3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
8. PEMBAHASAN Habitat Simping

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

7. PRODUKSI DAN PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP SIMPING

3. METODE PENELITIAN

4. KONDISI HABITAT SIMPING

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3. METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

3. METODE PENELITIAN

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 7. Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

3. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

2. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

BAB III METODE PENELITIAN

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODA PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

3. METODE PENELITIAN

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir kabupaten Tangerang, yang panjang pantainya mencapai 38,6 km. Area pengambilan contoh terletak antara Tanjung Anom (Kecamatan Mauk, Tangerang) dengan Tenjo Ayu (Kecamatan Tanara, Serang). Panjang pantai yang menjadi area penelitian mencapai 4 km yang terbagi atas 6 area (sejajar pantai) dan 3 kedalaman (tegak lurus pantai) seperti Gambar 5. Gambar 5. Lokasi Penelitian di Teluk Kronjo Penelitian pendahuluan dilaksanakan antara April 2007-Februari 2008, sedangkan penelitian utama dilaksanakan Maret 2008 September 2008. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu 1) penelitian distribusi dan estimasi potensi 2) penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B) dan daya dukung untuk merumuskan pengelolaan. Pengumpulan data penelitian potensi dan distribusi dilakukan selama 3 bulan (Maret-Mei 2008) dengan interval 1 bulan. Penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap selama 1 bulan (April 2008) dengan interval 2 minggu serta penelitian

28 daya dukung pembentukan biomas dan lama waktu pulih selama 3 bulan (Mei-Juli 2008) dengan interval waktu pengamatan 2 minggu. Contoh simping dikumpulkan di setiap area dan zona, kemudian dianalisis di Lab Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Data yang dikumpulkan dikelompokkan menurut zona (kedalaman perairan). Zona ditetapkan atas pertimbangan dari tingkat kelimpahan simping. Dari penelitian pendahuluan diketahui bahwa kelimpahan simping pada zona penangkapan 0-3 meter, 3-6 meter dan lebih dari 6 meter berbeda. Terutama antara zona kedalaman 0-6 meter dengan kedalaman lebih dari 6 meter. Perbedaan ini kemudian dijadikan dasar untuk menganalisis kemudian menyimpulkan hasil penelitian ini. 3.2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari 1) distribusi kelimpahan estimasi potensi, 2) tingkat intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B), daya dukung dan strategi pengelolaan. Distribusi simping ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan dan tingkat masukan bahan pencemar, kedalaman dan suhu perairan. Masukan bahan pencemar diantaranya adalah bahan antropogenik seperti pencemar fisik, kimia dan substrat. Hasil tangkap optimal perlu dievaluasi untuk melihat hasil maksimum berkelanjutan. Jumlah tangkap optimal ditentukan oleh struktur stok di daerah menjadi target ekspliotasi, intensitas tangkapan aktual dan intensitas tangkapan. Untuk mengatur tangkapan optimal, maka perlu diatur pola dan manajemen penangkapan dengan mengatur teknologi penangkapan, dan jumlah rumah tangga penangkapan yang sesuai dengan jumlah stok yang tersedia. Pertumbuhan sebagai indikator daya pulih sangat diperlukan terutama dalam mengevaluasi stok yang telah tereksploitasi. Tingkat beban eksploitasi sangat menentukan pada kemampuan tumbuh simping. Pengaturan tingkat tumbuh dan pemanfaatan diperlukan untuk melihat kemantapan populasi diperairan untuk hidup dan berkembang, sehingga stok selalu tersedia. Indikasinya adalah tingkat daya dukung yang sesuai dengan pemanfaatan. Strategi pengelolaan dirumuskan

29 atas dasar pertimbangan ketiga aspek diatas. Ruang lingkup penelitian ini seperti dijelaskan pada Gambar 6.

30 Gambar 6. Lingkup Rencana Penelitian Tingkat Daya Dukung dan Eksploitasi

31 3.3. Rencana Penelitian 3.3.1. Distribusi dan Potensi Stok Simping 1. Tujuan Mengetahui tingkat perbedaan struktur kelimpahan (spat, muda, dewasa) pada sub kedalaman (zona I (kedalaman 0-3 m), zona II (kedalaman 3-6 m) dan zona III ( kedalamana > 6 m). Area tersebut mulai Tanjung Anom kecamatan Mauk sampai Tenjo Ayu kecamatan Tanara. 2. Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode deskripsi survei yang dilakukan atas dasar pendekatan kedalaman dengan lebar antar area sampling sejauh minimal 500 meter sebanyak 6 jalur untuk melihat kelimpahan struktur stok (spat, muda, dewasa). 3. Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh dilakukan dengan pendekatan penyebaran area geografi dan kedalaman. Area tersebut dibagi 10 jalur, dari 10 jalur diambil 6 secara acak sederhana. Setiap jalur ditetapkan 3 sub kedalaman sebagai area pengambilan contoh. Kemudian setiap area pengambilan contoh ditetapkan secara acak 3 titik sampling. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah jumlah simping dalam setiap kali pengambilan contoh serta data kualitas air. Contoh simping diambil menggunakan alat garok yang dioperasikan didasar perairan (Gambar 6). Bukaan alat tangkap garok tersebut berukuran panjang 1,5 m dan lebar 0,4 m (0,6 m 2 ) dengan panjang kantong 2 meter dan mesh zise jaring 3 cm (1,3 inc). Stadia spat, muda dan dewasa tertangkap dengan alat garok. Namun untuk mengantisipasi spat yang lebih kecil dari 3 cm lepas lolos ke perairan, maka pada alat garok ditambah alat jaring yang di gunakan untuk menyaring spat yang lolos dari kantong garok. Jaring yang dipasang memiliki bukaan jaring yang Pengumpulan stadia spat dengan menggunakan alat jaring tambahan ini berukuran luas 0,1256 m 2.

32 Gambar 7. Pengambilan kerang simping dengan garok dan jaring spat Satuan Pengambilan Contoh Satuan pengambilan contoh sebagai penentu kelimpahan simping ditetapkan 15 m2 yaitu panjang garok (1,5 m) dikali jarak tarikan sejauh (10 m) ditambah alat jaring spat yang berdiameter 40 cm dengan total bukaan mulut jaring 0,1256 m2 dikali dengan jarak tarikan (15 m). Seluruh jumlah stadia simping yang tertangkap dari satuan tarikan dijadikan contoh untuk dihitung sebagai kelimpahan. Penelitian ini dilakukan secara langsung dilapangan, dengan meminjam peralatan nelayan. Waktu Penelitian Pengambilan contoh simping di area yang ditentukan dilakukan setiap 1 bulan sebanyak 3 kali pengambilan. Variable Variable yang diukur adalah jumlah dan bobot dari setiap stadia simping yaitu (spat, muda dan dewasa). Variable kerja Variable kerja yaitu kelimpahan dan biomas. Kelimpahan ditentukan dari jumlah stadia dari satuan tangkapan dalam suatu area penelitian. Biomas ditentukan dari jumlah stadia simping dikali rataan bobot per stadia pada area tersebut (Edmondson and Winberg, 1971). 1. Kelimpahan A N L...(1) keterangan; A = Kelimpahan dalam satuan ind.m-2 N = Jumlah populasi dalam satuan ind L = Luas area sapuan dalam satuan m2

33 2. Biomas B N. W...(2) Dimana: B = Biomas (gr. m -2 ) N = Jumlah (m -2 ) W = Bobot rata-rata (gr) Kelimpahan dan biomas selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan ditampilkan secara spatial berdasarkan perbedaan tingkat kelimpahan dan biomas. Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan selang kepercayaan dari hasil kelimpahan dan biomas tiap zona dan area dari setiap stadia selama penelitian. 5. Metode dan Teknik Pengukuran Metode dan teknik pengukuran data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data distribusi No Jenis Data Satuan Alat Metode A Parameter Fisik 1 Suhu o C Thermometer Insitu Celcius 2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik 6 Kecerahan Cm Sechidisk In situ B Parameter Kimia 4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K 2 Cr 2 O 7 5 Salinitas Promil Refraktometer Insitu 3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri 7 Nitrat (NO 3 ) mg/l Spektrofotmeter Neisler 8 Phosfat (PO 4 ) mg/l Spektrofotometer Stanum 9 Sediment % Dredge Penyaringan dan Penimbangan C Biologi 1 Kelimpahan Ind Garok Penghitungan langsung 2 Bobot Gram Garok Penimbangan 6. Pengolahan Data Kualitas Air Data kualitas air diolah dengan menggunakan tabulasi atas dasar pendekatan zona (kedalaman) dari setiap parameter di area penelitian.

34 Biota Simping Data biota yang diolah dikumpulkan atas dasar sub kedalaman dari enam area. Data total simping setiap stadia dan atau tiap stadia dikumpulkan atas dasar sub kedalaman (0-3 m, 3-6 m, dan > 6 m) dari 6 area yang telah ditetapkan. 7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisis Data - Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan rataan dan deviasi (Walpole, 1992), serta ambang batas dan ambang bawah dari setiap parameter. Selain itu juga dilakukan perbandingan terhadap baku mutu untuk kegiatan budidaya biota laut. - Analisis varian dari jumlah, berat dan biomas antar area dan antar kedalaman dari setiap stadia (Walpole, 1992), - Analisis confidence interval (CI) dari nilai rataan kelimpahan untuk melihat pengelompokkan kelimpahan simping. Pengelompokkan dibagi atas 3 kategori yaitu kelimpahan tinggi, sedang dan rendah. Kelimpahan tinggi dengan tingkat kelimpahan (> + 0,5 CI), kelimpahan sedang ( + 0,5 CI> X > + 0,5 CI), serta kelimpahan rendah dengan kategori (< + 0,5 CI). Pengambilan Keputusan Kesimpulan ditentukan atas dasar hasil analisis statistik anova dan diinterpretasi tingkat kelimpahan potensi dan biomas stok simping. Hasil tersebut dijadikan dasar penentuan tingkat sebaran pada suatu area/jalur yang tingkat kelimpahan/biomas tinggi, sedang dan rendah. Hasil analisis kualitas perairan yang dibandingkan dengan baku mutu untuk dijadikan sebagai dasar untuk penentuan pengambilan keputusan dari tingkat cemaran perairan. Sedangkan pola distribusi di evaluasi dari pola pengelompokkan di tiap zona, kemudian ditampilkan dalam plot spasial, sehingga dapat diketahui area dan zona untuk masing-masing kategori kelimpahan.

35 3.3.2 Intensitas dan Hasil Tangkap 1. Tujuan 1) Mengetahui tingkat intensitas penangkapan di setiap sub kedalaman dari berbagai jalur penangkapan. 2) Menentukan hasil tangkapan peroperasi, hasil tangkap per trip menurut operasi standar dan operasi nelayan pada sub kedalaman dan berbagai jalur/area penangkapan. 2. Metode 1) Metode survei terhadap intensitas dan hasil tangkapan di setiap sub kedalaman (zona) dari 4 jalur yang diamati. 2) Survei terhadap kemampuan dan keberhasilan nelayan tangkap simping melalui teknik komunikasi interview. 3. Metode Pengambilan Contoh 1) Pengumpulan data intensitas dan hasil tangkapan serta potensi stok sebelum penangkapan dilakukan atas dasar pendekatan selected (stratified random sampling) terhadap zona atau kedalaman perairan. 2) Setiap jalur terpilih tersebut dilakukan survei pengumpulan data intensitas dan keberhasilan tangkap dari setiap sub kedalaman dengan 3 ulangan. 3) Responden dipilih atas dasar pendekatan sistematik sampling sebanyak 9 orang dari 45 nelayan. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan yaitu 1. Stok simping sebelum dieksploitasi (stok pada operasi standar) 2. Intensitas dan hasil tangkapan (data alat garok dan jaring dan data nelayan) 3. Interval waktu kedatangan (IWK). Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei terhadap kelimpahan stok, hasil tangkapan, intensitas yang dilakukan oleh nelayan. Survei dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan operasional nelayan mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai penjualan pada tingkat pengumpul. Survei tersebut dilakukan mengacu pada pedoman lokasi sampling yang telah ditetapkan pada bagian metode sampling. Setiap jalur ditetapkan 2 kali

36 sampling dengan 3 ulangan pada tiga kedalaman, sehingga total contoh tiap satu jalur berjumlah 18 contoh. Satuan Pengambilan Contoh Satuan pengukuran usaha ditetapkan sebesar 10 x 10 = 100 m 2. Luas operasional penangkapan nelayan dibandingkan dengan satuan pengukuran usaha yang dapat dinyatakan sebagai satu intensitas usaha. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah penelitian distribusi dan potensi stok (kelimpahan). Penelitian dilakukan minimal 2 kali disesuaikan dengan keberadaan stok dan keberhasilan penangkapan. Pengumpulan data dari responden nelayan dilakukan secara perseorangan 1 kali interview pada 9 orang responden yang terlibat aktive dalam penangkapan simping. Variabel 1) Kelimpahan stok dari hasil tangkapan sebelum nelayan melakukan penangkapan persatuan penelitian (100 m 2 ). 2) Luas area penangkapan (m 2 ) berikut hasil tangkapan nelayan setiap kali operasional (intensitas tangkap). 3) Total area penangkapan (m 2 ) dan hasil tangkapan nelayan selama kegiatan penangkapan (dalam sehari). 4) Interval waktu kedatangan nelayan kelokasi penangkapan yang sama (IWK). 5) Variabel Informasi dari hasil interview mencakup identitas nelayan, rencana penangkapan, operasional penangkapan, keberhasilan penangkapan dan keberhasilan usaha penangkapan simping. Variabel Kerja 1) Kelimpahan standar yaitu kelimpahan dibagi dengan luas standar pengukuran usaha (100 m 2 ) dari setiap jalur dan kedalaman. 2) Intensitas total yaitu luas operasional dibagi luas satuan usaha (100 m 2 ). 3) Total hasil tangkapan yaitu jumlah hasil tangkapan dari tiap operasi dan trip tangkapan di setiap jalur dan kedalaman. 4) Jumlah lama hari area di tinggal, untuk kemudian didatangi dan ditangkap kembali.

37 5) Analisis kelayakan usaha yaitu tingkat keberhasilan usaha penangkapan simping yang diperoleh dari proses produksi. 5. Metode dan Teknik Pengukuran Metode dan teknik pengukuran intensitas penangkapan dilakukan secara langsung dan wawancara yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data intensitas No Jenis Data Satuan Alat Metode A Survei 1 Jumlah Ind. m -2 Counter Penghitungan Langsung 2 Bobot Gran Timbangan Penimbangan 3 Luas area sampling m 2 Meteran/GPS Pengukuran B Operasional Nelayan 1 Jumlah hasil tangkap Individu Counter Pengukuran langsung 2 Bobot hasil tangkapan Gram Timbangan Penimbangan langsung 3 Luas area tangkapan m 2 Meteran/GPS Pengamatan langsung 4 Interval kedatangan hari Kuisioner Interview C Kuisioner Nelayan 1 Informasi kegiatan - Kuisioner Interview operasional nelayan 6. Pengolahan Data Data dari hasil tangkapan (Y), intensitas (X 1 ) dan kelimpahan stok awal (X 2 ) di tata berdasarkan zona (kedalaman) dengan tabulasi. Data aktivitas usaha nelayan ditata menurut kelompok aktivitas dalam tabulasi usaha. 7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data 1. Intensitas tangkap per tarikan Intensitas tangkap per tarikan yaitu perbandingan antara luas area tangkap nelayan (Ao) dibagi dengan luas area standar (As) yaitu sebagai berikut. INT = Ao/As...(3) Keterangan INT = Intensitas tangkap Ao = Area operasi nelayan As = Area operasi standar

38 2. Intensitas penangkapan pertrip Intensitas penangkapan per trip adalah jumlah intensitas penangkapan per tarikan dikali dengan jumlah tarikan. IPP INT t n i 1 T IPPt = Intensitas penangkapan per trip INT = Intensitas tangkap T = Jumlah tarikan di tiap zona (kali)...(4) 3. Hasil tangkap per penarikan alat Hasil tangkap per penarikan alat oleh nelayan dari operasi nelayan adalah jumlah yang diperoleh setiap penarikan alat. Sedangkan hasil tangkapan per trip yaitu jumlah total dari hasil tangkapan dari setiap intensitas usaha yang diberikan sebagai berikut. HTT n i 1 HPP o HTT = Hasil tangkapan per trip (gr.trip -1 ) HPPO = Hasil tangkapan pada operasi standar (100 m)...(5) 4. Beban Penangkapan dan Efektivitas Alat Analisa beban penangkapan untuk melihat tingkat intensitas yang menyebabkan stok menjadi kritis di lakukan dengan mengevaluasi perubahan biomas aktual akibat penangkapan. terhadap biomas mengikuti pola sebagai berikut B B1 B2 B B 1 2 N. W ( b / t) /( HPPo/ t) Formulasi analisa tekanan penangkapan...(6) ΔB = Perubahan biomas setelah penangkapan (gr.m -2 ) B1 = Biomas aktual (gr.m -2 ) B2 = Biomas eksploitasi (gr.m -2 ) b = Laju penurunan tangkap t = Waktu eksploitasi (hr)

39 Sedangkan efektivitas alat yang tingkat kemampuan alat dalam menghasilkan tangkapan terhadap hasil tangkap rata-rata alat. Efektivitas dinilai untuk mengetahui tingkat tekanan terhadap stok diperairan dengan formulasi sebagai berikut. e HPP i...(7) HPP E = efektivitas alat tangakap HPPi = Hasil tangkap per tarikan di zona ke i (gr/tarikan) HPP = Hasil tangkap per tarikan rata-rata (gr/tarikan) Tingkat eefektivitas alat di evaluasi dari nilai yang diperoleh yaitu dengan kriteria sebagai berikut. e < 1 alat tidak efektive e = 1 alat efektif e > 1 alat sangat efektive Hasil dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ada, sehingga dapat di ketahui kondisi yang sesungguhnya dari penggunaan alat tangkap. 5. Analisa usaha Analisa usaha penangkapan simping dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkapan simping masih dapat memberikan keuntungan atau tidak. Untuk itu beberapa parameter analisa usaha seperti penerimaan, pengeluaran, keuntungan, R/C rasio dan B/C rasio. - Penerimaan, yaitu jumlah hasil yang diperoleh hasil penangkapan dengan harga setiap kilogram simping (Umar, 2003). TR = P x Q...(8) TR = Total revenue (penerimaan total (Rp)) P = Harga simping (Rp) Q = Jumlah kuantitas produksi simping (kg) - Faktor total pembiayaan meliputi biaya tetap (fix cost) atau FC dan biaya yang diperlukan untuk operasional biaya variabel (VC) sebagai berikut (Umar, 2003).

40 TC = FC + VC...(9) TC = Biaya total (rp) FC = Biaya tetap (rp) VC = Biaya tidak tetap tiap operasi (rp) - Keuntungan yaitu selisih dari nilai penerimaan dengan nilai permodalan operasi penangkapan yaitu (Umar, 2003). = TR TC...(10) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) = Keuntungan dalam setiap operasi (Rp) - Break Event Point (BEP) Break event point (BEP) dilakukan untuk mengetahui keuntungan mulai diperoleh. BEP dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu pendekatan nilai produksi (BEP harga) dan pendekatan kuantitas produksi (BEP Prod). BEP untuk nilai produksi (BEP harga) (Umar, 2003) yaitu BEP Rp Fc Vc Q...(11) BEP untuk kuantitas produksi (BEP prod) yaitu BEP q Fc Vc P...(12) Fc = Biaya Tetap (Fix Cost) (Rp) Vc = Biaya tidak tetap (Variable cost) (Rp) Q = Produksi (kg) P = Unit penjualan (Rp) - R/C R/C yaitu rasio dari total revenua terhadap total cost. Sedangkan PP yaitu rasio dari TC (atau disebut juga investasi total) terhadap keuntungan yang diperoleh Analisa Statistik Analisis statistik untuk melihat perbedaan hasil tangkap antar zona dengan analisa anova satu arah (one way anova).

41 Pengambilan Keputusan Intensitas penangkapan ditentukan rasio operasional nelayan dibagi dengan operasi standar. Jika rasionya lebih dari 1 penangkapan intensif, dan jika rasionnya kurang dari 1 tidak intensif. Usaha penangkapan simping ditentukan layak apabila tingkat produksi masih sesuai dengan potensi lestari dan tingkat pengembalian modal usaha. 3.3.3. Kemampuan Pulih dan Daya Dukung Simping 1. Tujuan Mengetahui potensi pertumbuhan biomas setiap stadia simping yang tereksploitasi sebagai dasar penentuan estimasi lama waktu pulih kembali (P/B) dan daya dukung pembentukan biomas simping. 2. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metoda deskripsi survei terhadap perubahan pertumbuhan biomasa yang tereksploitasi. Potensi pertumbuhan biomas dilakukan terhadap tiga kedalaman. Potensi pertumbuhan biomas dari setiap stadia dilakukan dengan pendekatan kurva Allen dari Ricker (1975). 3. Metode Pengambilan Contoh Estimasi terhadap kelimpahan (N) dan rataan berat (W) dilakukan terhadap tiga tingkat sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Di setiap kelimpahan stok dipantau setiap 2 minggu sekali sebanyak 6 kali. Setiap kedatangan dilakukan 3 kali ulangan. Penentuan lokasi di setiap tingkat kelimpahan dilakukan secara random pada lokasi yang dipilih. Penentuan pertumbuhan biomas simping dilakukan atas dasar stratified random sampling pada tiga sub kedalaman 0-3, 3-6 dan > 6 meter. 4. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer mengenai kelimpahan, rataan berat di setiap stadia simping (spat, muda dan dewasa). Pengumpulan data dilakukan melalui penangkapan contoh stadia simping dengan mempergunakan alat tangkap garok berukuran 100 m 2, sebagai satuan pengambilan contoh.

42 Variabel 1. Kelimpahan setiap stadia 2. Berat rataan (W) setiap stadia 3. Waktu pengamatan Variabel Kerja Variabel kerja untuk mengevaluasi pertumbuhan produktivitas, biomas, kemampuan pulih dan waktu pulih menurut Downing and Rigler, (1984) yaitu; 1. Biomas 2. Mortalitas dan pertumbuhan 3. Produktivitas 4. Pertumbuhan 5. Total produktivitas selama periode waktu tertentu (waktu monitoring/eksploitasi) dari proses pertumbuhan setiap stadia (TP). 6. Lama waktu pulih 7. Kemantapan stok (KS) 8. Degradasi stok akibat penangkapan 9. Frekuensi penangkapan hingga mencapai kritis 5. Metode dan Teknik Pengukuran Tabel 3. Metode dan teknik pengukuran parameter yang diamati disajikan pada Tabel 3. Jenis, data, alat dan metode pengumpulan data kemampuan pulih No Parameter Satuan Alat Metode A Kualitas Air 1 Suhu o C Thermometer Celcius Insitu 2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik 3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri 4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K 2 Cr 2 O 7 5 Salinitas promil Refraktometer Insitu 6 Kecerahan cm Sechidisk In situ 7 Redox Potensial mg/l Redoxmeter In situ B Biologi 8 Kelimpahan ind Counter Pernghitungan 9 Berat rataan Gram Timbangan Penimbangan 6. Pengolahan Data Data kelimpahan dan rataan berat (W) ditabulasi menurut tiga sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Pengolahan data dilakukan setiap waktu pengambilan contoh, sehingga diperoleh informasi tentang perubahan setiap waktu pengambilan contoh.

43 7. Analisa data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data 1. Analisa pertumbuhan biomasa dan kematian yaitu (Ricker, 1975) B N W...(13) Keterangan B = Biomasa rataan (gr.m -2 ) N = Jumlah individu (ind.m -2 ) W = Rata-rata berat stadia (gr) 2. Analisa laju pertumbuhan sesaat dan laju mortalitas sebagai berikut g lnw2 lnw1 t...(14) ln N 2 ln N t z 1...(15) g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total W 2 = berat diwaktu t 2 (gr atau kg) W 1 = berat waktu t 1 3. Analisa laju pertumbuhan total berbetuk eksponensial dari koefisien tumbuh dan mortalitas jika nilai g lebih besar (g > z) yaitu sebagai berikut (Edmonson and Winberg, 1971). ( g z) G e 1...(16) namun jika nilai g lebih kecil dari z (g<z), persamaanya adalah sebagai berikut G ( g z) 1 e...(17) Keterangan g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total e= fungsi eksponensial 4. Produktivitas atau dikenal juga dengan pertumbuhan biomas yaitu biomas dikali dengan laju pertumbuhan total sebagai berikut (Ricker, 1975) sebagai berikut. P B G...(18) Keterangan P = Produktivitas/pertumbuhan biomas (gr.m -2.hr -1 ) B = Biomas (gr.m -2 ) G = Koefisien pertumbuhan total

44 5. Produktivitas total atau daya dukung area monitoring yaitu total produksi biomas yang bisa dihasilkan setelah ditinggal selama waktu tertentu (monitoring) yaitu selama 14 hari (Edmonson and Winber, 1971). TP m P dt m...(19) Sedangkan daya dukung area eksploitasi (TPe) atau total produksi biomas yang bisa dihasilkan pada area eksploitasi nelayan setelah ditinggal selama selama 6,5 hari (IWK) sebagai berikut (Edmonson and Winber, 1971). TP P e dt e...(20) TP m = Total produksi biomas monitoring (gr.m -2.hr -1 ) TPe= Total produksi biomas eksploitasi (gr.m -2.hr -1 ) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) dtm = interval waktu monitoring (hari), dte = interval waktu eksploitasi (hari) 6. Daya dukung area operasional (DAO) yaitu kemampuan tumbuh biomas (produktivitas) dalam satuan luas tertentu selama waktu di tinggal (Edmonson and Winber, 1971). DAO Ao Tu P...(21) DAO= Daya dukung pembentukan biomasa dalam area operasional (gr) Ao = Luas area operasional (m 2 ) Tu = Lama waktu tidak dieksploitasi (hari) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) 7. Lama waktu pulih yaitu lama waktu yang diperlukan oleh simping untuk menjadi biomas dia saat ditangkap pertama kalinya (Edmonson and Winber, 1971). WPm / e) B( m/ e) / P (....(22) WP (m/e) = Waktu pulih (hari) B (m/e) = Total produksi biomas setelah ditinggal selama waktu monitoring (gr.m -2 ) P = Produktivitas (gr.m -2.hr -1 ) 8. Untuk mengukur tingkat pemanfataan sumberdaya simping dilakukan dengan mengetahui tingkat kemantapan stok. Kemantapan stok yaitu selisih antara total produksi eksploitasi (TPe) dengan hasil tangkap per operasi standar (HPPS) sebagai berikut.

45 KS TPe HPPs...(23) KS = Kemantapan stok TPe = Total produksi biomas yang dieksploitasi HPPs (F) = Hasil tangkap per trip standar/operasional Kemantapan stok dilihat dari hasil yang diperoleh dengan mempertimbangkan kriteria berikut yaitu jika TPe > HPPS : maka KS bernilai positif, kondisi stok mantap akan meningkat TPe = HPPS: maka KS akan sama dengan O, kondisi stok tetap, dimana produksi sama dengan eksploitasi. TPe < HPPS: maka KS akan bernilai negative, stok kritis kemantapan stok akan mengalami penurunan. 9. Biomas akhir biomas stok yaitu stok yang tersedia diperairan setelah tumbuh dan eksploitasi sebagai berikut Bt2 Bt1 ( TPe HPPs)...(24) Keterangan Bt 2 = Total biomas stok setelah eksploitasi (gr.m -2 ) Bt 1 = Total biomas stok sebelum eksploitasi (standing stok) (gr.m -2 ) Nilai Bt 2 menunjukkan ada tidaknya ancaman terhadap keberadaan stok di perairan setelah proses eksploitasi berlangsung. Kondisi stok di perairan setelah tumbuh dan eksploitasi dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut. Kriteria Bt 2 > Bt 1 = Stok mantap dan berkelanjutan Bt 2 = Bt 1 = Stok tetap dan eksploitasi dan produksi seimbang Bt 2 < Bt 1 = Terjadi eksploitasi berlebih 10. Biomas eliminasi yaitu jumlah biomas yang tersisa baik positif (sisainya lebih rendah dari kemantapan stok) atau negative setelah eksploitasi (lebih besar dari kemantapan stok). Biomas ini dapat berasal dari berbagai factor linkungan seperti pengaruh oseanografi. Biomas eliminasi di turunkan dari model yang disampaikan Russel yaitu S2 S1 ( R G) ( F M ) Untuk model biomas yang mengalami eliminasi, maka sesungguhnya model tersebut menjadi B B ( B B ) ( B B ) ( B 2 1 r g f m e ), selanjutnya

46 Be B B ( B B ) ( B B 1 2 r g f m ) Dalam kasus usaha penangkapan simping, bahwa setiap stadia tertangkap, baik spat, muda dan dewasa, maka dapat disampaikan bahwa Br 0 dan perubahan dominan karena pertumbuhan. Maka dengan demikan selanjutnya biomas eliminasi dirumuskan sebagai berikut Be B B ( B g B )...(25) 1 2 f Be= Biomas eliminasi (gr) B 1 = Biomas pada t 1 B 2 = Biomas pada t 2 (setelah ada biomas tumbuh dan penangkapan) Bg = Biomas yang tumbuh (TP) Bf = Biomas yang tertangkap (HPP) Br = Biomas rekruit Analisa Statistik Hasil tangkapan dengan frekuensi tangkapan sehingga stok menjadi kritis dengan menggunakan regresi linier sederhana, dimana x adalah frekuensi penangkapan (kali) dan y adalah produksi (gr). Hasil regresi yang diperoleh selanjutnya diuji untuk melihat perbedaan tingkat pencapaian kritis di masingmasing zona dengan analisa covarian. Analisa anova satu arah digunakan untuk melihat perbedaan produksi antar zona penelitian. Analisa untuk menentukan pertumbuhan biomas digunakan analisa regresi biomas dan individu setiap zona dan area Analisa simulasi yaitu kemampuan pulih dari waktu ke waktu untuk menentukan masa tumbuh dan masa eksploitasi yang seimbang. Pengambilan Keputusan Dari tiap segmen ditentukan tingkat eksploitasi yang tidak melebih daya pulih stok dan daya dukung. Stok yang kritis harus dapat ditentukan tingkat eksploitasi serta perlindungan yang tepat.