuk teknologi minihidro dan tenaga surya, merupakan hal yang sangat penting. Bersamaan dengan itu diperlukan juga kelengkapan dalam pendidikan dan latihan untuk mendukung kemandirian serta pengembangan lebih lanjut sistem energi dan teknologi yang sudah disesuaikan dengan kondisi setempat. Masalah dampak lingkungan global, seperti emisi CO 2 juga harus ditanggulangi secara global juga. Sehingga diperlukan kerjasama internasional untuk menanggulangi dampak lingkungan global. 4. Penutup Batubara merupakan energi utama bagi Indonesia untuk masa depan. Karena sifat batubara yang berdampak besar terhadap lingkungan dalam penggunaannya maka diperlukan berbagai cara untuk menggulanginya. Dalam sektor transportasi diharapkan pangsa transportasi dengan kereta api akan semakin besar karena mempunyai efisiensi yang lebih baik bila dibandingkan dengan transportasi dengan mobil. Disamping itu keterbatasan bahan bakar minyak juga menuntut sektor transportasi untuk bisa lebih banyak menggunakan tenaga listrik dan hal ini hanya mungkin dengan transportasi kereta rel listrik. Kerjasama internasional diperlukan untuk membangun prasarana penyediaan energi dan untuk menanggulangi dampak lingkungan global. Daftar Pustaka [1] BPPT-KFA, Environmental Impact of Energy Stategies for Indonesia : Final Summary Report, May 1993. [2] Djojonegoro, Dr.-Ing.Wardiman dkk, Strategi penyediaan energi yang berwawasan lingkungan, KNI-WEC, Seminar energi nasional ke-4, Jakarta, 1992. [3] Edmonds, Jae and John Reilly, Global energy production and use to the year 25, Energy Vol. 8, No. 6, 1983. [4] Japan Atomic Energy Society, Investigation on standard condition of nuclear energy development and utilization, in Japanese, March, 1994. [5] International Energy Agency, The IEA energy balances and statistics databases, on diskette, 1993. [6] Wakamura, Kazutaka and Nobuyoshi Baba, Energy technology and resource, in Japanese, Sangyo Tosyo Co, Tokyo, 1993. [7] Wold-Energy-Committe Commission, Energy for tomorrow's world, ST. Martin's Press Inc., New York, 1993. 9