Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

8.1. Keuangan Daerah APBD

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

Analisis Isu-Isu Strategis

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 2. Tujuan Penyusunan KUA 2 3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 3

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / 404.202 / 2015 Nomor : 170 / 1070 / 404.040 / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI 2015

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI Nomor : 050 / 1447 / 404.202 / 2015 Nomor : 170 / 1070 / 404.040 / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI 2015 1

Yang bertanda tangan di bawah ini, yaitu : 1. Nama : Ir. H. BUDI SULISTYONO Jabatan : BUPATI NGAWI Alamat Kantor : Jl. Teuku Umar No 12 Ngawi. Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Ngawi, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. a. Nama : DWI RIYANTO JATMIKO, SH, M.Si Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No.09 Ngawi b. Nama : SARJONO, S.Pd Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi c. Nama : Drs. H. SULISTIYANTO Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi d. Nama : MARYOTO, SP, MM Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Alamat Kantor : Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 09 Ngawi Sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan APBD Tahun 2016 diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2016. 2

Berdasarkan hal tersebut di atas, sepakat terhadap target pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang direncanakan akan dicapai dalam tahun anggaran 2016 sebagai berikut : I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun 2016 disusun sebagai Dokumen Pengelolaan Keuangan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun, yang memuat kondisi umum ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah serta strategi pencapaiannya. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun 2016, disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2016 yang merupakan RKPD transisi. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) ini disusun sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. 3

Berdasarkan hal tersebut diatas, Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan langkah awal dalam rangkaian penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Rancangan APBD). Konsekuensi dari pasal-pasal dalam Peraturan perundang-undangan tersebut, maka kondisi umum ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah serta strategi pencapaiannya, yang dimuat dalam KUA harus dapat menjadi kebijakan dalam memperhitungkan kemampuan keuangan daerah. Dengan demikian, rencana penganggaran perlu dibatasi untuk hal-hal yang bersifat prioritas dan strategis; sehingga dengan kebijakan tersebut anggaran/pembelanjaan akan lebih efektif dan realistis serta mengarah pada pencapaian tujuan pembangunan di Kabupaten Ngawi. 1.2. Tujuan Penyusunan KUA Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan yang memuat sasaran dan kebijakan daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan program dan prioritas anggaran pada Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2016. Adapun tujuan disusunnya Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016 adalah pedoman dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) APBD Tahun 2016. 1.3. Dasar Hukum Penyusunan KUA Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2016 sebagai dasar dan acuan penyusunan APBD diamanatkan melalui beberapa peraturan perundangan, antara lain : 4

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025; 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2015; 22. Peraturan Bupati Ngawi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi Tahun 2016. 6

1.4. Sistematika Dokumen KUA KUA Kabupaten Ngawi Tahun 2016 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1.2 Tujuan Penyusunan KUA 1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA 1.4 Sistematika Dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) BAB II GAMBARAN UMUM RKPD 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2016 BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER PENDANAAN 3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBD 3.2 Laju Inflasi 3.3 Pertumbuhan PDRB 3.4 Lain - Lain Asumsi 3.5 Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah 3.5.1 Pendapatan Daerah 3.5.2 Belanja Daerah 3.5.3 Pembiayaan Daerah BAB IV PENUTUP 7

II. GAMBARAN UMUM RKPD 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya adalah : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), PDRB Perkapita dan tingkat inflasi. Pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak tahun 2010 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perkembangan PDRB Kabupaten Ngawi dirinci pada tabel berikut ini : NO Sektor Tabel 2.1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Ngawi (dalam juta Rupiah) 2009 2010 2011 2012 2013 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 1.092.374,15 37,12 1.145.589,73 36,70 1.182.083,93 35,68 1.247.205,27 35,26 1.335.160,54 35,28 2 Pertambangan & Penggalian 16.983,88 0,58 17.526,39 0,56 18.145,41 0,55 18.624,92 0,53 19.487,25 0,51 3 Industri Pengolahan 184.792,71 6,28 196.280,68 6,29 209.719,30 6,33 223.872,69 6,33 236.823,20 6,26 4 Listrik,Gas & Air bersih 17.819,46 0,61 19.108,85 0,61 20.651,62 0,62 23.048,17 0,65 24.534,68 0,65 5 Bangunan 127.066,94 4,32 135.663,44 4,35 147.557,05 4,45 157.375,92 4,45 168.431,58 4,45 6 Perdagangan, Hotel & 848.170,35 28,82 923.010,01 29,57 1.012.315,75 30,55 1.107.794,14 31,32 1.198.140,01 31,66 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 75.655,53 2,57 81.775,64 2,62 88.463,67 2,67 94.242,95 2,66 100.954,98 2,67 8 Keuangan, sewa, & Js. 180.511,25 6,13 190.048,43 6,09 201.371,53 6,08 213.730,45 6,04 228.632,31 6,04 Perusahaan 9 Jasa-jasa 399,228,25 13,57 412.818,32 13,22 433.126,72 13,07 451.305,03 12,76 471.908,57 12,47 PDRB 2.942.602,51 100 3.121.821,49 100 3.313.434,98 100 3.537.199,53 100 3.784.073,13 100 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2009-2013 Keterangan : * = angka sementara 8

NO Sektor PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2013 menurut penggunaan yang dihitung berdasarkan harga konstan 2000 mencapai Rp. 3.784.073,13 (juta) menunjukkan peningkatan sebesar 6,98 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp..3.537.199,53 (juta). Dilihat dari komponennya, Sektor Pertanian masih memiliki kontribusi terbesar dengan nilai Rp. 1.335.160,54 (juta), kemudian diikuti Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar Rp..1.198.140,01 (juta), dan Sektor Jasa-jasa sebesar Rp. 471.908,57 (juta). Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 8,16 persen, diikuti Sektor Pengangkutan & Komunikasi sebesar 7,12 persen, serta dari Sektor Pertanian sebesar 7,05 persen. Di lihat dari nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 atas dasar harga berlaku Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Ngawi (dalam juta Rupiah) 2009 2010 2011 2012 2013 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 2.378.578,04 36,91 2.654.359,37 36,63 2.899.469,33 35,72 3.322.750,31 36,27 3.753.019,71 36,33 2 Pertambangan & Penggalian 34.743,03 0,54 36.518,40 0,50 39.881,74 0,49 42.661,02 0,47 46.871,53 0,45 3 Industri Pengolahan 399.597,31 6,20 455.258,87 6,28 533.167,88 6,57 603.453,28 6,59 689.508,29 6,67 4 Listrik,Gas & Air bersih 53.443,97 0,83 60.369,81 0,83 69.068,08 0,85 80.422,40 0,88 90.312,68 0,87 5 Bangunan 304.976,38 4,73 360.181,25 4,97 432.702,30 5,33 480.096,10 5,24 551.266,53 5,34 6 Perdagangan, Hotel & 1.807.677,16 28,05 2.076.707,35 28,66 2.370.210,11 29,20 2.683.243,88 29,29 3.035.453,25 29,38 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 184.983,30 2,87 267.931,40 2,87 233.895,04 2,88 259.033,53 2,83 294.273,81 2,85 8 Keuangan, sewa, & Js. 358.550,23 5,56 399.964,91 5,52 446.526,64 5,50 506.001,72 5,52 568.372,57 5,50 Perusahaan 9 Jasa-jasa 922.233,41 14,31 994.551,07 13,73 1.091,282,79 13,45 1.183.458,06 12,92 1.302.314,25 12,61 PDRB 6.444.782,83 100 7.245.842,42 100 8.116.202,90 100 9.161.120,30 100 10.331.392,62 100 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2009-2013 Keterangan : * = angka sementara 9

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi yang mampu mengukur perkembangan pembangunan perekonomian. PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2013 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 10.331.392,62 (juta). Nilai PDRB ini disusun berdasarkan 19 PDRB Kecamatan di wilayah Kabupaten Ngawi. Nilai dan kontribusi sektor yang memiliki nilai besar akan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten begitupun sebaliknya. Berdasarkan tabel diatas Sektor Pertanian memiliki PDRB terbesar yaitu sebesar Rp. 3.753.019,71 (juta) dengan nilai kontribusi sebesar 36,33 persen sedangkan PDRB terkecil adalah PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar Rp. 46.871,53 (juta) dengan nilai kontribusi 0,45 persen. Secara umum perkembangan dan pertumbuhan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 atas dasar harga berlaku (Hb) dan harga konstan (Hk) Kabupaten Ngawi dapat tergambarkan dalam tabel berikut : NO Tabel 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Ngawi Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 36,91 37,12 36,70 36,63 35,72 35,68 36,27 35,26 36,33 35,28 2 Pertambangan& Penggalian 0,54 0,58 0,56 0,50 0,49 0,55 0,47 0,53 0,45 0,51 3 Industri Pengolahan 6,20 6,28 6,29 6,28 6,57 6,33 6,59 6,33 6,67 6,26 4 Listrik,Gas&Air bersih 0,83 0,61 0,61 0,83 0,85 0,62 0,88 0,65 0,87 0,65 5 Konstruksi 4,73 4,32 4,35 4,97 5,33 4,45 5,24 4,45 5,34 4,45 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 28,05 28,82 29,57 28,66 29,20 30,55 29,29 31,32 29,38 31,66 7 Pengangkutan & Komunikasi 4,03 4,03 2,62 2,87 2,88 2,67 2,83 2,66 2,85 2,67 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 4,69 5,24 6,09 5,52 5,50 6,08 5,52 6,04 5,50 6,04 9 Jasa-jasa 14,02 13,47 13,22 13,73 13,45 13,07 12,92 12,76 12,61 12,47 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2009-2013 Keterangan : * = angka sementara 10

NO Tabel 2.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten Ngawi Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 % % % % % 1 Pertanian 5,10 4,87 3,19 5,51 7,05 2 Pertambangan & Penggalian 4,28 3,19 3,53 2,64 4,63 3 Industri Pengolahan 6,29 6,22 6,85 6,75 5,78 4 Listrik,Gas & Air bersih 11,28 7,24 8,07 11,60 6,45 5 Konstruksi 5,33 6,77 8,77 6,65 7,02 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,87 8,82 9,68 9,43 8,16 7 Pengangkutan & Komunikasi 7,46 8,09 8,18 6,53 7,12 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 4,22 5,28 5,96 6,14 6,97 9 Jasa-jasa 4,54 3,40 4,92 4,20 4,57 PDRB 5,65 6,09 6,14 6,75 6,98 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2009-2013 Berdasarkan Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan adalah sebagai berikut : NO Provinsi/ Kabupaten Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 s.d 2013 (persen) PDRB 2009 2010 2011 2012 2013 1 Provinsi Jawa Timur 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55 2 Kabupaten Ngawi 5,65 6,09 6,14 6,75 6,98 Sumber : RKPD Provinsi Jawa Timur - PDRB Kabupaten Ngawi 2009-2013 11

Di lihat dari Nilai inflasi rata-rata tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2013 Kabupaten Ngawi sebagai berikut : Provinsi Jawa Timur Tabel 2.6 Nilai inflasi rata-rata Tahun Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2009 s.d 2013 Rata-rata Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 pertumbuhan 3,62 6,96 4,09 4,50 7,59 5,35 Kabupaten Ngawi 5,72 5,98 5,53 5,73 5,42 5,68 Sumber : RKPD Provinsi Jawa Timur - PDRB Kabupaten Ngawi 2010-2014 Laju inflasi Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi ratarata selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi naik turun. Inflasi yang cukup tinggi di Provinsi Jawa Timur terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,59 persen, sedangkan inflasi tertinggi di Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 sebesar 5,98 persen, akibat naiknya harga BBM seiring dengan tidak terkendalinya harga minyak dunia dan adanya anomali musim yang menyebabkan merosotnya produksi pertanian khususnya komoditas padi. Kondisi ekonomi makro Kabupaten Ngawi dengan berdasar indikator seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), pendapatan per kapita, inflasi, investasi dan perkembangan keuangan daerah menjadi referensi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya kebijakan ekonomi. Berikut gambaran perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten Ngawi : 12

Tabel 2.7 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ngawi No Indikator Makro Ekonomi Tahun 2013 Tahun 2014 1 PDRB : a. Harga Berlaku (juta Rp) 10.331.392,62 11.4188.094,99 b. Harga Konstan Tahun 2000 (juta Rp) 3.784.073,13 4.015.540,68 2 Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan (%) 6,98 7,04 3 Tingkat inflasi 5,42 5-7 4 Struktur PDRB menurut sektoral (%) harga konstan a. Pertanian 35,28 35,07 b. Pertambangan dan Penggalian 0,51 0,50 c. Industri Pengolahan 6,26 6,24 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65 0,66 e. Bangunan 4,45 4,45 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 31,66 32,17 g. Pengangkutan dan Komunikasi 2,67 2,67 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,05 6,02 i. Jasa-jasa 12,47 12,22 5 Produktivitas Sektoral (juta Rp) a. Pertanian 1.335.160,54 1.407.893,19 b. Pertambangan dan Penggalian 19.487,25 20.094,37 c. Industri Pengolahan 236.823,20 250.575,63 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 24.534,68 26.627,88 e. Bangunan 168.431,58 178.662,71 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.198.140,01 1.291.907,56 g. Pengangkutan dan Komunikasi 100.954,98 107.045,18 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 228.632,31 241.838,88 i. Jasa-jasa 471.908,57 490.895,29 6 Pendapatan Per kapita ADHB (Ribu Rp) 10.984.831,90 12.049.099,98 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi Pada tahun 2013 perekonomian di Kabupaten Ngawi mengalami pertumbuhan sebesar 6,98%, sedangkan pada tahun 2014 diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 7,04%. 13

Perkembangan indikator ekonomi daerah merupakan hasil kinerja pembangunan Kabupaten Ngawi yang diukur berdasarkan pada 4 (empat) indikator kinerja utama yaitu : Tingkat Pengangguran Terbuka, Persentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, serta Indeks Pembangunan Manusia. Capaian Indikator kinerja utama tersebut dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.8 Capaian Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ngawi NO. INDIKATOR 2013 2014 1 Tingkat Pengangguran Terbuka ( % ) 5,06 1,94 2 Persentase Penduduk Miskin ( % ) 15,38 15,00* 3 Pertumbuhan ekonomi ( % ) 6,98 7,04 4 IPM 70,86 72,23 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2016 Kondisi perekonomian Kabupaten Ngawi diperkirakan optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Perekonomian Kabupaten Ngawi pada tahun 2016 diprediksikan akan semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian kebijakan pembangunan ekonomi harus tetap antisipatif terhadap sejumlah tantangan, baik yang bersumber dari faktor internal (dalam negeri) maupun faktor eksternal (global) yang diperkirakan masih belum sepenuhnya kondusif bagi tercapainya kinerja ekonomi yang optimal. Hambatan bersumber dari faktor internal antara lain terbatasnya sumber-sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan pembangunan, penanggulangan bencana, penanggulangan berbagai wabah penyakit, tuntutan upah ketenagakerjaan dan ancaman inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global, dengan maraknya perdagangan bebas serta potensi kenaikan harga minyak dunia yang berimplikasi pada peningkatan harga BBM dan tingkat inflasi. 14

Pasar bebas/globalisasi yang semakin kompetitif menuntut kesiapan semua pelaku usaha untuk memperbaiki kualitas produk barang dan jasa agar lebih berdaya saing. Oleh sebab itu, guna mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal dipasar regional maupun global diperlukan peningkatan kualitas dan produktifitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada standar mutu nasional (SNI) maupun standar mutu internasional (ISO) serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Prospek pembangunan ekonomi pada Tahun 2016 dipandang cukup potensial dengan peluang pengembangan sendi-sendi ekonomi Kabupaten Ngawi melalui pemanfaatan besarnya potensi sumber daya alam serta semakin terbukanya pasar industri kreatif. Peluang ini memberikan kesempatan bagi dunia usaha di Kabupaten Ngawi utamanya industri dan UMKM untuk memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif segenap sumberdaya lokal sebagai motor penggerak perekonomian daerah. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai gambaran umum perekonomian Kabupaten Ngawi. Tahun 2016 adalah tahap pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan rangkaian proses berkesinambungan. Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ngawi, dengan memperhatikan kondisi ekonomi Provinsi Jawa Timur dan Nasional, maka arah pembangunan perekonomian diprioritaskan pada sektor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB, juga pada sektor yang memiliki prospek ke depan yang baik serta tahan terhadap gejolak ekonomi global. Berikut gambaran proyeksi indikator makro ekonomi di Kabupaten Ngawi : 15

Tabel 2.9 Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ngawi No Indikator Makro Ekonomi Tahun 2015 1 PDRB : a. Harga Berlaku (juta Rp) 12.560.510,66 b. Harga Konstan Tahun 2000 (juta Rp) 4.257.278,93 2 Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan (%) 7,32 3 Tingkat inflasi 5-7 4 Struktur PDRB menurut sektoral (%) harga konstan a. Pertanian 35,02 b. Pertambangan dan Penggalian 0,49 c. Industri Pengolahan 6,19 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,67 e. Bangunan 4,45 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,49 g. Pengangkutan dan Komunikasi 2,67 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,02 i. Jasa-jasa 12,00 5 Produktivitas Sektoral (juta Rp) a. Pertanian 1.490.774,25 b. Pertambangan dan Penggalian 20.871,63 c. Industri Pengolahan 263.793,45 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 28.316,62 e. Bangunan 189.443,53 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.383.393,99 g. Pengangkutan dan Komunikasi 113.549,93 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 256.175,64 i. Jasa-jasa 510.959,88 6 Pendapatan Per kapita ADHB (Ribu Rp) 13.170.669,29 16

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi pada tahun 2015 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,32 persen. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun 2015, masing masing sebesar Rp. 12.560.510,66 dan Rp..4.257.278,93. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih didorong oleh sektor sekunder & tersier, melalui sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor jasa-jasa. Berikut Target Indikator kinerja utama Kabupaten Ngawi dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.10 Target Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ngawi NO. INDIKATOR 2015 2016 1 Tingkat Pengangguran Terbuka ( % ) 1,43 4,81-4,70 2 Persentase Penduduk Miskin ( % ) 14,79* 14,16-13,55 3 Pertumbuhan ekonomi ( % ) 7,32 7,30-7,58 4 IPM 72,96 71,99-73,09 Dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah yang lebih berdampak ekonomi serta mempertimbangkan tantangan yang dihadapi, maka kerangka kebijakan ekonomi tahun 2016 akan ditujukan pada strategi memperkuat stabilitas dan kualitas pertumbuhan ekonomi daerah yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengentaskan masalah kemiskinan. Berbagai langkah yang akan diupayakan dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peranan sektor ekonomi, kesehatan dan pendidikan. 17

2. Meningkatkan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan. 3. Mempertahankan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dengan meningkatkan penyediaan benih unggul dan faktor penunjangnya. 4. Meningkatkan pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha, dan mendukung produksi pangan, melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman, dan hasil hutan non-kayu secara berkelanjutan. 5. Mengembangkan Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuh kembangkan wirausaha baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 6. Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 7. Menciptakan regulasi yang menjamin kepastian usaha dan penegakkan hukum serta memperbaiki kebijakan investasi. 8. Meningkatkan akses dan perluasan pasar secara bertahap. 9. Meningkatkan dan perbaikan ketersediaan infrastruktur untuk mendukung kegiatan investasi, termasuk infrastruktur pertanian dan pedesaan. 10. Meningkatkan investasi di bidang pertanian untuk pengembangan agroindustri/agrobisnis, terutama bagi usaha kecil dan menengah yang berorientasi ekspor. 11. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara, melalui pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata, sekaligus meningkatkan investasi di bidang pariwisata daerah. 12. Memperkuat struktur industri, meningkatkan, dan memperluas pemanfaatan teknologi, serta meningkatkan nilai pengganda (multiplier). 13. Mengembangkan industri manufaktur utamanya pada subsektor prioritas yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. 18

III. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER PENDANAAN 3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah dokumen yang memuat kebijakan terhadap pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun yang terkait dengan APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ngawi masih sangat tergantung dengan APBN, sehingga asumsi dasar yang digunakan dalam APBN juga sama dalam menyusun APBD. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam kebijakan umum anggaran adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan pendapatan merupakan perkiraan yang terukur secara residual yang dapat diperoleh di setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas efisiensi pengeluaran. 2. Perkiraan penerimaan dari dana perimbangan cenderung konstan, sedangkan belanja daerah diperkirakan naik dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat yang harus dilaksanakan oleh daerah. 3. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diharapkan dapat dicapai sebesar 7,30-7,58 persen dan pertumbuhan IPM sebesar 71,99-73,09. 4. Pemerintah daerah masih menghadapi permasalahan pokok pada tahun 2016 untuk mengurangi kemiskinan, diharapkan dapat ditekan pada angka 14,16-13,55 persen dan pengangguran terbuka 4,81-4,70 persen. 19

5. Kebijakan anggaran daerah pada tahun 2016 ditekankan pada upaya-upaya pencapaian target-target yang telah ditetapkan, dengan fokus pada Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melalui : a) Pemantapan kondisi infrastruktur; b) Pemantapan kualitas sumberdaya manusia dengan memperluas akses pendidikan dan pelayanan kesehatan; c) Pemantapan kapasitas, kemampuan dan etos kerja aparatur; d) Peningkatan dan pengembangan UMKM, koperasi dan industry; e) Pemantapan infrastruktur strategis terutama pembangunan infrastruktur pertanian; f) Pemantapan produksi dan nilai tambah usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan pendapatan petani; g) Pemantapan industri menengah; h) Pemantapan sarana prasarana perdagangan; i) Pemantapan pelayanan investasi; j) Pemantapan pemanfaatan sumberdaya alam; k) Pemantapan pengembangan budaya daerah dan kepariwisataan. 3.2 Laju Inflasi Tingkat perkembangan harga atau yang lebih dikenal dengan istilah inflasi/deflasi menunjukkan persentase perubahan harga barang/jasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan perubahan produksinya. Angka inflasi salah satunya berguna untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi di pasar atau dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian pemerintah pusat maupun daerah dapat mengambil kebijakan-kebijakan dalam pengendalian tingkat inflasi bila angka tersebut melampaui dari level yang ditargetkan. 20

Angka tingkat perkembangan harga dari PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Indeks harga implisit diperoleh dengan membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang menunjukkan tingkat perkembangan harga terhadap tahun dasar. Untuk melihat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya dapat di peroleh dengan cara membuat indeks berantai dan indeks implisit tersebut. Dari pergeseran nilai inflasi ini menunjukkan sinyal positif bahwa harga barang dan jasa tidak mengalami lonjakan harga yang berarti, sehingga tidak akan mengurangi daya beli masyarakat. Dengan perkiraan relatif stabilnya nilai tukar rupiah dan suku bunga perbankan serta dukungan kebijakan moneter yang hati-hati, Tingkat inflasi Kabupaten Ngawi pada tahun 2016 diperkirakan turun menjadi sekitar 5-7 persen. Perkiraan asumsi tingkat inflasi dipandang cukup realistis karena dampak dari krisis ekonomi global berpengaruh terhadap kondisi ekonomi makro Indonesia sehingga tingkat inflasi diperkirakan naik, sehingga prospek ekonomi Kabupaten Ngawi tahun 2016 diharapkan akan lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. 3.3 Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB mencerminkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi tahun 2015 sebesar 7,32 persen, maka asumsi laju pertumbuhan PDRB tahun 2016 diharapkan menjadi 7,30-7,58 persen. 21

3.4 Lain-lain Asumsi 1. Penambahan belanja pegawai berupa pembayaran gaji PNS baik itu berupa kenaikan gaji pokok maupun tunjangan. 2. Perlunya antisipasi terhadap terjadinya bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi sehingga perlunya penganggaran yang memadai untuk mengantisipasi kondisi tersebut. 3. Program/kegiatan dalam APBD Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2016 berpedoman pada Peraturan Bupati Ngawi Nomor 15 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Ngawi tahun 2016; 4. Kebijakan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2016 mengacu pada pedoman pelaksanaan DAK dari Pemerintah Pusat; 5. Kebijakan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Tahun 2016 mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur mengenai Pedoman Umum tentang Pengelolaan DBHCHT di Provinsi Jawa Timur; 6. Dalam rangka peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat, pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada SKPD atau unit kerja yang tugas dan fungsinya bersifat operasional, Pemerintah Daerah memfasilitasi dan mengakomodasi rencana bisnis dan anggaran dalam penyusunan APBD, berpedoman pada : a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum. 22

7. Program dan Kegiatan yang dibiayai dari dana transfer dan sudah jelas peruntukannya seperti Dana Darurat, Dana Bencana Alam, DAK dan bantuan keuangan yang bersifat khusus serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya, yang belum cukup tersedia dan/atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului Penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, dengan persetujuan Pimpinan DPRD. 8. Alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD kab/kota dengan tetap mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai alokasi APBN bagi desa, sebagaimana undang-undang nomor. 6 tahun 2014 (pasal 72 ayat (4) dan (6) pemerintah kab/kota menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerataan desa, paling sedikit 10 persen dari dana perimbangan yang diterima kab/kota setelah dikurangi DAK. 9. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau swasta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui kegiatan Corporation Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). 23

3.5 Kebijakan Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Daerah Semenjak berlakunya kebijakan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan lebih berorientasi kepada kepentingan daerah. Untuk itu, pengaturan alokasi sumber daya daerah yang dapat memberi kepuasan bagi masyarakat, membuka kesempatan lapangan kerja serta perwujudan layanan publik yang efisien, menjadi sangat penting. Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai daerah otonom, berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan memanfaatkan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan, layanan publik dan pembangunan daerah. 3.5.1. Pendapatan Daerah 1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah yang akan dilakukan pada Tahun Anggaran 2016. Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngawi yaitu : a) Peningkatan target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung secara terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan kendala, potensi, dan coverage ratio yang ada. b) Mengembangkan kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan serta perluasan sumber-sumber penerimaan daerah. c) Peningkatan penggalian pendapatan daerah melalui intensifikasi dan eksentifikasi sumber sumber penerimaan daerah. d) Optimalisasi dana perimbangan, dana dekonsentrasi serta sumber dana lain dari Pemerintah Pusat. 24

e) Penyempurnaan/revisi Perda-perda yang tidak relevan dengan sistem dan kondisi saat ini. f) Peningkatan kemampuan pembiayaan investasi publik melalui pola kemitraan dengan masyarakat dan swasta. g) Peningkatan investasi swasta melalui berbagai instrumen fiskal dan berbagai insentif dalam penanaman modal. h) Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 2. Target Pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain- Lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan Daerah pada Tahun 2016 diproyeksikan mencapai Rp..1.956.581.855.842,09 yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah direncanakan sebesar Rp..162.521.702.362,59 Dana Perimbangan diasumsikan sebesar Rp. 1.258.749.780.664,00 dengan proyeksi Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp..55.561.315.664,00 Dana Alokasi Umum sebesar Rp..1.058.208.375.000,00, Dana Alokasi Khusus sebesar Rp..144.980.090.000,00. Dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp..535.310.372.815,50 dengan rincian Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya diasumsikan naik menjadi Rp..79.798.964.935,50dan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp..455.511.407.880,00. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2013 2017 adalah sebagai berikut : 25

Tabel 4.1 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Ngawi Tahun 2013 s.d tahun 2017 Jumlah NO Uraian Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi /Target pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1.1 Pendapatan asli daerah 85.636.138.392,37 169.237.013.272,36 138.773.976.891,30 162.521.702.362,59 146.815.828.205,30 1.1.1 Pajak daerah 16.826.150.653,00 33.899.833.398,00 30.427.829.729,00 33.639.600.000,00 32.794.240.000,00 1.1.2 Retribusi daerah 16.095.652.437,00 15.798.713.271,20 16.693.912.880,00 15.154.849.900,00 16.902.553.128,00 1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 8.583.105.909,71 8.769.518.836,95 8.584.638.361,30 9.039.229.830,70 8.581.806.161,30 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 44.131.229.392,66 110.768.947.766,21 83.067.595.921,00 104.688.022.631,89 88.537.228.916,00 1.2 Dana perimbangan 1.039.217.660.505,00 1.116.680.126.031,00 1.107.605.839.692,00 1.258.749.780.664,00 1.159.870.061.323,00 1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 71.944.950.505,00 70.152.944.031,00 39.639.366.692,00 55.561.315.664,00 42.147.623.173,00 1.2.2 Dana alokasi umum 896.052.870.000,00 980.530.132.000,00 995.119.303.000,00 1.058.208.375.000,00 1.044.875.268.150,00 1.2.3 Dana alokasi khusus 71.219.840.000,00 65.997.050.000,00 72.847.170.000,00 144.980.090.000,00 72.847.170.000,00 1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 289.603.152.904,00 398.682.218.952,00 415.905.345.762,00 535.310.372.815,50 387.156.237.455,50 1.3.1 Hibah 0 0 0 0 0 1.3.2 Dana darurat 0 0 0 0 0 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Tambahan Penghasilan Bagi PNS Guru Tunjangan Profesi Guru PNSD 54.149.804.904,00 90.047.480.952,00 58.140.324.717,00 79.798.964.935,50 79.798.969.935,50 217.699.223.000,00 251.131.221.000,00 357.765.021.045,00 455.511.407.880,00 307.357.267.520,00 17.754.125.000,00 57.503.517.000,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 +1.2+1.3) Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi 1.414.456.951.801,37 1.684.599.358.255,36 1.662.285.162.345,30 1.956.581.855.842,09 1.693.842.126.983,80 26

3. Upaya - upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dilaksanakan melalui rencana kerja sebagai berikut : a) Meningkatkan kualitas pelayanan publik. Upaya peningkatan kualitas pelayanan diarahkan pada tujuan untuk semakin mendekatkan dan memudahkan masyarakat serta menyederhanakan sistem dan prosedur pelayanan yang wujud nyatanya adalah percepatan waktu dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. Pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan melalui penambahan tempat pelayanan yaitu pelayanan Drive Through. b) Memanfaatkan sumber daya dan mensinergikan Potensi Daerah. Dengan Program/Kegiatan Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, peningkatan hubungan/kerjasama antar Dinas dilingkungan Kabupaten Ngawi dan dengan Pemerintah Provinsi/Pusat/BUMN dalam rangka peningkatan penerimaan Bagi Hasil dari Pemerintah, pengembangan fasilitasi kerja sama dengan Propinsi dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. c) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang potensial, profesional serta membangun sistem kelembagaan yang berbasis kompetensi. SDM dalam pengertian ini mencakup kuantitas dan kualitas. Kedua aspek tersebut harus dikembangkan secara berimbang dan paralel. Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah melalui diklat, pelatihan etika pelayanan, pemahaman terhadap peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pemungutan Pendapatan Asli Daerah. 27

d) Implementasi Perda baru mengenai Pajak dan Retribusi Daerah serta mengintensifkan kerja Tim Intensifikasi Pajak dan Retribusi Daerah dalam penggalian potensi daerah yang dapat meningkatkan PAD. 3.5.2. Belanja Daerah. 1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah. a) Pemenuhan belanja sesuai urusan-urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Ngawi, baik urusan wajib maupun urusan pilihan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. b) Pengaturan belanja hibah dan bantuan sosial mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. c) Prioritas untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar masyarakat, khususnya bidang pendidikan, kesehatan dan pangan. d) Pemberian Hibah dan Bantuan sosial diarahkan pada, yaitu dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Meringankan beban hidup masyarakat terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, serta sinergi dengan program pembangunan daerah. 28

2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. a) Pemenuhan belanja pegawai negeri sipil di lingkup pemerintahan daerah Kabupaten Ngawi sampai tahun 2016 direncanakan sebesar Rp. 1.080.614.588.050,06. b) Belanja bunga (nihil). c) Belanja subsidi (nihil). d) Pemenuhan belanja hibah sebesar Rp. 7.039.111.750,00 e) Belanja bantuan sosial (nihil). f) Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab./Kota dan Pem.Desa Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa direncanakan sebesar Rp..5.159.740.990,00. g) Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik direncanakan sebesar Rp..281.154.545.991,04, yang didalamnya sudah direncanakan untuk Alokasi Dana Desa sesuai dengan undang-undang no. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Alokasi Dana Desa dari APBN. h) Belanja tidak terduga. Belanja penanganan bencana alam direncanakan sebesar Rp. 1.352.592.351,96, untuk antisipasi terjadinya bencana alam (banjir, tanggul longsor, dll), serta beban-beban lain yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya (force majeur). 29

NO Uraian Tabel 4.2 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2017 Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Jumlah Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2.1 Belanja Tidak Langsung 946.839.616.463,45 1.037.213.601.491,17 1.225.776.333.303,40 1.375.320.579.133,06 1.174.235.608.597,90 2.1.1 Belanja pegawai 848.166.495.342,50 928.767.190.833,33 1.042.021.964.886,90 1.080.614.588.050,06 1.056.940.321.091,20 2.1.2 Belanja bunga 6.437.144,87 0 0 0 0 2.1.3 Belanja subsidi 0 0 1.500.000.000,00 0 0 2.1.4 Belanja hibah 23.369.720.000,00 28.665.477.800,00 36.029.750.800,00 7.039.111.750,00 0 2.1.5 Belanja bantuan sosial 5.652.740.000,00 12.591.580.000,00 2.565.000.000,00 0 0 2.1.6 2.1.7 Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan Partai Politik 576.346.800,00 673.983.950,00 5.091.777.360,90 5.159.740.990,00 5.798.025.412,80 68.421.877.176,08 66.490.368.907,84 137.215.247.903,64 281.154.545.991,04 110.144.669.741,94 2.1.8 Belanja tidak terduga 646.000.000,00 25.000.000,00 1.352.592.351,96 1.352.592.351,96 1.352.592.351,96 JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 946.839.616.463,45 1.037.213.601.491,17 1.225.776.333.303,40 1.375.320.579.133,06 1.174.235.608.597,90 2.2 Belanja Langsung 407.042.088.679,84 548.053.053.591,01 540.101.669.906,00 693.822.968.937,00 200.284.070.241,75 2.2.1 Belanja pegawai 18.183.369.996,00 18.144.360.900,00 21.262.899.400,00 25.047.575.200,00 0 2.2.2 Belanja barang dan jasa 199.622.617.127,00 285.920.338.132,00 274.286.306.464,00 318.252.672.433,00 0 2.2.3 Belanja modal 189.236.101.556,84 243.988.354.559,01 244.552.464.042,00 350.522.721.304,00 0 JUMLAH BELANJA LANGSUNG 407.042.088.679,84 548.053.053.591,01 540.101.669.906,00 693.822.968.937,00 200.284.070.241,75 TOTAL JUMLAH BELANJA 1.353.881.705.143,29 1.585.266.655.082,18 1.765.878.003.209,40 2.069.143.548.070,06 1.374.519.678.839,65 Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi 30

3. Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah. Dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut, berbagai tantangan harus dihadapi baik yang berasal dari dalam daerah maupun lingkungan luar daerah (regional dan nasional), langkah langkah penguatan sudah disusun dan ditempuh untuk menghadapi dinamika yang berkembang melalui terobosan terobosan dalam rangka mempercepat visi pembangunan, yaitu : a) Perekonomian didorong dengan mengembangkan wilayah wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan kawasan-kawasan strategis di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi, arahan ini dituangkan dalam Peraturan Daerah nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi Tahun 2011 2030. b) Pengentasan Kemiskinan dipercepat dengan melibatkan langsung masyarakat miskin dan marjinal, arahan ini tertuang dalam Strategi Penanggulangan Kemisikinan Daerah (SPKD) Kabupaten Ngawi 2010 2015 mendasar Surat Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/238/404.012/2009 tanggal 22 Desember 2009, Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Ngawi. c) Selain itu untuk mendukung pelaksanaan Pengarusutamaan gender dalam pelaksanaan pembangunan maka telah dikeluarkan surat edaran Bupati Ngawi nomor: 900/1071A/404.201/2011 tanggal 25 Agustus 2011 perihal Perencanaan Penganggaran Responsif Gender yang harus dipedomani oleh seluruh SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi. 31

d) Kebijakan pembangunan disusun secara terintegrasi dengan mengacu kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah. e) Melanjutkan proyek-proyek strategis yang sesuai tahapan. f) Menstimulir pertumbuhan ekonomi di sektor riil melalui fasilitasi dan pemberian kredit lunak kepada UMKM. g) Mempercepat proses pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Ngawi. 4. Kebijakan belanja berdasarkan urusan pemerintahan daerah yaitu Urusan Wajib dan urusan pilihan, dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). a) Dalam rangka memenuhi keberpihakan kepada masyarakat, maka proporsi belanja modal lebih besar dari pada belanja barang dan jasa dan belanja pegawai. b) Memenuhi prinsip keadilan tidak hanya terkonsentrasi pada lokus tertentu serta dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat, dan mengacu pada sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi. 3.5.3. Pembiayaan Daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. 32

NO Tabel 4.3 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2017 Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Jumlah Tahun Berjalan 2015 Proyeksi/Target pada Tahun Rencana 2016 Proyeksi/Target pada Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3.1 Penerimaan pembiayaan 104.766.510.614,90 157.482.661.898,35 104.592.840.864,10 119.561.692.227,97 0,00 3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) 104.369.029.414,90 157.233.392.898,35 80.592.840.864,10 119.561.692.227,97 0 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0 0 24.000.000.000,00 0 0 3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 0 0 0 0 0 3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah 0 0 0 0 0 3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 0 0 0 0 0 3.1.6 Penerimaan piutang daerah 397.481.200,00 249.269.000,00 0 0 0 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 104.766.510.614,90 157.482.661.898,35 104.592.840.864,10 119.561.692.227,97 0,00 3.2 Pengeluaran pembiayaan 8.108.364.374,63 9.000.000.000,00 1.000.000.000,00 7.000.000.000,00 0,00 3.2.1 Pembentukan dana cadangan 8.000.000.000,00 9.000.000.000,00 0 0 0 3.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah 0 0 1.000.000.000,00 7.000.000.000,00 0 3.2.3 Pembayaran pokok utang 108.364.374,63 0 0 0 0 3.2.4 Pemberian pinjaman daerah 0 0 0 0 0 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 8.108.364.374,63 9.000.000.000,00 1.000.000.000,00 7.000.000.000,00 0,00 JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 96.658.146.240,27 148.482.661.898,35 103.592.840.864,10 112.561.692.227,97 0,00 Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi 33

V. PENUTUP Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran 2016. BUPATI NGAWI Selaku, PIHAK PERTAMA Ngawi, 2015 PIMPINAN DPRD Selaku, PIHAK KEDUA Ir. H. BUDI SULISTYONO DWI RIYANTO JATMIKO, SH, M.Si KETUA SARJONO, S.Pd WAKIL KETUA Drs. H. SULISTIYANTO WAKIL KETUA MARYOTO, SP, MM WAKIL KETUA 34

35