BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan utama didirikannya perusahaan selaku entitas bisnis yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat adalah mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kelangsungan usahanya. Modal merupakan salah satu faktor yang dominan dalam kelangsungan usaha perusahaan, dan modal disetor oleh investor dalam hal ini para pemegang saham. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang disetor oleh para investor dalam rangka kemajuan perusahaan, perlu adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Berbagai aspek perlu dipertimbangkan dalam pemgukuran kinerja ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya. Menurut Warsono (2003:24), ada lima macam alat ukur atau metode yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu Analisis Rasio Keuangan, Analisis Rasio Keuangan yang Dimodifikasi, Analisis Value Added, Analisis CAMEL, dan Analisis Balance Score Card (BSC). Manajemen dapat memilih metode yang paling sesuai untuk diterapkan di perusahaannya. Kelima metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selama ini, pengukuran kinerja keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan
seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Padahal secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan yang diciptakan, maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba tersebut diartikan sebagai laba akuntansi. Sebaliknya memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa mengurangi modal pemilik perusahaan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 1998). Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added). EVA dan MVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan. Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dipatenkan oleh Stewart & Company, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan terkemuka yang berkantor pusat di kota New York, Amerika Serikat. EVA dan MVA adalah pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value). Konsep
Economic Value Added adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang harus mempertimbangkan harapan para penyandang dana secara adil dengan mempertimbangkan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital, WACC) dimana EVA mengukur nilai tambah (value creation ) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Konsep Market Value Added sendiri menggambarkan pencapaian prestasi sejak perusahaan tersebut berdiri. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri, atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas ( market value of equity ) dan nilai buku ekuitas (book value of equity), seperti yang didefinisikan oleh Stewart (1991). EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya, hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA dan MVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. Perusahaan yang akan diteliti oleh penulis adalah PT. Bank Mandiri, Tbk. PT.Bank Mandiri, Tbk yang berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 merupakan salah satu bank hasil dari program restrukturisasi perbankan yang dilakukan oleh pemerintah yakni berupa produk hasil konsolidasi dari bank-bank yang
mengalami likuidasi pada krisis ekonomi pada tahun 1997. Bank-bank tersebut diantaranya Bank Ekspor Impor Indonesia (Exim), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bappindo). Peneliti tertarik dengan perusahaan perbankan ini dikarenakan banyaknya penghargaan yang diperoleh perusahaan ini beberapa tahun terakhir ini seperti The Asian Banker Achievement 2006, Bank BUMN terefisien 2007, The Best Managed Company, The Best IT System pada tahun 2007 dan masih banyak lagi penghargaan yang diperoleh perusahaan tersebut sampai pada akhir tahun 2008 perusahaan ini mendapatkan penghargaan sebagai Perusahaan Terpercaya 2008 nilai 89,86 dengan predikat sangat terpercaya. Untuk itu, penulis ingin mengetahui apakah berbagai penghargaan yang diterima sehingga mengindikasikan terjadinya kenaikan laba pada PT. Bank Mandiri, Tbk ini juga diimbangi oleh kenaikan EVA dan MVA yang berarti menunjukkan kesejahteraan perusahaan tersebut. Peningkatan EVA dan MVA ini nantinya akan menggambarkan apakah laba yang dihasilkan telah sesuai dengan harapan penyandang dana atau pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa perusahaan yang berlaba secara akuntansi belum tentu akan berlaba secara ekonomis atau memiliki EVA dan MVA yang positif. Untuk itu penulis tertarik untuk membahas konsep EVA dan MVA ini lebih lanjut dalam sebuah skripsi Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Bank Mandiri, Tbk.
B. Perumusan dan Batasan Masalah 1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk selama tahun 2006, 2007, dan 2008 jika diukur dengan pendekatan Economic Value Added (EVA). 2. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk selama tahun 2006, 2007, dan 2008 jika diukur dengan pendekatan Market Value Added (MVA). 2. Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah, penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan pada PT. Bank Mandiri, Tbk adalah metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). b. Data yang digunakan berdasarkan laporan keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2006, 2007, 2008
C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu ekonomi, terutama di bidang analisis kinerja keuangan perusahaan melalui pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta bagaimana penggunaannya. 2. Bagi Perusahaan, dengan adanya penelitian ini akan membantu perusahaan untuk memahami bagaimana mengevaluasi kinerja keuangannya sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan. 3. Bagi Pihak Lain, penelitian ini dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian sejenis.